• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di Kota Manado, fenomena kekerasan rutin memang seakan tidak bisa dilepaskan dari maraknya konsumsi minuman keras. Minuman keras sangat potensial untuk menjadi salah satu pemantik terjadinya insiden-insiden kekerasan. Jika dilihat, data SNPK tahun 2014 menunjukan bahwa hampir 10% insiden kekerasan di Kota Manado terjadi ketika pelaku atau korban sedang mengkonsumsi minuman keras. Data Polda Sulawesi Utara tahun 2014 mencatat bahwa 60-70% kasus kekerasan dan kriminalitas, seperti perkelahian antar kelompok masyarakat, penganiayaan, pembunuhan, kekerasaan dalam rumah tangga, dan kecelakaan lalu lintas diawali dari konsumsi minuman alkohol yang berlebihan. Biasanya, insiden kekerasan terjadi akibat tersinggung ketika sedang mengkonsumsi minuman keras, seperti insiden pengeroyokan di Kampung Pisang, Kecamatan Mapanget, Kota Manado pada September 2014. Insiden ini dipicu saat beberapa orang yang sedang minum minuman kerasa merasa tersinggung oleh perkataan salah salah satu diantara mereka. Di samping itu, minuman keras yang kerap dikonsumsi warga juga dapat menjadi akselator bagi terjadinya insiden kekerasan dalam skala besar, seperti bentrokan antarkampung di Titiwungen Selatan, Kecamatan Sario, Kota Manado pada Februari 2014. Insiden ini dipicu oleh tersinggung dua kampung ketika sedang bersama-sama mengkonsumsi minuman keras. Dua kelompok warga tersebut saling menyerang dengan panah wayer. Akibat insiden tersebut 12 orang dari kedua kampung diamankan oleh pihak aparat kepolisian setempat.

Jika dilihat lebih jauh, minuman keras di Kota Manado memang cukup mudah untuk diperoleh masyarakat. Biasanya, warung-warung di sekitar pemukiman warga menjual minuman keras seperti Cap Tikus, yang harganya relatif terjangkau. Seringkali, masyarakat mengkonsumsi minuman keras pada saat perayaan atau ritual adat. Di samping itu, minuman keras juga kerap dijadikan stimulus yang mendorong warga untuk berani melakukan kekerasan. Seperti pengakuan salah satu pelaku penganiayaan yang menyatakan bahwa sebelum melakukan kekerasan ia mengkonsumsi minuman keras. Ia mempercayai bahwa dengan mengkonsumsi minuman keras, keberanian akan muncul untuk melakukan kekerasan. Minuman keras memang menjadi salah satu sorotan pihak pemerintah baik Kota Manado maupun Provinsi Sulawesi Utara. Ketua Komisi 1 DPRD Provinsi Sulawesi Utara, Jhon Dumais, dalam wawancara dengan media lokal mengatakan bahwa masyarakat harus didorong agar bisa berperan aktif untuk tidak lagi mengkonsumsi minuman keras.58

Ia menambahkan bahwa minuman keras menjadi salah satu sumber pemicu kekerasan di kota Manado. Bahkan, pemerintah Provinsi Sulawesi Utara sudah merespon persoalan minuman keras ini dengan memberlakukan Perda Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol di Provinsi Sulawesi Utara. Lewat Perda tersebut, pemerintah mengharapkan dapat mengkontrol konsumsi dan distribusi minuman beralkohol yang sekaligus

58 http://mymanado.com/berita-sulut-berlakukan-perda-miras-kini-keda-patan-mabuk-bisa-dihukum-3-bulan-penjara.html, diakses pada 11 Februari

2015.

dapat mengurangi potensi gangguan kemananan di kota Manado. Di samping itu, pihak Kepolisian Sulawesi Utara juga cukup gencar mengkampanyekan upaya mengurangi konsumsi minuman keras yang berlebihan di kalangan masyarakat dengan slogan “Brenti jo Bagate”.

