• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I Pendahuluan

I.5. Kerangka Teori

I.5.4. Upah Minimum

Terjemahan bebasnya bermakna :

Otoritas-otoritas pengalokasian nilai-nilai merupakan kebijakan publik.Konsep dari umpan balik mengindikasikan bahwa kebijakan publik (out put/hasil) mungkin pada akhirnya mengatasi lingkungan politik dan tuntutan-tuntutan yang berada didalamnya seperti karakter sistem politik itu sendiri.Buah kebijakan mungkin saja membentuk tuntutan baru, demikian juga dengan hasilnya (out put) dan demikianlah seterusnya berlangsung secara kontiniu, arus kebijakan publik yang tak berujung.

I. 5. 4. Upah minimum Pengertian Upah

25

oleh seseorang yang telah melakukan kegiatan atau pekerjaan.Upah adalah salah satu unsur dalam pelaksanaan hubungan kerja, yang mempunyai peranan strategis dalam pelaksanaan hubungan industrial. Upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukannya bagi pihak lain. Sehingga upah pada dasarnya harus sebanding dengan kontribusi yang diberikan pekerja untuk memproduksi barang atau jasa tertentu. Kaitannya dengan bidang ketenagakerjaan, pengertian pengupahan adalah imbalan yang diterima pekerja atas jasa kerja yang diberikannya dalam proses memproduksi barang atau jasa di perusahaan. Dengan demikian, maka pengusaha dan pekerja adalah 2 pihak yang paling berkepentingan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pengupahan.

Pekerja berikut keluarganya, mempunyai ketergantungan terhadap besarnya nilai upah yang diterima dalam rangka membiayai pemenuhan kebutuhannya sehari-hari, mulai dari kebutuhan pangan, sandang, pangan dan beragam kebutuhan lainnya. Itulah sebabnya, pekerja atau serikat pekerja senantiasa mengharapkan bahkan sering menuntut kenaikan upah kepada pihak pengusaha. Demikian sebaliknya, pihak pengusaha juga mempunyai kepentingan yang besar dengan upah karena upah merupakan komponen penting pengeluaran biaya perusahaan. Tidak jarang pengusaha mempunyai anggapan bahwa upah hanya merupakan biaya semata, sehingga mengakibatkan kehati-hatian yang berlebihan dalam mengalokasikan anggaran untuk upah.

Selain kedua pihak tersebut di atasyakni pemberi upah dan penerima upah, pihak lain yang sangat terkait adalah pemerintah sebagai institusi yang mewakili negara dan masyarakat dalam menjaga dan memelihara kondisi kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang sehat. Pemerintah mempunyai kepentingan untuk menetapkan kebijakan pengupahan guna menjamin kelangsungan kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya dan meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus menjamin peningkatan produktivitas kerja. Di samping itu, pemerintah juga mempunyai kepentingan untuk menjamin ketersediaan produksi

barang dan jasa di masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/ buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh, yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah atau akan dilakukan26

Penghasilan upah komponennya terdiri atas .

Defenisi upah yang ditetapkan oleh DPPN tahun 1970 adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atas jasa yang dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang, yang ditetapkan menurut suatu persetujuan undang-undang dan peraturan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja.

Komponen upah

Penghasilan pekerja /buruh yang didapat dari pengusaha ada yang berupa upah dan bukan upah.Menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja R.I. No.SE-07/MEN/1990, penghasilan tersebut terdiri dari upah dan non upah.

27

a. Upah pokok yaitu imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja/buruh menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

:

b. Tunjangan tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara bertahap untuk pekerja/buruh dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok seperti tunjangan

26

Republik Indonesia, Undang-undang No. 13 Tahun 2003, Pasal 1 ayat 3

27

Maimun, S.H. S. Pd, Hukum Ketenaga Kerjaan Suatu Pengantar, (cet. II, Jakarta, PT. Padnya Paramita, 2007) h. 48

istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan dan lain-lain. Tunjangan tetapa pembayarannya dilaukuakan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau suatu pencapaian suatu prestasi kerja tertentu.

c. Tunjangan tidak tetap yaitu suatu pembayaran yang secra langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerja/buruh dan keluarganya diberikan serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok seperti tunjangan transport atau tunjangan makan apabila diberikan berdasarkan kehadiran pekerja/buruh

Penghasilan yang bukan upah terdiri atas28

a. Fasilitas yaitu kenikmatan dalam bentuk nyata yan diberikan perusahaan oleh karena hal-hal khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh seperti fasilitas kendaraan, pemberian makan secara Cuma-Cuma, sarana ibadah, tempat penitipna bayi, koperasi, kantin dan lain-lain.

