• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Metode Pembelajaran Mind Mapping

2. Mind Map

Mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara

harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Toni Buzan, 2005: 4). Mind map adalah sistem penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak kita yang menakjubkan (Toni Buzan, 2005: 12).

Mind map menggunakan warna, semuanya memiliki unsur alami yang memacar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian aturan yang sederhana, mendasar, alami dan sesuai dengan cara kerja otak. Dengan mind map, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur, dan mudah diingat yang bekerja selaras

dengan cara kerja alami otak dalam melakukan berbagai hal (Toni Buzan, 2005: 5).

Menurut Michael Michalko (dalam Toni Buzan, 2005: 6), mind map dapat:

a. mengaktifkan seluruh kerja otak,

b. membereskan akal dari kekusutan mental,

c. memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan,

d. membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling pisah,

e. memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan dan perincian, f. memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita

membandingkannya,

g. mensyaratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

Mind map berbeda dengan concept map, dalam bahasa Indonesia mind map berarti peta pikiran, sedangkan concept map berarti peta konsep. Peta konsep mempelajari lebih dalam suatu konsep tertentu dan menggambarkan struktur yang hirarkis yaitu menyusun konsep dari yang paling umum (inklusif) ke yang paling spesifik. Sedangkan peta pikiran tidak hanya mencakup konsep tertentu tetapi beberapa konsep, selain itu juga tercantum prinsip, sifat, rumus, dan lain sebagainya. Peta pikiran mencakup lebih luas dari peta konsep. Dalam menyusun suatu peta

pikiran perlu dilakukan perbaikan agar mendapatkan peta pikiran yang benar dan dapat digunakan kedepannya.

Mind map begitu mudah dan alami, sehingga sarana dan prasarana yang digunakan untuk membuat mind map sangatlah sederhana (Toni Buzan, 2005: 14), yaitu:

a. kertas kosong tak bergaris b. pena dan pensil warna c. otak

d. imajinasi

bikin mind map sendiri dengan lukisan tangan

Gambar 2.1 Contoh Mind Map Materi Barisan dan Deret

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini cara yang dipilih untuk menyampaikan materi adalah dengan melatih kemampuan siswa dalam menyajikan isi materi dengan pemetaan pikiran. Beberapa langkah

pembelajaran menggunakan mind mapping yang disampaikan oleh Ridwan Abdullah Sani akan peneliti modifikasi beberapa langkah, sehingga menjadi sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa.

c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 5-6 siswa dengan tujuan kelompok yang terbentuk di dalam kelas tidak terlalu banyak yaitu cukup 6 kelompok, karena kelas XI IPA 1 terdiri dari 32 siswa.

d. Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa, LKS bertujuan untuk menuntun siswa dalam mencari informasi dari materi refleksi, mengawal siswa memetakan pikiran.

e. Beberapa siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan LKS yang telah dikerjakan dengan tujuan dapat bertukar pendapat dengan kelompok lain.

Setelah seluruh materi refleksi sudah selesai dipelajari, pada pertemuan berikutnya pembelajaran diisi dengan membuat mind map dengan bantuan LKS yang telah dikerjakan siswa pada pertemuan sebelum-sebelumnya dikarenakan siswa akan lebih mudah dalam membuat mind map jika seluruh materi telah dipelajari dan dapat dirangkai menjadi satu kesatuan materi refleksi yang dipetakan.

C. Motivasi

1. Definisi Motivasi

Berikut adalah definisi motivasi menurut beberapa ahli: (1) Menurut Sardiman A.M. (2007: 75) motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. (2) Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 148) motivasi yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. (3) Menurut Agus Suprijono (2009: 163) hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku dengan proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku.

2. Fungsi Motivasi

Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi (Agus Suprijono, 2009: 163):

a. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.

b. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan belajar yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

c. Menyeleksi kegiatan pembelajaran, yakni menentukan kegiatan- kegiatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan tersebut.

3. Macam Motivasi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 149) motivasi terdiri dari dua macam, yakni:

a. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya inheren dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran itu. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi atau hadiah dan sebagainya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya

perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik hendak belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan dan sebagainya.