2.5. Refleksi atas Fenomena Kekerasan Rutin di Perkotaan

Kekerasan di perkotaan khususnya di Jakarta dan sekitarnya pada beberapa minggu di bulan Februari-Maret 2015 menjadi perhatian luas. Media elektronik, radio, cetak maupun media sosial diisi oleh berita tentang “begal”. Selain berita tentang kekerasan yang dilakukan kawanan begal, berita tentang reaksi masyarakat terhadap begal yang tertangkap dan dibakar massa juga diliput berbagai media. Pemberitaan tersebut menyadarkan publik akan gambaran kecil dari kekerasan rutin khususnya di perkotaan, yang selama ini kurang diperhatikan dibanding kekerasan atau konflik komunal berskala besar yang terjadi di Indonesia. Kota bukanlah desa atau kumpulan desa yang besar atau berkembang pesat, namun merupakan wilayah spesifik yang unik dengan tingkat kompleksitas permasalahan yang lebih besar. Kompleksitas permasalahan perkotaan disumbang oleh berbagai aspek, misalnya laju pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan kelompok muda, keterbatasan lahan, infrastruktur, dan ketersediaan ruang publik. Karenanya permasalahan perkotaan harus dilihat secara menyeluruh, tidak hanya sepotong-sepotong atau parsial. Satu aspek masalah perkotaan akan terkait langusung dengan aspek lainya, misalnya manajemen transportasi akan sangat ditentukan oleh sistem pemukiman. Pemukiman yang tidak tertata dengan baik akan berdampak pada sistem trasportasi yang semrawut.

Lebih lanjut, permasalahan perkotaan tidak hanya kompleks, namun juga interkoneksi antar aspek dan juga daerah di sekitarnya. Kota tidak berdiri sendiri tetapi didukung oleh daerah yang ada di sekitarnya. Permasalahan kota bukan permasalahan kota itu sendiri, namun disumbang juga oleh berbagai permasalahan yang ada di sekitarnya. Tingkat pertumbuhan kota yang tinggi dibanding dengan daerah sekitarnya menjadikan beban permasalahan terkumpul di kota. Salah satu contohnya adalah pertumbuhan ekonomi kota mendorong migrasi penduduk dari wilayah di sekitar kota, dan pada akhirnya pertumbuhan penduduk kota yang tinggi berdampak pada munculnya permasalahan kota yang salah satunya termasuk kekerasan di perkotaan.

Kombinasi kompleksitas dan interkoneksitas permasalahan kota menjadi kerangka dalam melihat kekerasan di perkotaan. Kekerasan yang terjadi bukan disebabkan karena faktor tunggal, namun disumbang oleh gabungan faktor, walaupun salah satu faktor lebih dominan untuk bentuk kekerasan tertentu. Kajian tim SNPK-THC mengidentifikasi beberap faktor yang saling terkait menyebabkan kekerasan muncul di perkotaan, yaitu: laju pertumbuhan penduduk, permasalahan penegakan hukum, keterbatasan infrastruktur perkotaan, minimnya ruang publik, frustasi kelompok pemuda, perkembangan teknologi, dan faktor pendorong berupa peredaran minuman keras.

Kerangka kompleksitas dan interkoneksitas permasalahan kota harus menjadi dasar pemikiran bagi pengambil kebijakan, aparatur pemerintah kota, dan masyarakat kota dalam merespon permasalahan kekerasan perkotaan. Dengan demikian, respon terhadap permasalahan kekerasan di perkotaan memerlukan dukungan dan kerja kolaboratif dari berbagai pihak, baik level nasional maupun lokal, juga level pemerintah dan masyarakat. Permasalahan perkotaan juga akan bermuara menjadi permasalahan nasional. Tingkat urbanisasi yang tinggi di perkotaan tidak semata permasalahan kota, namun pada akhirnya akan memunculkan berbagai permasalahan di desa-desa karena kurangnya jumlah penduduk. Urbanisasi yang meningkat tidak terlepas dari efek ketidakadilan pembangunan, dimana pembangunan yang telah berlangsung sejak lama lebih fokus pada daerah kota ketimbang pembangunan desa. Kebijakan pemerintah saat ini yang mulai mendorong pembangunan di tingkat desa harus diapresiasi dan didukung. Keberadaan UU No 6 tahun 2014 tentang Desa harus diikuti dengan kebijakan-kebijakan lain yang bisa menjadikan desa lebih kuat. Penguatan desa menjadi penting untuk menopang beban permasalahan kota seperti urbanisasi dan kekerasan di perkotaan. Namun di sisi lain pada level nasional dibutuhkan dukungan kebijakan dan regulasi yang lebih spesifik tentang permasalahan perkotaan. Mungkin sudah saatnya mendorong wacana undang-undang khusus perkotaan untuk melengkapi undang-undang tentang desa.

