xii
ABSTRAK
PENGARUH PRESTASI PPL DAN ASPEK SOSIAL TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU
Studi Kasus: Pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Andriyani
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh yang positif dan signifikan antara nilai PPL dari guru pamong terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru, (2) pengaruh yang positif dan signifikan antara aspek sosial terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru.
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma sebanyak 403 mahasiswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 mahasiswa, teknik pengambilan sampel dengan sampel acak proporsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data untuk menjawab permasalahan pertama dan kedua menggunakan analisis regresi linier sederhana.
xiii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF TEACHING PRACTICE STUDENTS’ ACHIEVEMENT AND SOCIAL ASPECT
TOWARD THE INTEREST OF STUDENTS OF FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION TO BECOME TEACHERS
A Case Study on Students of Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University Yogyakarta
Andriyani
Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
This research aims to find out: (1) positive and significant influence of the grade given by the supervisor of teaching practice students’ achievement towards students’ interest of Faculty of Teachers Trainning and Education to become teachers, (2) positive and significant influence of social aspect towards students’ interest of Faculty of Teachers Trainning and Education to be come teachers.
This research is a case study and conducted in Sanata Dharma University from June 2009 up to August 2009. The population of this research were 403 students of the Faculty of Teachers Trainning and Education Sanata Dharma University. The participants of this research were 200 students. These participants were chosen by applying proportional random sampling method. The data were collected by using questionnaire and documentation. The technique of data analysis to answer the first and second problem was the simple linier regression analysis.
PENGARUH PRESTASI PPL DAN ASPEK SOSIAL
TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU
Studi kasus: Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma, YogyakartaSKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi pendidikan Akuntansi
Disusun oleh: Andriyani NIM : 041334033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Allah di Surga
Bapak Widodo dan Ibu Samiyem
Adikku Dwi dan Tri
Mas Hari
v
MOTTO
Apabila anda berbuat kebaikan kepada orang lain, maka anda telah berbuat baik terhadap diri sendiri.
( Benyamin Franklin )
Bahagialah orang yang diberi Tuhan dengan kesibukan-kesibukan yang padat, karena keberadaan kesibukan itu membuat hari-hari kita menjadi penuh makna.
(Anto Satriyo Nugroho)
Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan YME atas segala berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Prestasi PPL dan Aspek Sosial terhadap Minat mahasiswa FKIP Menjadi Guru”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh banyak bimbingan, kritik, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono. S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato. S.Pd., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing, yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, serta motivasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
ix
6. Ibu Cornelio Purwantini. S.pd., M.SA selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan, dukungan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Para Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 8. Semua karyawan di Sekretariat Pendidikan Akuntansi (Mbak Aris dan Pak
Wawik) terimakasih atas segala pelayanan dan bantuannya selama penulis kuliah di USD.
9. Semua Kaprodi di FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10.Bapak dan Ibu Staf Karyawan di sekretariat Dekanat dan Prodi FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis.
11.Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2005 yang telah membantu penulis dalam melengkapi data. Terimakasih atas kerjasamanya.
12.Bapak Widodo dan Ibu Samiyem tercinta, terimakasih untuk segala kasih sayang, kesabaran, dan doa-doanya serta pengorbanannya baik moral maupun materiil sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
x
14.Mas Hari tersayang makasih ya atas doa, motivasi dan kasih sayangnya, Mas, ternyata bener yang kamu bilang “Kamu pasti bisa!!” terbukti juga aku bisa lulus nich…I Love You…..”maafin yaach sering buat jengekel???”
15.Sartini (Nis, my best friend… thank’s ya buat dukungannya… Sukses buat kamu!!!.). Tutik PBI (Tut thank’s ya untuk dukungan dan translate-annya…). 16.Lia, Florie, Rika, Rina, Dian, Tety (teman2 seperjuanganku, terimakasih
untuk semua dukungannya, kalian memang teman terbaikku, kapan nich bisa kumpul-kumpul lagi..buat Dian, Yan ayo mulai kuliah lagiii...?!).
17.Kakek dan Nenek Patmo, Nenek Wongso dan Alm. Kakek Wongso, terimakasih atas doanya.
18.Tante Sut, Om Tri, Tante Supar, Om Maxi, Tante Menik, Om Aris, dan Tante Tari, Om Paino dan Istri, Om Qomar dan Istri, dan semua keponakan-keponakanku tercinta, terimakasih atas doa dan dukungannya (maaf aku sering merepotkan kalian, Om Tri aku nitip Wasito di Kalimantan Yaaa...?).
19.Bapak Adi, Ibu Sum, Mba’ Harni, Mas Bung, Mas Hariyono, Mba’ Andri, Ifa, Arif, dan Aldo, terimakasih kalian sudah menjadi inspirasi dalam hidupku. 20.Garet, Tanti, Via, Dwi Utami, Vina, Tutik, Nining, Endah, Sinta, Sari, Rika,
Anna, Arista, terima kasih kalian sudah menjadi teman terbaikku.
21.Untuk teman-teman seperjuangan di PAK 2004 kelas A dan B, sukses buat semuanya ya……….
xi
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik, dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan.
Yogyakarta, 12 Oktober 2009 Penulis
xii
ABSTRAK
PENGARUH PRESTASI PPL DAN ASPEK SOSIAL TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU
Studi Kasus: Pada Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Andriyani
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh yang positif dan signifikan antara nilai PPL dari guru pamong terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru, (2) pengaruh yang positif dan signifikan antara aspek sosial terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru.
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma sebanyak 403 mahasiswa. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 mahasiswa, teknik pengambilan sampel dengan sampel acak proporsional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data untuk menjawab permasalahan pertama dan kedua menggunakan analisis regresi linier sederhana.
xiii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF TEACHING PRACTICE STUDENTS’ ACHIEVEMENT AND SOCIAL ASPECT
TOWARD THE INTEREST OF STUDENTS OF FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION TO BECOME TEACHERS
A Case Study on Students of Faculty of Teachers Training and Education Sanata Dharma University Yogyakarta
Andriyani
Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
This research aims to find out: (1) positive and significant influence of the grade given by the supervisor of teaching practice students’ achievement towards students’ interest of Faculty of Teachers Trainning and Education to become teachers, (2) positive and significant influence of social aspect towards students’ interest of Faculty of Teachers Trainning and Education to be come teachers.
