• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTR

Pada bagian ini akan dijelaskan pemanfaatan modal sosial dalam usaha pengelolaan limbah industri. Pemanfaatan modal sosial tersebut dilakukan dalam aktivitas jual beli limbah industri dan pengembangan kegiatan usaha pengelolaan limbah industri. Selain itu akan dianalisis sejauhmana hubungan antara pemanfaatan modal sosial dengan skala usaha pengelolaan limbah industri. Pendeskripsian pemanfaatan modal sosial pada aktivitas sehari-hari usaha pengelolaan limbah industri digunakan untuk melihat peran modal sosial dalam skala usaha dan pengembangan usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler.

Modal Sosial dalam Aktivitas Jual-Beli Limbah

Kegiatan transaksi jual beli lazim dilaksanakan dengan tatap muka antara pembeli dan penjual. Informasi mengenai komoditi usaha tersebar melalui obrolan dalam jaringan bisnis. Tidak ada aturan khusus dalam pengelolaan limbah industri yang menyangkut regulasi kepemilikan limbah industri. Aturan lebih kepada sistem pembayaran dan pertukaran limbah antara penjual dan pembeli. Pada penelitian ini dikaji modal sosial pelaku usaha limbah industri di Cigondewah Kaler. Modal sosial tersebut meliputi kepercayaan, jaringan, dan norma.

Kepercayaan

Lawang (2004) menuliskan salah satu perilaku kewirausahaan yang paling banyak disebut adalah keberanian untuk mengambil resiko. Transaksi jual beli limbah dalam jumlah besar tentu mengandung resiko yang besar. Selain kerugian materi yang akan didapat, kemungkinan terburuk dari resiko tersebut adalah jatuhnya mental dalam berwirausaha. Perilaku pelaku usaha pengelola limbah industri ketika menghadapi pilihan-pilihan yang beresiko sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan kematangan dalam menghadapi permasalahan. Tingkat kepercayaan menjadi modal sosial dominan yang berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya keberanian untuk mengambil resiko dalam berwirausaha limbah industri di Cigondewah Kaler.

Kegiatan peminjaman uang, pembayaran dengan sistem hutang, dan investasi adalah beberapa indikator tingkat kepercayaan yang sangat dekat dengan kegiatan berwirausaha. Aktivitas jual beli limbah tidak lepas dari kegiatan- kegiatan tersebut. Bentuk transaksi dalam jual beli limbah responden dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Bentuk transaksi dalam jual beli limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Bentuk Transaksi Jual Beli Jumlah Pelaku Usaha (n)

Persentase (%)

Sistem hutang dibayar tepat waktu 12 24

Sistem hutang tidak dibayar tepat waktu 7 14

Sistem tunai 31 62

Transaksi jual beli limbah dengan sistem bayar mundur (hutang) dilakukan terhadap rekan bisnis yang sudah lama dikenal dan dipercaya. Perjanjian jatuh tempo pembayaran dilaksanakan saat transaksi dilakukan. Bapak AMN misalnya, salah seorang pengusaha pengelola limbah plastik dalam skala besar. Omzet per hari nya bisa mencapai jutaan rupiah. Ia memiliki banyak konsumen dan rekan bisnis baik di dalam kota maupun di luar Kota Bandung. Dalam satu kali transaksi, ia bisa menjual limbah yang telah ia kelola sedikitnya 1 ton/ hari.

Kalau saya mah karena sudah percaya, biasanya pagi transaksi dan ijab akan dibayar sore, saya percaya pada pelanggan itu karena sudah menjadi langgan. Dan kadang tepat waktu kadang ia suka bilang lagi kalau sore tidak bisa bayar dan bisa bayar nya besok lagi. Saya pun

menghendakinya karena sudah lama berbisnis dengannya”.

– Bapak AMN.

Kegiatan meminjam uang dalam dunia usaha adalah sesuatu yang lazim dilakukan. Terlebih dilakukan untuk menutupi kebutuhan modal uang dalam berwirausaha. Tidak terkecuali dalam dunia usaha pengelolaan limbah industri. Aktivitas tersebut setidaknya dilakukan ketika memulai usaha akibat terkendala faktor modal yang masih minim. Terdapat dua tipe kegiatan meminjam uang dalam usaha jual beli limbah. Pinjaman yang berhubungan dengan lembaga formal (seperti Bank atau rentenir) dan yang berhubungan dengan non formal (saudara atau atasan).

Sedikit pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler yang menggantungkan kebutuhan modal bisnisnya dari pinjaman Bank. Tabel 19 memperlihatkan perbandingan antara pengusaha pengelola limbah industri di Cigondewah Kaler yang meminjam uang dengan yang tidak meminjam uang dari Bank sebagai modal awal dalam usahanya.