:

b. Bonus yaitu pembayarean yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan atau karena pekerja menghasilkan hasil kera lebih besar dari target produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas, besarnya pembagian bonus diatur berdasarkan kesepakatan.

c. Tunjangan Hari Raya ( THR ), gartifikasi dan pembagian keuntungan lainnya.

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupaan yang layak bagi kemanusiaan, oleh karena itu pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindung pekerja/buruh yang meliputi:

a. Upah minimum b. Upah kerja lembur

c. Upah tidak masuk kerja Karena berhalangan

28

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

f. Bentuk dan cara pembayaran upah

Pengertian Upah minimum

Jaminan hukum atas upah yang layak tercantum dalam UUD 1945 pasal 28D dan pasal 27 ayat 2 menegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan upah dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Juga UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, di mana dalam pasal 88 menyebutkan bahwa setiap buruh berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi kemanusiaan dan untuk mewujudkannya pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi buruh29

Menurut Soedarjadi

. diantaranya yaitu upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak (KHL), upah lembur, struktur dan skala upah yang proporsional, dan upah untuk pembayaran pesangon.

Dalam hubungan industrial, kedudukan upah minimum merupakan persoalan prinsipil.Upah minimum harus dilihat sebagai bagian sistem pengupahan secara menyeluruh.Menurut ILO dalam Report of the Meeting of Experts of 1967, Upah minimum didefinisikan sebagai upah yang memperhitungkan kecukupan pemenuhan kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan hiburan bagi pekerja serta keluarganya sesuai dengan perkembangan ekonomi dan budaya tiap negara. Pengertian upah minimum menurut Permenaker Nomor Per-01/MEN/1992 tentang upah minimum pada pasal 1 ayat 1 yang menyatakan: upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

30

29

Republik Indonesia, Undang-undang No. 13 Tahun 2003, Pasal 88

30

Soedarjadi, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Edisi Revisi (cet-V; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008) h. 75 , upah minimum adalah ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keharusan perusahaan untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama

dengan Kebutuhan Hidup Layak pekerja (KHL) kepada pekerja yang paling rendah tingkatannya.

Pada prinsipnya, sistem penetapan upah minimum dilakukan untuk mengurangi eksploitasi atas buruh.Ini sesungguhnya berisi kewajiban pemerintah memproteksi buruh.Intervensi dan peran pemerintah dalam hubungan industrial adalah bentuk penguatan terhadap posisi tawar yang memang tidak seimbang antara buruh ketika berhadapan dengan pengusaha.Dengan kata lain, bahwa upah minimum dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk melindungi kelompok pekerja lapisan paling bawah di setiap perusahaan agar memperoleh upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai atau harga kebutuhan hidup minimum.

Pihak-pihak terkait dalam penetapan upah minimum

a. Kepala daerah

Kepala daerah menetapakan upah minimum dengan memperhatikan rekomendasi dari dewan pengupahan dan berdasarkan usulan komisi penelitian pengupahan dan jaminan sosial dewan ketenagakerjaan daerah.

b. Dewan pengupahan

Dewan pengupahan adalah lembaga nonstruktural yang bertugas untuk memberikan rekomendasi kepada kepala daerah dalam menetapkan upah minimum. Dewan pengupahanberkedudukan di tingkat nasioanal, provinsi, kabupaten/kota. Untuk kabupaten/kota disebut dengan dewan pengupahan kabupaten/kota yang diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota. Anggota dewan pengupahan berasal dari unsur pemerintah, buruh, dan pengusaha dengan komposisi 2:1:1, dimana suara pemerintah menjadi mayoritas. Untuk tingkat kabupaten/kota dewan pengupahan mempunyai tugas untuk melakukan survei KHL setiap bulannya. Hasil surveiini akan dijadikan acuan untuk menentukan besaran UMK/UMP dari masing-masing wilayah.

c. Komisi penelitian pengupahan dan jaminan sosial dewan ketenagakerjaan daerah Untuk UMSProp dan UMSKab, komisi penelitian dan jaminan sosial dewan ketenagakerjaan daerah, mengadakan penelitian serta menghimpun data dan informasi mengenai: homogenitas perusahaan, jumlah perusahaan, jumlah tenaga kerja, devisa yang dihasilkan, kemampuan perusahaan, asosiasi perusahaan, dan serikat buruh terkait.

