• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Analisis Kontrastif Proses Morfemis Verba bahasa Jepang Dan

3.1.1 Mizenkei

3.1.1.1 Mizenkei Bentuk Uchikeshi

/Yomanai/=>/yom-/+/-a-/+/-nai/ „tidak membaca‟

/Yom-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat /-a-/ : adalah perubahan mizenkei

/-nai/ : adalah sufiks perubahan uchikeshi dan morfem bebas sebagai pembentuk makna menyangkal

Dalam pembentukan kata /yomanai/ dari morfem dasar /yom-/ditambahkan dengan dengan alomorf /-a-/ dan ditambahkan sufiks /-nai/ menjadi /yomanai/.

2. Golongan 2

/Tabenai/ => /tabe-/+/nai/ „tidak makan‟

/Tabe-/ : adalah morfem dasar yang bermakna ‟makan‟

/-nai/ : adalah sufiks morfem bebas perubahan bentuk uchikeshi sebagai pembentuk makna menyangkal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21

Dalam pembentukan kata /tabenai/ dari morfem dasar /tabe-/di tambahkan dengan dengan sufiks /-nai/ menjadi /tabenai/. Tetapi golongan 2 tidak mengalami perubahan bentuk mizenkei karena tidak memiliki alomorf /-a-/ seperti pada golongan 1.

3. Golongan 3

 /konai/ => /k-/+/-onai/ „tidak datang‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/onai/ : adalah morfem bebas perubahan bentuk uchikeshi sebagai pembentuk makna menyangkal

 /shinai/ => /s-/+/inai/ „tidak melakukan‟

/s/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/inai/ : adalah morfem bebas perubahan bentuk uchikeshi sebagai pembentuk makna menyangkal

Dalam pembentukan kata /konai/, morfem dasar /k-/ ditambahkan dengan morfem /-nai/ sebagai morfem pembentuk menyangkal /konai/. Dalam pembentukan kata /shinai/, morfem dasar /s-/ ditambahkan dengan morfem /-inai/

sebagai morfem pembentuk menyangkal /shinai/.

Tetapi golongan 3 tidak mengalami perubahan bentuk mizenkei karena tidak memiliki alomorf /-a-/ seperti pada golongan 1.

Perubahan mizenkei hanya pada terdapat pada verba golongan 1 saja.

dikarenakan pada golongan 2 dan 3 tidak terdapat alomorf /a/ yang menjadi ciri utama pada mizenkei.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

22 3.1.1.2 Mizenkei Bentuk Suiryou (推量 ) 1. Golongan 1

/Yomou/=>/yom-/+/-o-/+/-u/ „ingin/ ayuk membaca‟

/Yom-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat /-o-/ : adalah perubahan mizenkei

/-u/ : adalah sufiks perubahan suiryou morfem terikat sebagai pembentuk makna ingin atau ajakan

Dalam pembentukan kata /yomou/ dari morfem dasar /yom-/di tambahkan dengan dengan alomorf /-o-/ dan sufiks /-u/ menjadi /yomou/.

2. Golongan 2

/Tabeyou/ => /tabe-/+/-you/ „ingin makan‟

/Tabe-/ : adalah morfem dasar yang bermakna ‟makan‟

/you/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna ingin atau ajakan

Dalam pembentukan kata /tabeyou/ dari morfem dasar /tabe-/di tambahkan dengan dengan sufiks /-you/ menjadi /tabeyou/. Tetapi golongan 2 tidak mengalami perubahan bentuk mizenkei karena tidak memiliki alomorf /-o-/ seperti pada golongan 1.

3. Golongan 3

 /Koyou/ =>/k-/+/-oyou/ „ingin datang‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/-oyou/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna menyangkal

 /shiyou/ => /s-/+/iyou/ „ingin melakukan‟

/s/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23

/iyou/ : adalah morfem bebas perubahan bentuk uchikeshi sebagai pembentuk makna menyangkal

Dalam pembentukan kata /shiyou/, morfem dasar /s-/ ditambahkan dengan morfem /iyou/ sebagai morfem pembentuk ajakan/shiyou/.

Dalam pembentukan kata /shiyou/, morfem dasar /shi-/ ditambahkan dengan morfem /you/ sebagai morfem pembentuk ajakan/shiyou/.