Pada level pemerintah kota, respon terhadap permasalahan kekerasan kota membutuhkan dukungan struktur pemerintahan kota yang bisa mengakomodir kompleksitas dan interkonektifitas permasalahan kota. Selama ini, sebagian besar pemerintahan kota di Indonesia mempunyai struktur yang relatif sama dengan wilayah non-kota. Seperti contoh adanya dinas-dinas di pemerintahan kota dengan non-kota tidak jauh berbeda, hanya sebagian kecil yang mencerminkan dan identik dengan kota, seperti dinas tata kota atau dinas pertamanan kota. Struktur lainya relatif sama, termasuk struktur yang terkait langsung dengan keamanan kota seperti Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol).

Pada level masyarakat, dibutuhkan keterlibatan aktif masyarakat, akademisi, dan lembaga swadaya masyarakat dalam menyusun kerangka pembangunan kota sebagai pencegahan munculnya kekerasan di perkotaan. Pemerintah daerah harus memberi ruang partisipasi masyarakat, yang tidak hanya dalam proses perencanaan pembangunan dan pengembangan kota, namun juga pada aspek pengawasan dan pelaksanaan.

Rekomendasi

Dari hasil studi ini, tim SNPK-THC memandang perlu adanya beberapa usulan perbaikian guna menangani fenomena kekerasan rutin yang marak di Jabodetabek dan Kota Manado, Sulawesi Utara. Usulan tersebut juga dapat menjadi perhatian bagi pemerintah, aparat kepolisian, masyarakat, dan pemangku kepentingan lain di wilayah perkotaan di Indonesia.

Penanganan kekerasan kota tidak hanya menjadi ●

domain aparat keamanan, namun juga melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha dan juga masyarakat. Dibutuhkan kerjasama dari semua pihak dalam penanganan kekerasan kota. Permasalahan kekerasan perkotaan membutuhkan ●

dukungan dari pemerintah pusat. Dibutuhkan kebijakan pusat untuk mengurangi beban ekonomi, sosial dan politik dari kota-kota di Indonesia melalui kebijakan penyebaran pembangunan yang lebih luas dan tidak terpusat di kota-kota. Salah satu cara mendorong kota-kota dengan kekhususan, seperti kota pusat administrasi, kota pusat bisnis, dan atau kota wisata.

Permasalahan kekerasan di kota-kota di Indonesia ●

merupakan permasalahan yang terkait dengan daerah di sekitar kota. Karenanya dibutuhkan kebijakan kolabotatif dan integral bersama antara daerah kota dengan daerah sekitar dalam penanganan kekerasan kota.

DKI Jakarta

Meningkatkan kehadiran aparat keamanan di ●

masyarakat dan ruang-ruang publik. Melalui menaikan frekuenensi patroli, pemasangan CCTV dan memperbanyak dan memberdayakan pos-pos polisi di lingkungan masyarakat. Memfungsikan dan mengefektifikan kembali fungsi Pospol di tiap kelurahan. Kemudian, mensosialisasikan fungsi Pospol kepada masyarakat mengenai karena banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya.