Tujuan kebijakan upah minimum

Penetapan kebijakan upah minimum adalah sebagai jaring pengaman (sosial safety

net) dimaksudkan agar upah tidak terus merosot sebagai akibat dari ketidakseimbangan pasar

kerja (disequilibrium labour market). Juga untuk menjaga agar tingkat upah pekerja pada level bawah tidak jatuh ke tingkat yang sangat rendah karena rendahnya posisi tawar tenaga kerja di pasar kerja. Agar pekerja pada level bawah tersebut masih dapat hidup wajar dan terpenuhi kebutuhan gizinya, maka dalam penetapan upah minimum mempertimbangkan standar kehidupan pekerja.

Kebijakan penetapan upah minimum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 diarahkan untuk mencapai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) selain memberi jaminan pekerja/buruh penerima upah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Program pencapaian upah minimum terhadap Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menunjukan perbaikan nyata. Hal ini dimaksudkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup akan dicapai secara bertahap.

Di lain pihak upah minimum juga diharapkan harus dapat mendorong kemajuan usaha dan daya saing sehingga menaikkan tingkat produktivitas. Di sisi lain dalam penetapan upah minimum juga perlu mempertimbangkan kemampuan membayar upah dari usaha-usaha mikro dan kecil yang paling tidak mampu (marginal) untuk tetap hidup yang nantinya usaha-usaha tersebut diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dalam upaya mengurangi pengangguran dan penciptaan lapangan kerja baru.

Penetapan upah minumum dipandang perlu sebagai salah satu bentuk perlindungan upah, dengan tujuan :

1. Menghindari atau mengurangi persaingan yang tidak sehat sesama pekerja dalam kondisi

pasar kerja yang surplus, yang menyebabkan pekerja menerima upah di bawah tingkat kelayakan.

2. Menghindari atau mengurangi kemungkinan eksploitasi pekerja yang memanfaatkan

kondisi pasar untuk akumulasi keuntungannya.

3. Sebagai jaring pengaman untuk menjaga tingkat upah

4. Menghindari terjadinya kemiskinan absolut pekerja melalui pemenuhan kebutuhan dasar

pekerja.

Upah minimum di Indonesia diperkenalkan tahun 1996, peran upah minimum semakin penting. Hingga tahun 2000, tingkat upah minimum ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja untuk tiap propinsi di Indonesia. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, mulai tahun 2000 tanggung jawab menetapkan upah minimum terletak di pundak pemerintah propinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu setiap daerah harus membentuk dewan pengupahan sebagai lembaga non struktural yang bertugas dalam perumusan upah minimum kota.

Jenis-jenis upah minimum

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999 jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor KEP-226/MEN/2000 jangkauan wilayah upah minimum meliputi:

a. Upah minimum provinsi (UMP) adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

b. Upan minimum kabupaten/kota (UMK) adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota.

c. Upah minimum sektoral provinsi (UMPProp) adalah upah minimumyang berlaku secara sektoral di seluruh kabupaten/kota da satu provinsi

d. Upah minimum sektoral kabupaten/kota(UMSKab) adalah upah minimum yang berlaku secara sektoral di daerah kabupaten/kota.

Menurut Hardijan Rusli upah minimum dapat terbagi atas31

a. Upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau kabupaten/kota. Besar upah yang untuk tiap wilayah propisi dan kabupaten/kota tidaklah sama tergantung dari nilai kebutuhan minimum di daerah yang bersangkutan. Setiap kabupaten/kota tidak boleh menetapkan upah minimum di bawah upah minimum propinsi yang bersangkutan.

:

b. Upah minimum berdasarkan sektor/subsektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Upah minimum sektoral ditetapkan berdasarkan kelompok usaha tertentu misalnya kelompok usaha manufaktur dan non faktur. Upah minimum sekotoral ini tidak boleh lebih rendah dari upah minimum di daerah yang bersangkutan.

