• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPONS MASYARAKAT TERHADAP LIMBAH INDUSTR

Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana respons masyarakat di Cigondewah Kaler terhadap kehadiran beberapa industri di wilayah mereka. Respons tersebut dalam bentuk usaha pengelolaan limbah industri. Termasuk sejarah pertama kalinya pengelolaan limbah industri, perkembangan usaha, sampai pada karakteristik usaha pada saat penelitian ini dilakukan. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat usaha pengeloaan limbah industri secara utuh agar penlilaian skala usaha menjadi lebih obyektif sesuai dengan dinamika di lapangan.

Pengelolaan limbah industri yang berkembang menjadi kegiatan usaha Pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler sudah dilakukan sejak tahun 1982. Kegiatan tersebut dimulai oleh beberapa pelaku usaha. Berawal dari hubungan penduduk asli Cigondewah kaler dengan sebuah perusahaan tekstil (sekarang PT. Kahatex). Hubungan tersebut terkait jaminan keamanan perusahaan tekstil yang berproduksi di wilayah Cigondewah pada beberapa tahun pertama didirikan. Perusahaan tersebut akan mengalokasikan limbah industri yang bernilai ekonomis untuk dijual kepada Tn. H. MSD. Perjanjian tersebut dilakukan tidak tertulis. Dinamika sosial dan ekonomi di masyarakat Cigondewah Kaler menyebabkan bertambahnya pelaku usaha yang mendapatkan jatah limbah industri dari Perusahaan tekstil tersebut. Pada tahun 2014 pelaku usaha yang mendapatkan jatah limbah industri dari PT. Kahatex sebanyak lima belas pelaku usaha. Dengan jumlah limbah industri yang dikelola tidak kurang dari 180 Ton setiap bulan.

Pola yang sama berlaku bagi semua pelaku usaha yang mengakses langsung limbah industri dari PT. Kahatex. Setiap bulan mereka mendapatkan jatah untuk membeli limbah industri sebanyak dua minggu berturut-turut. Artinya pada dua pekan pertama pelaku usaha mendapatkan jatah limbah industri sedangkan dua pekan setelahnya tidak. Begitu seterusnya memiliki jadwal yang sudah ditetapkan bersama di antara lima belas pelaku usaha. Setiap dua kali dalam setahun diadakan pertemuan untuk saling bertukar informasi. Bahkan pada beberapa kesempatan diadakan pertemuan insidental untuk membahas harga limbah industri yang akan mengalami kenaikan. Lima belas pengusaha tersebut menjadi penyuplai limbah industri juga bagi para pelaku usaha pengelola limbah industri yang relatif lebih kecil skala usahanya.

Peningkatan jumlah industri tekstil skala menengah di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung menyebabkan penambahan suplai limbah industri. Limbah industri tidak hanya didapatkan dari PT. Kahatex. Limbah kain, plastik, karung, dan logam didapatkan dari kegiatan industri semi garmen, usaha konveksi, pasar swalayan, departemen store, dan pasar yang ada di wilayah Bandung, Cimahi, dan Kabupaten Bandung.

Memasuki era reformasi pelaku usaha pengelolaan limbah industri semakin banyak bermunculan di Cigondewah Kaler, bahkan julukan kawasan “kuya” (kumuh tapi kaya) sampai hari ini masih identik dengan kawasan Cigondewah Kaler karena wilayahnya kotor dan kumuh karena sampah (limbah) berserakan

tetapi masyarakatnya mampu secara ekonomi. Pola pengelolaan limbah industri dan siklus distribusi limbah industri dapat dilihat dalam pada Gambar 6.

Gambar 6 Alur distribusi komoditas limbah industri di Cigondewah Kaler Pada tahun 2014 sedikitnya terdapat 5 wilayah RW yang memiliki kawasan industri di Cigondewah Kaler. Kelima wilayah RW tersebut adalah RW 1 (kategori industri: rajut karung, makanan, dan logam); RW 4 (kategori industri: tekstil dan paralon); RW 7 dan RW 8 (kategori industri: alat elektronik dan tekstil); serta RW 12 (kategori industri tekstil).