Tetapi golongan 3 tidak mengalami perubahan bentuk mizenkei karena tidak memiliki alomorf /-o-/ seperti pada golongan 1.

Perubahan mizenkei hanya pada terdapat pada verba golongan 1 saja.

dikarenakan pada golongan 2 dan 3 tidak terdapat alomorf /o/ yang menjadi ciri utama pada mizenkei.

3.1.1.3 Mizenkei Bentuk Ukemi (受身) 1. Golongan 1

/Yomareru/=>/yom-/+/-are-/+/ru/ „dibaca‟

/yom-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-are-/ : adalah perubahan mizenkei ukemi morfem terikat dan sufiks sebagai pembentuk makna pasif

/ru-/ : adalah gobi morfem terikat dan menyatakan kala non lampau

Dalam pembentukan kata /yomareru/ dari morfem dasar /yom-/di tambahkan dengan morfem /-are-/ memiliki perubahan bunyi /a/ pada kata dasarnya dan juga ditambahkan gobi pembentuk kala non lampau /-ru/ menjadi /yomareru/.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

24 2. Golongan 2

/Taberareru/ => /Tabe-/+/-rare/+/-ru/ „dimakan‟

/tabe-/ : adalah morfem dasar dan juga merupakan morfem bebas yang bermakna ‟makan‟

/-rare/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna pasif /ru-/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk bentuk kamus dan menyatakan kala non lampau

Dalam pembentukan kata /taberareru/ morfem dasar/tabe- /datambah dengan akhiran /-rare/dan ditambahkan dengan morfem pembentuk kala /-ru/

menjadi /taberareru/.

Pada golongan 2 tidak ada perubahan pada kata dasarnya dan tidak menambahkan alomorf /a/ yang jadi ciri utama mizenkei sehingga tidak ada perubahan mizenkei pada golongan 2.

3. Golongan 3

 /korareru/ => /k-/+/-orare/+/ru/ „didatangi‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/-orare/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna pasif

/-ru/ : adalah gobi morfem terikat sebagai pembentuk makna kamus dan menyatakan kala non lampau

 /sareru/ => /s-/+/-are-/+/-ru/ „dilakukan‟

/sa-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/-are/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna pasif

/-ru/ : adalah gobi morfem terikat sebagai pembentuk makna kamus dan menyatakan kala non lampau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

25

Dalam pembentukan kata /korareru/, morfem dasar /k-/ ditambahkan sufiks /-orare/ sebagai afiks pembentuk pasif dan datambahkan dengan morfem pembentuk kala /-ru/dibelakangnya menjadi /korareru/.

Dalam pembentukan kata /sareru/, morfem dasar /s-/ ditambahkan sufiks /-are/ sebagai pembentuk pasif dan datambahkan dengan morfem pembentuk kala /-ru/dibelakangnya menjadi /sareru/.

Perubahan mizenkei terdapat pada verba golongan 1 dan 3 pada verba /sareru/ saja karena memiliki alomorf /a/. dikarenakan pada golongan 2 dan 3 /korareru/ tidak terdapat alomorf /a/ yang menjadi ciri utama pada mizenkei.

3.1.1.4 Mizenkei Bentuk Shieki (使役) 1. Golongan 1

/Yomaseru/ =>/yom-/+/-ase-/+/ru/ „menyuruh baca‟

/Yom-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-ase-/ : adalah perubahan mizenkei shieki morfem terikat sebagai pembentuk makna menyuruh

/-ru/ : adalah gobi, morfem terikat sebagai pembentuk makna kamus dan menyatakan kala non lampau

Dalam pembentukan kata /yomaseru/ dari morfem dasar /yom-/di tambahkan dengan sufiks /-ase-/ memiliki perubahan bunyi /a/ pada kata dasarnya dan juga ditambahkan gobi pembentuk kala non lampau /-ru/ menjadi /yomaseru/.

