• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Deskripsi Teoritis

5. Mind Mapping

a. Pengertian Mind Mapping

Mind mapping adalah suatu teknik mencatat yang dapat

memetakan pikiran yang kreatif dan efektif serta memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak baik belahan otak kanan atau belahan otak kiri yang terdapat di dalam diri seseorang (Nurdin, 2016:257). Penggunaan metode mind mapping dapat menghasilkan catatan yang memberikan banyak informasi dalam satu halaman sehingga dengan metode mind mapping daftar

informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi petakan yang berwarna-warni, sangat teratur dan mudah diingat yang selaras dengan cara kerja alami otak.

Secara teknis, pemetaan pikiran diartikan sebagai teknik merekonstruksi gagasan melalui skematis yang terorganisir untuk menemukan apa yang diketahui dengan menuliskan sebuah tema pusat yang menjadi sumber pokok masalah, kemudian membuat skema (melukiskan) unsur-unsur yang mempunyai hubungan asosiasi dan pemikiran sebagai cabang-cabang yang mempunyai korelasi (koneksi) dari segala jurusan dengan sumber pokok masalah (tema pusat) (Surya, 2013:96). Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Caroline Edward dalam (Nurdin, 2016:256) mind

mapping adalah cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan,

menyimpan dan mengeluarkan data dari atau ke otak. Sistem ini bekerja sesuai cara kerja alami otak kita, sehingga dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan kapasitas otak manusia.

Mapping adalah teknik pemanfaatan secara keseluruhan

otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Sebuah mapping adalah teknik grafis yang kuat yang memberikan kunci universal untuk membuka potensi otak. Penggunaan mapping ini menggunakan keterampilan kortikal-kata, gambar, pohon, nomor, logika, ritme, warna, dan ruang kesadaran dalam satu, cara unik yang kuat.

Mapping juga dapat diartikan cara mencatat yang efektif, efisien,

kreatif, menarik, mudah dan berdaya guna karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran kita. Sistem berpikir yang terpancar (radiant thinking) sehingga dapat mengembangkan ide dan pemikiran ke segala arah, divergen, dan melihatnya secara utuh dalam berbagai sudut pandang. Radiant thinking merupakan cara berpikir yang sesuai dengan kerja sel otak yang saling terhubung satu sama lainnya. Radiant thinking adalah cara kerja otak dalam mengembangkan gaya belajar visual (Swadarma: 2013: 2-6).

Berdasarkan penjelasan dari para ahli, penggunaan mind

mapping dalam pembelajaran dapat mempermudah dalam

mengingat lingkup materi dan dari lingkup materi yang luas dapat dicatat dalam satu lembar catatan. Berikut adalah contoh mind

mapping pada mata pelajaran IPS.

Gambar 2.1 Contoh Mind Mapping Sumber: (Olivia, 2014:12)

b. Langkah-langkah Pembelajaran

Model pembelajaran ini sangat baik untuk pengetahuan awal peserta didik atau untuk menemukan alternatif jawaban. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran ini (Hanafiah, 2010:45-46) sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru mengemukakan permasalahan yang akan ditanggapi peserta didik dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.

3. Membentuk kelompok yang anggotanya masing-masing 2-3 orang.

4. Setiap kelompok menginventarisasi dan mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.

5. Setiap kelompok atau secara acak kelompok tertentu membacakan hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.

6. Dari data-data di papan, peserta didik diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

c. Kegunaan Mind Mapping

Swadarma (2013: 2-6) mengungkapkan bahwa keguanan

mind mapping yang diterapkan dalam pembelajaran yaitu sebagai

berikut:

1. Mengumpulkan data yang hendak digunakan untuk berbagai keperluan secara sistematis

2. Mengembangkan dan menganalisis ide/pengetahuan seperti yang biasa dilakukan pada saat proses belajar mengajar,

meeting workshop, atau rapat.

3. Memudahkan untuk melihat kembali sekaligus mengulang-ulang ide dan gagasan.

4. Membuat banyak pilihan dari berbgai rute keputusan yang mungkin.

5. Mempermudah proses brainstorming karena ide dan gagasan yang selama ini tidak mudah direkam maka menjadi mudah dituangkan di atas selembar kertas.

6. Dapat melihat gambaran besar dari suatu gagasan, sehingga membantu otak bekerja terhadap gagasan tersebut.

7. Menyederhanakan truktur ide dan gagasan yang semula rumit, panjang dan tak mudah dilihat menjadi lebih mudah.

8. Menyeleksi informasi berdasarkan sesuatu yang dianggap penting dan sesuai dengan tujuan.

9. Membuat banyak pilihan dari berbagai rute keputusan yang mungkin.

10. Mempercepat dan menambah pemahaman pada saat pembelajaran karena dapat melihat keterkaitan antartopik yang satu dengan yang lainnya.