Pelaku usaha pengelolaan limbah industri mencari langsung sumber limbah hingga ke luar kota. Beberapa di antaranya didapatkan dari kawasan industri Tangerang, Bekasi, dan Jakarta. Perbandingan pemasok limbah industri bagi lima puluh responden pelaku usaha pengelolaan limbah di Cigondewah Kaler dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Pemasok limbah bagi kegiatan usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Sumber Limbah Jumlah Pelaku Usaha Persentase(%)

Kawasan industri konveksi 5 10

Industri makanan 2 4

Industri semi garmen 9 18

Industri tekstil besar 9 18

Konveksi 5 10

Limbah pasar dan rumah tangga

7 14

Pemulung 2 4

Pengelola limbah kecil 1 2

Pengepul 7 14

Sesama pengelola limbah 3 6

Jumlah 50 100 IND U ST R I LIMBAH : 1. Potongan kain 2. Plastik 3. Rongsokan 4. Karung 5. Busa 6. Sterofom 7. Makanan kadaluarsa MAS Y A R A K A T PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI Produk Bahan Baku Industri Usaha Pengelolaan Limbah Industri Cigondewah Kaler

Tabel 8 memberikan informasi bahwa industri tekstil besar dan industri semi garmen adalah pemasok limbah industri terbanyak bagi para pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler. Contoh industri tekstil besar dalam penelitian ini adalah PT. Kahatex. Perusahaan tersebut memiliki dua lokasi yang berbeda, di Cigondewah Kaler dan di Rancaekek Kabupaten Bandung. Industri semi garmen skalanya lebih kecil dibandingkan dengan industri tekstil besar, industri kategori tersebut banyak ditemui di kawasan Majalaya, Kopo, dan Cimahi.

Pemasok limbah industri terbanyak kedua adalah para pengepul dan pasar. Pengepul mendapatkan limbah langsung dari para pemulung sedangkan limbah pasar didapatkan dari aktivitas pasar yang rata-rata menghasilkan sampah plastik berton-ton setiap bulan. Sumber limbah industri terbanyak ketiga adalah industri konveksi. Yang dimaksud dengan industri konveksi dalam penelitian ini adalah usaha konveksi yang membentuk komunitas di wilayah tertentu. Contoh industri konveksi dalam penelitian ini terdapat di wilayah Kopo, Rancamalang, dan Taman Holis.

Pasokan limbah industri paling sedikit dihasilkan oleh industri makanan, pemulung, dan sesama pengelola limbah industri. Industri makanan tersebut adalah perusahaan yang membuat makanan jenis roti dan kue. Makanan yang telah kadaluarsa akan dikelola oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler untuk dijadikan pakan ternak dan ikan. Pelaku usaha pengelolaaan limbah industri pun menghasilkan limbah dari kegiatan pengelolaan. Limbah akan dikelola oleh pelaku usaha yang lain yang memiliki skala usaha lebih kecil.

Jenis Limbah yang Dikelola oleh Masyarakat Cigondewah Kaler Limbah yang dikelola oleh masyarakat Cigondewah Kaler adalah limbah yang bernilai ekonomis. Kristanto (2002) mendefinisikan limbah yang bernilai ekonomis yaitu limbah yang dapat memberikan nilai tambah jika dikelola dengan baik. Limbah yang dikelola oleh masyarakat Cigondewah Kaler meliputi sisa potongan kain, karung bekas, kain sisa ekspor, makanan, kaleng, dan sampah plastik. Dari lima puluh responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini, pelaku usaha pengelolaan limbah kain paling banyak menyerap limbah yakni ± 200 ton/bulan. Limbah karung, kain sisa eksport, benang sisa eksport, makanan kadaluarsa, dan kaleng bekas dikelola dalam jumlah kurang dari ± 50 ton/bulan. Sedangkan sampah plastik yang dikelola mencapai ± 100 ton/bulan.

Jumlah (Ton )

Gambar 7 Jumlah limbah yang dikelola dalam satu bulan

207,3 2 36 10,8 2 0,4 104,4 0 50 100 150 200 250 Potongan Kain

Plastik Karung Kain sisa Makanan Kadaluarsa

Gambar 7 memperlihatkan komposisi jenis limbah industri yang dikelola setiap bulan oleh lima puluh responden pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler. Mayoritas masyarakat Cigondewah Kaler mengetahui dan melakukan pengelolaan limbah industri sebagai mata pencaharian. Majun adalah sebuah istilah yang diberikan terhadap potongan-potongan kain sisa produksi sebuah perusahaan tekstil.