Mekanisme Perumusan Upah Minimum Provinsi

Dalam perumusan Upah Minimum Provinsi (UMP) Pemeritah Daerah membentuk dewan pengupahan Provinsi yang beranggotakan dari wakil pemerintah, kantor/dinas, unit terkait, organisasi serikat pekerja, organisasi pengusaha, dan akademisi. Dewan pengupahan Provinsi berfungsi melakukan survei dan pendataan harga-harga bahan pokok di daerah sekitarnya, dalam komponen kelompok-kelompok kebutuhan hidup layak yang antara lain meliputi komponen sandang, pangan, perumahan, kesehatan, transportasi, rekreasi, dan tabungan.

31

Setelah data terhimpun kemudian dikaji, dihitung, dan dianalisa apakah perusahaan-perusahaan mampu membayar kenaikan yang akan ditetapkan. Kebijakan diambil berdasarkan pertimbangan-pertimbangan inflasi, dan faktor-faktor lain. Biasanya masing-masing perwakilan menghitung kenaikan berbeda-beda karena mereka melihat sudut pandang dan kepentingan yang berbeda.Organisasi serikat pekerja selalu minta lebih tinggi dari wakil pengusaha, sedangkan untuk wakil pemerintah berperan sebagai stabilisator.

Hasil survei yang dilakukan oleh tim peneliti nantinya akan dibawa dalam forum musyawarah dewan pengupahan untuk dibahas dan disepakati besaran nilai KHL yang akan diajukan kepada kepala daerah nantinya, sebagai bentuk bahan pertimbangan dalam menetapkan UMP. Masing-msaing perwakilan pastinya mengahendaki hasil survei mereka yang disepakati ataupun yang paling mendekati untuk menjadi pertimbangan yang akan diajukan kepada kepala daerah.

Upah minimum berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berjalan dan ditetapkan 60 hari sebelumnya (untuk UMP), dan 40 hari sebelumnya (untuk UMK).

60 hari 40 hari UPAH MINIMUM

UMP UMK

Untuk mencapai kesepakatan akan tingkat upah yang menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan upah minimum maka lembaga tripartit yang terdiri dari unsur pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah daerah harus melakukan rapat dan forum musyawarah yang membahas, mengkaji, dan menganalisis tingkat upah yang diusulkan oleh masing-masing lembaga. Upah minimum yang nantinya menjadi rekomendasi yang

disepakati bersama oleh ketiga lembaga tripartit tersebut haruslah berdasarkan hasil survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang menjadi dasar perumusan upah minimum.

Dalam forum diskusi dan musyawarah yang dilakukan oleh lembaga tripartit tersebut tidak dapat dihindari terjadinya pertentangan dan perdebatan tentang tingkat upah yang menjadi usulan nantinya. Masing-masing lembaga akan mempertahankan pandanganya tentang tingkat upah yang mereka usulkan. hal ini karena masing-masing lembaga memiliki usulan upah yang berbeda sesuai dengan kepentingan yang mereka wakili. Inilah yang menjadi salah satu permasalahan dalam perumusan tingkat upah, oleh karena itu tidaklah mudah untuk mencapai kesepakatan akan tingkat upah minimum.

Sebelum perumusan kebijakan pengupahan Terlebih dahulu lembaga tripartit tersebut melakukan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di pasar-pasar tradisional. Dengan survei KHL ini maka dewan pengupahan dapat menyesuaikan tingkat harga kebutuhan buruh saat ini dengan usulan upah yang nantinya di rumuskan. KHL bukan satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan upah minimum, masih ada 4 faktor lain, yaitu: produktivitas, pertumbuhan ekonomi, kemampuan usaha marginal dan kondisi pasar kerja. Namun keempat faktor tersebut masih bersifat kualitatif. KHL merupakan faktor yang bersifat kuantitatif, oleh karena itu dalam menetapkan nilai KHL yang akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan upah minimum haruslah tepat dan akurat.

