• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIK

2. Miskonsepsi

g. Kegunaan Konsep

Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak punya pengaruh tertentu. Adapun kegunaan konsep, yaitu sebagai berikut11: 1) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan. Lingkungan adalah sangat kompleks. Untuk mempelajari tentu sangat sulit apabila tidak di rinci menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana.

2) Konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar kita dengan cara mengenali ciri-ciri masing-masing objek.

3) Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan konsep-konsep yang dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru.

2. Miskonsepsi

a. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi adalah kesalahan dalam memahami suatu konsep yang ditunjukkan dengan kesalahan dalam menjelaskan suatu konsep dengan bahasa sendiri12. Sedangkan pengertian miskonsepsi menurut Jeanne adalah kepercayaan yang tidak sesuai dengan penjelasan yang diterima umum dan terbukti tidak sahih tentang suatu fenomena atau peristiwa13. Jadi dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah suatu pemahaman konsep yang salah namun dipercaya sebagai suatu kebenaran bagi suatu

11 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h.164-165.

12 Kustiyah, Miskonsepsi Difusi dan Osmosis pada Siswa MAN Model Palangkaraya, Jurnal ilmiah guru kanderang, 1, h. 25.

13 Jeanne Ellis Omrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang,

individu sehingga tercermin kesalahan konsep tersebut ketika menjabarkan dengan bahasa sendiri.

Miskonsepsi telah ada sejak lama dan telah lama menjadi inti riset empiris pembelajaran sains sehingga telah lama muncul tulisan ilmiah mengenainya. Munculnya miskonsepsi yang paling banyak adalah sebelum ia memasuki proses yang disebut prekonsepsi14.

Prekonsepsi ini bersumber dari pikiran siswa yang masih terbatas munculnya pada alam sekitarnya atau sumber-sumber lain yang dianggapnya lebih tahu akan tetapi tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya15.

b. Kriteria Miskonsepsi

Untuk menilai suatu konsep telah mengalami kesalahan pengertian (miskonsepsi) dapat digunakan dengan menggunakan tiga kriteria antara lain:

1) Kesesuaian dengan observasi/pengamatan

Kriteria pertama, kebenaran suatu konsep dapat dinilai dengan melihat kesesuaian definisi konsep dengan fakta hasil pengamatan di lapangan. Definisi konsep dikatakan benar, bila bersesuaian dengan pengalaman empiris. Kebenaran suatu konsep dengan kriteria ini dapat diuji secara induktif, yaitu dengan melakukan pengamatan-pengamatan pada contoh-contoh konsep.

2) Konsistensinya dengan konsep yang lain

Kriteria kedua, menuntut agar konsep yang satu tetap konsisten dengan konsep yang lain. Artinya definisi konsep tidak bertentangan dengan konsep yang lain yang telah dianggap benar secara ilmiah. 3) Memiliki penjelasan yang komprehensif

Kriteria ketiga, menyangkut penjelasan yang komprehensif, menyeluruh, dan lengkap. Dalam hal ini menyangkut generalisasi dan

14 Sparisoma Viridi, “Miskonsepsi dalam Fisika”, Berita Pembelajaran, Bandung, September

2008.

kemampuan untuk menunjukkan kepaduan yang melatarbelakangi fenomena yang beragam.16

c. Sifat- Sifat Miskonsepsi

Dalam proses pembelajaran biasanya siswa telah memiliki skema atau konsep awal yang dikembangkan melalui lingkungan dan pengalaman mereka sebelumnya, tetapi konsep yang dimiliki oleh siswa ini dapat berbeda dengan para ahli. Konsepsi para ahli ini pada umumnya memang lebih canggih, rumit dan kompleks serta memiliki hubungan antar konsep satu dengan yang lainnya. Berbeda dengan konsep yang dimiliki siswa. Kalau konsep siswa sama dengan konsepsi konsep para ahli yang disederhanakan ini tidaklah dikatakan salah. Tetapi jika konsep yang dimiliki siswa ini bertentangan dengan para ahli barulah mereka dikatakan miskonsepsi. Dari ringkasan literatur miskonsepsi memiliki sifat sebagai berikut17 :

1) Miskonsepsi sulit di perbaiki, berulang dan mengganggu konsep selanjutnya.

