MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN INTEGRASI
MASYARAKAT
OLEH :
KELOMPOK 7
Arif Viardiman
(1210952028)
Agung Wahyudi Asahi
(1310951036)
Desfia Arisma
(1310952001)
Faisal Hanif
(1210951003)
Jerri Fetrico
(1310951089)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN INTEGRASI
MASYARAKAT
Diajukan Untuk Menyelesaikan Tugas Ilmu Sosial dan Budaya
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Andalas
OLEH :
KELOMPOK 7
Arif Viardiman
(1210952028)
Agung Wahyudi Asahi
(1310951036)
Desfia Arisma
(1310952001)
Faisal Hanif
(1210951003)
Jerri Fetrico
(1310951089)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Prasangka, Diskriminasi, dan Integrasi Masyarakat ”, dengan harapan masyarakat mengetahui berbagai pentingnya berpikiran positif.
Dalam penulisan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Yommi Dewilda M.T selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada kami dalam menyelesaikan makalah.
2. Kedua orang tua kami yang telah mendorong dan memotivasi kami baik berupa moril dan materil.
3. Teman-teman sarta pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah.
Kami mengharapkan kritik atau saran yang bersifat konstruktif, demi penyempurnaan makalah yang masih banyak kekurangan.
Padang, November 2014
PRASANGKA, DISKRIMINASI, DAN INTEGRASI
MASYARAKAT
Prasangka dan diskriminasi adalah dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan – tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Prasangka mempunyai dasar pribadi, yang dasar orang memilikinya. Sejak manusia masih kecil, unsure sikap bermusuhan sudah Nampak. Melalui proses belajardan semakin besarnya manusia, timbul sikap cenderung untuk membeda bedakan. Prasangka ini perlu mendapat perhatian dengan seksama mengingat bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa atas masyarakat multietnik.
A. Sikap dan prasangka
Sikap, menurut morgan (1966) , adalah kecenderungan untuk berespons, baik secara positif ataupun negatif terhadap orang, objek atau situasi.
Kecenderungan untuk berespon ini meliputi perasaan atau pandangannya, yang tidak sama dengan tingkah laku. Sikap seseorang baru diketahui apabila ia sudah bertingkah laku.
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak terpengaruh oleh alasan rasional
John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori.[2]
Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang
dalam bertindak.
Beberapa jenis diskriminasi terjadi karena prasangka dan dalam kebanyakan masyarakat tidak disetujui.
B. Kategorisasi dan stereotype
Dalam berfikir atau mempersepsikan sesuatu, mau tidak mau kita melakukan penggolongan atau pengelompokkan. Proses pngambilan keputusan dengan jalan pengelompokan benda kedalam kelompok tertentu ini disebut “kategorisasi”, dan proses pengkhususan kategori sampai pengambilan keputusan disebut bracketing proses atau proses penyempitan.
Meletakkan suatu benda, manusia atau peristiwa kedalam kategori
tertentu, berfungsi agar individu mempunyai pegangan dalam bertingkah laku dan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Kategorisasi pada dasarnya merupakan suatu proses kognitif yang netral. Artinya menetapkan benda kedalam kategori tertentu, individu tidak ikut menilai. Kalaupun memberikan penilaian, baik langsung ataupun tidak melalui proses pelaziman, maka kemungkinan besar gagasan atau gambaran negative akan melekat pada orang tersebut. Dapat diartikan bahwa stereotype merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat – sifat dan watak pribadi orang/ golongan lain yang bercorak negative akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
C. Prasangka dan Diskriminasi
Keduanya merupakan istilah yang berkaitan. Perbedaannya, yaitu prasangka menunjukan pada sikap, sedangkan Diskriminatif pada
tindakan. Prasangka atau prejudice berasal dari kata latin Prejudicium, yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut:
a. Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu.
c. Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur emosional (suka – tidak suka) dalam keputusan yanng telah diambil tersebut.
Dalam konteks rasial, prasangka diartikan: “Suatu sikap terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi.” Dalam hal ini terkandung suatu ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilnya dari beberapa pengalaman dan yang
didengarnya. Dalam menghadapi objek prasangka akan bersikap tidak toleran, menyusun rasionalisasi dalam mempertahankan prasangkanya, menyorotnya tidak dari keunikan objek prasangka, tetapi dari kelompok etnis mana individu tergolong. Dengan demikian praanggapan,
prakeputusan, akan menjadi suatu prasangka bila menolak pengetahuan, pengalaman, atau fakta – fakta dan anggapannya secara emosional.
