• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH DOMESTIK

LOKASI PENELITIAN

6. Pelatihan ke warga setiap satu bulan

6.4 Modal Ekonomi 1 Perolehan Modal

Perolehan modal pada awal program pengolahan sampah dan penghijauan untuk lingkungan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas berasal dari ”kantong” warga sendiri. Modal diperoleh secara suka rela tanpa ada batasan terendah atau terkecil, dan semua responden mengatakan bahwa tidak berkeberatan dalam memberikan bantuan materi. Warga juga tidak membatasi ataupun menghitung jumlah uang yang harus disumbangkan, karena bersifat sukarela. Berikut penuturan Bpk Sk (44 tahun) mengenai perolehan modal untuk melaksanakan program pengolahan sampah dan penghijauan pada awal kegiatan:

”Untuk modal awal kami tidak mendapatkan bantuan dari pihak manapun, tidak dari Pemda, PKK atau dari RW, ini murni uang kami pribadi, uang warga. ”

Baru setelah RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas memenangkan berbagai lomba termasuk JGC 2007 mereka mendapatkan modal tambahan untuk melakukan program pengolahan sampah. Modal tersebut berasal dari uang hasil menang lomba, dan mereka gunakan sebagai modal kembali dalam membeli sarana dan pra-sarana pengolahan sampah penghijauan. Mereka juga mendapat bantuan dari PT. Unilever berupa satu buah mesin jahit yang ditempatkan di

rumah Ibu RT selaku Ketua Kelompok Winarsih dan tempat membuat kerajinan tangan sebagai alat bantu dalam membuat kerajinan tangan.

Sekarang perolehan dana untuk pengolahan sampah dan penghijauan diperoleh melalui iuran RT kepada warga sebesar Rp. 7.500,- tiap rumahtangga, yang didalamnya termasuk iuran kebersihan, iuran sosial, dan lain-lain yang dipungut setiap tengah bulan. Selain itu dana juga diperoleh dari hasil penjualan kerajinan tangan yang dipotong dari tiap tas yang berhasil dijual. Namun untuk pengomposan belum dapat menghasilkan dana, karena hanya digunakan untuk keperluan warga, belum dikomersilkan.

6.4.2 Alokasi dan distribusi manfaat ekonomi sampah

Dana yang terkumpul dalam perolehan dana yang telah dilakukan di- alokasikan dan di-distribusikan kembali untuk peningkatan program pengolahan sampah. Dana awal yang diperoleh dari sumbangan sukarela warga dialokasikan seluruhnya untuk melakukan pengolahan sampah dan penghijauan. Warga menggunakannya untuk membiayai pengomposan dan daur ulang, serta untuk membeli sarana dan pra-sarana pengolahan sampah seperti barel untuk komposter, pot-pot untuk tanaman, pembuatan bank sampah, bahan-bahan kerajinan tangan seperti tali rapia dan beberapa tanaman murah untuk kemudian di kembangkan.

Perolehan dana berikutnya warga dapatkan dari memenangkan lomba, yakni uang hadiah lomba. Dana ini dialokasikan sebagian untuk membangun dan memperbaiki fasilitas RT seperti jalan kemudian balai pertemuan kelompok. Sebagian juga dialokasikan untuk peningkatan sarana dan pra sarana pengolahan

sampah, membuat komposter yang lebih baik, modal awal membuat kerajinan tangan untuk dipasarkan.

Saat ini dari hasil penjualan kerajinan tangan daur ulang sampah plastik, warga juga dapat menambah pendapatan keluarga mereka. Para pengrajin yang bekerja, mereka mendapatkan penghasilan untuk tiap tas yang dibuatnya. Uang yang mereka peroleh dari membuat kerajinan tangan ini sangat membantu perekonomian keluarga mereka. Berikut penuturan Ibu Pr (44 tahun) warga yang turut membantu dalam proses mencuci dan memotong limbah plastik, mengenai pendapatan dari bekerja membuat tas dari sampah plastik:

”Hasil dari saya bekerja sebagai tukang jahit di tempat Ibu RT ya lumayan. Kebetulan kan saya memang tidak bekerja, hanya jadi ibu rumah tangga. Makanya saya membantu menjahit disana. Lumayan bisa membantu ekonomi keluarga.”