Pada dasarnya miskonsepsi merupakan pemahaman yang salah dan telah lama berada dalam pemahaman seseorang. Untuk meremediasi miskonsepsi ini butuh keseriusan dari seorang guru terutama. Kesulitan seorang guru untuk meremediasi yaitu karena jumlah siswa di sekolah pada umumnya sangat banyak sementara waktu belajar hanya sedikit. Ketidakpedulian seorang guru akan miskonsepsi siswa tentu membuat miskonsepsi tersebut tetap dalam pemahaman siswanya. Jika konsep yang didapat dari awal sudah salah maka jika tidak segera diremediasi akan membuat siswa tersebut terganggu dengan konsep baru yang masih berkaitan.

16Swamswisna dan Kurnia ningsih, Diagnosa Kesalahan Konsep (miskonsepsi) Mahasiswa

Tingkat Pertama pada Konsep-Konsep Dasar Biologi Program Studi Pendidikan Biologi, laporan penelitian, 2008, h. 7.

17Arif Maftukhin, “Miskonsepsi Mahasiswa terhadap Hukum Newton, Kerja dan Energi”,

2) Seringkali sisa miskonsepsi terus-menerus mengganggu.

Miskonsepsi yang terdapat pada pemahaman siswa tentu akan sangat mengganggu siswa terutama ketika menyelesaikan suatu konsep tersebut. Untuk soal-soal yang sederhana mungkin siswa masih dapat mengerjakan dengan baik, tetapi dengan soal yang sedikit lebih sulit maka miskonsepsi dapat muncul kembali karena harus mengaitkan antara konsep satu dengan yang lainnya.

3) Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan hanya dengan metode ceramah. Menurut Paul Suparno, metode ceramah dan menulis yang terus menerus dilakukan oleh guru dapat menyebabkan miskonsepsi pada beberapa siswa karena guru bersifat teacher centered. Hal ini menyebabkan siswa bersifat pasif dan tidak dapat mengkonstruk pemahamannya sendiri. Untuk beberapa siswa mungkin tidak menjadi persoalan tetapi tidak untuk beberapa yang hanya dapat mencatat, tetap tidak dapat menangkap secara utuh. Banyak siswa yang memang mencatat tetapi tidak mengerti maksud dari yang dicatat. Maka setelah mengulanginya dirumah akan timbul miskonsepsi18.

4) Siswa, guru, dosen maupun peneliti dapat terkena miskonsepsi baik yang pandai ataupun yang tidak.

Semua kalangan dalam dunia pendidikan bisa mengalami miskonsepsi hal ini karena sumber miskonsepsi terdapat pada berbagai macam sumber. Sumber miskonsepsi berasal dari siswa, guru/ pengajar, buku teks, konteks dan cara mengajar. Kehidupan seseorang dengan yang lainnya tentu akan sangat berbeda. Oleh karena itu dari semua sumber miskonsepsi tersebut bisa terkena pada diri seseorang tersebut. 5) Dalam pelaksanaan pembelajaran kadang miskonsepsi disamakan

dengan ketidaktahuan maka seringkali guru pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim terjadi pada siswanya. Tentu hal

18 Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, (Jakarta: PT

ini tidak akan membantu dalam meremediasi miskonsepsi siswa. Sehingga miskonsepsi akan terus bertumpuk pada pikiran murid.

d. Penyebab Miskonsepsi

Tinggi miskonsepsi siswa ini mungkin dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

Pertama, miskonsepsi siswa dapat berasal dari pengalaman siswa sendiri, yaitu siswa salah menginterpretasi gejala atau peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya. Kedua, miskonsepsi dapat bersumber dari pembelajaran guru, yaitu pembelajaran oleh guru yang kurang terarah sehingga siswa dapat menginterpretasi salah terhadap suatu konsep tertentu, atau mungkin juga gurunya mengalami miskonsepsi terhadap suatu konsep tertentu. Atau dengan kata lain guru sebagai sumber miskonsepsi. Di samping itu, dalam pembelajaran guru sering mengabaikan konsep alternatif siswa. Menurut Posnet, dkk. Guru hendaknya menerapkan strategi pengubahan konseptual dalam pembelajaran agar dapat mengatasi konsepsi alternatif siswa19.