Mempermudah akses keamanan bagi masyarakat, ●

seperti sistem pelaporan keamanan terintegratif, mudah, dan responsif menggunakan berbagai sarana yang inovatif, seperti laporan melalui SMS, dan pemasangan tombol alarm jika terjadi pelanggaran dan tindakan hukum. Akses keamanan juga harus diberikan pada masyarakat berupa laporan proses perkembangan atas tindak pidana yang dilaporkan ke polisi.

Memperbaiki kembali citra aparat penegak hukum ●

di masyarakat dengan lebih tanggap terhadap kasus-kasus yang dilaporkan dan lebih transparan dalam menangani kasus tersebut. Aparat penegakan hukum juga perlu membasmi oknum-oknum yang mengutip pungutan-pungutan liar kepada pelapor jika kasusnya ingin ditangani.

Tindakan pengawasan keamanan perlu di tingkatkan. ●

Sinergi, koordinasi dan supervisi institusi penegak hukum terhadap program-program pengamanan di tingkat masyarakat lokal seperti Siskamling perlu terus ditingkatkan. Sinergitas tidak hanya bersifat simbolik, melainkan juga dengan membangun kesadaran dan patuh hukum dengan cara melakukan pelatihan, sosialisasi dan pengkaderan yang berkelanjutan.

Penataan ruang spasial kota. Pembenahan sistem ●

pemukiman sebagai langkah dasar yang akan berpengaruh pada penataan sistem transportasi dan penyediaan ruang terbuka publik. Penataan ruang sparsial juga harus melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Penataan ini juga didorong menjadi informasi publik yang bisa diakses oleh semua penduduk kota.

Pemerintah kota diharapkan mampu mendorong ●

tercapainya kuota 30% ruang hijau terbuka publik. Pemerintah kota juga diharapkan mampu menyediakan ruang terbuka publik yang cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas keamanannya. Pemerintah diharapkan mampu melakukan ●

kebijakan yang bisa mengatur perimbangan antara perkembangan penyediaan jalan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan. Dibutuhkan kebijakan pembatasan kendaraan, yang diimbangi dengan penyediaan dan memperbanyak sarana transportasi publik yang massif seperti kereta, subway, monorel, dan bus yang aman.

Pemerintah kota diharapkan meminimalisir ruang-●

ruang yang bisa mendorong tindakan-tindakan kekerasan seperti pemasangan lampu penerangan pada daerah-daerah yang dianggap rawan kekerasan.

Dibutuhkan kebijakan yang mampu merangsang ●

masyarakat untuk menggunakan sarana pelaporan keamanan, seperti pemberian insentif bagi mereka yang menggunakan sarana pelaporan keamanan jika ada tindak pidana.

Kota Manado, Sulawesi Utara

Pemerintah Kota Manado sebaiknya perlu memperbaiki strategi pembangunan dengan mengedepankan kepekaan terhadap instrumen-instrumen keamanan masyarakat. Keamanan masyarakat kota dapat berjalan jika didukung kebijakan dan infrastruktur yang optimal. Oleh karena itu, pemerintah Kota Manado perlu melakukan beberapa hal berikut:

Pemerintah Kota Manado perlu meningkatkan ●

pembangunan infrastruktur yang masih minim dan kerap mendorong munculnya insiden-insiden kekerasan rutin, seperti infrastruktur penerangan jalan.

Pemerintah Kota Manado perlu menata wilayah ●

pemukiman padat penduduk yang ada. Dalam upaya tersebut, pemerintah juga perlu melibatkan

dan aspirasi warga. Hal ini penting agar tidak muncul resistensi dari mereka.

Pemerintah Kota Manado perlu meningkatkan ●

pembangunan ruang-ruang publik bagi masyarakat. Terkait dengan dana yang tidak mencukupi dari APBD kota, hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan pembangunan secara kolaboratif antara pemerintah, pihak swasta, dan juga masyarakat. Bahkan, pemerintah juga dapat memanfaatkan dana-dana CSR (Corporate Social Responsibility) untuk membangun ruang-ruang publik di Kota Manado. Hal penting pula adalah pembangunan tersebut perlu menyasar wilayah-wilayah pemukiman padat penduduk di Kota Manado.