6.5 Ikhtisar

Sampah yang dihasilkan oleh satu rumahtangga (KK) rata-rata perharinya 0,03 kg sehingga total seluruh warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas adalah sebanyak 3,78 kg/hari, dan sebulan sampah yang dihasilkan rata-rata sebanyak 113,4 kg. Komposisi timbulan sampah yang dihasilkan warga tersebut terdiri dari; Sampah organik sebanyak 0,02 kg/kk perhari dan Sampah non-organik 0.01 kg/kk perhari. Berdasarkan jumlah sampah yang dihasilkan, kira-kira sebanyak 100% sampah organik diolah menjadi kompos, dan 25% sampah non-organik yang diolah menjadi kerajinan tangan.

Pengomposan dilakukan oleh warga secara aerob dengan media komposter yang terbuat dari bak atau dirigen. Komposter diletakan di rumah tiap ketua

kelompok kecil, agar mudah dikelola dan dimanfaatkan oleh anggotanya. Warga terlebih dahulu memilah dan mencacah sampah organiknya untuk kemudian dimasukkan ke komposter. Hasil komposnya bisa langsung dimanfaatkan oleh warga.

Untuk sampah non-organik dilakukan daur ulang sampah menjadi kerajinan tangan. Sampah non-organik yang diolah oleh warga baru sampah plastik kemasan. Sampah didaur ulang menjadi kerajinan tangan seperti tas. Hasilnya dijual, dan uang hasil penjualan untuk pengrajin yang bekerja.

Bank sampah dibuat oleh warga untuk penampungan dan pemilahan sampah yang dikumpulkan dari warga RT 05/ RW 08. Bank sampah juga menjadi pusat warga dalam melakukan pengolahan sampah dan penghijauan di lingkungannya.

Kejujuran dan transparan merupakan prinsip yang dipegang warga dalam menjaga rasa kepercayaan dan kekompakan antar warga dalam melakukan pengolahan sampah. Warga juga memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai dengan melakukan pengelolaan lingkungan. Mereka tidak hanya menginginkan lingkungan yang bersih, tapi berharap mereka mampu belajar untuk menjadi aktor yang berperan dalam membersihkan lingkungan mereka. Warga juga menjaga solidaritas agar dapat menjaga kerja sama yang dilakukan.

Jaringan warga dalam melakukan pengolahan sampah terdiri dari jaringan antar warga dan jaringan dengan pihak luar. Jaringan antar warga bersifat informal dan berasaskan kekeluargaan, pertetanggan dan pertemanan. Jaringan dengan pihak luar yakni, pemulung dan PT. Unilever bersifat campuran, kadang formal, kadang informal, dengan basis kerja sama dan fasilitasi.

Norma dan nilai yang dianut warga dalam melakukan pengolahan sampah berbasis komunitas adalah, kerja sama, solidaritas, kejujuran dan transparan. Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas juga melakukan kontrol sosial. Kontrol sosial tersebut berupa upaya preventif dan represif, dengan cara tanpa kekerasan. Perolehan modal pada awal program pengolahan sampah dan penghijauan untuk lingkungan RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas berasal dari ”kantong” warga sendiri. Modal diperoleh secara suka rela tanpa ada batasan terendah atau terkecil. Baru setelah RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas memenangkan berbagai lomba termasuk JGC 2007 mereka mendapatkan modal tambahan untuk melakukan program pengolahan sampah. Modal tersebut berasal dari uang hasil menang lomba.

Dana awal yang diperoleh dari sumbangan sukarela warga dialokasikan seluruhnya untuk melakukan pengolahan sampah dan penghijauan. Warga menggunakannya untuk membiayai pengomposan dan daur ulang, serta untuk membeli sarana dan pra-sarana pengolahan sampah seperti barel untuk komposter, pot-pot untuk tanaman, pembuatan bank sampah, bahan-bahan kerajinan tangan seperti tali rapia dan beberapa tanaman murah.

Perolehan dana berikutnya warga dapatkan dari memenangkan lomba, yakni uang hadiah lomba. Dana ini dialokasikan sebagian untuk membangun dan memperbaiki fasilitas RT seperti jalan kemudian balai pertemuan kelompok. Sebagian juga dialokasikan untuk peningkatan sarana dan pra sarana

BAB VII

Dokumen terkait