2. Golongan 2

/ Tabesaseru/=> /Tabe-/+/-sase/+/-ru/ „menyuruh makan‟

/tabe-/ : adalah morfem dasar dan juga merupakan morfem bebas yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

26 bermakna ‟makan‟

/-sase/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna menyuruh

/ru-/ : adalah gobi morfem terikat sebagai pembentuk bentuk kamus dan menyatakan kala non lampau

Dalam pembentukan kata /tabesaseru/ morfem dasar/tabe- /datambah dengan akhiran /-sase/dan ditambahkan dengan morfem pembentuk kala /-ru/

menjadi /tabesaseru/.

Pada golongan 2 tidak ada perubahan pada kata dasarnya dan tidak ada perubahan kata dasar bunyi /a/ yang jadi ciri utama mizenkei sehingga tidak ada perubahan mizenkei pada golongan 2.

3. Golongan 3

 /Kosaseru/ => /k-/+/-osase/+/ru/ „menyuruh datang‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan juga merupakan morfem terikat /-osase/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna menyuruh /-ru/ : adalah gobi morfem terikat sebagai pembentuk makna kamus dan menyatakan kala non lampau

 /Saseru/ => /s-/+/-ase/+/ru/ „menyuruh lakukan‟

/s-/ : adalah morfem dasar dan juga merupakan morfem terikat /-ase/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna menyuruh /-ru/ : adalah gobi morfem terikat sebagai pembentuk makna kamus dan menyatakan kala non lampau

Dalam pembentukan kata /kosaseru/, morfem dasar /k-/ ditambahkan sufiks /-osase/ sebagai afiks pembentuk menyuruh dan datambahkan dengan morfem pembentuk kala /-ru/dibelakangnya menjadi /kosaseru/.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

27

Dalam pembentukan kata /saseru/, morfem dasar /s-/ ditambahkan sufiks /-ase/ sebagai afiks pembentuk menyuruh dan datambahkan dengan morfem pembentuk kala /-ru/ dibelakangnya menjadi /saseru/.

Perubahan mizenkei terdapat pada verba golongan 1 dan 3 pada verba /saseru/ saja karena memiliki alomorf /a/. dikarenakan pada golongan 2 dan 3 /kosareru/ tidak terdapat alomorf /a/ yang menjadi ciri utama pada mizenkei.

3.1.2 Renyoukei (連用形)

Yaitu perubahan bentuk verba yang mencakup bentuk sopan /~masu/, bentuk sambung /~te/, dan bentuk lampau /~ta/.

3.1.2.1 Renyoukei benruk Teinei (丁寧) 1. Golongan 1

/Yomimasu/=>/yom-/+/-i-/+/-masu/ „membaca‟ (bentuk sopan) /Yom-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-imasu/: adalah bentuk renyoukei, morfem terikat sebagai pembentuk makna sopan

Dalam pembentukan kata /yomimasu/ dari morfem dasar /yom-/di tambahkan dengan alomorf /-i-/ dan dengan sufiks /-masu/ menjadi /yomimasu/.

2. Golongan 2

/ Tabemasu/=>/Tabe-/+/-masu/ „memakan‟ (bentuk sopan) /tabe-/ : adalah morfem dasar dan juga merupakan morfem bebas yang bermakna ‟makan‟

/-masu/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna sopan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

28

Dalam pembentukan kata /tabemasu/ morfem dasar/tabe- /datambah dengan akhiran /-masu/ menjadi /tabemasu/.

3. Golongan 3

 /kimasu/ /k-/+/-imasu/ „datang‟ (bentuk sopan) /k-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/-masu/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna sopan

 /shimasu/ /s-/+/-imasu/ „melakukan‟(bentuk sopan) /s-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/-imasu/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna sopan

Dalam pembentukan kata /kimasu/, morfem dasar /k-/ ditambahkan sufiks /-masu/ sebagai afiks pembentuk sopan menjadi /kimasu/. Dalam pembentukan kata /shimasu/, morfem dasar /s-/ ditambahkan sufiks /-imasu/ sebagai afiks pembentuk sopan menjadi /shimasu/.

Semua golongan verba 1,2 dan 3 pada Renyoukei bentuk teinei memiliki perubahan yang sama dari masing masing mengubah gobi nya menjadi /-masu/.