Bentuk pengelolaan limbah industri yang dilakukan masyarakat Cigondewah kaler adalah memilah (menyortir), mencacah, mencuci, sampai membuat barang baru. Ciri khas dari kegiatan pengelolaan limbah ini adalah dilibatkannya beberapa sumber daya alam seperti sungai dan cahaya/panas matahari dalam proses pengerjaan. Sehingga tidak sedikit beberapa areal lahan menjadi tercemar akibat adanya kegiatan pengelolaan limbah ini.

Perbandingan bentuk pengelolaan limbah yang dilakukan oleh lima puluh responden pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Bentuk pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler

Bentuk Pengeloalaan Jumlah Pengusaha (n) Persentase (%)

Hanya memilah 30 60

Memilah dan mencacah 9 18

Memilah dan menjemur 1 2

Mengolah limbah 10 20

Jumlah 50 100

Kegiatan pengelolaan limbah industri oleh masyarakat Cigondewah Kaler didominasi oleh pengelolaan limbah berbahan dasar tekstil. Memilah adalah kegiatan memilih dan mengelompokan potongan-potongan kain sesuai dengan ukuran, warna, dan jenis kain. Mencacah adalah kegiatan menghancurkan limbah yang berukuran besar menjadi limbah yang berukuran kecil agar lebih mudah diolah kembali. Pencacahan dilakukan terhadap limbah jenis plastik keras. Kegiatan pengelolaan lain adalah menjemur, menenun, menjahit, dan menyulam. Masyarakat Cigondewah Kaler menggunakan teknik tersebut sesuai dengan limbah yang dikelola dan keterampilan serta sumber daya yang dimiliki.

Mayoritas pelaku usaha memilah limbah. Memilah merupakan bentuk yang paling sederhana dalam mengelola limbah. Selain itu terdapat kegiatan mencuci dan menjemur yang merupakan tahap selanjutnya setelah kegiatan memilah. Hal ini bisa dimaklumi karena teknologi yang belum tersedia dan tingkat keterampilan tenaga kerja yang masih terbatas.

Limbah yang dikelola masyarakat Cigondewah kaler mayoritas menjadi bahan baku untuk kegiatan usaha yang lain. Hal ini disebabkan masih sedikitnya pelaku usaha yang memiliki keterampilan dalam mengolah limbah. Hal ini juga yang menyebabkan rendahnya daya saing produk-produk pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler. Permasalahan tersebut yang menjadi salah satu penyebab sulitnya mendistribusikan keuntungan secara merata dari usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler.

Semua hasil pengelolaan masih dalam bentuk bahan mentah, belum menjadi produk yang siap pakai kecuali untuk produk pakaian bayi dan terpal. Kemampuan untuk mengolah limbah menjadi produk yang bernilai tinggi belum

dimiliki oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler. Tabel 10 memperlihatkan perbandingan hasil pengelolaan pelaku usaha limbah di Cigondewah Kaler.

Tabel 10 Hasil kegiatan pengelolaan limbah industri

Hasil Pengelolaan Jumlah Pengelola

Limbah (n)

Persentase (%)

Bahan usaha konveksi 1 2

Bekuan plastik 1 2

Busa terpilah 1 2

Kain terpilah 7 14

Bahan sprey sarung bantal 3 6

Karung terpilih 1 2

Pakaian bayi 2 4

Plastik bersih terpilah 13 26

Plastik bersih terpilah suplai ke industri makanan

2 4

Bahan baku kerajinan dan industri tekstil 16 32

Roti kering sebagai Pakan Ternak dan Ikan 1 2

Terpal 2 4

Jumlah 50 100

Karakteristik Usaha Pengelolaan Limbah Industri di Cigondewah Kaler Karakterisitik usaha pengelolaan limbah industri yang dianalisis adalah usia pelaku usaha, tingkat pendidikan pelaku usaha, omzet usaha dalam satu tahun, upah buruh yang bekerja pada kegiatan usaha pengelolaan limbah industri, kepemilikan gudang, jenis kelamin buruh, dan jaringan bisnis kegiatan usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler.

Usia Pelaku Usaha

Lima puluh responden merupakan pelaku usaha yang sebelumnya pernah bekerja / merupakan anggota keluarga pengelola limbah industri. Perbandingan usia responden pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Usia pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Interval Usia (Tahun) Jumlah Responden (n) Persentase (%)

15-25 3 6 26-35 13 26 36-45 22 44 46-55 8 16 56-65 3 6 66-75 1 2 Total 50 100

Responden yang memiliki usaha di atas 60 tahun hanya empat orang atau sekitar delapan persen saja dari seluruh responden. Sedangkan lebih dari empat puluh orang atau sekitar 90 persen pelaku usaha berusia antara 15-55 tahun. Semua pelaku usaha yang menjadi responden dalam penelitian ini telah berumah tangga dan memiliki tempat tinggal.

