• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.4 OLSR (Optimized Link-State Routing)

Optimized Link-State Routing (OLSR) dikembangkan oleh

merupakan protokol routing proaktif yang berarti pertukaran informasi topologi dengan node yang lain dalam jaringan dilakukan secara berkala. Protokol ini mewarisi sifat kestabilan dari algoritma link state dan memiliki keuntungan yaitu jalur sudah tersedia ketika dibutuhkan. OLSR merupakan optimalisasi dari protokol link state yang disesuaikan untuk MANET. Karakterisitik dari protokol routing link state adalah :

1. Setiap node memulai dengan mencari node tetangganya.

2. Setiap node men-generates link state advertisements (LSA) untuk didistribusikan ke semua node.

3. Setiap node menjaga sebuah database yang berisi semua LSA yang diterima (topologi database atau link state database) yang digambarkan pada sebuah graph beserta dengan beban simpul. 4. Hasilnya adalah semua node memiliki topologi jaringan yang

lengkap dan informasi link cost.

5. Setiap router menggunakan link state database guna menjalankan algoritma jalur terpendek (algoritma djikstra) untuk menemukan jalur terpendek ke setiap node di dalam jaringan.

Protokol routing link state awalnya didesain untuk jaringan kabel dan tidak untuk jaringan ad-hoc dengan skala yang luas karena jaringan ad-hoc sering melakukan topologi update yang merupakan bagian penting dari 17 kapasitas jaringan. Oleh karena itu, banyak muncul berbagai protokol routing salah satunya adalah OLSR. Hal baru yang terdapat pada OLSR adalah meminimalkan routing overhead dari broadcast control messages dengan menggunakan MPR seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7. Teknik ini cukup signifikan dalam mengurangi jumlah retransmissions yang diperlukan dalam mendistribusikan messages ke semua node dalam jaringan. OLSR hanya memerlukan sebagian link state untuk dibanjiri dalam menyediakan jalur terpendek. MPR digunakan sebagai node perantara dari node sumber ke node tujuan.

.

2.4.1 Tahapan kerja OLSR.

a. Link Sensing (Mendeteksi Hubungan)

Setiap node harus mendeteksi hubungan antara dirinya dengan node tetangganya. Hubungan harus diperiksa dikedua arah agar dianggap sah. Proses pendeteksian hubungan dengan node tetangga tersebut dinamakan Link Sensing. Link sensing dilakukan melalui pengiriman pesan HELLO secara berkala guna memperbaharui local link information melalui antarmuka nirkabel yang digunakan dalam node tersebut. Local link information menyimpan informasi tentang hubungannya dengan node tetangganya. Tujuan dari link sensing adalah node memiliki status hubungan yang terkait baik itu simetris atau asimetris.

b. Neighbour Detection (Mendeteksi Node Tetangga)

Mekanisme neighbour detection dilakukan melalui pertukaran pesan HELLO secara berkala. Informasi pesan

HELLO yang disimpan oleh sebuah node mencakup informasi

mengenai 1-hop node tetangganya, 2-hop node tetangganya, MPR.

c. Pemilihan MPR

Ide dari MPR adalah meminimalkan routing overhead dari pendistribusian messages dalam jaringan dengan mengurangi retransmissions yang berlebihan pada area yang sama. Setiap node (N) dalam jaringan akan memilih sekumpulan node tetangganya 1-hop simetris (memiliki hubungan dua arah) yang mungkin untuk meneruskan messages. Pada gambar 2.8 ditunjukkan perbandingan antara

broadcast pada umumnya dengan broadcast menggunakan

mekanisme MPR. Sekumpulan node tetangga yang dipilih disebut sebagai MPR set (kumpulan MPR) dari suatu node (N). Hanya node yang terpilih sebagai MPR set yang bertanggung jawab untuk meneruskan messages, hal ini dimaksudkan untuk didistribusikan ke seluruh jaringan. MPR set yang dipilih akan mencakup semua node 2-hop simetris.

Untuk node tetangga dari suatu node (N) yang tidak terpilih sebagai MPR set, maka akan menerima dan memproses messages, tetapi tidak meneruskan messages yang diterima dari suatu node (N). Semakin kecil MPR set, maka control traffic overhead dari protokol routing akan berkurang. Setiap node akan memelihara informasi tentang sekumpulan node tetangganya yang dipilih sebagai MPR set. Setiap node ini disebut dengan MPR selector set dari sebuah node. Sebuah node akan menerima informasi HELLO messages secara berkala yang dikirim dari node tetangganya. Oleh karena itu, pemilihan jalur melalui MPR set secara otomatis akan menghindari masalah yang terkait dengan data transfer paket yang uni-directional (tidak mendapatkan acknowledgement).

(a) (b)

General Broadcasting MPR Broadcasting

2.4.2 Algoritma Pemilihan MPR

Gambar 2.9 Algoritma Pemilihan MPR

1. Sebuah node perlu tahu tentang pengetahuan node tetangga 2

hop.

- Node {A,B,C,D,I} merupakan node tetangga 1 hop node

V , ditunjukkan sebagai N(V) ;

- Sedangkan node {E,F,G,H,J} merupakan node tetangga 2

hop node V, ditunjukkan sebagai N2(V).

2. Setiap node memilih subset terkecil node tetangga 1 hop (MPRs) yang mencakup semua node tetangga 2 hop.

- Memilih node tetangga 1 hop u sebagai MPR, jika ada sebuah node di N2(V) maka akan dicakup oleh u. Catatan : Semua node di N2(V) yang tidak tercakup oleh node MPR disebut sebagai node uncovered.

- Memilih node tetangga 1 hop u sebagai MPR, jika node u mencakup node uncovered yang banyak di N2(V), maka akan menggunakan ID node untuk memutus simpul ketika 2 node mencakup node uncovered yang sama.

- Mengulangi langkah kedua sampai tidak ada node

uncovered di N2(V).

a. Topology Discovery

Dalam rangka membangun informasi topologi, setiap node yang terpilih sebagai MPR akan mem-broadcast TC messages. TC

messages dibanjirkan ke semua node dalam jaringan dengan

menggunakan MPR. Informasi yang disebarkan dalam jaringan melalui pesan TC digunakan untuk perhitungan tabel routing. b. Routing Table Calculation

Setiap node memiliki tabel routing yang dapat digunakan sebagai jalur data menuju node lainnya dalam jaringan. Tabel routing dibuat berdasarkan informasi dalam local link information (local link set, neighbour set, 2-hop neighbour set, MPR set), dan informasi topology set. Oleh karena itu, apabila terjadi perubahan pada set - set tersebut maka tabel routing akan dihitung ulang untuk memperbaharui informasi jalur ke setiap node tujuan dalam jaringan. Informasi jalur yang disimpan dalam suatu tabel routing ditunjukkan seperti terlihat pada gambar

R_dest_addr menunjukkan alamat utama node yang dapat dituju sedangkan R_dist merupakan jarak atau jumlah hop yang harus dilalui untuk mencapai node tujuan tersebut. R_next_addr merupakan alamat utama node dari hop berikutnya yang merupakan jalur untuk menuju alamat tujuan. R_iface_addr

merupakan alamat interface pada node sumber yang dapat dipakai untuk menghubungi node pada R_next_addr.

Dokumen terkait