• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.3 Mobile Adhoc Network (MANET)

2.2 Wireless Mesh Network (WMN)

WMN merupakan suatu bentuk jaringan komunikasi dimana setiap

node termasuk wireless router itu sendiri terhubung dengan menggunakan media wireless. WMN terbagi dan terimplementasi dalam 2 dasar yaitu

mode : infratruktur dan / atau client meshing. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal kedua mode perlu didukung secara bersamaan dalam jaringan tunggal. Dalam bentuk jaringan wireless konvensional, setiap

client terhubung dengan perangkat router dengan media wireless, namun

perangkat wireless router itu sendiri terhubung ke wireless router lain menggunakan kabel.

Wireless Mesh Network memberikan solusi penghematan kabel

sekaligus menjadikan tingkat mobilitas dari jaringan wireless menjadi lebih tinggi dengan mengganti penggunakan kabel sebagai penghubung antar perangkat backbone wireless menjadi menggunakan teknologi

wireless yang juga digunakan untuk penyambungan ke client.

2.3 Mobile Adhoc Network (MANET)

MANET adalah sebuah jaringan wireless yang bersifat dinamis dan setiap mobile host dalam MANET bebas untuk bergerak ke segala arah. Di dalam jaringan MANET terdapat dua node (mobile host) atau lebih yang dapat berkomunikasi dengan node lainnya namun masih berada dalam jangkauan node tersebut. Selain itu node juga dapat berfungsi sebagai penghubung antara node yang satu dengan node yang lainnya

.

MANET melakukan komunikasi secara peer to peer menggunakan routing dengan cara multihop. Informasi yang akan dikirimkan disimpan dahulu dan diteruskan ke node tujuan melalui node perantara. Ketika topologi mengalami perubahan karena node bergerak, maka perubahan topologi harus diketahui oleh setiap node.[2]

2.3.1 Karakteristik MANET

1. Otonomi dan tanpa infrastruktur, MANET tidak bergantung kepada infrastruktur atau bersifat terpusat. Setiap node berkomunikasi secara distribusi peer-to-peer.

2. Topologi jaringan bersifat dinamis, artinya setiap node dapat bergerak bebas (random mobility) dan tidak dapat diprediksi. 3. Scalability artinya MANET bersifat tidak tetap atau jumlah

node berbeda di tiap daerah.

4. Sumber daya yang terbatas, baterai yang dibawa oleh setiap mobile node mempunyai daya terbatas, kemampuan untuk memproses terbatas, yang pada akhirnya akan membatasi layanan dan aplikasi yang didukung oleh setiap node.[9] 2.3.2 Protokol Routing

Jaringan MANET adalah sekumpulan node yang dapat bergerak (mobile node) yang di dalamnya terdapat kemampuan untuk berkomunikasi secara wireless dan juga dapat mengakses jaringan.Perangkat tersebut dapat berkomunikasi dengan node yang lain selama masih berada dalam jangkauan perangkat radio. Node yang bersifat sebagai penghubung tersebut akan digunakan untuk meneruskan paket dari node sumber ke tujuan [2].

Routing merupakan algoritma perpindahan informasi di seluruh jaringan dari node sumber ke node tujuan dengan minimal satu node yang berperan sebagai perantara. Komponen penting pada sebuah protokol routing / Algoritma routing berfungsi untuk menentukan bagaimana node berkomunikasi dengan node yang lainnya dan menyebarkan informasi yang memungkinkan node yang lainnya dapat menyebarkan informasi yang memungkinkan node sumber untuk memilih rute optimal ke node tujuan dalam sebuah jaringan komputer. Sedangkan sebuah algoritma routing berfungsi untuk menghitung secara matematis jalur yang optimal berdasarkan informasi routing yang dipunyai oleh suatu node.

Mengenai sebuah algoritma routing harus mencakup banyak hal yang perlu di perhatikan :

harus efisien.

2. Selalu up-to-date table routing ketika terjadi perubahan pada topologi.

3. Meminimalisir jumlah control paket. 4. Waktu konvergen yang seminim mungkin.

2.2.3 Routing Proaktif

Tipe golongan Protokol routing proaktif ini bersifat (table

driven routing protocol) yaitu mengelola daftar tujuan dan rute

terbaru masing-masing serta bersifat broadcast sehingga sistem pendistribusian table routingnya selalu diupdate secara periodik, maka dari itu perlu penggambaran keseluruhan node jaringan serta setiap node akan merespon perubahan dalam mengupdate agar terjadi konsistensi routing table, maka memperlambat aliran data jika terjadi restruktursi routing, beberapa contoh algoritma routing proaktif yaitu Intrazone Routing Protocol (IARP), Linked Cluster

Architecture (LCA), Witness Aided Routing(WAR), Optimized Link State Routing Protocol (OLSR) , Better Approach to Mobile Ad hoc Network (B.A.T.M.A.N.), Highly Dynamic Destination Sequenced Distance Vector routing protocol (DSDV), Fisheye state routing (FSR).

2.2.4 Routing Reaktif

Tipe algoritma protokol routing reaktif ini bersifat on

demand ,pada intinya node sumber yang akan menentukan node

tujuan sesuai prosedur yang diinginkannya, proses pencarian rute hanya akan dilakukan ketika dibutuhkan komunikasi antara node sumber dengan node tujuan saja, jadi routing table yang ada pada node hanyalah informasi route ke tujuan saja, Protokol reaktif ini memanfaatkan metode broadcast untuk membuat route discovery, pembuatan route discovery ini untuk maintaining route agar tidak terputus saat jalur yang tidak digunakan tidak di lalui paket menuju

node tujuan, selain itu routing reaktif ini akan membroadcast paket kepada node tetangganya untuk menyampaikan paket kepada node tujuan menggunakan route request setelah menerima maka node tujuan akan memberikan pesan balasan berupa route reply, dengan cara ini agar dapat meminimalkan routing overhead agar tidak membanjiri jaringan berbeda dengan protokol routing proaktif yang membroadcast update routing table ke semua node yang mengakibatkan boros bandwidth karena beberapa contoh algoritma routing reaktif adalah Associativity Based Routing (ABR), Ad Hoc

On Demand Distance Vector (AODV), Ad Hoc On Demand Multipath Distance Vector, Dynamic Source Routing (DSR), Ant Routing algorithm for mobile adhoc networks (ARAMA).

2.2.5 Hybrid Routing

Protokol hybrid routing ini dikembangkan dengan pemikiran untuk menggabungkan kelebihan dari protokol routing reaktif dan proaktif sehingga didapatkan sebuah protokol routing yang paling efektif. Protokol routing hybrid menggunakan karakteristik protokol routing reaktif dan proaktif untuk mencari jalur terbaik sesuai dengan tuntutan dan kondisi (on demand) dengan jaringan yang terus di-update. Selain itu, pada protokol routing hybrid, paket Route Request (RREQ) dan Route Reply (RREP) dikirimkan setelah terdapat routing request dengan waktu interval tertentu. Protokol untuk tipe ini adalah :Hybrid Routing

Protocol for Large Scale MANET(HRPLS), Hybrid Wireless Mesh Protocol(HWMP), Zone Routing Protocol (ZRP).

Berdasarkan hal tersebut diatas maka skripsi ini akan membahas tentang Analisis Unjuk Kerja B.A.T.M.A.N. (Better

Approach To Mobile Ad-Hoc Network) dengan OLSR (Optimized Link-State Routing) yang menggunakan simulator OMNET++.

Dokumen terkait