Hasil survei KHL tersebut nantinya akan menjadi dasar perumusan tingkat upah oleh pemerintah daerah, serikat pekerja/serikat buruh dan juga dunia usaha. Ketiga lembaga tripartit tersebut mewakili kepentingan masing-masing.Sehingga mereka mengusulkan tingkat upah yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kepentingan yang melatar belakangi mereka.Hanya pemerintah lah yang menjadi penengah antara kedua kelompok kepentingan tersebut.Tidak lah mudah untuk mencapai kesepakatan dalam menentukan tingkat upah minimum tersebut, karena masing-masing pihak memiliki pandangan dan latar

belakang kepentingan yang berbeda tentang upah.Keinginan untuk mempertahankan pandangan atau pun kepentingannya pasti ada. Setiap perbedaan dan perdebatan tentang tingkat upah yang diusulkan oleh masing-masing lembaga akan dirapatkan dan dimusyawarahkan.

Hal yang menjadi perdebatan dalam forum atau rapat dewan pengupahan adalah usulan akan tingkat upah minimum yang akan disepakati nantinya. Serikat pekerja/serikat buruh akan mengusulkan tingkat upah yang tinggi dan diatas dari nilai KHL, namun sebaliknya tingkat upah yang diusulkan dunia usaha cenderung rendah dan dibawah nilai KHL. Dan pemerintah daerah sendiri sebagai penengah juga akan mengusulkan tingkat upah yang dinilai mampu menengahi kedua kepentingan dari serikat pekerja dan pengusaha. Perdebatan dan perbedaan usulan antara serikat pekerja dan pengusaha ini harus dibahas bersama dan di musyawarahkan demi mencapai kesepakatan.Jika musyawarah tidak menghasilkan kesepakatan maka dewan pengupahan melakukan voting tentang tingkat upah yang menjadi hasil kesepakatan bersama.Hasil kesepakatan rapat diputuskan dengan syarat 2/3 kuorum. Bagaimana pun juga kesepakatan akan tingkat upah yang nantinya menjadi dasar penetapan upah minimum haruslah diputuskan.

Melalui rapat dewan pengupahan maka semua perbedaan hasil survei dibahas, dikaji, dihitung, dan dianalisa untuk mendapatkan besaran upah yang menjadi usulan bagi pertimbangan penetapan upah minimum yang nantinya diputuskan oleh kepala daerah.Meskipun ada perbedaan dari masing-masing lembaga dapat dimusyawarahkan atau mungkin tidak, maka jumlah nominal tetap diusulkan kepada kepala daerah. Oleh karena itu interaksi lembaga tripartit tersebut akan menentukan tercapai tidaknya kesepakatan akan tingkat upah yang menjadi usulan dewan pengupahan nantinya sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan tingkat upah minimum oleh kepala daerah.

Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

Dalam tataran normatif, KHL merupakan standar kebutuhan yang harus dipenuhi seorang buruh lajang untuk dapat hidup layak, baik secara fisik maupun nonfisik dalam kurun waktu satu bulan.Setiap pekerja berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan diri secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.Upah minimum dipandang sebagai sumber penghasilan bersih (take home pay) sebagai jaring pengaman (Safety net) KHL.Sebab itu, upah minimum diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seorang buruh terhadap pendidikan, kesehatan, transportasi, dan rekreasi.Bahkan, bila dimungkinkan dapat disisihkan untuk menabung.

Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dalam pasal 88 ayat (4) diamanatkan bahwa pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Dalam pasal 89 juga dijelaskan bahwa Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dalam penetapan upah minimum dicapai secara bertahap.Sebagai tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 seperti tersebut diatas, maka diterbitkanlah Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.

Nilai kebutuhan hidup layak (KHL) diperoleh melalui survei harga yang dilakukan oleh tim tripartit ( untuk pemerintah diwakili oleh badan pusat statistic (BPS), perwakilan pengusaha dan perwakilan serikat buruh).

Pokok-pokok pikiran yang mendasari perumusan komponen KHL adalah sebagai berikut :

2. Semakin banyaknya angkatan kerja wanita yang memasuki pasar kerja, sehingga perlu mengakomodir kebutuhan khusus pekerja wanita.

3. Kondisi masyarakat Indonesia yang religius, sehingga perlu mengakomodir kebutuhan

perlengkapan ibadah yang juga memerlukan biaya.

4. Perlunya menambahkan beberapa jenis kebutuhan yang secara riil digunakan oleh

masyarakat pada semua lapisan.

Dokumen terkait