4. Aspek-aspek Motivasi

Aspek-aspek motivasi belajar mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh G. R. Kusumaningtyas (2010). Secara rinci aspek-aspek motivasi belajar dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Keinginan dan inisiatif siswa sendiri untuk belajar

Keinginan atau inisiatif untuk belajar merupakan kekuatan atau energi dalam diri individu atau siswa yang bersangkutan. Kekuatan yang bersifat internal pada diri individu inilah yang berfungsi mendorong individu sehingga memiliki keinginan untuk belajar. Semakin tinggi kekuatan untuk belajar, maka semakin kuat pula keinginannya untuk belajar.

b. Keterlibatan siswa yang ditandai dengan kesungguhan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

Keterlibatan dalam mengerjakan tugas sebagai wujud interaksi antara kekuatan internal individu dengan situasi dari luar individu (eksternal). Individu yang motivasi belajarnya tinggi akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar yang ditandai dengan keterlibatan dan kesungguhan mengerjakan tugas-tugas belajar.

c. Komitmen siswa untuk terus belajar

Pilihan terhadap suatu perilaku akan menjadi ajeg atau bertahan setelah memiliki komitmen atau keyakinan yang kuat terhadap nilai dan arah positif perilaku tersebut. Seseorang yang memiliki komitmen atau keyakinan yang kuat pada dasarnya sangat sulit dipengaruhi untuk beralih kepada perilaku lain, yang bertentangan atau tidak sesuai dengan perilaku yang telah diyakini.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang didapat dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu secara sadar tanpa paksaan, selain dari dalam diri motivasi juga dapat dirangsang dari luar sehingga seseorang tetap dapat terdorong untuk melakukan sesuatu secara nyata dengan semangat dan dapat mencapai tujuan yang dikehendakinya. Motivasi berfungsi untuk mendorong siswa melakukan suatu kegiatan, menentukan arah kegiatan dan menyeleksi kegiatan yang akan dilakukannya. Bila siswa memiliki motivasi yang tinggi diharapkan dapat mengakibatkan tujuan kegiatan yang dikehendakinya yaitu hasil belajar juga tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat bagaimana motivasi intrisik dari siswa dengan memperhatikan aspek-aspek motivasi belajarnya yaitu keinginan siswa untuk belajar, kesungguhan siswa untuk meyelesaikan tugas, dan komitmen siswa untuk mempertahankan keajegan perilaku belajar. Untuk mengukur motivasi siswa khususnya dalam hal tersebut peneliti menggunakan metode nontes yakni berupa kuesioner.

Berikut aspek motivasi belajar beserta kajian indikator yang akan peneliti ukur dalam penelitian ini.

Tabel 2.1 Aspek Motivasi Belajar dan Indikator Pencapaian No Aspek Motivasi Belajar Indikator Pencapaian

1 Keinginan untuk belajar

- kesadaran diri untuk mencari informasi - mencari referensi untuk mencari informasi

2 Kesungguhan untuk menyelesaikan tugas

-usaha menyelesaikan tugas

- kemandirian menyelesaikan tugas -keterlibatan untuk menyelesaikan tugas

3 Komitmen untuk terus

belajar - keajegan untuk terus belajar

D. Hasil Belajar

Berikut definisi hasil belajar menurut beberapa ahli: (1) Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusian saja (Agus Suprijono, 2009: 7). (2) Menurut Nana Sudjana (1989: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah (Nana Sudjana, 1989: 22), yaitu:

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah psikomotoris, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perilaku/kemampuan yang dimiliki oleh siswa secara menyeluruh bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja setelah siswa tersebut mengalami proses belajarnya. Dalam penelitian ini, peneliti tidak akan meneliti seluruh kemampuan siswa dari tiga ranah tersebut, namun hanya akan meneliti dari ranah kognitif, khususnya pada KI 3.

E. Transformasi

Menurut Rawuh (1992: 40) suatu transformasi pada suatu bidang � adalah suatu fungsi yang bijektif dengan daerah asalnya � dan daerah nilainya � juga. Seperti diketahui suatu fungsi yang bijektif adalah sebuah fungsi yang memenuhi sifat berikut:

1. Bahwa pada tiap titik ∈ � ada prapeta. Jadi kalau T suatu transformasi maka ada ∈ � sehingga = � . B dinamakan peta dari oleh T dan dinamakan prapeta dari B.