Miskonsepsi bukan masalah yang sederhana dan mudah diabaikan. Hal yang lebih unik lagi, setiap siswa dapat memiliki miskonsepsi yang berbeda. Miskonsepsi akan mengganggu jika tidak diremidiasi karena adanya miskonsepsi akan mengganggu proses pengolahan konsep dalam struktur kognitif yang dilakukan oleh siswa. Penelitian yang dilakukan di banyak negara menunjukkan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa dapat bersifat resisten. Berdasarkan pemikiran ini, sangat penting bagi guru untuk senantiasa mengetahui miskonsepsi pada siswanya agar dapat melakukan upaya untuk meremidiasi miskonsepsi. Hal ini berguna untuk memberi arah kemana, darimana, dan bagaimana pembelajaran yang akan dilakukan sehingga hasil belajar siswa lebih optimal20.

19Maruli Simamora, Identifikasi Miskonsepsi Guru Kimia pada Pembelajaran Konsep Struktur

Atom, Jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan, no.1-2, 2007, h. 152.

20Lis Permana Sari dan Sukisman, Penilaian Berkarakter Kimia Berbasis Demonstrasi untuk

Kedua, masyarakat dan budaya juga dapat memperkuat miskonsepsi. Seperti ungkapan-ungkapan yang umum dalam bahasa salah merepresentasikan hakikat yang sesungguhnya21.

Sedangkan menurut Paul Suparno, penyebab miskonsepsi adalah sebagai berikut22:

Tabel 2.2. Penyebab Miskonsepsi

Sebab Utama Sebab Khusus

Siswa 1) Prakonsepsi.

2) Reasoning yang tidak lengkap/salah. 3) Tahap perkembangan kognitif siswa. 4) Kemampuan siswa.

Guru/Pengajar 1) Tidak menguasai bahan, tidak kompeten.

2) Bukan lulusan dari bidangnya. 3) Tidak membiarkan siswa

mengungkapkan gagasan/ide. Buku teks 1) Penjelasan keliru.

2) Salah tulis, terutama rumus. 3) Tingkat kesulitan penulisan buku

terlalu tinggi bagi siswa. Konteks 1) Pengalaman siswa.

2) Bahasa sehari-hari berbeda. 3) Teman diskusi yang salah.

disampaikan pada Seminar Nasional Kimia, 2009,

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Makalah%20Semnas%20Kimia%202009%20%20Penilaia n%20Berkarakter%20Kimia%20Berbasis%20Demonstrasi%20untuk%20Mengungkap%20Pemah aman%20Konsep%20dan%20Miskonsepsi%20Kimia%20pada%20Siswa%20SMA.pdf).

21 Jeanne Ellis Omrod, Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang,

(Jakarta: Erlangga, 2009), h. 339.

22 Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, (Jakarta: PT

Sebab Utama Sebab Khusus

Cara mengajar 1) Hanya berisi ceramah dan menulis. 2) Tidak mengungkapkan miskonsepsi

siswa.

3) Tidak mengoreksi PR yang salah.