Disimpulkan bahwa prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan, pengertian, dan fakta kehidupan, adanya dominasi
kepentingan golongan atau pribadi, dan tidak menyadari atau insaf akan kerugian yang bakal terjadi.
D. Sebab sebab Terjadinya Prasangka
Menurut gordon allport (1958) ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka:
a. Pendekatan Historistis
Pendekatan ini didasarkan atas teori pertentangan kelas,yaitu menyalahkan kelas rendah yang inferior. Sementara mereka yang tergolong kedalam kelas atas mempunyai alasan (justification) untuk berprasangka terhadap kelas rendah. Contohnya prasangka orang kulit putih terhadap negro mempunyai latar belakang sejarah dimana orang kulit putih sebagai “tuan” dan orang negro sebagai budak.
b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
1. Mobilitas sosial : kelompok orang yang mengalami penurunan status akan terus mencari alasan mengenai nasib buruknya,serta tidak mencari penyebab sesungguhnya tetapi mengambinghitamkan.
2. Konflik antar kelompok : dalam hal ini prasangka merupakan realitas dari dua kelompok yang bersaing.
3. Stigma perkantoran : diartikan bahwa ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda” yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
4. Sosialisasi : prasangka dalam hal ini muncul sebagai hasil dari proses pendidikan orang tua atau masyarakat di sekitarnya,melalui proses sosialisasi mulai kecil hingga dewasa
c. Pendekatan Kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian sebagai penyebab prasangka,disebut dengan teori “frustasi aagregasi”(oleh J.Dolland dan N.Miller). menurut teori ini keadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku agresif,dimana frustasi muncul dalam kehidupan sehari-hari yang di sebabkan oleh orang yang berstatus lebih tinggi,yang tidak mungkin melakukan perlawanan apalagi dengan tingkah laku agresif.Keadaan ini sering membuat pengalihan dari rasa kesalnya ke satu sasaran .
d. Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan kepada bagaimana individu memandang atau mempersepsikan lingkungannya sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka. Dari pendekatan fenomenologis ini sulit dibuktikan teori mana yang lebih unggul ,sebab ada fenomena yang berteentangan.
e. Pendekatan Naive
Menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka. Contohnya sifat-sifat orang kulit putih menurut orang negro atau sifat-sifat orang negro menurut orang kulit putih.
E. Mengatasi Atau Mengurangi Prasangka
di antara kedua kelompok yang berprasangka, dan permainan peran atau role playing.
Permainan peran di sini diartikan orang yang berprasangka, diminta untuk berperan sebagai otang yang menjadi korban prasangka, sehingga yang berprasangka merasakan, mengalami dan menghayati segala penderitaan yang menjadi korban prasangka.
F. Prasangka dan Integrasi Masyarakat
Integrasi masyarakat dapat di artikan bahwa adanya kerja sama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa konsensus nilai-nilai yang sama sama di junjung tinggi.
Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tak terjadi konflik, dominasi, tidak banyak sistem yang tidak salin melengkapi, dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu untuk mewujudkan integrasi masyarakat pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi prasangka.
Unuk terciptanya integrasi nasional, perlu adanya suatu jiwa, suatu ass spiritual, suatu solidaritas yang besar yang terbentuk dari perasaan yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah di buat dan bersedia di buat lagi pada massa depan (Ernest Renan, 1825-1892). Perlu dicari bentuk-bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka, yang meliputi empat sistem, yaitu:
a) Sistem budaya seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 b) Sistem sosial seperti kolektif-kolektif sosial dalam segala
bidang
c) Sistem kepribadian yang terwujud sebagai pola-pola penglihatan (persepsi), perasaan (cathexis), pola-pola penilaian yang di anggap pola-pola ke indonesiaan
d) Sistem organik jasmaniah, dimana nasion tidak di dasarkan atas persamaan ras
Untuk mengurangi prasangka, keempat siste ini harus dibina, dikembangkan, dan