2. Kalau ≠ dan � = , � = maka ≠ :

ungkapan ini setara dengan ungkapan sebagai berikut : Kalau

� = dan � = sedangkan = maka = .

Transformasi terdiri dari beberapa jenis yakni translasi, refleksi, rotasi dan dilatasi.

F. Refleksi

Menurut Rawuh (1992: 48), pencerminan terhadap garis � ialah pemetaan yang memenuhi:

1. Untuk B pada S, =

2. Untuk A di luar S, = ′ sedemikian sehingga S adalah sumbu ′ (sumbu suatu garis ′ ialah garis yang membagi dua sama ′ dan tegak lurus padanya).

Menurut Kamta Agus Sajaka (2007: 162), refleksi (pencerminan) adalah suatu transformasi yang memindahkan tiap titik pada bidang dengan menggunakan sifat bayangan cermin dari titik-titik yang akan dipindahkan.

Sifat-sifat dari refleksi yaitu:

1. bangun yang dicerminkan tidak mengalami perubahan bentuk dan ukuran.

2. jarak bangun dari cermin adalah sama dengan jarak bayangan dengan cermin tersebut.

Pencerminan dilambangkan dengan � dengan i menyatakan jenis pencerminan. Pencerminan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Pencerminan terhadap sumbu X (y = 0)

Operasi pencerminan terhadap sumbu X dilambangkan dengan � . Jika , dicerminkan terhadap sumbu X, maka bayangannya adalah ′ , − .

, �→ ′ , −

Gambar 2.2 Refleksi terhadap Sumbu X 2. Pencerminan terhadap sumbu Y (x = 0)

Operasi pencerminan terhadap sumbu Y dilambangkan dengan � . Jika , dicerminkan terhadap sumbu Y, maka bayangannya adalah ′ − , .

, �→ ′ − ,

Gambar 2.3 Refleksi terhadap Sumbu Y 3. Pencerminan terhadap titik ,

Operasi pencerminan terhadap titik , dilambangkan dengan � , . Jika , dicerminkan terhadap , , maka bayangannya adalah ′ 2 − , 2 − .

, �→ � , ′ 2 − , 2 −

Gambar 2.4 Refleksi terhadap Titik , 4. Pencerminan terhadap titik asal O (0,0)

Operasi pencerminan terhadap titik asal O(0,0) dilambangkan dengan � . Jika , dicerminkan terhadap O(0,0), maka bayangannya adalah − , −

, �→ � ′ − , −

Gambar 2.5 Refleksi terhadap Titik Asal O (0,0) 5. Pencerminan terhadap garis y = x

Operasi pencerminan terhadap garis y = x dilambangkan dengan � = . Jika , dicerminkan terhadap garis y = x, maka bayangannya adalah , .

, �→ ′ ,=

Gambar 2.6 Refleksi terhadap Garis y = x 6. Pencerminan terhadap garis y = -x

Operasi pencerminan terhadap garis y = -x dilambangkan dengan � =− . Jika , dicerminkan terhadap garis y = -x, maka bayangannya adalah − , − .

, �→ =− ′ − , −

Gambar 2.7 Refleksi terhadap Garis y = -x 7. Pencerminan terhadap garis yang sejajar sumbu koordinat

a. Pencerminan terhadap garis x = h

Operasi pencerminan terhadap garis x = h dilambangkan dengan � =ℎ. Jika , dicerminkan terhadap garis x = h, maka bayangannya adalah ′ 2ℎ − , .

, �→ ′ 2ℎ − ,=ℎ

Gambar 2.8 Refleksi terhadap Garis x = h b. Pencerminan terhadap garis y = k

Operasi pencerminan terhadap garis y = k dilambangkan dengan � =� . Jika , dicerminkan terhadap garis y = k, maka bayangannya adalah ′ , 2� − .

, �→ =� ′ , 2� −

Gambar 2.9 Refleksi terhadap Garis y = k

Dokumen terkait