• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori & Konsep penawaran tenaga kerja,

GAMBAR 2.1 MODEL DIAGRAM PERTUMBUHAN SOLOW

4 Teori & Konsep penawaran tenaga kerja,

Ada 2 (dua) kategori dalam masalah penawaran tenaga kerja, yaitu (Ehrenberg dan Smith, 2003):

1. Keputusan individual untuk membagi waktunya antara bekerja atau leisure. Ini berkaitan dengan partisipasi individu dalam angkatan kerja. Bekerja part-time atau full-time work, waktu di rumah dan bekerja untuk dibayar. 2. Keputusan untuk menerima suatu pekerjaan dan masalah bekerja di lain

geografi/wilayah.

Keputusan Bekerja – Bersenang-senang (Work - Leisure)

Bekerja (work) merupakan waktu yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan, leisure merupakan waktu yang digunakan tidak menghasilkan pembayaran dari pekerjaan yang dilakukan tersebut. Untuk mendapatkan suatu informasi tentang optimal pembagian waktu bekerja dan leisure, dapat dilihat pada indifference curve (preferensi individu untuk bekerja) dan budget constrain (Borjas, 2005).

Gambar 2.4 Reservation of Wage Sumber : Borjas, 2005

Gambar 2.4 dihalaman sebelumnya, memberikan ilustrasi tentang keputusan individual untuk bekerja. Pada titik X individu memutuskan tidak akan bekerja. Karena pada titik X indifferent curve-nya masih lebih rendah dari E. Atau sepanjang budget constraint G, indifferent curve-nya akan selalu lebih rendah atau minimal sama dengan indifferent curve yang terjadi pada titik E.

Titik E adalah titik terjadinya reservation wage atau merupakan titik gaji terendah yang dapat diterima pekerja untuk bekerja. Titik E menjelaskan juga bahwa seseorang masih dapat mengkonsumsi tanpa bekerja karena masih ada penghasilan mereka dari nonlabor income (mungkin dari bunga tabungan, hasil sewa tanah/rumah ataupun pemberian dari orang tuanya yang cukup kaya).

Titik Y merupakan titik singgung budget constraint H dengan indifference curve U2. Titik Y merupakan titik yang memberikan utility lebih tinggi dari titik E. Karena tingkat utility di titik Y lebih tinggi dari titik E maka individu akan memutuskan untuk bekerja. Atau dengan kata lain sepanjang budget constraint H individu akan memutuskan untuk bekerja. Karena sepanjang garis tersebut utility pekerja akan lebih tinggi dari pada titik E atau gaji yang diterima lebih tinggi dari reservation wage (Borjas, 2005).

Titik singgung indifferent curve dengan budget line merupakan titik optimum seseorang untuk bekerja, di mana perpaduan antara utility individu dan kendala yang dihadapi. Berikut ini adalah fungsinya secara umum :

U = f (C, L)

Dimana : C = konsumsi barang & Jasa

L = Leisure

Utility maksimum dapat tercapai bila ΔC⁄ΔL═ - MUL⁄MUC, artinya konsumsi dapat dipertukarkan dengan leisure. Untuk mengkonsumi barang

tentunya individu harus bekerja. Bekerja dan leisure dua hal yang dapat dipertukarkan dan sekaligus memiliki trade-off antara keduanya.

Sedangkan budget constraint dirumuskan dengan (Borjas, 2005) : C = wh + V

Misalkan, T = h + L, maka C = w(T-L) + V, atau bias juga : C = (wT+V)-wL

Dimana : C = konsumsi barang & Jasa

w = Upah

L = Leisure T = Total waktu

h = Waktu untuk bekerja V = Nonlabor Income.

Dari persamaan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanpa bekerjapun seseorang masih dapat mengkonsumsi barang. Penghasilan yang dipergunakan untuk konsumsi barang tersebut berasal dari penghasilan yang dihasilkan tanpa bekerja atau pada titik tersebut disebut endowment point.