3.1.2.2 Renyoukei Bentuk Sambung 1. Golongan 1

/Yonde/=> /yo-/+/-nde/ „sedang membaca‟

/Yo-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat, memiliki morfem dasar /yom-/, tetapi mengalami onbin atau perubahan bunyi karena morfem yang mengikutinya

/-nde/ : adalah perubahan bentuk dari renyoukei sufiks dari bentuk sambung, morfem terikat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

29

Dalam pembentukan kata /yonde/ dari morfem dasar /yom-/di tambahkan dengan renyoukei dan sufiks perubahan bentuk sambung morfem /-nde/ menjadi /yonde/.

2. Golongan 2

/Tabete/=> /tabe-/+/-te/ „sedang makan‟

/tabe-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-te/ : adalah perubahan bentuk dari renyoukei sufiks dari bentuk sambung, morfem terikat

Dalam pembentukan kata /tabete/ dari morfem dasar /tabe-/di tambahkan dengan renyoukei dan sufiks perubahan bentuk sambung morfem /-te/ menjadi /tabete/. Tetapi dalam perubahan pada golongan verba 2 tidak mengalami onbin atau perubahan punya pada kata dasarnya.

3. Golongan 3

 /Kite/ => /k-/+/-ite/ „sedang datang‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-ite/ : adalah perubahan renyoukei dan sufiks dari bentuk sambung, morfem terikat.

 /shite/=/s-/+/-ite/ „sedang melakukan‟

/s-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-ite/ : adalah perubahan renyoukei dan sufiks dari bentuk sambung, morfem Dalam pembentukan kata /kite/ dari morfem dasar /k-/di tambahkan dengan renyoukei dan sufiks perubahan bentuk sambung morfem /-ite/ menjadi /kite/. Dalam pembentukan kata /kite/ dari morfem dasar /s-/di tambahkan dengan renyoukei dan sufiks perubahan bentuk sambung morfem /-ite/ menjadi /shite/.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

30

Tetapi dalam perubahan pada golongan verba 3 tidak mengalami onbin atau perubahan punya pada kata dasarnya.

3.1.2.3 Renyoukei Bentuk Kako (過去) 1. Golongan 1

/Yonda/ /yon-/+/-da/ „telah membaca‟

/Yo-/: adalah morfem dasar dan juga morfem terikat, memiliki morfem dasar /yom-/, tetapi mengalami onbin atau perubahan bunyi karena morfem yang mengikutinya

/-nda/: : adalah perubahan renyoukei, sufiks dari perubahan bentuk kakou, morfem terikat sebagai pembentuk makna lampau

Dalam pembentukan kata /yonda/ dari morfem dasar /yom-/di tambahkan dengan renyoukei alomorf dan sufiks perubahan bentuk kakou, morfem /-nda/

menjadi /yonda/.

2. Golongan 2

/Tabeta/=> /tabe-/+/-ta/ „sudah makan‟

/tabe-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-ta/ : adalah perubahan renyoukei, sufiks dari perubahan bentuk kakou, morfem terikat sebagai pembentuk makna lampau

Dalam pembentukan kata /tabeta/ dari morfem dasar /tabe-/di tambahkan dengan renyoukei dan sufiks perubahan bentuk sambung morfem /-ta/ menjadi /tabete/. Tetapi dalam perubahan pada golongan verba 2 tidak mengalami onbin atau perubahan punya pada kata dasarnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

31 3. Golongan 3

 /Kita/ => /k-/+/-ita/ „sedang datang‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-ita/ : adalah perubahan renyoukei dan sufiks dari bentuk sambung, morfem terikat.

 /shite/=/s-/+/-ita/ „sedang melakukan‟

/s-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-ite/ : adalah perubahan renyoukei dan sufiks dari bentuk sambung, morfem Dalam pembentukan kata /kite/ dari morfem dasar /k-/di tambahkan dengan renyoukei dan sufiks perubahan bentuk sambung morfem /-ite/ menjadi /kite/.

Dalam pembentukan kata /kite/ dari morfem dasar /s-/di tambahkan dengan renyoukei dan sufiks perubahan bentuk sambung morfem /-ite/ menjadi /shite/.

Tetapi dalam perubahan pada golongan verba 3 tidak mengalami onbin atau perubahan punya pada kata dasarnya.

3.1.3 Shuushikei (終止形)

yaitu verba bentuk kamus atau yang digunakan di akhir kalimat.