This research is a case study and conducted in Sanata Dharma University from June 2009 up to August 2009. The population of this research were 403 students of the Faculty of Teachers Trainning and Education Sanata Dharma University. The participants of this research were 200 students. These participants were chosen by applying proportional random sampling method. The data were collected by using questionnaire and documentation. The technique of data analysis to answer the first and second problem was the simple linier regression analysis.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
xv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Pengalaman Lapangan ... 7
B. Faktor Sosial ... 20
C. Minat, Profesi Guru dan Kompetensi Keguruan ... 25
D. Kerangka Berpikir 1. Pengaruh PPL terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Guru .. 43
2. Pengaruh Aspek Sosial terhadap Minat mahasiswa menjadi guru ... 45
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 47
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 48
E. Operasionalisasi Variabel ... 50
F. Teknik Pengumpulan Data ... 54
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 54
H. Teknik Analisis Data ... 60
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah USD ... 64
B. Visi, Misi USD dan Tujuan Pendidikan USD ... 66
C. Nama-Nama Rektor USD ... 68
xvi
E. Jurusan dan Program Studi ... 72
F. Peraturan Akademik ... 72
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 76
B. Analisis Data ... 80
1. Pengujian Prasarat Analisis Data ... 80
2. Pengujian Hipotesis ... 82
C. Pembahasan ... 85
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 92
B. Keterbatasan Penelitian ... 92
C. Saran ... 93
DAFTAR PUSTAKA
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Penentuan Jumlah Sampel ... 50
Tabel III.2 Rentang Nilai PPL ... 51
Tabel III.3 Faktor Sosial ... 52
Tabel III.4 Variabel Minat Mahasiswa FKIP Menjadi Guru ... 53
Tabel III.5 Skor Pernyataan Kuesioner ... 53
Tabel III.6 Hasil Perhitungan Validitas Faktor Sosial ... 56
Tabel III.7 Hasil Perhitungan Validitas Minat Mahasiswa Menjadi Guru ... 57
Tabel III.8 Interpretasi Koefisien Secara Konservatif ... 59
Tabel III.9 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas ... 59
Tabel IV.1 Jurusan dan Program Studi ... 72
Tabel IV.2 Jadwal Kegiatan Belajar ... 73
Tabel IV.3 Beban Studi Maksimal ... 75
Tabel V. 1 Interprestasi Data Nilai PPL... 77
Tabel V. 2 Interprestasi Data Faktor Sosial ... 79
Tabel V. 3 Interprestasi Data Minat Mahasiswa Menjadi Guru .... 79
Tabel V. 4 Rangkuman Hasil Pengujian Normalitas ... 79
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Ijin Penelitian ... 95
Lampiran Kuesioner ... 98
Lampiran Data Penelitian ... 101
Lampiran Output Uji Validitas dan Reliabilitas ... 103
Lampiran Data Penelitian ... 105
Lampiran Output Uji Normalitas ... 126
Lampiran Output Linieritas ... 127
Lampiran Output Uji Hipotesis ... 131
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas guru sampai saat ini tetap menjadi persoalan penting. Menjadi
penting karena pada kenyataannya keberadaan guru di berbagai jenjang
pendidikan, dari Taman Kanak-kanak sampai pada Sekolah Menengah Atas
oleh sebagian kalangan dinilai jauh dari performa yang distandarkan.
Keluhan bahwa banyak guru lulusan FKIP kurang profesional, yaitu
kurang menguasai bahan dan kurang kompeten dalam pembelajaran cukup
marak. Mutu guru yang kurang tinggi inilah yang mengakibatkan salah
satunya mutu pendidikan di Indonesia kurang baik. Maka untuk meningkatkan
mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia, diperlukan seorang guru yang
profesional dalam mendidik siswa-siswinya di sekolah. Untuk mewujudkan
guru yang profesional maka pemerintah mulai ingin menata profesi guru
dengan kode etik dan sertifikasi.
Salah satu penyebab guru kurang profesional adalah minat dan motivasi
calon guru yang masuk FKIP kurang tinggi. Hal ini dapat terlihat dari
kebanyakan yang masuk FKIP bukan calon mahasiswa yang berintelegensi
tinggi dan bukan pilihan pertama. Lulusan SMA kurang berminat menjadi
guru karena kesejahteraan guru relatif kecil dibandingkan profesi lain yang
setingkat dan ada indikasi banyak orang tua yang menjadi guru, tidak ingin
Lain dulu lain pula sekarang, banyak sekali sarjana-sarjana jurusan
murni (non kependidikan) yang berburu akta IV atau mengajar agar menjadi
bagian dari profesi guru dan diterima di lembaga pendidikan tertentu. Hal ini
menyebabkan adanya guru-guru instan yang mengajar di lembaga-lembaga
pendidikan. Mengapa mereka sekarang ingin dan minat menjadi guru, padahal
mereka tidak bercita-cita menjadi guru. Hal ini terbukti karena mereka tidak
serius dalam menempuh pendidikan kesarjanaan yang mereka tempuh.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi minat pemilihan profesi guru,
antara lain: (1) profesi guru saat ini mendapat perhatian istimewa dari
pemerintah, (2) profesi guru merupakan jenis pekerjaan yang santai dan
mudah, (3) profesi guru tidak banyak menyita waktu dalam bekerja, (4)
profesi guru menjadi pelabuhan terakhir ketika tidak ada lowongan pekerjaan
sesuai ijazah sarjana mereka, ataukah (5) gaji profesi guru mulai terangkat dan
subsidinya akan dinaikkan oleh pemerintah. Jika kelima faktor ini yang
banyak mempengaruhi minat mahasiswa saat ini untuk memilih profesi guru,
maka tidak heran jika kualitas guru saat ini banyak dipertanyakan.
Sejauh diamati, persoalan minimnya guru berkualitas itu berpangkal dari
lemahnya pembinaan guru saat ini. Menurut Prof. HAR Tilaar (2006),
kelemahan itu hanya bisa diatasi bila LPTK / Universitas ex. IKIP mengalami
reorganisasi dan restrukturisasi, harus ditunjang ilmu pendidikan terbaru.
Akibatnya ketika guru mengajar suasana yang dibangun di kelas cenderung
pasif dan kaku (KR.Selasa 25 Nopember 2008). Selama ini pengajaran di
reflektif. Padahal para siswa itu sangat membutuhkan inspirasi pada saat
gurunya di kelas, sayangnya guru itu tidak menguasai ilmu substansi dan cara
penyampaian kepada siswa. Sehingga sekolah hanya menjadi transfer ilmu
pengetahuan semata dan bukan sebagai lembaga pendidikan, akibatnya para
lulusanpun tidak bisa banyak diharapkan menjadi agen perubahan sosial dan
(jika menjadi guru) justru malah melestarikan pola pengajaran impulsif
(coba-coba).
Masalah-masalah yang tersebut di atas, maka FKIP mempunyai
tantangan yang cukup besar. Tantangan tersebut yaitu bagaimana membantu
calon guru dengan pendidikan guru yang ada dapat mengembangkan minat
dan profesionalitas mereka.
Guru yang bermutu, bukan hanya berotak pintar, tapi idealnya juga
mempunyai minat yang cukup besar. Minat tidak hanya muncul, ketika
ditanya, apakah anda mau menjadi guru? Tetapi, dimulai dari proses ketika
mengenyam proses pendidikan.
Pihak FKIP, sudah mencoba meningkatkan minat dan profesionalitas
calon guru dengan bermacam cara seperti membuat kurikulum keguruan yang
menekankan pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya,
pengembangan pembelajaran dan sikap.
Dalam proses pendidikan di LPTK/IKIP mahasiswa dibina untuk
semakin memupuk kecintaanya terhadap profesi guru. Salah satu cara yang
ditempuh FKIP adalah dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL). PPL
mahasiswa terjun langsung di sekolah-sekolah untuk mempraktekan langsung
teori yang mereka dapat di perkuliahan. Program ini membuat para mahasiswa
mengenal secara langsung lingkungan sekolah, menerapkan kecakapan
keguruan secara menyeluruh dan terintegrasi dalam situasi nyata. Supaya
mahasiswa calon guru benar-benar merasakan manfaat PPL maka PPL harus
dijalankan seefektif mungkin. Aspek yang dinilai adalah sesuai dengan tujuan
dari program PPL itu sendiri, yaitu: kemampuan mengenal lingkungan
sekolah, kemampuan menerapkan kecakapan keguruan secara menyeluruh dan
terintegrasi, dan kemampuan mengambil manfaat dari pengalaman ber-PPL.
