• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBAR 2.1 MODEL DIAGRAM PERTUMBUHAN SOLOW

5 Modal / Investasi

Dalam Sukirno (2000), Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran.

Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik dan barang-barang input produksi lainnya yang tahan lama. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan akhirnya akan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.

Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa meningkatnya kegiatan investasi diharapkan akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja.

Investasi ataupun modal usaha ini akan membuka kesempatan kerja yang baru dan memberikan kegiatan ekonomi yang baru ataupun juga ekspansi usaha. Sehingga menciptakan pertambahan output barang-barang dan jasa ekonomi baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal yang digunakan untuk membeli barang-barang dan jasa dengan harapan dapat memberikan keuntungan pada masa yang akan datang (Bappeda Kota Medan, 2000).

Ketika pendapatan nasional meningkat, maka diasumsikan bahwa tingkat konsumsi barang-barang dan jasa juga meningkat. Dari sisi mikro ekonomi dunia bisnis maka ini berarti membutuhkan tambahan sumber input agar memproduksi barang-barang dan jasa output lebih banyak lagi. Untuk itu diperlukan suatu investasi dalam sisi input usaha.

Dornbusch & Fischer (2004) berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang. Dimana secara umum, dalam investasi mencakup 2 (dua) hal penting tujuan utamanya yaitu : untuk mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak (asset yang terkena depresiasi) dan sebagai tambahan atas modal yang telah ada (investasi netto). Bila dilihat dari sisi perhitungan pendapatan nasional maka yang dimaksudkan dengan investasi adalah total seluruh pembelian barang-barang modal oleh investor atau

pengusaha, pembelanjaan untuk pendirian perusahaan/industri, dan pertambahan pada stok barang input perusahaan/industri baik berupa bahan mentah, barang belum diproses maupun barang jadi.

Investasi juga merupakan pengeluaran perbelanjaan (oleh investor) penanaman modal yang digunakan untuk membeli barang-barang dan jasa dengan harapan dapat memberikan keuntungan pada masa yang akan dating (Bapeda Kota Medan, 2000)

Faktor-faktor utama yang menentukan investasi adalah antara lain:

a) Ekspektasi dari usaha yang diperkirakan menguntungkan dan diharapkan bertahan dalam jangka panjang.

b) Tingkat bunga yang pengembalian yang aman (tingkat return). c) Ramalan ekonomi dimasa depan yang cerah,

d) Iklim sosial, hukum dan system pemerintahan yang kondusif.

Menurut Herlambang (2002), ada 3 tipe pengeluaran investasi yaitu :

a) Pengeluaran investasi dalam pembelian barang tetap (business fixed investment) yang melingkupi peralatan dan struktur dimana dunia usaha membelinya untuk di pergunakan dalam produksi.

b) Pengeluaran investasi dalam perumahan (residential investment), dimana perumahan dibeli untuk tujuan ditempati (minimalisasi cost untuk penginapan/tempat tinggal karyawannya atau sebagai dormitory), ataupun untuk disewakan kembali.

c) Pengeluaran investasi untuk inventory (inventorty investment), yaitu pembelian meliputi bahan baku, dan bahan penolong, barang setengah jadi maupun barang jadi.

Peranan investasi terhadap kapasitas produksi nasional memang sangat besar, karena investasi merupakan penggerak perekonomian, baik untuk penabahan faktor produksi maupun berupa peningkatan kualitas faktor produksi, investasi ini nantinya akan memperbesar pengeluaran masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan bekerja multilier effect. Faktor produksi akan mengalami penyusutan, sehingga akan mengurangi produktivitas dari faktor-faktor produksi tersebut. Supaya tidak terjadi penurunan produktivitas (kapasitas) nasional harus diimbangi dengan investasi baru yang lebih besar dari penyusutan faktor-faktor produksi. Akhirnya perekonomian masyarakat (nasional) akan berkembang secara dinamis dengan naiknya investasi yang lebih besar dari penyusutan faktor produksi tersebut. Bila penambahan investasi lebih kecil dari penyusutan faktor-faktor produksi, maka terjadi stagnasi perekonomian untuk dapat berkembang

Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut Todaro (2000) adalah:

a) Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia,

b) Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya, dan

c) Kemajuan teknologi.

Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya

untuk investasi dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar.

Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif.

Menurut Suryana (2000), bahwa kekurangan modal dalam negara berkembang dapat dilihat dari beberapa sudut:

a) Kecilnya jumlah mutlak kapita material; b) Terbatasnya kapasitas dan keahlian penduduk; c) Rendahnya investasi netto.

Akibat keterbatasan tersebut, negara-negara berkembang mempunyai sumber alam yang belum dikembangkan dan sumber daya manusia yang masih potensial. Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas maka perlu mempercepat investasi baru dalam barang-barang modal fisik dan pengembangan sumberdaya manusia melalui investasi di bidang pendidikan dan pelatihan.

Hal ini sejalan dengan teori perangkap kemiskinan (vicious circle) yang berpendapat bahwa:

a) Ketidakmampuan untuk mengarahkan tabungan yang cukup, b) Kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal, c) Taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran yang relatif rendah.

Hal diatas merupakan tiga faktor utama yang menghambat terciptanya pembentukan modal di negara-negara berkembang..

Menurut Sadono Sukirno (2006) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni :

a) Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja.

b) Pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi.

c) Investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.

Dari sisi kelemahan atas teori pertumbuhan ekonomi oleh Harrod-Domar, yaitu terjadinya saving gap dan rasio pertambahan modal-output yang selalu berubah dalam jangka panjang. Maka demikian pula proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal menjadi tidak konstan, dimana harga selalu berubah/fluktuatif dan tingkat suku bunga yang berubah yang pada akhirnya mempengaruhi besarnya investasi.

Dikarenakan penggunaan modal dalam investasi di dunia bisnis berorientasi pada profit maka untuk barang barang publik seperti sarana dan prasarana sosial menjadi berkurang bahkan bisa menjadi tidak ada. Untuk itu diperlukan suatu investasi yang berorientasi pada barang publik, hal ini dikenal dengan istilah investasi komplementer (complementary investment).

Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary investment) dalam

modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana infrastruktur atau kegiatan penelitian.

Mengingat investasi komplementer akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung.

Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berdasarkan sumber dan kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman modal dalam negeri dan asing.

Beberapa faktor domestik/dari dalam negri yang menghambat iklim investasi di negeri kita adalah sebagai berikut :

a) Sistem prosedur perizinan yang panjang dan berbelit-belit, b) Kebijakan yang tumpang tindih antara pemerintah pusat-daerah. c) Masalah kepastian hukum yang melindungi investor-tenaga kerja,

d) Biaya –biaya non operasional yang terlalu tinggi (dikenal dengan istilah Indonesia adalah negara High Cost) termasuk biaya pajak yang cukup tinggi dan sering terjadi double counted, yang pada akhirnya membebankan pada tingginya harga jual komoditas sehingga menimbulkan image pesimis terhadap pasar.

John Maynard Keynes, dalam bukunya berjudul “ The General Theory of Employment, Interest and Money” (1936) mendasari teori permintaan investasi dengan konsep efisiensi marjinal kapital (marginal efficiency of Capital / MEC).

MEC dapat didefinisikan sebagai tingkat perolehan bersih yang diharapkan (expected net rate of return) atas pengeluaran kapital tambahan. Atau juga MEC adalah tingkat diskonto yang menyamakan aliran perolehan yang diharapkan dimasa yang akan datang dengan biaya sekarang dari tambahan kapital. Dalam fungsi matematisnya dapat dituliskan sebagai berikut :

Dimana : R = Perolehan yang diharapkan (expected return), Ck = Biaya sekarang dari modal tambahan,

MEC = Marginal Efficiency of Capital,

1-n = Subscribe multiplier.

Sedangkan hubungan antara Permintaan tingkat Investasi terhadap penawaran bunga adalah sebagaimana di halaman berikut ini:

Dari kurva tersebut diatas, terlihat bila tingkat suku bunga turun dari i0 ke i1 maka Permintaan Investasi akan meningkat dari I0 menuju I1 . Begitu juga sebaliknya. (Muara Nanga, 2005) Adapun tingkat bunga diatas harus dikoreksi terlebih dahulu dari nilai inflasi.