Pemerintah Kota Manado perlu membuka lapangan ●

kerja seluas-luasnya bagi kelompok pemuda. Hal ini penting dilakukan karena persoalan pengangguran di kalangan pemuda mendorong maraknya insiden kekerasan rutin di Kota Manado.

Pemerintah Kota Manado perlu mengurangi tingkat ●

putus sekolah, khususnya di tingkat SMP dan SMA. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pembiayaan pendidikan yang terjangkau bagi masyarakat. Tak hanya itu, pemerintah juga perlu mendorong jalur pendidikan non-formal bagi masyarakat yang putus sekolah, seperti menggalakan program paket C. Pemerintah Kota Manado juga perlu melakukan ●

program pelatihan keterampilan dan juga kewirausahaan bagi kelompok pemuda.

Pemerintah dan aparat keamanan perlu bekerja ●

sama dalam meminimalisir dampak konsumsi minuman keras terhadap maraknya insiden-insiden kekerasan rutin di Kota Manado. Hal penting diperhatikan tidak hanya bagaimana menghentikan konsumsi, distribusi, dan produksi minuman keras, namun persoalan lokasi untuk mengkonsumsi minuman keras yang juga perlu diperhatikan. Terkadang, masyarakat mengkonsumsi minuman keras secara berlebihan di tempat umum yang mengganggu kepentingan warga lainnya, bahkan tak jarang muncul insiden-insiden kekerasan akibat hal tersebut.

Tokoh-tokoh masyarakat yang masih punya ●

pengaruh di lingkungan masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya mengurangi potensi kekerasan rutin. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan peran kepala lingkungan yang tidak hanya mendata penduduk, namun dapat menjadi pemantau potensi kekerasan rutin yang ada di tengah masyarakat. Aparat kepolisian Kota Manado perlu melakukan ●

tindakan hukum yang tegas terhadap para pelaku kekerasan atau kriminalitas. Hal ini penting untuk menumbuhkan kembali kepercayaan publik terhadap proses-proses penegakan hukum.

Aparat kepolisian Kota Manado juga perlu ●

meningkatkan fungsi pengawasan secara internal terhadap proses-proses penegakan hukum yang sedang dilakukan. Hal ini untuk mengurangi adanya penyimpangan dalam proses tersebut.

Aparat kepolisian Kota Manado perlu ●

mengembangkan sistem pelayanan dan pelaporan yang responsif dan efektif terkait tindakan kekerasan atau kriminalitas. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan mekanisme yang sudah ada di pusat pelayanan masyarakat Mabes Polri dan beberapa daerah lain, misal call center. Tak hanya itu, keberadaan mekanisme untuk melacak laporan masyarakat yang sudah/belum ditangani juga menjadi penting diperhatikan oleh pihak kepolisian Kota Manado agar masyarakat dapat dengan mudah melaporkan dan memantau penagangan laporan mereka. Ini penting dilakukan agar masyarakat dapat mengetahui sejauh mana upaya kepolisian terhadap persoalan yang dilaporkan.

Aparat kepolisian Kota Manado juga perlu ●

meningkatkan patroli rutin di tengah masyarakat. Patroli tersebut sebaiknya dilakukan di malam hari dan di wilayah-wilayah yang kerap terjadi kekerasan atau tindak kriminalitas (seperti di wilayah pemukiman padat, pasar, dan perbatasan Kota Manado).

Pemerintah provinsi perlu mendorong pembangunan ●

yang lebih merata di kabupaten/kota seluruh Sulawesi Utara. Upaya pembangunan tersebut diharapkan dapat mengurangi arus urbanisasi yang masif ke Kota Manado dari kabupaten/kota di Sulawesi Utara.

---Jika memerlukan informasi lebih lanjut silakan hubungi

nvms@habibiecenter.or.id

Kajian Perdamaian dan Kebijakan SNPK dapat diakses melalui website www.snpk-indonesia.com

Dokumen terkait