Tabel 19 Kegiatan meminjam uang pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Kategori pangusaha Jumlah (n) Persentase (%)

Sedang meminjam uang dari Bank 6 12

Pernah meminjam uang dari Bank 11 22

Tidak meminjam uang dari Bank 33 66

Jumlah 50 100

Pengusaha limbah industri lebih memilih jalan aman dengan tidak melakukan kredit kepada Bank. Seperti yang dialami oleh Tn. H.DD, beliau pernah suatu saat melakukan pinjaman uang senilai 100 juta pada awal tahun 2002. Tetapi kegiatan usaha limbah makanan yang dimilikinya tersendat dan akhirnya mengalami pailit. Ia tidak bisa membayar cicilan kredit kepada Bank sampai tenggat waktu yang telah disepakati. Akhirnya Tn. H.DD harus merelakan aset berupa rumah disita oleh pihak Bank. Ketakutan inilah yang dirasakan setidaknya oleh 66 persen pelaku usaha pengelolaan limbah industri di

Cigondewah Kaler ketika harus melakukan peminjaman uang dari Bank/ lembaga keuangan lainnya yang mensyaratkan adanya jaminan.

Pengusaha yang pernah melakukan kegiatan peminjaman uang dari Bank menuturkan hal yang sama. Jika harus melakukan peminjaman lagi mereka lebih memilih untuk tidak meminjam dari lembaga keuangan/Bank yang mensyaratkan jaminan dalam proses pembayarannya. Selain menimbulkan perasaan cemas dan rasa takut, mereka sangat khawatir menjadi korban dari bunga Bank yang sangat tinggi.

Selama saya melakoni usaha limbah ini kurang lebih 30 tahun lamanya, selama itu saya baru satu kali melakukan kredit uang sebagai modal, sisanya modal yang didapat merupakan uang pinjaman dari saudara bahkan tetangga dekat. Melakukan pinjaman dari Bank rasanya sangat memberatkan. Terlebih yang namanya usaha seperti ini tidak tau kapan akan dapat untung

kapan akan dapat rugi”- Bapak ADS.

Pelaku usaha lebih memilih meminjam uang dari saudara atau rekan bisnis yang sudah dikenal dekat. Orang yang memberi pinjaman biasanya berasal dari komunitas yang sama. Jika pelaku usaha itu mengelola limbah plastik maka ia terbiasa meminjam uang dari bandar. Mekanisme peminjaman uang tidak sulit seperti pada lembaga peminjaman uang yang lain. Seperti yang dilakukan oleh Ny.ST, pelaku usaha pengelolaan limbah plastik. Ia mendapatkan limbah dari beberapa pasar di wilayah Bandung. Setiap bulan jumlah yang dikelolanya tidak lebih dari satu ton.

Suatu ketika Ny.ST tidak memiliki modal untuk membeli stok limbah. Ny.ST kemudian berinisiatif meminjam uang kepada Ny.EM selaku bandar. Ny.Em meberikan pinjaman uang kepada Ny.ST untuk membeli limbah yang akan dikelola tetapi dengan syarat menjual limbah tersebut kepada Ny.Em. Perjanjian kedua pihak tersebut dilakukan tidak tertulis. Hal yang sama berlaku pada pelaku usaha pengelola limbah lain yang memiliki skala usaha setingkat dengan Ny.ST. Hubungan tersebut selain strategi dari para bandar untuk mengamankan stok limbahnya melainkan sebagai bentuk pemanfaatan modal sosial masyarakat di Cigondewah Kaler dalam kegiatan usaha.

Buruh yang sudah bekerja lebih dari sepuluh tahun biasanya memiliki kedekatan lebih dengan dunungan (pemilik usaha). Rasa saling percaya yang sudah terjalin membuat buruh tidak sungkan untuk melakukan pinjaman uang kepada dunungan. Kegiatan meminjam uang tersebut sama halnya dengan Ny.ST dibayar melalui sistem balas jasa.

Jaringan

Media yang paling ampuh untuk membuka jaringan adalah pergaulan dalam pengertian umum dengan membuka diri lewat media cetak atau elektronik atau dalam pengertian terbatas seperti pergaulan (Lawang 2004). Jaringan merupakan bagian dari modal sosial yang sangat penting dalam melaksanakan kegiatan wirausaha. Usaha pengelolaan limbah industri melibatkan sedikitnya pemasok limbah, pengelola limbah, dan pengguna limbah. Mereka sangat bergantung terhadap jaringan yang sudah terbentuk. Melalui jaringan orang saling tahu, saling

menginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu dan melaksanakan atau mengatasi suatu masalah (Lawang 2004).

