• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Minat, Profesi Guru dan Kompetensi Keguruan

1. Minat

Minat merupakan salah satu faktor psikologi yang penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang, selain itu minat juga merupakan faktor psikologi yang menentukan suatu pilihan seseorang. Seseorang jika melakukan suatu pekerjaan disertai dengan minat pada umumnya hasil yang akan diperoleh akan lebih baik jika dibanding tidak disertai dengan minat.

Menurut Bimo Walgito minat merupakan keadaan dimana seseorang menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut (Bimo Walgito, 1977: 65).

Sedangkan menurut Purwodarminto minat merupakan perhatian, kesukaan dan keinginan (Purwodarminto, 1987: 65). Sementara itu minat menurut Winkel adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel W.S,1983 : 30). Jika kita berminat terhadap sesuatu sudah pasti kita ikuti dengan perhatian pada objek tersebut.

Berkaitan dengan definisi di atas, minat mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi keputusan pemilihan pendidikan maupun karir

seseorang. Keberhasilan individu dalam lingkungan pendidikan maupun pekerjaan sangat tergantung pada motivasi, kesungguhan, disiplin, dan keterampilan. Motivasi, disiplin dan keterampilan merupakan hasil usaha dan pengembangan diri yang terus menerus di lingkungan pekerjaan. Motivasi, disiplin, dan keterampilan yang dimiliki seseorang dibentuk dan diarahkan oleh minat individu tersebut akan objek/jenjang pekerjaan tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat seseorang berperan penting dalam pemilihan karir seseorang.

Giatama 1990;6 (dalam penelitian bersama dosen dan mahasiswa;2008) menggolongkan minat menjadi dua, yaitu :

a. Minat secara intrinsik

Merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap, presepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensia. 1) Sikap

Menurut Thrustone, sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan obyek- obyek psikologis, afeksi yang positif yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah yang tidak menyenangkan. Dengan demikian obyek dapat menimbulkan berbagai macam sikap.

2) Persepsi

Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran rangsang sehingga individu mengerti rangsang yang di inderanya.

Ada tiga komponen dalam persepsi yaitu: seleksi, interpretasi, dan reaksi. Makna informasi bagi individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini tergantung dari ketiga komponen persepsi. Dengan adanya perbedaan seleksi dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda pula, sehingga reaksi yang timbul tergantung dari interpretasi yang ada.

3) Prestasi belajar

Seorang yang kurang berminat pada pendidikan atau pekerjaan biasanya menunjukan ketidaksenangan. Hal ini dapat di lihat dalam kejadian-kejadian seperti berprestasi rendah, bekerja dibawah kemampuannya dalam setiap mata pelajaran atau dalam melaksanakan pekerjaan yang tidak di sukai. Besarnya minat seseorang terhadap pendidikan dapat dipengaruhi oleh minat pada pekerjaan. Jika seseorang mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan (Elizabeth B. Hurlock, 1997:221).

4) Bakat

Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain. 5) Jenis kelamin

Laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan perempuan yang kebanyakan memandang pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.

Laki-laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh pekerjaan. Mereka juga menginginkan pekerjaan yang bermartabat tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit daripada berbagai kegiatan yang tidak terlampau bergengsi. Banyak laki-laki dari keluarga yang statusnya rendah, berharap mancapai status sosial yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Pada umumnya perempuan memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang tidak banyak menuntut waktu. Dalam memilih pekerjaan, biasanya perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti mengajar atau merawat (Elizabeth B. Hurlock, 1997:221).

6) Intelegensi

Dalam buku pengantar Psikologi Umum, Intelegensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya (kamus pedagogik, 1953)

Intelegensi masing-masing individu berbeda-beda, karena perbedaan tersebut maka individu satu dengan yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan sesuatu persoalan yang dihadapi.

b. Minat secara ekstrinsik

Merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul antara lain timbul karena latar belakang ekonomi, minat, orang tua dan teman sebaya.

1) Latar belakang ekonomi

Apabila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi buruk atau kurang baik karena tanggungjawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.

2) Minat orang tua

Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan

orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama (Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).

3) Minat teman sebaya

Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya. Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola kepribadian remaja, karena remaja lebih sering berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada keluarga (Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).

Menurut Andi Mappiare (1980 : 64), minat dipengaruhi oleh latar belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan pengalaman. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh unsur lingkungan yang ada di sekitar anak akan menjadi faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa untuk menjadi guru.

