• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINYAK PALA

Dalam dokumen buku atsiri (Halaman 45-53)

MUTU MINYAK NILAM

7. MINYAK PALA

Pala [Myristica fragrans Houtt] merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi, di samping berjenis-jenis komoditi pertanian ekonomis lainnya. Sebagai tanaman rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak etheris dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak etheris dan 30 - 40 % lemak, sedangkan fuli menghasilkan 7 - 18%, minyak etheris dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji).

Permintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat, dan tidak kurang dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia.

Pala di Indonesia dihasilkan dari perkebunan rakyat. Luas areal pertanaman pala adalah sebesar 43.873 ha (tahun 2000). Pohon pala dapat berbuah sepanjang tahun. Dalam setahun tanaman pala dapat di petik dua kali, yang setiap daerah biasanya waktunya tidak sama. Umumnya buah pala dipanen setelah cukup tua, yang ditandai dengan merekahnya buah, umurnya + 6 bulan sejak berbunga.

Gambar 21. Proses pengolahan oleoresin kayu putih

Biji dan Fuli Pala kering

Digunakan untuk industri pengawetan ikan, pembuatan sosis, makanan kaleng, adonan kue.

Pemanenan dilakukan terhadap buah yang hampir tua. Ditandai dengan biji keras, warna coklat tua, fuli merah muda.

Penyulingan biji dan fuli pala menghasilkan Eteris dengan komponen minyak yang sama. Pengempaan biji dan fuli pala menghasilkan nutmeg concrete.

Biji pala mengandung minyak lemak (fixed oil) sebanyak 25 - 40%, buah pala yang hampir tua mengandung minyak 7-15%. Minyak lemak ini dapat diperoleh dengan cara menggiling dan memeras biji pala tersebut. Apabila minyak lemak tidak

dikeluarkan lebih dahulu, pada penyulingan akan ikut tersuling dan akan sulit dipisahkan dari minyak palanya. Setelah biji pala digiling kemudian dimasukkan bejana, dan dilakukan

penyulingan selama +10 - 30 jam. Setelah disaring, minyak ditampung ke dalam botol penampung yang digunakan untuk

Biji

Pala Fulli Pala

Buah Pala Siap Panen

memisahkan air dari minyak, rendemen minyak yang diperoleh berkisar antara 7-16 %. Minyak pala berupa cairan yang hampir tidak berwarna/kuning muda, dengan bau khas pala, apabila disimpan akan menyerap oksigen dan menjadi kental.

Minyak pala dihasilkan dari penyulingan biji dan fuli pala, dapat digunakan sebagai bahan baku industri obat-obatan, pada pembuatan sabun dan parfum. Komponen utamanya yaitu

myristicin dengan persentase sebesar 8.19%.

Minyak pala merupakan cairan jernih (hampir tidak berwarna – kuning muda), diperoleh dari proses penyulingan serbuk biji dan fuli pala. Minyak pala ini mengandung unsur-unsur psikotropik (berkhayal, halusinasi), memiliki daya bunuh yang hebat terhadap larva serangga, dan dapat digunakan sebagai penyegar pasta gigi, pencampur aroma tembakau. Komponen yang terdapat dalam minyak pala ini diantaranya adalah eugenol, iso-eugenol, terpineol, borneol, linalol, geraniol, safrole, terpene, aldehide.

Minyak pala memiliki khasiat mengatasi masalah sirkulasi darah, otot, persendian, asam urat (gout), sakit dan nyeri otot, rematik, kembung, salah pencernaan, lemah pencernaan, mual, dan membantu melawan infeksi bakteri. Minyak pala ini

Gambar 22. Teknologi proses pengolahan minyak kayu putih

dieksport ke Singapura, Perancis, Inggris, Nederland dan Amerika Serikat.

Tabel 16. Mutu Minyak Pala (EOA)

No Karakteristik Syarat

1 Penampilan, warna Cairan bening atau kuning pucat 2 Bau Bau dan rasa khas pala 3 Berat jenis 25°C 0.880-0.930

4 Putaran optik 2°-30°

5 Indeks refraksi 25°C 1.4740-1.4880 6 Kelarutan dalam alkohol 80% Larut dalam 3 volume Sumber : Lutony dan Rahmayati (2002)

Di pasaran dunia terdapat 2 (dua) mutu pala destilasi yaitu : - Mutu I kode AZWI, yaitu buah pala tanpa batok yang

dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2 - 2,5 bulan.

- Mutu II kode ETEZ, yakni buah pala yang dikeringkan, umumnya berasal dari buah muda berumur 2 - 5 bulan. Tabel 17. Standar mutu pala destilasi

Karakteristik Mutu IMutuMutu II Kadar air, %

(bobot/bobot) males 14,0 14,0 Kadar Eteris,

(bobot/bobot) min.% 7,5 4 Kadar minyak non

atsiri, (bobot/bobot)

males.% 10 12

Benda asing, %

(bobot/bobot) maks. 0,5 0,5 8. MINYAK JAHE

Jahe (Zingiber officinale Roxb ) merupakan tanaman terna berbatang semu, tumbuh berumpun, tinggi 30 cm – 1m, tegak, tidak bercabang, tersusun atas lembaran pelepah daun, berbentuk

bulat, berwarna hijau pucat dengan warna pangkal batang kemerahan.