Pemanfaatan jaringan dalam kegiatan jual-beli limbah diukur dari: (i) tingkat pengetahuan pelaku usaha terhadap harga beli limbah dan harga jual limbah, (ii) ada atau tidak aktivitas di luar bisnis, dan (iii) jumlah limbah yang dikelola setiap bulan. Tabel 20 memperlihatkan tingkat pengetahuan pelaku usaha pengelola limbah industri terhadap harga beli limbah dari pemasok limbah.

Tabel 20 Pengetahuan pelaku usaha terhadap harga beli dan harga jual limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Informasi harga limbah Jumlah Pengusaha (n) Beli (n) Persentase % Jual (n) Persentase % Tidak mengetahui 15 30 5 10 Mengetahui 35 70 45 90 Jumlah 50 100 50 100

Terdapat perbedaan pengetahuan pelaku usaha terhadap harga jual maupun harga beli limbah. Pelaku usaha yang mendapatkan langsung limbah dari perusahaan memiliki tingkat pengetahuan harga beli lebih tinggi daripada pelaku usaha yang mendapatkan limbah dari sesama pelaku usaha. Karena itu dikenal istilah drop order (do) dan nyolek. Pemilik drop order merupakan pelaku usaha limbah yang mendapatkan jatah limbah dari perusahaan penyuplai limbah. Untuk mendapatkan do, seorang pengusaha limbah harus membayar uang jaminan

kepada perusahaan berupa “uang investasi” yang jumlahnya tidak sedikit. Nyolek

tidak berbeda dengan tengkulak pada usaha pertanian.

Nyolek secara harfiah berarti mengambil sedikit dari yang banyak. Nyolek

dalam dunia usaha pengelolaan limbah adalah istilah bagi pelaku usaha yang tidak mendapatkan limbah dari perusahaan, melainkan mengelola limbah dari beberapa pengusaha yang mendapatkan do. Setiap bulan pelaku usaha dengan sistem nyolek

bisa mengelola limbah lebih dari satu ton.

Kalau sistem nyolek tidak banyak untung yang didapat, karena itu saya jujur-jujuran aja kepada pemilik DO yang nyuplai limbah buat saya agar harga jual kepada saya tidak terlalu mahal. Saya bilang kalau barang yang saya beli itu buat dijual lagi, ya mereka pun mengerti, saya menyebutkan harga jual yang saya patok untuk konsumen yang membeli kepada saya. Karena sudah terjalin kepercayaan, pemilik DO pun menurunkan harga jual

kepada saya, dan saya pun dapat untung dari situ”.-Bapak DDA

Tingkat pengetahuan yang tinggi membuat pelaku usaha memiliki posisi tawar kuat ketika melakukan transaksi dengan pelaku usaha yang lain. Salah satu instrumen untuk mendapatkan informasi tersebut adalah jaringan. Semakin luas jaringan yang dimiliki semakin tinggi pula tingkat pengetahuan terhadap harga pasar. Aktivitas pelaku usaha di luar bisnis menunjukan peran aktif dalam mencari peluang-peluang baru mendapatkan keuntungan dalam berbisnis.

Aktivitas yang rutin dilakukan berupa pelaksanaan atas jabatan yang diemban atau hanya merupakan aktivitas hobi semata. Dari 26 persen pelaku usaha yang memiliki aktivitas di luar bisnis, beberapa di antaranya memiliki jabatan publik setingkat RT dan RW. Selain itu ada juga yang memiliki jabatan khusus Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bahkan partai politik. Di luar itu, aktivitas hobi menjadi alternatif kegiatan di luar bisnis yang membuka jaringan-jaringan baru dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri ini. Hobi yang digeluti di antaranya bermain bola dan memancing. Tabel 21 menunjukan perbandingan ada atau tidaknya aktivitas di luar bisnis yang teratur dilaksanakan oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri.

Tabel 21 Aktivitas di luar bisnis dari pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Ada / Tidak aktivitas Jumlah Pengusaha (n) Persentase (%)

Ada 13 26

Tidak Ada 37 74

Jumlah 50 100

Pelaku usaha yang tidak memiliki aktivitas di luar bisnis cenderung memanfaatkan waktu luangnya bersama keluarga atau kerabat terdekat. Berlibur atau hanya sekedar menonton televisi bersama anak dan istri.

“Saya tidak memiliki aktivitas khusus di luar, sudah tidak ada lagi

pangaresep (hobi), sudah bukan anak-anak lagi, setelah capek seharian usaha saya mah lebih baik ngumpul sama anak istri di rumah, di hari libur pun lebih senang ngajak anak istri berlibur

atau ke pasar”–Bapak AMN.

Kemampuan untuk mengakses limbah bergantung pada jaringan dan kemampuan finansial pelaku usaha. Pelaku usaha limbah yang sudah memiliki jaringan bisnis yang kuat rata-rata mengkases limbah di atas rata-rata pengusaha yang lain. Tabel 22 memperlihatkan perbandingan akses pelaku usaha terhadap limbah. Akses tersebut diukur dari jumlah limbah (dalam ton) yang didapatkan pelaku usaha selama satu bulan.