Menurut Drs. Andi Mappiare (1982 : 62), minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Perkembangan minat terhadap cita-cita jabatan dan pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Perkembangan minat/cita-cita remaja awal

Minat/cita-cita remaja terhadap sekolah dan jabatan remaja awal banyak dipengaruhi oleh minat orang tua dan minat kelompoknya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan jabatan seseorang cukup banyak antara lain tingkat status ekonomi/sosial, tingkat pendidikan, jenis kelamin, kebutuhan-kebutuhan dan lain-lain. Dalam masa remaja awal, minat/cita-cita sekolah atau jabatan seseorang masih berubah-ubah.

2) Perkembangan minat/cita-cita remaja akhir

Minat/cita-cita pendidikan/ jabatan pekerjaan dalam masa remaja akhir, pada umumnya telah mantap dalam pilihan, terutama dalam parohan akhir masa remaja akhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jabatan remaja adalah pengaruh citra diri, lingkungan keluarga/orang tua, lingkungan sosial kultural, dan sebagainya. Setelah mendekati masa remaja akhir, minat/cita-cita tersebut dapat lebih jelas, dan beberapa remaja telah dapat menentukan dan mengarahkan minat dan cita-cita pendidikan atau jabatan pekerjaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa jenis sekolah, jenis pekerjaan/jabatan yang dipilih seorang remaja akhir, dipengaruhi minat dan aspirasinya sendiri, minat dan aspirasi orang tuanya, kesan-kesan (menyangkut gengsi) dari teman- teman sebaya remaja yang bersangkutan.

Minat merupakan salah satu unsur pokok yang sangat penting untuk meraih sukses dalam melakukan kegiatan. Arti penting minat menurut The Liang Gie (1994:28) ialah :

1) Minat melahirkan perhatian yang serta merta. 2) Minat memudahkan terciptanya konsentrasi. 3) Minat mencegah gangguan perhatian dari luar.

4) Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan. 5) Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat menjadi guru adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, harapan, rasa takut, atau kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang untuk memilih menjadi guru.

2. Profesi Guru

Menurut Hornby (dalam Intan Desy Cahyani,2006:10), profesi dapat diartikan suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lanjut dan latihan khusus, seperti ahli hukum, arsitek, dokter, guru, teolog dan lain- lain. Sementara profesi menurut Arikunto (1990:231) diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan nafkah. Dedi Supriadi (1999:95) berpendapat bahwa profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu profesi secara teoritik tidak bisa

dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk itu.

Ciri-ciri profesi (Dedi Supriadi,1999:96):

a. Pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikansi sosial karena

diperlukan mengabdi kepada masyarakat.

b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat

pendidikan yang “lama” dan intensif serta dilakukan dalam lembaga tertentu secara sosial dapat dipertanggungjawabkan (accountable)

c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of knowledge), bukan hanya sekedar serpihan atau hanya common sense.

d. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta

sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik.

e. Sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, maka anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materiil.

Sementara itu, guru dapat diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar (McLeod,1989), sedangkan Soelaeman (1985:7), mendefinisikan guru sebagai komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Sementara itu, UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5 mendefinisikan guru sebagai tenaga profesional yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi pendidik yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih peserta

didik sehingga menjadi manusia yang berkualitas yang mengaktualisasikan potensi kemanusiaanya secara optimum, pada jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini formal.

Dalam jurnal Educational Leadership edisi Maret 1993 menyebutkan bahwa, untuk menjadi profesional guru dituntut memiliki lima hal:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya

b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang

diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa.

c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui

berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.

d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya.

e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam

lingkungan profesinya.

Di Indonesia sesungguhnya sudah ada wahana untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat kegiatan Guru) dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya. Hal ini tentunya belum cukup, satu hal lagi yang menentukan penampilan profesional guru adalah sejauh mana ia

menguasai prinsip-prinsip pedagogi secara umum maupun didaktik- metodik secara khusus yang berlaku pada setiap mata pelajaran.

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam-jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan dan lain-lain secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang, termasuk guru (Dedi Supriadi.1999:99).

Jika demikian, maka usaha peningkatan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdikbud atau yayasan swasta), PGRI, dan masyarakat.

Berkenaan dengan tugas dan fungsinya yang sangat strategis, maka untuk menjadi guru, seseorang perlu mendapatkan pendidikan atau latihan khusus di bidang keguruan. Keputusan Menteri pendidikan Nasional No. 045/U/2002 tentang standar pendidikan nasional, mensyaratkan bahwa untuk menjadi guru, maka seseorang untuk menjadi guru seseorang perlu memiliki kualifikasi akademik guru dan memenuhi standar kompetensi guru yang mencakup kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial dan profesional yang terintegrasi dalam kinerja guru.