Pengalaman nyata di sekolah inilah yang sedikit banyak mempengaruhi minat
mahasiswa FKIP memilih profesi guru.
Faktor lain yang diduga berpengaruh pada minat seseorang menjadi guru
adalah pengakuan (penghargaan) masyarakat terhadap profesi guru semakin
menurun (S.Widanarto P,dkk:2008). Dewasa ini martabat guru semakin
merosot, bahkan dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat. Guru
idealnya, di samping dapat mentransfer pengetahuan, guru juga mendidik
nilai-nilai universal. Dengan demikian, seorang guru hendaknya memiliki
moral, iman dan akhlak yang baik yang dapat ditanamkan pada diri siswa.
Namun berita-berita di media massa menunjukkan bahwa perilaku guru jauh
dari ideal. Perilaku-perilaku negatif menjadikan masyarakat berpandangan
negatif terhadap profesi guru.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan
TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU” dengan studi
kasus pada mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Mengingat begitu banyak faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa
untuk menjadi guru, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Fokus
penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh Prestasi Program Pengalaman
Lapangan (PPL) dan aspek sosial terhadap minat mahasiswa FKIP USD untuk
menjadi guru.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara prestasi PPL
terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru?
2. Apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan antara aspek sosial
terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara prestasi PPL terhadap minat mahasiswa FKIP USD untuk menjadi
guru.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara aspek sosial terhadap minat mahasiswa FKIP USD untuk menjadi
E. Manfaat Penelitian
1. Menjadi bahan evaluasi bagi FKIP USD tentang PPL apakah sudah sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa atau tidak.
2. Menjadi bahan evaluasi bagi dosen FKIP USD untuk dapat membantu
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Pengalaman Lapangan (PPL)
1. Hakikat, Tujuan dan Status PPL
Menurut M. Entang (1980:1) Praktek Kependidikan calon guru
dinamakan “Pengalaman Lapangan” dan bukan “praktek mengajar”,
karena program ini tidak hanya mencakup latihan mengajar, akan tetapi
juga termasuk di dalamnya tugas-tugas keguruan lain di luar mengajar.
Program Pengalaman Lapangan (PPL) dalam kurikulum Pendidikan
Guru Berdasarkan Kompetensi (PGBK) termasuk komponen Proses
Belajar Mengajar (PBM). Pelaksanaan kegiatannya digolongkan atas
tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda walaupun secara keseluruhan
diarahkan kepada satu tujuan yaitu pembentukan profesional keguruan. Di
dalam PPL ini dilaksanakan latihan-latihan mengajar yang sepenuhnya
diawasi, sebagian diawasi sampai pada latihan yang sepenuhnya berdiri
sendiri, di samping latihan pelaksanaan tugas-tugas non-teaching. Latihan keterampilan yang lebih terbatas dilakukan dalam bentuk kegiatan praktek
mata-mata kuliah kelompok Proses Belajar Mengajar (PBM) lainnya,
antara lain dengan mempergunakan fasilitas micro teaching.
Menurut buku Pedoman Pelaksanaan Pengalaman Lapangan
(2007:7), PPL dirancang untuk melatih para calon guru agar memiliki
latihan pembelajaran dan latihan melaksanakan tugas-tugas kependidikan
selain pembelajaran. PPL merupakan muara dari seluruh program
pendidikan pra-jabatan guru. Oleh karena itu, pelaksanaan PPL dilakukan
sesudah mahasiswa memperoleh bekal yang memadai dalam berbagai
bidang yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru, seperti penguasaan
landasan kependidikan, penguasaan mata pelajaran dan pengelolaan proses
pembelajaran. Kecakapan keguruan mempunyai banyak aspek yang
berkaitan, yang harus dilatihkan secara bertahap dan terintregrasi.
Keseluruhan kecakapan keguruan di atas perlu dilandasi dengan nilai serta
sikap keguruan yang positif.
Tujuan PPL (Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman
Lapangan.2007:7) agar praktikan memiliki kompetensi berikut:
a. Mengenal lingkungan sosial sekolah secara cermat dan menyeluruh,
meliputi aspek fisik, tata administratif, serta tata kurikuler dan kegiatan
kependidikan.
b. Menerapkan berbagai kecakapan keguruan secara menyeluruh dan
terintegrasi dalam situasi nyata di bawah bimbingan Guru Pamong dan
dosen Pembimbing PPL.
c. Mengambil manfaat dari pengalaman ber-PPL agar semakin memiliki
kecakapan keguruan secara profesional.
Status PPL di FKIP USD merupakan matakuliah wajib lulus (WL)
Menurut Entang (1980:4), tingkatan kegiatan dalam Pengalaman
Lapangan seperti yang dituntut program pendidikan guru berdasarkan
kompetensi hendaknya meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Observasi-orientasi (field familiarization)
Kegiatan ini bermaksud untuk memperkenalkan para mahasiswa
kepada kehidupan sekolah (school life). b. Latihan terbatas (isolated skill development)
Pada fase ini para mahasiswa dilatih secara elementer mengenal dan
mempergunakan berbagai metode mengajar, cara analistis situasi kelas
dan melaksanakan evaluasi hasil belajar.
c. Latihan lengkap (real teaching)
Pada fase ini mahasiswa secara berangsur-angsur diberi tanggung
jawab melaksanakan tugas guru dengan bimbingan sampai dapat
berdiri sendiri dan bertanggung jawab penuh (mulai dari supervised teaching sampai dengan full responsibility teaching).
2. Persiapan Program Kegiatan PPL (Pedoman Pelaksanaan
PPL.2007:8-11)
a. Prasyarat
Mahasiswa yang diperkenankan melaksanakan PPL adalah mahasiswa
yang memenuhi prasyarat sebagai berikut:
1) Telah mengikuti mata kuliah di Koordinasi MKDK berikut ini
dengan nilai minimal C:
b) Psikologi Belajar dan Pembelajaran
c) Dasar-dasar Bimbimngan dan Konseling
d) Psikologi Remaja
e) Manajemen Sekolah
2) Sudah mengikuti mata kuliah PBM berikut ini dengan nilai
minimal C:
a) Perencanaan Pengajaran
b) Metodologi Pengajaran
c) Evaluasi Pengajaran
d) Pengajaran Mikro
3) Telah mengikuti mata kuliah mata pelajaran yang ditentukan oleh
program studi yang bersangkutan.
Selain telah menempuh mata kuliah yang telah ditentukan,
praktikan juga diberi pembekalan PPL. Pembekalan yang telah diikuti
praktikan sebelum melaksanakan PPL dilakukan dua kali, yaitu:
Pembekalan tingkat Program Studi dan Pembekalan tingkat Fakultas.
b. Kegiatan
1) Membuat rencana kegiatan
2) Mengenal sekolah tempat melaksanakan PPL (observasi sekolah)
a) Pengenalan lapangan (sekolah tempat praktikan melaksanakan
PPL)
b) Aspek-aspek kehidupan sekolah (keadaan fisik sekolah,
sumber belajar, perangkat administrasi kelas dan sekolah,
jenis-jenis program kokurikuler dan ekstrakurikuler yang tersedia di
sekolah, struktur organisasi dan personalia/kepegawaian
sekolah, kehidupan social dalam waktu belajar dan waktu
istirahat, dan membuat peta kerawanan kelas).