Tabel 22 Akses pelaku usaha setiap bulan terhadap limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Interval Limbah (Ton) Jumlah Pengusaha (n) Persentase (%)

1-5 34 68 6-10 4 8 11-15 8 16 > 16 4 8 Jumlah 50 100 Norma

Aktivitas jual beli yang melibatkan konsumen dan pengelola limbah memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Blau (1963) dan Fukuyama

(1999) dalam Lawang (2004) menuliskan bahwa norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan. Artinya, kalau dalam pertukaran itu keuntungan hanya dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran sosial selanjutnya pasti tidak akan terjadi (Lawang 2004). Usaha pengelolaan limbah industri berlangsung sejak tahun 1980-an, artinya telah terjadi proses internalisasi aktivitas jual beli yang khas dalam usaha tersebut. Penelitian ini mengansumsikan norma yang berlaku di masyarakat berlaku juga pada kegiatan usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler.

Aturan khas dalam aktivitas jual beli limbah industri di Cigondewah Kaler dikenal dengan istilah retur. Retur berarti menukar kembali. Dikenal istilah

returan yakni barang-barang yang diretur. Retur adalah aktivitas menukar/mengembalikan barang yang sudah dibeli karena kualitasnnya tidak sesuai dengan akad jual beli. Limbah yang telah dikelola oleh pengelola limbah akan dimasukan ke dalam karung sesuai dengan ukuran. Hal tersebut membuat para konsumen hanya bisa melihat limbah dari luar karung saja. Kepercayaan yang membuat konsumen yakin terhadap kualitas barang yang akan dibeli.

Kelalaian buruh dalam proses packaging menyebabkan kualitas sortiran tidak sesuai dengan yang diharapkan pembeli. Karena itu pengelola limbah harus siap ketika pembeli mengembalikan kembali barang-barang yang sudah dibeli dan meminta ditukar / kembali disortir. Proses tersebut disebut dengan retur. Tabel 23 memperlihatkan perbandingan aktivitas retur limbah hasil pengelolaan pelaku usaha limbah di Cigondewah Kaler.

Tabel 23 Aktivitas retur pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Retur Jumlah pengusaha (n) Persentase (%)

Pernah mengalami 17 34

Tidak pernah mengalami 33 66

Jumlah 50 100

Pemanfaatan Modal Sosial dalam Pengembangan Usaha Pengelolaan Limbah Industri

Keberlangsungan kegiatan usaha sangat bergantung terhadap iklim usaha. Iklim usaha tersebut dapat terbentuk dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Pengembangan usaha pengelolaan limbah industri menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Modal sosial berperan penting dalam proses penyediaan bahan baku limbah dan penyediaan tenaga kerja. Kedua faktor tersebut erat kaitannya dengan pengembangan usaha pengelolaan limbah industri di masa yang akan datang. Usaha pengelolaan limbah industri diharapkan dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja dengan kualitas pengelolaan yang semakin ramah lingkungan.

Proses mendapatkan limbah industri

Tidak sembarang orang dapat memperoleh limbah dari pemasok. Terbentuk pola yang khas pada setiap proses mendapatkan limbah. Pada dasarnya limbah tersebut tidak diberikan secara cuma-cuma melainkan melalui mekanisme jual beli. Akan tetapi beberapa pelaku usaha memperoleh kemudahan-kemudahan ketika mengakses limbah tanpa harus membayar lunas pembelian limbah di awal

transaksi jual beli. Menguraikan kembali pembahasan mengenai pengusaha yang memiliki drop order (do) dan nyolek akan terbentuk jaringan-jaringan usaha yang masing-masing simpul memunculkan pelaku usaha dengan tingkatan yang berbeda.

Setiap industri yang menyuplai limbah ke Cigondewah Kaler memiliki mekanisme yang berbeda-beda. Meskipun berbeda secara mekanisme tetapi pada dasarnya terdapat sistem drop order. Mekanisme yang berbeda tersebut dilihat dari proses pengambilan limbah ke perusahaan. Kecenderungan sekarang menunjukan bahwa peran organisasi kepemudaan Karang Taruna di wilayah industri itu didirikan sangat dominan terhadap pengambilan stok limbah. Organisasi Karang Taruna memiliki hak atas limbah dari perusahaan yang mendirikan usaha di wilayah mereka. Karena sistem ini lah beberapa pengusaha mengeluhkan harga limbah yang menjadi tinggi setelah jatuh ke tangan organisasi Karang Taruna.

Kondisi ini sedikit merubah pola distribusi limbah bagi pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler. Gambar 8 menunjukan jaringan dalam proses distribusi limbah dari industri ke pengelola-pengelola

Dokumen terkait