11. Mengasah kemampuan kerja otak karena mapping penuh dengan kreativitas.

Penggunaan pemetaan pikiran memberikan keuntungan (Surya, 2013: 95-96) sebagai berikut:

1. Merangsang partisipasi aktif dalam proses belajar.

2. Membaskan pikiran dari dari sifat subjektif, bias maupun pengelompokan-pengelompokan mental.

3. Merangsang untuk fokus dan konsentrasi pada pembahasan subjek pemikiran.

4. Mengaktifkan fungsi kerja otak secara maksimal untuk berpikir.

5. Mengarahkan untuk mengembangkan rekonstruksi sebuah organisasi subjek pemikiran yang terperinci dan objektif. 6. Menunjukkan hubungan-hubungan antara potongan-potongan

informasi yang terisolir.

7. Memberikan sebuah rekonstruksi gambaran yang jelas tentanng detaill dan gambar besar.

8. Memberikan representasi grafis dari apa yang dipahami tentang subjek pemikiran, memudahkan mengidentifikasi asosiasi-asosiasi di dalam informasi.

9. Memaksa untuk berkonsentrasi kepada subjek, sehingga membantu untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian. Informasi yanng diperoleh dapat mmembentuk kecakapan-kecakapan dan memberi memori manfaat jangka panjang.

6. Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian

Merupakan salah satu pelajaran terpadu yang harus diajarkan pada jenjang sekolah menengah pertama. Mata pelajaran yang terdiri dari ilmu-ilmu sosial sehingga harus diajarkan secara komprehensif, berbeda dari yang lainnya karena hanya satu disiplin ilmu saja. Pada jenjang SMP/MTs memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diharapkan untuk menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga Negara yang cinta damai (Wahidmurni, 2017: 17).

Ciri khas IPS sebagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian

materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik dan peserta didik (Sapriya, 2017: 7).

b. Tujuan

Tujuan utama dari mempelajari IPS adalah membantu peserta didik sebagai warga negara dalam membuat keputusan yang rasional berdasarkan informasi untuk kepentingan publik/umum dari masyarakat demokratis dan budaya yang beragam di dunia yang saling tergantung (Wahidmurni, 2017: 18). Secara garis besar bahwa dengan belajar IPS peserta didik diharapkan dapat mengambil keputusan secara bijak dengan menggunakan nalar dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan belajar IPS adalah mendukung kompetensi warga negara dalam hal pengetahuan, proses intelektual dan karakter yang demokratis yang diperlukan siswa untuk terlibat aktif dalam kehidupan publik (Wahidmurni, 2017: 18).

Menurut Hardini dan Dewi (2012: 173-174) Pelajaran IPS bertujuan agar perserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahlan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tigkat lokal, nasional, dan global.

c. Dimensi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Sapriya (2017: 49-56) program pendidikan IPS yang komprehensif adalah program yang yang mencakup empat dimensi meliputi:

1. Dimensi pengetahuan (knowledge)

Secara konseptual, pengetahuan (knowledge) hendaknya mencakup: fakta, konsep, dan generalisasi yang dipahami oleh siswa. Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang, dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam permbelajaran IPS, siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya yang terkait dengan kehidupannya. Konsep merupakan kata-kata atau frase yang mengelompok, berkategori, dan memberi arti terhadap kelompok yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi label. Konsep dasar yang relevan untuk pembelajaran IPS diambil terutama dari displin-disiplin ilmu sosial. Kemudian generalisasi merupakan suatu ungkapan/pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling

terkait. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh para siswa dengan bimbingan guru (Sapriya, 2017:49).

2. Dimensi keterampilan (skills)

Pendidikan IPS sangat memerhatikan dimensi keterampilan disamping pemahaman dalam dimensi pengetahuan. Oleh karena itu keterampilan yang diperlukan sehingga menjadi dimensi IPS dalam proses pembelajaran diantaranya keterampilan meneliti, keterampilan berpikir, keterampilan partisipasi sosial dan keterampilan berkomunikasi. Semua keterampilan dalam pembelajaran IPS ini sangat diperlukan dan akan memberikan konstribusi dalam proses inkuiri sebagai pendekatan utama dalam pembelajaran IPS (Sapriya, 2017:51). 3. Dimensi nilai dan sikap (values and attitudes)

Nilai yang dimaksud adalah seperangkat keyakinan atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang terungkap ketika berpikir atau bertindak. Agar ada kejelasan dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas nilai subtantif dan nilai prosedural. Nilai subtantif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh sesorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Sedangkan nilai prosedural diantaranya nilai

kemerdekaan, toleransi, kejujuran, mengormati kebenaran, dan menghargai pendapat orang lain (Sapriya, 2017: 53-54).

4. Dimensi tindakan (action)

Tindakan sosial merupakan dimensi PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta didik yang aktif. Dengan belajar dari apa yag diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para siswa belajar menjadi warga negara yang efektif di masyarakat. (Sapriya, 2017:56). Sementara Hardini dan Dewi (2012:174) ruang lingkup pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan. 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. 3. Sistem sosial dan budaya.

4. Perilaku ekonomi dan keejahteraan.

Dokumen terkait