Shuushikei digunakan diakhir kalimat atau sebagai predikat.

1. Golongan 1

/Yomu/=>/yom-/+/-u/ „membaca‟

/yom-/ : adalah morfem dasar dan terikat

/u-/ : adalah gobi, sufiks bentuk shuushikei, morfem terikat sebagai pembentuk bentuk kamus dan kala non lampau.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

32

Morfem /yom-/ bertemu dengan sufiks /-u/ maka akan menbentuk kata /yomu/ yang setelah berbagung baru memiliki arti ‟membaca‟.

2. Golongan 2

/ Tabe-ru/=>/tabe-/+/-ru/ „makan‟

/tabe-/ : adalah morfem dasar dan yang bermakna ‟makan‟

/-ru/ : adalah gobi, morfem terikat sebagai pembentuk bentuk kamus dan kala non lampau

Morfem /tabe-/ bertemu dengan morfem /-ru/ maka akam membentuk kata /taberu/.

3. Golongan 3

 /Kuru/=>/k-/+/-uru/ „datang‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan juga merupakan morfem terikat

/uru-/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk bentuk kamus dan kala non lampau

 /suru/=>/s-/+/-uru/ „melakukan‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan juga merupakan morfem terikat

/uru-/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk bentuk kamus dan kala non lampau mengalami perubahan bentuk pada kata dasarnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

33 3.1.4 Rentaikei ( 連体形)

Yaitu verba bahasa Jepang bentuk kamus (seperti yang ada dikamus) tetapi berperan sebagai modifikator. Kemudian, modifikasinya sendiri apabila hanya dipaketkan dengan kata benda yang menyertainya dan mengalami derivasi menjadi kata benda.

Rentaikei berfungsi untuk menerangkan nomina yang mengikutinya Contoh :

1. Golongan 1

Yomu (membaca)

その本を読む人はリナさんです。

sono hon o yomu hito wa rina san desu.

(Orang yang membaca buku itu adalah Rina)

Dalam verba yomu „membaca‟ dalam contoh kalimat tersebut menjelaskan kata benda hito „orang‟ tersebut melakukan pekerjaan „membaca buku‟.

2. Golongan 2

Taberu (memakan)

そのラーメンを食べる人はリナさんです。

sono ramen o taberu hito wa rina san desu.

(Orang yang memakan ramen itu adalah Rina)

Dalam verba taberu „memakan‟ dalam contoh kalimat tersebut menjelaskan kata benda hito „orang‟ tersebut melakukan pekerjaan „memakan ramen‟.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

34 3. Golongan 3

 その来る人は誰ですか。

Sono kuru hito ha dare desuka.

(Siapa orang yang datang itu?)

Dalam verba kuru „datang‟ dalam contoh kalimat tersebut menjelaskan kata benda hito „orang‟ tersebut melakukan pekerjaan „orang yang datang‟.

 料理をする人は誰ですか。

Ryouri wo suru hito dare desuka.

(Siapa yang memasak masakan itu?)

Dalam verba suru „melakukan‟ dalam contoh kalimat tersebut menjelaskan kata benda hito „orang‟ tersebut melakukan pekerjaan „memasak masakan‟.

3.1.5 Kateikei (仮 定 形)

Yaitu perubahan verba kedalam bentuk pengandaian (bentuk BA).

1. Golongan 1

/Yomeba/=>/yom-/+/-e-/+/-ba/ „apabila baca‟

/Yom-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-eba/ : adalah bentuk perubahan katekei, morfem terikat sebagai pembentuk makna pengandaian dan sebagai sufiks

Dalam pembentukan kata /yomeba/ dari morfem dasar /yom-/di tambahkan dengan dengan alomorf /-e-/ dan ditambahkan dengan sufiks /-ba/ menjadi /yomeba/.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

35 2. Golongan 2

/tabereba/ => /tabe-/+/-reba/ „kalau makan‟

/Tabe-/ : adalah morfem dasar yang bermakna ‟makan‟

/-reba/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna pengandaian

Dalam pembentukan kata /tabereba/ dari morfem dasar /tabe-/di tambahkan dengan dengan sufiks /-reba/ menjadi /tabereba/.