Bila kompetensi guru dibangun berdasarkan keahlian bidang studi yang diajarkan, maka profesi guru pada umumnya tidak tergantung kepada

apa yang mereka ajarkan dan di jenjang mana mereka mengajar. Profesi guru adalah jenis pekerjaan yang selama ini diabaikan orang dan terus menerus menjadi perdebatan, sehingga guru kita tidak disiapkan secara profesional. Agar guru dapat disiapkan secara profesional, maka penyelenggaraan pendidikan profesi guru dibutuhkan penanganan yang lebih cermat, terutama terhadap perilaku mereka sebagai guru.

Jabatan guru sebagai suatu profesion, adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang membutuhkan keahlian (pendidikan atau latihan) khusus di bidang keguruan, perlu memiliki syarat-syarat tertentu untuk menjunjung martabat guru dan menjamin mutu pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru. Maka dibutuhkan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu (Amatembun, 1973 : 4-10) :

a. Syarat Profesional

Adalah syarat yang menyangkut bidang keahlian guru, meliputi : 1) Pengetahuan di bidang keguruan dan pendidikan, baik bersifat

umum maupun khusus.

2) Ketrampilan dalam mengajar pada khususnya, dan mendidik pada umumnya yang pada hakekatnya memiliki kesanggupan dalam memimpin kelasnya.

b. Syarat Personal

Syarat-syarat ini yang menyangkut diri pribadi orang yang menjadi guru, adapun syarat-syaratnya adalah :

Seorang guru harus sehat secara jasmani atau physik tidak sakit- sakitan apalagi mengidap penyakit menular seperti Tbc. Mengenai jasmani yang cacat seperti buta dan sebagainya dewasa ini bukanlah menjadi hambatan utama bagi seorang yang merasa dipanggil menjadi guru. Dewasa ini Indonesia telah mempunyai beberapa Sarjana Muda bahkan Sarjana Pendidikan lulusan IKIP yang tuna netra.

2) Kesehatan Psikis

Bahwa seseorang guru hendaklah sehat jiwanya, sehat mental atau rohaninya. Orang yang menderita penyakit jiwa atau penyakit- penyakit jiwa atau gangguan-gangguan syaraf (misalnya gangguan syaraf otak, kejiwaan), janganlah diangkat menjadi guru.

3) Kesehatan Psycho-somatic

Seorang guru bukan hanya sehat jasmaniah dan rohaniahnya saja tetapi haruslah sehat jasmani dan rohaninya, ia harus memiliki kesehatan psycho-somatis yang baik karena gangguan-gangguan pada badan dapat mempengaruhi fungsi-fungsi jiwa tertentu dan sebaliknya.

4) Integritas Pribadi

Syarat personal ini menyangkut kepribadian seoarang guru sebagai suatu totalitas. Kita membutuhkan guru-guru yang telah terintegrasi kepribadiannya yang telah dewasa dalam arti

pendagogis yaitu sanggup mengambil keputusan sendiri atas tanggung jawab sendiri.

c. Syarat Moralitas

Faktor ini lebih menyangkut watak pribadi seseorang, atau suatu pertanda kemampuan seseorang bertindak susila. Seseorang guru bukan hanya dapat mengetahui apa yang baik dan yang buruk, tapi juga sanggup berbuat menurut norma kesusilaan.

d. Syarat religiousity

Syarat beragama adalah syarat mutlak bagi orang-orang yang bertindak sebagai guru di bumi Indonesia ini sebagai perwujudan falsafah Pancasila secara konsekwen.

e. Syarat Formality

Syarat ini mencakup keempat syarat yang telah disebutkan di atas (profesional, personal, moralitas, religiousity) merupakan syarat formal yang harus dimiliki seseorang sebelum menjadi guru.

Dalam UUGD syarat-syarat menjadi guru adalah sebagai berikut :

1) Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, melalui pendidikan sarjana atau diploma empat

2) Memiliki kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi

3) Sertifikat pendidik diberikan pada guru yang telah memenuhi

4) Sehat jasmani dan rohani,

5) Serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

3. Kompetensi Keguruan

Kompetensi pada dasarnya merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu program pendidikan. Sementara itu, menurut keputusan menteri Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.

Berkaitan dengan kompetensi keguruan yang harus dikuasai oleh guru, kompetensi diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru dijelaskan sebagai berikut:

a. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia.

b. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi sebagai berikut:

1) Memahami peserta didik. Subkompetensi ini mempunyai indikator esensial memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip- prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.

2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan

pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

3) Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indicator esensial; menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial; melaksanakan

evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat

ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil

penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai

guru. Secara rinci, masing-masing elemen kompetensi tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:

1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar matapelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk

menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/bidang studi. d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Dokumen terkait