Penyebab miskonsepsi yang berasal dari siswa yaitu karena adanya prakonsepsi yang salah. Prakonsepsi yang salah ini jika dibiarkan akan menjadi miskonsepsi yang terus menumpuk hingga dewasa. Terkadang pemikiran asosiatif siswa juga memainkan peranan penting dalam miskonsepsi karena bahasa atau istilah siswa sehari-hari akan menimbulkan miskonsepsi didalam benaknya. Reasoning atau penalaran yang tidak lengkap atau salah juga menjadi penyebab miskonsepsi. Penalaran yang salah terjadi karena logika yang salah dalam mengambil kesimpulan. Sedangkan pengamatan yang tidak lengkap dapat menyebabkan kesimpulan yang salah. Intuisi yang salah juga merupakan salah satu penyebab miskonsepsi. Arti intuisi itu sendiri adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Kemampuan siswa dalam memahami konsep juga berkaitan dengan tahap perkembangan kognitif siswa karena jika siswa yang masih berada pada tahap operasional konkret jika diajarkan konsep yang abstrak tentu siswa akan mengalami kesulitan dalam memahaminya hal ini akan menyebabkan miskonsepsi pada siswa itu sendiri. Kemampuan siswa dalam mempelajari suatu konsep juga akan berpengaruh. Ketika ada siswa yang kurang suka dalam pelajaran biologi tentu itu akan menyebabkan siswa itu sendiri menjadi malas atau berasal dari tingkat IQ yang rendah sehingga dalam memahami konsep siswa cenderung sangat lama dan tertinggal sehingga menyebabkan miskonsepsi.

Miskonsepsi yang kedua dapat berasal dari pengajar atau guru. Untuk mata pelajaran biologi konsep yang diajarkan memang lebih banyak hafalan. Terkadang untuk beberapa instansi pendidikan menganggap mudah dalam menentukan guru biologi sehingga mereka menganggap yang penting ada buku sudah bisa jadi guru biologi meskipun bukan jurusan biologi. Hal inilah yang menyebabkan miskonsepsi pada siswa karena guru yang mengajarnya saja tidak paham konsep atau tidak kompeten dibidangnya apalagi mengajarkan konsep tersebut kepada siswanya. Pengajar yang kurang kompeten menyebabkan sistem pembelajaran teacher center sehingga siswa tidak dapat mengungkapkan gagasan atau pemahamannya. Hal seperti inilah yang menyebabkan miskonsepsi pada siswa semakin bertambah.

Buku teks merupakan salah satu sumber miskonsepsi. Pada dasarnya buku teks merupakan tulisan yang menyajikan materi dari konsep yang akan dipelajari baik oleh siswa atau guru. Ketika sumber materi ini memiliki penjelasan yang keliru tentu akan mempengaruhi pemahaman orang yang membacanya karena buku teks merupakan sumber belajar yang utama. Buku teks yang didalamnya terdapat kesalahan baik penjelasan maupun penulisan serta bahasa yang disampaikan terlalu tinggi dari kelas untuk jenjang buku tersebut tentu hal ini akan menyebabkan miskonsepsi. Dalam buku teks juga sering terlihat adanya kartun atau konsep yang menyimpang demi menarik pembaca.

Konteks juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Konteks disini meliputi pengalaman, bahasa sehari-hari serta teman diskusi yang salah. Pengalaman seseorang memang tidak ada yang sama meskipun mereka kembar. Seorang yang senang belajar kelompok tentu ia akan sering berdiskusi tentang konsep yang dipelajari. Ketika ada siswa yang lebih dominan di kelompok tersebut dan menyampaikan konsep yang salah kepada temannya tentu miskonsepsi tersebut juga akan berpindah dengan teman diskusinya.

Cara mengajar seorang guru juga menjadi penyebab miskonsepsi untuk siswanya. Terutama ketika seorang guru dalam menjelaskan konsep yang hanya dengan menggunakan metode ceramah dan tulis terus menerus tanpa

melakukan interaksi atau tanya jawab kepada muridnya tentu hal ini tidak dapat meremidiasi miskonsepsi. Padahal tugas seorang guru adalah berusaha memberikan konsep dan meremediasi konsep yang salah. Beberapa siswa memang ada yang paham dengan metode ceramah, namun tidak semua murid sama demikian. Siswa yang rajin mencatat belum tentu paham akan materi yang ditulisnya itu. Tugas rumah yang jarang dibahas oleh guru juga dapat meningkatkan miskonsepsi siswa.

e. Sumber Miskonsepsi

Berdasarkan hasil penelitian miskonsepsi siswa berhubungan dengan konsep-konsep biologi. Ada beberapa poin untuk mengidentifikasi sumber miskonsepsi yaitu:

1) Miskonsepsi muncul dari pengalaman pribadi siswa. Dari bahasa dan tempat lingkungan ia berinteraksi dengan orang lain atau teman bermainnya melalui interaksi tersebut.