Pada golongan ke 2 tidak memiliki perubahan pada kata dasarnya dan tidak ada alomorf /-e-/ sehingga berbeda seperti pada golongan 1.

3. Golongan 3

 /kureba/ /k-/+/-ureba/ „kalau datang‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/-ureba/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna pengandaian

 /sureba/ /s-/+/-ureba/ „kalau melakukan‟

/s-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/-ureba/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna pengandaian

Dalam pembentukan kata /kureba/, morfem dasar /k-/ ditambahkan dengan morfem /-kureba/ sebagai morfem pembentuk pengandaian menjadi /kureba/.

Dalam pembentukan kata /sureba/, morfem dasar /s-/ ditambahkan dengan morfem /-sureba/ sebagai morfem pembentuk pengandaian menjadi /sureba/.

Pada golongan ke 3 tidak memiliki perubahan pada kata dasarnya dan tidak ada alomorf /-e-/ sehingga berbeda seperti pada golongan 1.

Jadi perubahan katekei tidak terjadi pada golongan 2 dan 3, hanya terjadi pada golongan 1 yang memiliki alomorf /e/ yang menjadi ciri pada perubahan katekei. dan juga memiki perubahan pada kata dasarnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

36 3.1.6 Meireikei (命令形)

Yaitu perubahan verba kedalam bentuk perintah.

1. Golongan 1

/Yome/ => /yom-/+/-e/ „baca!‟

/Yom-/ : adalah morfem dasar dan juga morfem terikat

/-e/ : adalah perubahan mereikei morfem terikat sebagai pembentuk makna perintah

Dalam pembentukan kata /yome/ dari morfem dasar /yom-/di tambahkan dengan sufiks morfem/-e/ menjadi /yome/.

2. Golongan 2

/ tabero/ => /tabe-/+/-ro/ „makan!‟

/tabe-/ : adalah morfem dasar yang bermakna ‟makan‟

/-ro/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna perintah

Dalam pembentukan kata /tabero/ dari morfem dasar /tabe-/di tambahkan dengan dengan sufiks /-ro/ menjadi /tabero/. Pada kata dasar golongan 2, kata dasarnya tidak mengalami pubahan.

3. Golongan 3

 /koi/ /k-/+/-oi/ „datang!‟

/k-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/-oi/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna perintah

 /shiro/ /s-/+/-ro/ „lakukan!‟

/s-/ : adalah morfem dasar dan morfem terikat

/-ro/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk makna perintah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

37

Dalam pembentukan kata /koi/, morfem dasar /k-/ ditambahkan dengan morfem /-oi/ sebagai morfem pembentuk perintah menjadi/koi/.

Dalam pembentukan kata /shiro/, morfem dasar /s-/ ditambahkan dengan morfem /-ro/ sebagai morfem pembentuk perintah menjadi/shiro/.

Pada perubahan bentuk mereikei golongan 1 memiliki perubahan pada kata dasarnya dan ditambah dengan morfem terikat /e/ sebagai makna bentuk perintah, pada golongan ke 2 tidak ada perubahan bnetuk kata dasarnya dan ditambah dengan morfem terikat /ro/ sebagai makna perintah. Pada golongan ke 3 mengalami perubahan yang tidak beraturan pada kata dasarnya kecuali pada kata /shiro/ yang morfem dasar terikatnya tidak berubah hanya sufiks nya berubah seperti pada golongan ke 2.

3.2 Proses Morfemis Infiks

Infiks atau sisipan dalam bahasa Jepang ada dua, yaitu /-e-/ dan /-oe-/.

kedua

infiks ini membentuk verba menjadi verba aktif intransitif.

3.2.1 Infiks /-e-/

Infiks /-e-/ hanya terdapat dalam proses morfologis verba みる'miru' yang bermakna „melihat‟ berubah menjadi verba aktif intransitif menjadi み え る 'mieru' : „kelihatan‟

analisis

/Mieru/ => /mi-/+/-e-/+/-ru/

/mi-/ : adalah morfem dasar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

38

/-e-/ : adalah morfem terikat yang berfungsi sebagai infiks yang terletak diantara morfem dasar dan sufiks

/-ru/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk bentuk kamus dan kala non lampau

/mieru/ terbentuk dari morfem dasar /mi-/, diamana infiks /-e-/ dimasukan antara morfem dasar /mi-/ dan sufiks /-ru/ menjadi /mieru/ yang bermakna ‟keliahatan‟.