Jenis jenis Investasi dapat dibagi sebagai berikut (Rosyidi, 1999):

i

I

(Investmenent) interest

Gambar 2.5 Kurva Permintaan Investasi terhadap Bunga

a) Autonomous Investment

Adalah investasi yang besarnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tapi dapat berubah oleh faktor-faktor di luar dari pendapatan, seperti tingkat bunga, pendapatan nasional, kebijakan pemerintah, ekspektasi pengusaha, dan lain sebagainya.

b) Public Investment and Private Investment

Public investment adalah investasi yang dilakukan atas barang-barang publik. Barang-barang publik ini cenderung tidak memiliki atau mungkin hanya kecil sekali atas keuntungan yang akan diterima. Oleh karena itu kurang atau tidak diminati oleh para pengusaha/investor (kalaupun ada pasti

berkenaan dengan jalur pendistribusian output maupun input). Oleh karena itu umumnya, public investment dilakukan oleh pemerintah.

Sedangkan private investment adalah investasi yang dilakukan atas barang-barang private yang memberikan potensi ekspektasi keuntungan di masa yang akan datang, maka investasi jenis ini adalah yang dilakukan oleh para pengusaha/investor.

c) Domestic Investment and Foreign Investment

Domestik dan foreign investasi merupakan jenis investasi menurut asal dana investasi. Domestic investmen adalah investas modal yang dilakukan oleh para pengusaha/investor yang berdomisili/penduduk wilayah/negara setempat. Dikenal dengan istilah penanaman modal dalam negri (PMDN). Sedang foreign investment adalah investasi modal yang dilakukan oleh para investor/pengusaha yang berasal dari luar negeri. Dikenal dengan istilah penanaman modal asing (PMA),

d) Gross Investment

Adalah merupakan total keseluruhan investasi yang terjadi atau direalisasikan pada suatu kurun waktu tertentu dalam suatu wilayah tertentu juga. Biasanya dipakai dalam satu negara dalam jangka waktu satu tahunan.

Investasi juga bisa berasal dari pinjaman, dimana saat ini marak dilakukan dalam dunia bisnis, sehingga bunga pinjaman inilah penentu umum dari tingkat investasi yang akan terealisasi. Dimana tingkat bunga pinjaman ini biasanya telah dihitung value secara akuntansi (metode Present Value & Future Value) yang mana nilai bunga tersebut telah terkoreksi dari estimasi inflasi (dikenal dengan Fisher effect). Sehingga biasanya nilai rate bunga pinjaman selalu lebih tinggi dari

inflasi dan nominal yang sangat besar serta masa waktu pinjaman yang cenderung singkat.

Investasi juga bisa berasal dari tabungan, dimana berasal dari perbankan yang menghimpun dana tabungan masyarakat. Biasanya tingkat bunga pengembalian lebih kecil namun dengan nominal cukup kecil serta masa waktu yang cukup singkat, juga dikenal dengan istilah revolving atau dengan kata lain dapat diperbaharui. Dari sektor pemerintah juga melakukan investasi yang berasal dari pendapatan pajak yang ditabung dan disisihkan untuk investasi sektor publik.

2.2. Tinjauan Penelitian Sebelumnya.

Variabel Penelitian No Peneliti (tahun) Judul penelitian

Terikat Bebas Alat

Analisis Hasil Penelitian

1. Neni Pancawati

(2000)

”Pengaruh Rasio kapital tenaga kerja, tingkat pendidikan, stok kapital & pertumbuhan penduduk thd GDP Indonesia” Pertumbuhan OutPut ƒ Rasio Kapital – TK ƒ Tingkat Pendidikan ƒ Perubahan Stok capital ƒ Pertumbuhan penduduk

OLS ƒ Rasio Kapital – TK berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan output.

ƒ Tingkat Pendidikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output.

ƒ Perubahan Stok capital berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output.

ƒ Pertumbuhan penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan output. 2 Basuki (1997) ”Kajian Mengenai Pengaruh

Modal Asing Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi & Tabungan Domestik Indonesia Th 1969-1994”

Pertumbuhan ekonomi

ƒ Bantuan Luar Negri

ƒ PMA ƒ Tabungan Dalam Negri ƒ Kinerja Ekspor ƒ Pertumbuhan angkatan kerja OLS, TSLS

ƒ Variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi : bantuan luar negeri, PMA dan pertumbuhan angkatan Kerja

ƒ Sedangkan tabungan dalam negeri dan ekspor berpengaruh lemah pada pertumbuhan ekonomi.