2) Miskonsepsi berasal dari kata-kata yang digunakan pada kehidupan sehari-hari yang memiliki arti dalam kehidupan sesehari-hari-sehari-hari.

3) Miskonsepsi muncul ketika siswa menggabungkan konsep yang telah dipelajari dengan konsep yang baru.

4) Dari beberapa konsep dalam pembelajaran, miskonsepsi bisa juga berasal dari guru yang salah atau tidak akurat dalam mengajarkan.

5) Faktor lain yang juga berkontribusi terjadinya miskonsepsi pada siswa yaitu buku teks, yang mana didalamnya terdapat beberapa informasi yang salah dan tidak tepat23.

23Ceren tekaya, Misconceptions as Barrier to Understanding Biology, Hacceteppe universitesi egitim fakultesi dergisi, 23, 2002, p. 260-261.

Awal miskonsepsi atau konsep alternatif sains telah diuji oleh beberapa peneliti. Beberapa sumber miskonsepsi tersebut adalah:

1) Dari pengalaman sehari-hari dan observasi.

2) Dari persepsi pemikiran, ketika menghubungkan sumber materi sebelumnya dengan sesudahnya masih banyak sejumlah siswa yang membutuhkan penjelasan sains.

3) Dari diagram atau pernyataan yang terdapat di dalam buku teks. 4) Dari guru-guru dan murid-murid.24

Menurut Subhan seperti dikutip dalam Effandi, terdapat tiga penyumbang miskonsepsi yaitu:

1) Ide yang salah yang terdapat yang berpusat dari pengalaman sehari-hari dan bahasa yang mereka gunakan.

2) Kesalahan konsep yang terbentuk selama aktivitas pengajaran yang berpusat dari pemahaman yang tidak tetap terhadap suatu konsep yang di jelaskan oleh guru.

3) Pengajaran atau penjelasan guru yang salah.25

f. Cara Mengatasi Miskonsepsi

Banyak penelitian telah dilakukan oleh para ahli pendidikan biologi, fisika, kimia, astronomi yang mengungkapkan bermacam-macam kiat yang dibuat untuk membantu siswa dalam memecahkan persoalan miskonsepsi. Secara garis besar langkah yang digunakan untuk meremidiasi miskonsepsi adalah:

1) Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa. 2) Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut.

3) Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi.26

24 Boo Hong Kwen, Teacher Misconceptions of Biologycal Science Concepts as Revealed in Science of Examination Papers, International education research conference, 2005, p. 2.

25Effandi Zakaria, Norazah M. Nordin dan Sabri Ahmad, Trend Pengajaran dan

Pembelajaran Matematik, (Kuala lumpur: Prin-AD SDN, 2007), h. 156.

26Paul Suparno, Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika, (Jakarta: PT

Untuk cara mengungkap miskonsepsi siswa maka seorang guru harus mengetahui cara berpikir siswa. Agar guru dapat mengetahui cara berpikir siswa maka dalam proses pembelajaran guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya masing-masing.

Selanjutnya guru mencari penyebab atau asal dari miskonsepsi yang dialami siswa. Untuk menemukan penyebabnya maka guru bisa melakukan wawancara pribadi atau umum didepan kelas.Untuk mencari perlakuan yang tepat harus disesuaikan dengan situasi dan penyebab miskonsepsi itu sendiri. Meskipun miskonsepsi tidak dapat langsung dihapus dari pemahaman siswa, namun ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi miskonsepsi menurut Yulia. Adapun langkah-langkah tersebut adalah:27

1) Pendeteksian miskonsepsi sedini mungkin

Menurut Ennenbach dalam Yulia, sebelum pelajaran di kelas dimulai, sebaiknya guru mengetahui prakonsepsi apakah yang sudah terbentuk dalam pemahaman siswa. Baik yang terbentuk dari pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang berkaitan yang akan dipelajari. Hal ini dapat diketahui dengan literatur, dari tes diagnostik dan dari pengamatan guru. Dari tes diagnostik yang diberikan, lebih menarik menganalisis jawaban yang salah karena dari sanalah akan terungkap miskonsepsi. Karena dari jawaban salah merupakan sumber miskonsepsi.