3) Mengenal proses pembelajaran dan aktivitas siswa
a) Untuk menemukan model pembelajaran, praktikan wajib
mengobservasi proses pembelajaran yang dilakukan guru
pamong minimal 3 kali, sedapat mungkin pada kelas yang
berbeda.
b) Untuk menambah pengalaman mengajar, praktikan wajib
mengobservasi pembelajaran oleh sesama praktikan minimal 3
kali, sedapat mungkin pada praktikan yang berbeda.
4) Melaksanakan pembelajaran
a) Praktikan wajib melaksanakan pembelajaran minimal 8 kali.
Untuk itu praktikan wajib menyusun silabus dan/atau Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b) Silabus dan/atau RPP wajib dikonsultasikan kepada Guru
Pamong dan Dosen Pembimbing PPL.
c) Penilaian pembelajaran praktikan dilakukan oleh Guru Pamong
dan Dosen Pembimbing PPL.
5) Membuat alat peraga untuk kepentingan pengajaran
Dengan bimbingan wali kelas dan kepala sekolah atau petugas lain
yang mewakilinya, praktikan berlatih/berpartisipasi dalam
penyelenggaraan administrasi kepegawaian, administrasi
kesiswaan, dan administrasi sekolah.
7) Berlatih dalam pemeliharaan dan pendayagunaan sarana
pengajaran
Kegiatan ini dilakukan antara lain dalam hal pengelolaan
perpustakaan dan laboratorium.
8) Berlatih/berpartisipasi dalam pembinaan kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler (misalnya: pengelolaan OSIS dan Kepramukaan)
9) Menyelenggarakan kegiatan lain
Praktikan dianjurkan melakukan kegiatan-kegiatan lain, seperti
hal-hal berikut:
a) membimbing pengisian majalah dinding
b) mengikuti upacara-upacara sekolah
c) mengikuti pertemuan atau rapat-rapat sekolah
d) melaksanakan tugas piket
10)Menghadiri pertemuan dengan Dosen Pembimbing dan membina
hubungan dengan sekolah
a) Kegiatan ini dilakukan dalam rangka persiapan dan
pembekalan PPL di kampus, dan berbagai pengalaman dalam
kelompok di sekolah tempat praktik; minimal dilaksanakan 4
b) Selama melaksanakan PPL, praktikan berusaha membina
hubungan dengan personil sekolah.
11)Membuat laporan
Praktikan wajib membuat laporan (individual)
a) Buku Pribadi yang terdiri dari Buku Harian
b) Laporan akhir dibuat 3 eksemplar, untuk praktikan yang
bersangkutan, pihak sekolah terkait, dan Dosen Pembimbing.
12)Menempuh ujian lisan pertanggungjawaban PPL pada Dosen
Pembimbing
Dalam rangka menentukan nilai final, praktikan wajib mengikuti
ujian lisan pertanggung-jawaban laporan PPL.
c. Penilaian
1) Pengertian dan Tujuan
Penilaian merupakan salah satu komponen dalam
keseluruhan PPL. Penilaian mengandung dua aspek, yaitu
penilaian terhadap pencapaian mahasiswa calon guru dalam setiap
tahap latihan, serta penilaian terhadap keefektifan program yang
dirancang bagi pertumbuhan dan perkembangan kemampuan
profesional mahasiswa calon guru (Anah dkk:101).
Secara lebih rinci, pengukuran tingkat kinerja mahasiswa
calon guru meliputi kinerja dalam hal-hal berikut (Anah dkk:102):
a) Melakukan observasi lapangan, baik yang bersiat lingkungan
b) Melakukan latihan keterampilan mengajar terbatas, yang
meliputi: kinerja dalam keterampilan bertanya, memberi
penguatan, menjelaskan, mengadakan variasi, membuka dan
menutup pelajaran, mengelola kelas, memimpin diskusi
kelompok kecil, dan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
c) Melakukan latihan terbimbing yang meliputi: kinerja dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar, memberi bimbingan
belajar, mengerjakan tugas administrasi, serta melakukan tugas
ko dan ekstra kurikuler.
d) Melakukan latihan mandiri yang meliputi kinerja dalam
melaksanakan tugas sebagai guru kelas (termasuk membimbing
murid dan mengerjakan administrasi kelas), mengerjakan tugas
administrasi sekolah dan mengerjakan tugas ko an ekstra
kurikuler.
Tujuan penilaian keefektifan PPL meliputi penilaian
keefektifan dalam hal-hal berikut:
a) perencanaan dan pelaksanaan latihan pengalaman lapangan
b) mekanisme pelaksanaan latihan keterampilan mengajar terbatas
c) perencanaan dan pelaksanaan latihan terbimbing
d) mekanisme bimbingan secara keseluruhan.
2) Prinsip-prinsip Penilaian (Pedoman Pelaksanaan PPL:2007:18)
Butir-butir yang akan dinilai dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan penilaian diketahui juga oleh praktikan.
b) Berkesinambungan
Penilaian dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir.
c) Membimbing
Penilaian merupakan bagian dari pembimbingan, yaitu untuk
memperbaiki kekurangan yang ada.
3) Komponen yang dinilai, Penilai dan Rentang Nilai (Pedoman
Pelaksanaan PPL.2007:18-19)
a) Proses Pembelajaran
a1) Kemampuan menyusun rencana pembelajaran
•kemampuan menyusun tujuan pembelajaran dan indicator
•kemampuan menganalisis materi pembelajaran
•kemampuan merancang pengalaman belajar yang
mengaktifkan siswa
•kemampuan menyusun alokasi waktu, media dan sumber
belajar yang relevan
•kemampuan menyusun alat evaluasi formatif
a2) Kemampuan melakukan proses pembelajaran
•kemampuan melakukan kegiatan pra pembelajaran
•kemampuan membuka pelajaran
•kemampuan melaksanakan kegiatan inti pembelajaran
a3) Kemampuan Personal dan Sosial
•Komponen yang dinilai:
•Kedisiplinan
•Rasa tanggung jawab
•Kesungguhan melakukan tugas yang diberikan di sekolah
•Keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sekolah
•Ketepatan waktu (kehadiran, penyelesaian tugas)
•Kemampuan bekerja sama dengan guru-guru/dosen
pembimbing, staf administrasi sekolah, siswa, dan sesama
praktikan
•Kerapian berpakaian
•Kesungguhan memperbaiki kesalahan/kekurangan selama
melaksanakan PPL
a4) Laporan Akhir
•kelengkapan isi
•sistematika
•penggunaan bahasa yang baik dan benar
b) Penilai
b1) Guru Pamong: menilai komponen pembelajaran, komponen
tugas-tugas lain, serta penilaian penampilan personal dan
sosial.
b2) Dosen Pembimbing: menilai komponen praktik
laporan akhir/pertanggungjawaban, dan menguji serta
menentukan nilai final.
c) Rentang Nilai
Rentang nilai yang dipakai adalah 0-10 dengan predikat sebagai
berikut:
Rentang Nilai Huruf Predikat
8,00 – 10,00 A Sangat baik
6,6 – 7,9 B Baik
5,5 – 6,5 C Cukup
5.0 – 5,5 D Kurang
0,00 – 4,9 E Sangat Kurang
d. Perangkat kemampuan yang diharapkan dikuasai lulusan
program pendidikan prajabatan guru (Dirjen
Dikti,1991/1992:Buku 1:15-17)
1) Kesadaran dan kemampuan mengembangkan diri sebagai individu
warganegara berpendidikan tinggi dan sebagai pekerja professional
a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME.
b) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa
Pancasila.
c) Mampu berpikir mandiri, termasuk pemanfaatan cara-cara
memperoleh dan mengolah informasi serta mengemukakan
proses dan hasilnya secara efektif dan efisien dalam bahasa
baku, baik secara lisan maupun tertulis.
d) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi
e) Mengetahui kemampuan dan keterbatasan diri di dalam
pelaksanaan tugas-tugas profesional di samping kemampuan
menemukan rujukan bagi keperluan pelaksanaan tugas-tugas
tersebut.
f) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan
profesional.
g) Berinteraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi
pendidikan.
2) Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajar
a) Memahami ruang lingkup, landasan, serta keterbatasan ilmu
sumber bahan ajarnya.
b) Menggunakan metodologi dan/atau peralatan yang diperlukan
untuk pemahaman ilmunya.
c) Memahami kaitan antara berbagai konsep di dalam ilmunya
dan kaitan antara konsep-konsep tersebut dengan
bidang-bidang ilmu lain yang relevan.
d) Memahami implikasi sosial bidang ilmunya.
e) Mampu belajar secara mandiri untuk memuthakirkan
penguasaan bidang ilmunya.
f) Memahami kaitan antara berbagai konsep bidang ilmunya
dengan konsep-konsep bidang ilmu lain yang relevan bagi
g) Memilih dan menata konsep-konsep bidang ilmu yang telah
ditetapkan sebagai isi program pengajaran dalam bentuk yang
meyakinkan dengan derajat ketercermatan yang maksimal.
3) Menguasai prinsip-prinsip dasar kependidikan dan memahami
hakikat subjek didik
a) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat.
b) Mengenal karakteristik, potensi dan kebutuhan peserta didik
sasaran layanan (TK, SD, SM) yang digunakan sebagai acuan
di dalam menyelenggarakan layanan pendidikan.
c) Memahami prinsip-prinsip ilmu-ilmu yang relevan untuk
dimanfaatkan di dalam mengelola proses belajar-mengajar.
d) Mengenal prinsip dan prosedur pembelajaran.
e) Memahami kaitan tujuan pendidikan (TK, SD, SM)
4) Kemampuan menyusun dan menyelenggarakan program
pengajaran dan tugas-tugas keguruan-kependidikan lainnya
a) Menerapkan pengetahuan tentang bidang ilmu sumber bahan
ajar, wawasan kependidikan, dan karakteristik, potensi, serta
kebutuhan sasaran layanan (TK, SD, SM) untuk:
a.1) menetapkan tujuan pengajaran
a.2) memilih dan mengembangkan bahan pengajaran
a.3) memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
a.4) memilih dan memanfaatkan media pengjaran
a.6) mengatur ruangan belajar
a.7) mengelola interaksi belajar mengajar
a.8) menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
a.9) menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
a.10) membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
a.11) membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat
khusus
a.12) membina wawasan siswa untuk menghargai berbagai
pekerjaan di masyarakat
b) Mengenal dan memecahkan masalah-masalah nyata yang
dihadapi di dalam penyelenggaraan pengajaran melalui
kegiatan penelitian.
c) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
d) Membina kegiatan-kegiatan ko- dan ekstrakurikuler.
B. Faktor Sosial
Fungsi sosial adalah pengaruh khas yang diberikan seseorang atau
lembaga sosial terhadap seluruh masyarakat. Apabila rasa pengertian peranan
sosial itu hendak ditekankan unsur kewajiaban dan tangung jawab peranan
sosial itu disebut dengan istilah lain, yakni jabatan atau tugas. Maka jabatan
atau tugas sosial ialah suatu peranan sosial yang diserahkan kepada seseorang
atau institusi sosial oleh instansi yang berwenang untuk memenuhi kebutuhan
Aspek sosial ditunjukkan sebagai faktor yang menampakkan
kemampuan seseorang pada masyarakat, atau dengan kata lain nilai seseorang
dari sudut pandang orang-orang lain lingkungannya (Endang Wijayanti,
2001:367). Aspek sosial ini, juga dipertimbangkan dalam memilih karir dalam
hal ini adalah guru. Yang termasuk aspek sosial ini adalah prestis, kepuasan
pribadi, kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial, kesempatan untuk
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya serta kesempatan
menjalankan hobi di lingkungan masyarakat misalnya dengan membuka
privat.
Kehidupan status sosial guru sangat mempengaruhi prestis guru, karena
dalam kehidupan sosial guru dapat dinilai dan dicontoh oleh masyarakat jika
dapat menunjukan martabat dan budi pekerti yang baik. Masyarakat yang
nantinya akan menghormati dan menyegani keberadaan guru karena memiliki
status sosial tinggi.
Menurut Edman dalam Rini Yuniyanti (2005 ; 12) menggambarkan
peranan guru dalam kontek antara budaya mencakup 2 hal yaitu:
1. Peranannya ialah melakasanakan apa yang diamanatkan masyarakat
melalui sekolah agar dapat mempersiapkan anak didik sesuai tujuan yang
diharapkan masyarakat.
2. Peranannya ialah melaksanakan tujuan yang diserahkan kepadanya baik di
dalam kelas sehari-hari maupun dalam hubungannya dengan tuntutan
Sedangkan menurut Waten B dalam Rini Yuniyanti (2005 : 13) peran guru
antara lain :
1. Sebagai tokoh terhormat dalam masyarakat, sebab ia nampak sebagai
seseorang yang punya wibawa.
2. Sebagai penilai, ia memberi penilaian
3. Sebagai orang sumber (nara sumber)
4. Sebagai pembantu
5. Sebagai wasit
6. Sebagai detektif
7. Sebagai objek identifikasi
8. Sebagai penyangga rasa takut
9. Sebaagi orang yang menolong memahami diri (super ego)
10.Sebagai pemimpin kelompok
11.Sebagai orang tua/wali (parent/surrogates)
12.Sebagai orang yang membina dan memberikan layanan
13.Sebagai pembawa rasa kasih sayang.
Seorang guru dipandang oleh masyarakat mempunyai peranan, adapun
peranan guru dalam suatu masyarakat terdapat beberapa unsur, yaitu :
1. Guru bergaul dengan masyarakatnya, dengan tetap memelihara statusnya
bahwa ia adalah orang yang digugu dan ditiru dimana saja ia berada.
2. Guru menjauhkan diri untuk memasuki kegiatan-kegiatan masyarakat
3. Guru menerima peranan secara tidak bertentangan dengan kenyataan yang
dihadapi.
4. Guru memegang suatu kode tingkah laku tertentu.
5. Guru menyayangi semua golongan sebab kehidupan guru dan keahliannya,
dicontoh, dan diteladani oleh seluruh masyarakat.
6. Guru merupakan perintis pembangunan pada segala bidang kehidupan
dalam masyarakat.