Bagian tanaman yang digunakan untuk bahan industri yaitu rimpangnya. Ada tiga jenis jahe yang dibudidayakan antara lain :

1. Jahe putih besar (gajah)

Merupakan jahe yang paling disukai di pasaran internasional. Bentuknya besar gemuk dan rasanya tidak terlalu pedas. Daging rimpang berwarna kuning hingga putih.Digunakan oleh industri makanan (permen, jahe instan, sirup) 2. Jahe putih kecil (emprit)/kuning

Merupakan jahe yang banyak dipakai sebagai bumbu masakan, terutama untuk konsumsi lokal. Rasa dan aromanya cukup tajam. Ukuran rimpang sedang dengan warna kuning. 3. Jahe merah (sunti)

Jahe jenis ini memiliki kandungan minyak asiri tinggi dan rasa paling pedas, sehingga cocok untuk bahan dasar farmasi (pengobatan) dan jamu. Ukuran rimpangnya paling kecil dengan warna merah.

Jahe mengandung sejumlah kecil minyak volatil dan fixed oil yang mengandung zat resin yang pedas, 40—60% pati, 9% protein, beberapa jenis mineral dan vitamin.

Menurut Rismunandar (1988) komposisi kimia jahe menentukan tinggi rendahnya nilai aroma dan pedasnya jahe. Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi jahe antara lain adalah jenis tanaman, sifat tanah tempat penanaman, umur panen, perlakuan pra dan pasca panen, cara pengolahan, dan ekosistem tempat tanaman jahe.

Sifat khas jahe disebabkan oleh adanya Eteris dan oleoresin. Aroma jahe disebabkan oleh gingerol dan shogaol

yang banyak terdapat pada oleoresin jahe (Guenther, 1948). Kandungan Eteris pada jahe sebesar 1,7-3,8%.

Minyak jahe merupakan hasil penyulingan dan destilasi rimpang jahe, memiliki bau harum, tapi rasa tidak pedas. Komponen utama pada minyak jahe ini adalah seskuiterpen-zingiberen, sedangkan kandungan lainnya cukup banyak, seperti

α dan β felandren, d-kamfen, asetil heptenon, desil aldehid, n-nonil aldehid, borneol, sineol, linalol, sitral dan sesquiterpen alcohol.

Berbagai teknik penyulingan untuk mendapatkan Eteris pada tanaman jahe antara lain dengan :

1. Metode perebusan: Bahan direbus di dalam air

mendidih. Eteris akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling perebus. 2. Metode pengukusan: Bahan dikukus di dalam ketel yang konstruksinya hampir sama dengan dandang. Eteris akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut suling pengukus.

3. Metode uap langsung: Bahan dialiri dengan uap yang berasal dari ketel pembangkit uap. Eteris akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling uap langsung.

Untuk skala kecil seperti yang dilakukan oleh kebanyakan petani, metode pengukusan paling sering digunakan karena mutu produk cukup baik, proses cukup efisien, dan harga alat tidak terlalu mahal. Untuk skala besar, metode uap langsung yang paling baik karena paling efisien dibanding cara lainnya.

Tabel 18. Patokan mutu Ginger Oil (EOA)

No Karakteristik Syarat

1 Penampilan, warna Cairan kuning muda sampai kuning

2 Berat jenis 25oC 0.871-0.882 3 Putaran optik (-28o)-(-45o) 4 Indeks refraksi 20oC 1.4880-1.4940 5 Bilangan

penyabunan Tidak lebih dari 20 6 Kelarutan dalam

alkohol Larut dengan kekeruhan Sumber : Lutony dan Rahmayati (2002)

Aplikasi Minyak Jahe

Minyak Jahe banyak memiliki khasiat, seperti mengurangi gejala flu, pilek, batuk, masuk angin, pegal-pegal, sebagai penyegar badan, serta berkhasiat sebagai obat kuat. Industri pengguna minyak jahe :

• Industri minuman • Industri penyedap • Farmasi • Industri wewangian 51 Massage oil jahe Ginger oil Permen jahe Minuman jahe

9. PANILI

Panili adalah salah satu komoditas Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena kandungan flavor panili (senyawa aromatik aldehid) yang dihasilkannya. Nilai

ekonomi panili dapat dilihat dari nilai panili kering di tingkat eksportir yang cukup tinggi yaitu US$ 80/kg untuk mutu I, US$ 60-70/kg mutu II dan US$ 40-50/kg untuk mutu III. Mutu ekspor panili Indonesia sebagian besar

berada pada tingkat standar mutu tiga karena kadar Vanillinny < 0,1%. Oleh karena itu, harga panili Indonesia di dunia masih sangat rendah.

Indonesia merupakan salah satu dari empat negara pengekspor panili terbesar di dunia. Produksi panili Indonesia pada tahun 2002 mencapai 2.731 ton, sedangkan konsumsi panili dunia mencapai sekitar 1600-1800 ton (US$ 80 juta) per tahun. Negara pengkonsumsi panili terbesar adalah Amerika yaitu lebih dari 50% total produksi panili, diikuti oleh Eropa, Jepang dan Australia. Impor panili AS dari dunia tercatat senilai US$ 289.41 juta (2003) dimana kebutuhan tersebut dipenuhi Ginger Body

Smoothing

Aromaterapi minyak jahe

Dalam dokumen buku atsiri (Halaman 45-53)

Dokumen terkait