2) Merancang penyampaian materi

Setelah langkah pertama dilakukan, kemudian guru dapat merancang pengalaman belajar yang bertolak belakang dari prakonsepsi tersebut. Setelah itu guru dapat membantu siswa yang sudah paham menjadi lebih paham serta memperbaiki konsep yang salah yang terdapat pada pemahaman siswa. Hal utama yang harus diperhatikan dalam mengoreksi miskonsepsi adalah memberikan pengalaman belajar yang menunjukkan pertentangan konsepsi mereka dengan peristiwa yang mereka pahami. Dengan demikian diharapkan bahwa pertentangan pengalaman baru

27Yulia Jamal, Analisis Miskonsepsi pada Bagian Materi Mekanika dalam Mata Kuliah Fisika

dengan konsep yang lama akan menghasilkan koreksi terhadap miskonsepsi. Jika digunakan teori Piaget, pertentangan antara pengalaman baru dengan konsepsi yang salah akan menyebabkan akomodasi. Akomodasi yaitu penyesuaiaan struktur kognitif yang menghasilkan konsep baru yang lebih tepat. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua pengalaman yang bertentangan dengan prakonsepsi akan menghasilkan konsep yang benar.

3) Memberikan pengalaman belajar kepada siswa

Untuk mengatasi terjadinya miskonsepsi adalah dengan jalan usaha guru agar konsep-konsep atau materi yang diajarkan dapat dilihat secara langsung. Apabila ada yang tidak sesuai dengan teori maka guru harus mengarahkan jawaban secara ilmiah. Bila pengalaman belajar tidak mungkin diberikan, dapat digunakan contoh dalam kehidupan sehari-hari.

g. Mendeteksi Miskonsepsi

Miskonsepsi bukanlah hal yang sederhana dan mudah diabaikan. Hal yang lebih unik lagi, setiap siswa dapat memiliki miskonsepsi yang berbeda. Miskonsepsi akan mengganggu jika tidak segera diremediasi. Adanya miskonsepsi dapat mengganggu proses pengolahan konsep dalam struktur kognitif yang dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu sebagai fasilitator guru sebaiknya mengetahui cara-cara untuk mendeteksi miskonsepsi dari muridnya tersebut agar proses pemahaman konsep siswa memperoleh suatu kebenaran. Berikut cara mendeteksi miskonsepsi yaitu:28

1) Peta Konsep

Peta konsep mampu menghubungkan antara konsep-konsep serta gagasan pokok yang disusun secara hirarkis. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep.

28

2) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Pertanyaan pilihan ganda yang disertai dengan alasan mengapa memilih jawaban itu.

3) Tes Esai Tertulis

Guru hendak membuat esai tertulis yang berisi konsep yang akan dipelajari atau yang sudah dipelajari.

4) Wawancara Diagnosis

Guru memilih konsep yang diperkirakan sulit untuk siswa kemudian guru mengajak siswa untuk mengekspresikan gagasan mengenai konsep tersebut.

5) Diskusi dalam kelas

Didalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan tentang konsep yang sudah atau akan dipelajari. Cara ini sangat cocok untuk kelas yang besar.

6) Praktikum dengan Tanya Jawab

Pada kegiatan ini guru harus bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan dalam praktikum tersebut. Selain menggunakan cara di atas, untuk mendeteksi adanya miskonsepsi pada siswa juga bisa menggunakan Certainty of Response Index (CRI) seperti cara yang dilakukan oleh Saleem hasan. CRI ini mampu mengungkap siswa yang paham konsep dan belum paham konsep.

Dokumen terkait