Seorang guru dalam melaksanakan tugas berdasarkan kasih sayang, adil,
dan dapat menumbuhkan perasaan-perasaan itu dengan rasa penuh tanggung
jawab, selain itu guru harus dapat mempertahankan status dan jarak dengan
peserta didik. Tugas guru sebagai orang tua di sekolah juga harus bisa bekerja
sama dengan orang tua peserta didik dalam memecahkan suatu masalah
pribadi peserta didik disekolah Indah dan Prem (34 :2005)
Selain guru memiliki satus sosial di masyarakat dalam Peraturan Menteri
Nomer 16 tahun 2007 seorang guru juga harus mempunyai kompetensi sosial
yang perlu dimiliki, kompetensi tersebut antara lain :
1. Bersikap komunikatif dengan teman sejawat dan komunitas lainya secara
santun, empatik dan efektif.
2. Berkomunikasi dengan orang tua murid dan masyarakat secara santun,
empatik dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan tentang
anak didiknya.
3. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program
4. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, orang tua siswa,
teman sejawat dan lingkungan sekolah karena perbedaaan suku, ras agama,
jenis kelamin, latar belakang keluarga dan status soisal ekonomi.
5. Mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka
meningkatkan efektivitas sebagai pendidik termasuk memahami bahasa
daerah setempat.
6. Melaksanakan berbagai macam program dalam lingkungan kerja dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
setempat.
7. Mampu berkomunikasi dengan teman seprofesi maupun profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Status sosial guru berkaitan dengan profesi guru itu sendiri dan
penghargaan masyarakat terhadap wibawa guru. Menurut (Supriyadi, 1999:68)
makin tinggi sekolah tempat guru mengajar, semakin baik status sosial
keluarganya. Secara umum status sosial keluarga guru SMA jauh lebih baik
dari status sosial keluarga guru SMP dan SD. Hal ini dapat dipahami untuk
menjadi guru pada jenjang yang lebih tinggi dibutuhkan pendidikan yang lebih
tinggi pula yang terkait dengan status sosial keluarga dan juga status ekonomi.
Tetapi sekarang ini tuntutan untuk menjadi seorang guru SD harus
berpendidikan S1.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas mempengaruhi kewibawaan guru
di mata masyarakat. Profesi guru harus dihargai dan dipandang oleh
dibicarakan oleh masyarakat tidak akan mengubah guru dan profesi atau tidak
mengubah status dan nasib mereka.
C. Minat, Profesi Guru dan Kompetensi Keguruan
1. Minat
Minat merupakan salah satu faktor psikologi yang penting untuk
kemajuan dan keberhasilan seseorang, selain itu minat juga merupakan
faktor psikologi yang menentukan suatu pilihan seseorang. Seseorang jika
melakukan suatu pekerjaan disertai dengan minat pada umumnya hasil
yang akan diperoleh akan lebih baik jika dibanding tidak disertai dengan
minat.
Menurut Bimo Walgito minat merupakan keadaan dimana seseorang
menaruh perhatian terhadap suatu obyek disertai dengan adanya
kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek tersebut
(Bimo Walgito, 1977: 65).
Sedangkan menurut Purwodarminto minat merupakan perhatian,
kesukaan dan keinginan (Purwodarminto, 1987: 65). Sementara itu minat
menurut Winkel adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek
untuk merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel W.S,1983 :
30). Jika kita berminat terhadap sesuatu sudah pasti kita ikuti dengan
perhatian pada objek tersebut.
Berkaitan dengan definisi di atas, minat mempunyai peranan penting
seseorang. Keberhasilan individu dalam lingkungan pendidikan maupun
pekerjaan sangat tergantung pada motivasi, kesungguhan, disiplin, dan
keterampilan. Motivasi, disiplin dan keterampilan merupakan hasil usaha
dan pengembangan diri yang terus menerus di lingkungan pekerjaan.
Motivasi, disiplin, dan keterampilan yang dimiliki seseorang dibentuk dan
diarahkan oleh minat individu tersebut akan objek/jenjang pekerjaan
tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat seseorang
berperan penting dalam pemilihan karir seseorang.
Giatama 1990;6 (dalam penelitian bersama dosen dan
mahasiswa;2008) menggolongkan minat menjadi dua, yaitu :
a. Minat secara intrinsik
Merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa
pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh
sikap, presepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensia.
1) Sikap
Menurut Thrustone, sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang
bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan
obyek-obyek psikologis, afeksi yang positif yaitu afeksi senang,
sedangkan afeksi negatif adalah yang tidak menyenangkan.
Dengan demikian obyek dapat menimbulkan berbagai macam
2) Persepsi
Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap
rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran rangsang
sehingga individu mengerti rangsang yang di inderanya.
Ada tiga komponen dalam persepsi yaitu: seleksi, interpretasi, dan
reaksi. Makna informasi bagi individu yang satu dengan yang lain
berbeda-beda. Hal ini tergantung dari ketiga komponen persepsi.
Dengan adanya perbedaan seleksi dapat menimbulkan interpretasi
yang berbeda pula, sehingga reaksi yang timbul tergantung dari
interpretasi yang ada.
3) Prestasi belajar
Seorang yang kurang berminat pada pendidikan atau pekerjaan
biasanya menunjukan ketidaksenangan. Hal ini dapat di lihat dalam
kejadian-kejadian seperti berprestasi rendah, bekerja dibawah
kemampuannya dalam setiap mata pelajaran atau dalam
melaksanakan pekerjaan yang tidak di sukai. Besarnya minat
seseorang terhadap pendidikan dapat dipengaruhi oleh minat pada
pekerjaan. Jika seseorang mengharapkan pekerjaan yang menuntut
pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai batu
4) Bakat
Bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum
kita pahami, adalah kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat
pada diri kita dan menjadi pembeda antara kita dengan orang lain.
5) Jenis kelamin
Laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan
dibandingkan dengan perempuan yang kebanyakan memandang
pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.
Laki-laki menginginkan pekerjaan yang menarik dan
menggairahkan tanpa memperhatikan kemampuan yang dituntut
oleh pekerjaan atau oleh kesempatan yang ada untuk memperoleh
pekerjaan. Mereka juga menginginkan pekerjaan yang bermartabat
tinggi, sekalipun bayarannya lebih sedikit daripada berbagai
kegiatan yang tidak terlampau bergengsi. Banyak laki-laki dari
keluarga yang statusnya rendah, berharap mancapai status sosial
yang lebih tinggi melalui pekerjaan. Pada umumnya perempuan
memilih pekerjaan yang memberikan rasa aman dan yang tidak
banyak menuntut waktu. Dalam memilih pekerjaan, biasanya
perempuan menekankan unsur melayani orang lain seperti
6) Intelegensi
Dalam buku pengantar Psikologi Umum, Intelegensi adalah daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan
alat-alat berpikir menurut tujuannya (kamus pedagogik, 1953)
Intelegensi masing-masing individu berbeda-beda, karena
perbedaan tersebut maka individu satu dengan yang lain tidak sama
kemampuannya dalam memecahkan sesuatu persoalan yang
dihadapi.
b. Minat secara ekstrinsik
Merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu.
Minat secara ekstrinsik timbul antara lain timbul karena latar belakang
ekonomi, minat, orang tua dan teman sebaya.