3.2.2 Infiks /-oe-/

Infiks /-oe-/ hanya terdapat dalam proses morfologis verba きく'kiku' yang bermakna „mendengar‟ berubah menjadi verba aktif intransitif menjadi きこえる 'kikoeru' : „kedengaran‟

analisis

/kikoeru/ => /kik-/+/-oe-/+/-ru/

/kik-/ : adalah morfem dasar

/-oe-/ : adalah morfem terikat yang berfungsi sebagai infiks yang terletak diantara morfem dasar dan sufiks

/-ru/ : adalah morfem terikat sebagai pembentuk bentuk kamus dan kala non lampau

/kikoeru/ terbentuk dari morfem dasar /kik-/, diamana infiks'/-oe-/ dimasukan antara morfem dasar /kik-/ dan sufiks /-ru/ menjadi /kikoeru/ yang bermakna ‟kedengaran‟.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

39

3.3 Proses Morfemis Verba Bahasa Indonesia Melalui Afiksasi 3.3.1. Melalui Prefiks

3.3.1.1. Prefiks /ber-/

1. /berayah/ => /ber-/ + /-ayah/ „mempunyai ayah‟

Analisis:

/ayah/ : morfem dasar bebas

/ber-/ : prefiks, morfem terikat, bermakna gramatikal kepemilikan Dalam pembentukan kata /berayah/ memiliki 2 morfem, morfem dasar dan terikat. Morfem dasar /ayah/ ditambahkan dengan prefiks morfem terikat /ber-/ menjadi /berayah/. Mengalami derivasi kata dasar dari kelas kata nomina menjadi verba.

2. /berdasi/ => /ber-/ + /-dasi/ „memakai dasi‟

Analisis:

/dasi/ : morfem dasar bebas

/ber-/ : prefiks, morfem terikat, bermakna gramatikal „menggunakan‟

Dalam pembentukan kata /berdasi/ memiliki 2 morfem., morfem dasar dan terikat. Dari morfem dasar /dasi/ ditambahkan dengan prefiks morfem terikat /ber-/ menjadi /berdasi/. Mengalami derivasi kata dasar dari kelas kata nomina menjadi verba.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

40

3. /berkuda/ => /ber-/ + /-kuda/ „naik kuda‟

Analisis:

/kuda/ : morfem dasar bebas

/ber-/ : prefiks, morfem terikat, bermakna gramatikal „mengendarai atau menaiki‟

Dalam pembentukan kata /berkuda/ memiliki 2 morfem, morfem dasar dan terikat. Dari morfem dasar /kuda/ ditambahkan dengan prefiks morfem terikat /ber-/ menjadi /-berkuda/. Mengalami derivasi kata dasar dari kelas kata nomina menjadi verba.

3.3.1.2 Prefiks /per-/

1. /percepat/ => /per-/ + /-cepat/ „jadikan lebih cepat‟

Analisis:

/cepat/ : morfem dasar bebas

/per-/ : prefiks, morfem terikat, bermakna gramatikal „jadikan lebih‟

Dalam pembentukan kata /percepat/ terdiri dari 2 morfem, morfem bebas dan morfem dasar terikat. Morfem dasar /cepat/ ditambahkan dengan prefiks morfem terikat /per-/ menjadi /percepat/. Verba ini dapat bermakna perintah untuk melakukan pekerjaan lebih cepat.

2. /perbudak/ => /per-/ + /-budak/ „anggap sebagai budak‟

Analisis:

/budak/ : morfem dasar bebas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

41

/per-/ : prefiks, morfem terikat, bermakna gramatikal „anggap sebagai‟

Dalam pembentukan kata /perbudak/ terdiri dari 2 morfem, Morfem bebas dan morfem dasar terikat. Morfem dasar /budak/

ditambahkan dengan prefiks morfem terikat /per-/ menjadi /perbudak/.

Mengalami derivasi perubahan kata dasar dari nomina menjadi verba.

Mengalami derivasi perubahan kata dasar dari nomina menjadi verba.

Dokumen terkait