Dalam Mc Connell, Brue, dan Macpherson, (1999), Keputusan individu untuk menambah jam kerja dipengaruhi oleh perubahan sebagai berikut :

a) Income effect. Individu akan mengurangi jam kerjanya bila income meningkat tetapi wage rate konstan.

b) Substitution effect mengindikasikan perubahan keinginan menambah jam kerja karena perubahan wage rate tetapi income konstan.

c) Jika substitution effect lebih dominan dari income effect, keinginan individu untuk bekerja menjali lebih lama, saat wage rate meningkat. Sebaliknya, jika income effect lebih besar dari substitution effect, kenaikan wage rate akan menyebabkan keinginan untuk bekerja semakin sedikit.

Wage elastisity of labor supply (Es) merupakan persentase perubahan dalam kuantitas dari penawaran tenaga kerja dibagi dengan persentase perubahan dalam wage rate.

Bila elasitas (Es) bernilai :

1. Es = 0, inelastis yang sempurna 2. Es < 1, relative inelastis

3. Es > 1, relative elastis

Kenaikan tingkat upah tenaga kerja awalnya akan menambah keinginan waktu bekerja individu. Namun kenaikan gaji akan mencapai titik optimal. Gaji naik di atas titik optimal justru akan mengurangi keinginan individu untuk bekerja (income effect). Ini dikenal dengan backward-bending labor supply curve (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999).

Konsep penawaran tenaga kerja (Labor Supply) memiliki beberapa dimensi yakni diantaranya (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999):

1) Ukuran dan komposisi demografi populasi yang tergantung pada kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (net immigration), 2) Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate),

yang merupakan tingkat persentase populasi working-age (usia kerja) dengan actual-working (yang bekerja) atau seeking-work (sedang mencari pekerjaan / menganggur).

3) Jumlah jam kerja seminggu atau setahun, dan 4) Kualitas angkatan kerja.

Tingkat partisipasi angkatan tenaga kerja (the labor force participation) merupakan nilai perbandingan antara actual labor force dengan potensial labor force. Actual labor force adalah angkatan kerja yang bekerja dan menganggur atau angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan. Potential labor force atau tenaga kerja (man power) adalah populasi dikurangi dengan jumlah anak-anak atau penduduk usia 15 tahun (SUDA BPS SUMUT, 2007) dan masyarakat yang dilembagakan (people who are institutionalized).

Net effect dari semua tingkat partisipasi tergantung pada ukuran: added-work effect dan discouraged-added-work added-worker effect. Added-added-work effect terkait dengan kehilangan pekerjaan suatu seorang anggota keluarga akan ditutupi oleh anggota keluarga yang lain untuk mencari pekerjaan yang baru. Tujuannya untuk menutupi kehilangan penghasilan akibat dari berhentinya anggota lain tersebut dari dunia kerja.

Added-work effect menambah tingkat partisipasi kerja. Discouraged-work effect berkaitan dengan masalah psikologis pekerja yang kehilangan keinginan untuk bekerja kembali. Pekerja yang pernah diberhentikan karena resesi akan merasa pesimis untuk mendapatkan pekerjaan kembali sesuai dengan keinginannya, minimal seperti yang pernah mereka dapatkan sebelumnya.

Discourafe-work effect sifatnya mengurangi tingkat partisipasi angkatan kerja (Mc Connell, Brue, dan Macpherson,1999).

Tingkat partisipasi angkatan kerja berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran. Semakin besar tingkat pengangguran semakin kecil tingkat

partisipasi angkatan kerja. Kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk dengan peningkatan pengangguran dan penurunan wage rate menyebabkan partisipasi angkatan kerja menurun (discourage-work effect). Banyak usia muda yang sebenarnya telah dapat memasuki dunia kerja enggan berpartisipasi. Mereka lebih memilih untuk tetap di tempat sekolah/kuliah atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Maka selanjutnya, kaitan antara pertumbuhan penduduk yang notabenenya adalah sumber dari angkatan kerja terhadap perekonomian memiliki hubungan pengaruh secara positif ataupun negative tergantung pada kemampuan system perekonomian daerah/negara tersebut dalam menyerap dan memanfaatkan semaksimal mungkin atas pertambahan angkatan kerja tanpa melupakan sisi tingkat kematian dan pergeseran kurva usia kerja.

Dokumen terkait