1) Latar belakang ekonomi
Apabila status ekonomi baik, orang cenderung memperluas minat
mereka untuk mencakup hal-hal yang semula belum mampu
mereka laksanakan. Sebaliknya, kalau status ekonomi buruk atau
kurang baik karena tanggungjawab keluarga atau usaha yang
kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat
mereka.
2) Minat orang tua
Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan
orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama
(Elizabeth B. Hurlock, 1997:235).
3) Minat teman sebaya
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja
dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan
dari anggapan tentang konsep teman-teman mengenai dirinya.
Kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri
kepribadian yang diakui oleh kelompok. Teman sebaya memiliki
pengaruh yang besar terhadap perkembangan pola kepribadian
remaja, karena remaja lebih sering berada di luar rumah bersama
dengan teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat,
penampilan dan perilaku lebih besar daripada keluarga (Elizabeth
B. Hurlock, 1997:235).
Menurut Andi Mappiare (1980 : 64), minat dipengaruhi oleh latar
belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan pengalaman.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh
unsur lingkungan yang ada di sekitar anak akan menjadi faktor yang
mempengaruhi minat mahasiswa untuk menjadi guru.
Menurut Drs. Andi Mappiare (1982 : 62), minat adalah suatu
perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan,
pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain
yang mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Perkembangan
1) Perkembangan minat/cita-cita remaja awal
Minat/cita-cita remaja terhadap sekolah dan jabatan remaja awal
banyak dipengaruhi oleh minat orang tua dan minat kelompoknya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan jabatan seseorang
cukup banyak antara lain tingkat status ekonomi/sosial, tingkat
pendidikan, jenis kelamin, kebutuhan-kebutuhan dan lain-lain. Dalam
masa remaja awal, minat/cita-cita sekolah atau jabatan seseorang
masih berubah-ubah.
2) Perkembangan minat/cita-cita remaja akhir
Minat/cita-cita pendidikan/ jabatan pekerjaan dalam masa remaja
akhir, pada umumnya telah mantap dalam pilihan, terutama dalam
parohan akhir masa remaja akhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan jabatan remaja adalah pengaruh citra diri, lingkungan
keluarga/orang tua, lingkungan sosial kultural, dan sebagainya. Setelah
mendekati masa remaja akhir, minat/cita-cita tersebut dapat lebih jelas,
dan beberapa remaja telah dapat menentukan dan mengarahkan minat
dan cita-cita pendidikan atau jabatan pekerjaan. Jadi, dapat dikatakan
bahwa jenis sekolah, jenis pekerjaan/jabatan yang dipilih seorang
remaja akhir, dipengaruhi minat dan aspirasinya sendiri, minat dan
aspirasi orang tuanya, kesan-kesan (menyangkut gengsi) dari
Minat merupakan salah satu unsur pokok yang sangat penting untuk
meraih sukses dalam melakukan kegiatan. Arti penting minat menurut The
Liang Gie (1994:28) ialah :
1) Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
2) Minat memudahkan terciptanya konsentrasi.
3) Minat mencegah gangguan perhatian dari luar.
4) Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
5) Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat menjadi
guru adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari
perasaan, harapan, pendirian, prasangka, harapan, rasa takut, atau
kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang untuk memilih menjadi
guru.
2. Profesi Guru
Menurut Hornby (dalam Intan Desy Cahyani,2006:10), profesi dapat
diartikan suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lanjut dan
latihan khusus, seperti ahli hukum, arsitek, dokter, guru, teolog dan
lain-lain. Sementara profesi menurut Arikunto (1990:231) diartikan sebagai
suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan nafkah. Dedi
Supriadi (1999:95) berpendapat bahwa profesi menunjuk pada suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan
dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau disiapkan untuk
itu.
Ciri-ciri profesi (Dedi Supriadi,1999:96):
a. Pekerjaan itu mempunyai fungsi dan signifikansi sosial karena
diperlukan mengabdi kepada masyarakat.
b. Profesi menuntut keterampilan tertentu yang diperoleh lewat
pendidikan yang “lama” dan intensif serta dilakukan dalam lembaga
tertentu secara sosial dapat dipertanggungjawabkan (accountable)
c. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu (a systematic body of knowledge), bukan hanya sekedar serpihan atau hanya common sense.
d. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta
sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik.
e. Sebagai konsekuensi dari layanan yang diberikan kepada masyarakat,
maka anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok
memperoleh imbalan finansial atau materiil.
Sementara itu, guru dapat diartikan sebagai orang yang pekerjaannya
mengajar (McLeod,1989), sedangkan Soelaeman (1985:7), mendefinisikan
guru sebagai komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam
menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Sementara itu, UU RI No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5
mendefinisikan guru sebagai tenaga profesional yang mempunyai dedikasi
dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi pendidik yang
didik sehingga menjadi manusia yang berkualitas yang
mengaktualisasikan potensi kemanusiaanya secara optimum, pada jalur
pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah, termasuk
pendidikan anak usia dini formal.
Dalam jurnal Educational Leadership edisi Maret 1993 menyebutkan bahwa, untuk menjadi profesional guru dituntut memiliki lima hal:
a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya
b. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa.
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui
berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa
sampai tes hasil belajar.
d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan
belajar dari pengalamannya.
e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.
Di Indonesia sesungguhnya sudah ada wahana untuk meningkatkan
profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat kegiatan Guru) dan KKG
(Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi
pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi
dalam kegiatan mengajarnya. Hal ini tentunya belum cukup, satu hal lagi
menguasai prinsip-prinsip pedagogi secara umum maupun
didaktik-metodik secara khusus yang berlaku pada setiap mata pelajaran.
Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.
Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam-jabatan
termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja,
penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik
profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan dan lain-lain
secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme
seseorang, termasuk guru (Dedi Supriadi.1999:99).
Jika demikian, maka usaha peningkatan profesionalisme guru
merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru,
instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdikbud atau yayasan
swasta), PGRI, dan masyarakat.
Berkenaan dengan tugas dan fungsinya yang sangat strategis, maka
untuk menjadi guru, seseorang perlu mendapatkan pendidikan atau latihan
khusus di bidang keguruan. Keputusan Menteri pendidikan Nasional No.
045/U/2002 tentang standar pendidikan nasional, mensyaratkan bahwa
untuk menjadi guru, maka seseorang untuk menjadi guru seseorang perlu
memiliki kualifikasi akademik guru dan memenuhi standar kompetensi
guru yang mencakup kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial dan
profesional yang terintegrasi dalam kinerja guru.
Bila kompetensi guru dibangun berdasarkan keahlian bidang studi
apa yang mereka ajarkan dan di jenjang mana mereka mengajar. Profesi
guru adalah jenis pekerjaan yang selama ini diabaikan orang dan terus
menerus menjadi perdebatan, sehingga guru kita tidak disiapkan secara
profesional. Agar guru dapat disiapkan secara profesional, maka
penyelenggaraan pendidikan profesi guru dibutuhkan penanganan yang
lebih cermat, terutama terhadap perilaku mereka sebagai guru.