3. Yuliarmi (2008) ”Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap PDRB Propinsi Bali” Pertumbuhan ekonomi Propinsi Bali (1994-2005) ƒ Konsumsi rumah tangga, ƒ Investasi, ƒ Pengeluaran pemerintah

OLS ƒ Variabel yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi : konsumsi RT, investasi dan pengeluaran pemerintah

4. Dedy Rustiono

(2008)

Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan

Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah Pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah ƒ Realisasi PMA, ƒ Realisasi PMDN, ƒ Angkatan kerja, ƒ Realisasi Pengeluaran pemerintah Daerah.

OLS ƒ PMA, PMDN, Angkatan Kerja, & Pengeluaran Pemda berpengaruh positif signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi, sedangkan penambahan dummy variable (krisis 1997) menjadi berpengaruh negative.

ƒ Adanya krisis 1997, membuat

perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah krisis terhadap kapasitas output(pertumbuhan ekonomi)

5. Novita Linda Sitompul (2007)

Analisis Pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap PDRB Sumatera Utara Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Sumatera Utara ƒ Investasi PMDN, ƒ Investasi PMA,

ƒ Jumlah tenaga kerja yang bekerja

ƒ Kondisi Perekonomian (Dummy variable; d=0 utk sebelum 1997 dan d=1 utk setelah 1997)

OLS ƒ PMA, PMDN, jumlah tenaga kerja

dan kondisi perekonomian

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi sumatera utara.

ƒ Kondisi perekonomian baik sebelum dan sesudah 1997 tidak menunjukkan perbedaan terhadap pertumbuhan ekonomi.

6. Yuni Elvina

Hasibuan (2011)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi Kota medan PDRB Harga Konstan Kota medan (1989-2008) ƒ Belanja pembangunan, ƒ Pendapatan asli daerah ƒ Investasi

ƒ Jumlah tenaga kerja

OLS ƒ Belanja pembangunan daerah,

pendapatan asli daerah, investasi dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif signifikan terhadap ekonomi kota medan 7. Rahmad Sumanjaya Analisis factor-faktor pertumbuhan ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi Indonesia ƒ Expor ƒ Investasi ƒ Nilai Tukar ƒ Inflasi

OLS ƒ Ekspor dan Investasi memiliki

pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi,

ƒ Nilai tukar memiliki hubungan yang negative terhadap pertumbuhan ekonomi.

ƒ Inflasi tidak terlalu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

8. Wilsa Road

Betterment Sitepu (2012)

Analisis Faktor – Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Singapura Variabel Endogenous : Pertumbuhan Ekonomi Singapura, Variabel Intervening : Ekspor Netto Variabel Exogenous : ƒ Investasi ƒ Kurs ƒ Tenaga Kerja ƒ Tabungan ƒ Industri & Manufaktur Path Analysis

ƒ Seluruh variabel exogenous berpengaruh signifikan terhadap variable intervening,

ƒ Seluruh variable exogenous dan intervening berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi Singapura (variabel.endogenous).

ƒ Tabungan dan expor netto

merupakan memiliki pengaruh positif & signifikan terbesar.

2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual dari penelitian ini dibangun atas interaksi

variabel-variabel penelitian, sebagai berikut :

Realisasi Penanaman

Modal Dalam Negri (X1)

Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Realisasi Penanaman

Modal Asing (X2)

Angkatan Kerja yg Bekerja (X3)

Gambar 2.6 Kerangka Konseptual Penelitian

Dari gambar kerangka konseptual tersebut diatas , terlihat masing- masing

variabel variabel : Realisasi Penanaman modal dalam negri, realisasi penanaman

modal asing, inflasi & jumlah angkatan kerja secara bersama – sama

mempengaruhi variabel PDRB.

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis sementara menurut penulis adalah sebagai berikut :

1) Realisasi Penanaman Modal Asing berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan PDRB,

2) Realisasi Penanaman Modal Dalam Negri berpengaruh positif

terhadap pertumbuhan PDRB,

3) Jumlah angkatan kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

Dokumen terkait