Jabatan guru sebagai suatu profesion, adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang membutuhkan keahlian (pendidikan atau latihan) khusus di
bidang keguruan, perlu memiliki syarat-syarat tertentu untuk menjunjung
martabat guru dan menjamin mutu pendidikan dan pengajaran yang
diberikan oleh guru. Maka dibutuhkan syarat mutlak yang harus dimiliki
oleh seorang guru, yaitu (Amatembun, 1973 : 4-10) :
a. Syarat Profesional
Adalah syarat yang menyangkut bidang keahlian guru, meliputi :
1) Pengetahuan di bidang keguruan dan pendidikan, baik bersifat
umum maupun khusus.
2) Ketrampilan dalam mengajar pada khususnya, dan mendidik pada
umumnya yang pada hakekatnya memiliki kesanggupan dalam
memimpin kelasnya.
b. Syarat Personal
Syarat-syarat ini yang menyangkut diri pribadi orang yang menjadi
guru, adapun syarat-syaratnya adalah :
Seorang guru harus sehat secara jasmani atau physik tidak sakit-sakitan apalagi mengidap penyakit menular seperti Tbc. Mengenai
jasmani yang cacat seperti buta dan sebagainya dewasa ini
bukanlah menjadi hambatan utama bagi seorang yang merasa
dipanggil menjadi guru. Dewasa ini Indonesia telah mempunyai
beberapa Sarjana Muda bahkan Sarjana Pendidikan lulusan IKIP
yang tuna netra.
2) Kesehatan Psikis
Bahwa seseorang guru hendaklah sehat jiwanya, sehat mental atau
rohaninya. Orang yang menderita penyakit jiwa atau
penyakit-penyakit jiwa atau gangguan-gangguan syaraf (misalnya gangguan
syaraf otak, kejiwaan), janganlah diangkat menjadi guru.
3) Kesehatan Psycho-somatic
Seorang guru bukan hanya sehat jasmaniah dan rohaniahnya saja
tetapi haruslah sehat jasmani dan rohaninya, ia harus memiliki
kesehatan psycho-somatis yang baik karena gangguan-gangguan pada badan dapat mempengaruhi fungsi-fungsi jiwa tertentu dan
sebaliknya.
4) Integritas Pribadi
Syarat personal ini menyangkut kepribadian seoarang guru sebagai
suatu totalitas. Kita membutuhkan guru-guru yang telah
pendagogis yaitu sanggup mengambil keputusan sendiri atas
tanggung jawab sendiri.
c. Syarat Moralitas
Faktor ini lebih menyangkut watak pribadi seseorang, atau suatu
pertanda kemampuan seseorang bertindak susila. Seseorang guru
bukan hanya dapat mengetahui apa yang baik dan yang buruk, tapi
juga sanggup berbuat menurut norma kesusilaan.
d. Syarat religiousity
Syarat beragama adalah syarat mutlak bagi orang-orang yang bertindak
sebagai guru di bumi Indonesia ini sebagai perwujudan falsafah
Pancasila secara konsekwen.
e. Syarat Formality
Syarat ini mencakup keempat syarat yang telah disebutkan di atas
(profesional, personal, moralitas, religiousity) merupakan syarat formal yang harus dimiliki seseorang sebelum menjadi guru.
Dalam UUGD syarat-syarat menjadi guru adalah sebagai berikut :
1) Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, melalui pendidikan sarjana
atau diploma empat
2) Memiliki kompetensi pendagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi
3) Sertifikat pendidik diberikan pada guru yang telah memenuhi
4) Sehat jasmani dan rohani,
5) Serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
3. Kompetensi Keguruan
Kompetensi pada dasarnya merupakan kebulatan penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk
kerja, yang diharapkan bisa dicapai seseorang setelah menyelesaikan suatu
program pendidikan. Sementara itu, menurut keputusan menteri
Pendidikan Nasional No. 045/U/2002, kompetensi diartikan sebagai
seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu.
Berkaitan dengan kompetensi keguruan yang harus dikuasai oleh
guru, kompetensi diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan
penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku
jabatan guru sebagai profesi. Keempat jenis kompetensi guru dijelaskan
sebagai berikut:
a. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
b. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang
mendidik dan dialogis. Kompetensi ini mencakup kemampuan
pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara
rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut dapat
dijabarkan menjadi subkompetensi sebagai berikut:
1) Memahami peserta didik. Subkompetensi ini mempunyai indikator
esensial memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi
bekal-ajar awal peserta didik.
2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: menerapkan teori belajar dan
pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan
materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
3) Melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indicator
esensial; menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial; melaksanakan
evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil
penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat
ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai
potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi non akademik.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan
dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum
mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
guru. Secara rinci, masing-masing elemen kompetensi tersebut
memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut:
1) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memahami materi
ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur,
konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan
materi ajar; memahami hubungan konsep antar matapelajaran
terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/bidang studi.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial
sebagai berikut:
1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama
3) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
D. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh PPL terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Guru
PPL adalah serangkaian kegiatan yang bagi siswa LPTK, yang
meliputi, baik latihan mengajar maupun latihan di luar mengajar (Oemar
Hamalik.2002:171). Kegiatan ini merupakan ajang untuk membentuk dan
membina kompetensi-kompetensi profesional yang dipersyaratkan oleh
profesi guru atau tenaga kependidikan yang lain. Sasaran yang ingin
dicapai adalah pribadi calon pendidik yang memiliki seperangkat
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta pola tingkah laku yang
diperlukan bagi profesinya serta cakap dan tepat menggunakannya di
dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
PPL merupakan salah satu program yang diterapkan FKIP USD
untuk membekali mahasiswanya dengan kecakapan keguruan secara
lengkap dan terintegrasi. Program ini meliputi latihan pembelajaran dan
latihan melaksanakan tugas-tugas kependidikan selain pembelajaran.
Di FKIP USD, PPL dilaksanakan di SMA/SMK yang telah
bekerjasama. Dalam praktiknya biasanya praktikan diberi tugas mengajar
mata pelajaran sesuai dengan program keahlian masing-masing. Dalam
pamong. Sehingga dalam tugasnya, praktikan tidak bekerja sendirian tetapi
berada dalam pengawasan dosen dan guru pamong. Dengan demikian
praktikan akan merasa dimudahkan dalam melaksanakan latihan mengajar
di sekolah.
Dengan PPL praktikan dihadapkan pada kondisi nyata di sekolah.
Selain praktikan bisa menerapkan teori-teori yang didapat saat kuliah,
praktikan bisa secara langsung berlatih mengasah skill keguruan.
Mahasiswa diharapkan dapat menguasai kompetensi-kompetensi
keguruan. Karena seorang guru yang profesional harus memiliki keempat
kompetensi keguruan, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Selain
praktikan dituntut untuk berlatih menjadi pendidik, praktikan juga harus
mengenal lingkungan sekolah. Dengan demikian sedikit banyak akan
membuat praktikan terbiasa dengan lingkungan sekolah.
Untuk menilai kompetensi yang dicapai mahasiswa/praktikan selama
PPL dapat dilihat dari nilai yang diberikan guru pamong. Guru pamong
yang mendampingi praktikan selama praktek, sehingga guru lah yang
benar-benar mengerti kemampuan praktikan dalam penguasaan
keterampilan yang dilatihkan. Aspek yang dinilai oleh guru pamong disini
adalah hasil observasi, kemampuan pembelajaran, kemampuan
mendiagnosis kesulitan belajar, dan penampilan personal dan sosial.
Semakin tinggi nilai PPL dari guru pamong maka mahasiswa tersebut