Tingkat Pendidikan Pelaku Usaha

Tingkat pendidikan responden pelaku usaha pengelolaan limbah industri menyebar dari jenjang SD hingga Perguruan Tinggi. Kesadaran terhadap tingkat pendidikan yang diwariskan oleh Orang Tua merupakan faktor yang dominan terhadap tingkat pencapaian pendidikan di Cigondewah Kaler. Data profil Kelurahan Cigondewah Kaler Tahun 2013 memperlihatkan sedikit masyarakat di sana yang mengenyam pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Begitu juga dengan tingkat pendidikan pelaku usaha. Tingkat pendidikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Tingkat pendidikan pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (n) Persentase (%)

Tidak tamat SD 1 2 SD 27 54 SMP 9 18 SMA 12 24 Perguruan tinggi 1 2 Total 50 100

Pelaku usaha pengelola limbah yang didominasi oleh usia 36-45 tahun merupakan kelompok masyarakat yang mendapatkan pengaruh langsung dari rendahnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi masa depan. Bagi masyarakat Cigondewah Kaler berinvestasi untuk pendidikan belum menjadi sebuah kewajiban. Meskipun memiliki kemampuan secara ekonomi, menyekolahkan anak dirasa memberatkan beban ekonomi. Terlebih untuk anak perempuan, mereka memilih menikahkan anak mereka di usia dini atau memasukan mereka ke perusahaan untuk bekerja sebagai buruh pabrik.

Omzet usaha

Faktor yang membuat masyarakat Cigondewah Kaler tertarik untuk mendirikan usaha pengelolaan limbah adalah pendapatan yang realitf tinggi dari usaha tersebut. Selain itu tidak ada standar keahlian khusus yang harus diperoleh dari bangku pendidikan formal. Kemampuan berwirausaha masyarakat Cigondewah Kaler didapatkan melalui pengalaman berinteraksi dengan pelaku usaha sebelumnya. Pengalaman itu didapat melalui aktivitas sebagai buruh atau diturunkan langsung melalui soliasisasi dalam ikatan keluarga atau kekerabatan lainnya. Omzet usaha pengelolaan limbah industri dilihat dari pendapatan kotor usaha selama satu tahun.

Mayoritas pelaku usaha memiliki omzet antara 30-55 Juta dalam satu tahun. Pendapatan tersebut dihitung dari pemasukan rata-rata usaha selama satu tahun. Meskipun demikian pemasukan tersebut fluktuatif. Ketika pasar sedang

membutuhkan banyak pasokan limbah, maka intensitas pemasukan menjadi lebih tinggi sehingga omzet pun menanjak drastis. Hal yang berbeda terjadi ketika pasar sedang tidak membutuhkan banyak pasokan limbah, intensitas pemasukan menjadi lebih rendah dan omzet pun menurun. Perbandingan omzet responden pelaku usaha pengelolaan limbah industri selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Omzet usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler dalam satu tahun pada tahun 2014

Interval Omzet pertahun (juta rupiah)

Jumlah Responden (n) Persentase (%)

5-55 29 58 56-105 10 20 106-155 4 8 156-205 3 6 206-255 1 2 256-305 1 2 >500 2 4 Total 50 100 Upah Buruh

Berbeda dengan pelaku sekaligus pemilik usaha, buruh yang bekerja dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah mendapatkan upah setiap untuk setiap hari bekerja. Rata-rata buruh mendapatkan upah satu kali dalam satu minggu. Upah diberikan dalam bentuk uang. Selain upah, buruh mendapatkan jatah makan dan rokok setiap hari ia bekerja. Jam kerja buruh limbah dimulai sejak jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Perbandingan upah kerja buruh limbah dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Upah buruh setiap bulan pada usaha pengelolaan limbah industri di Cigondeewah Kaler pada tahun 2014

Interval Upah (juta) Jumlah Pelaku Usaha (n) Persentase (%)

0,5-1 19 38 1-1,5 23 46 1,5-2 3 6 2-2,5 3 6 2,5-3 1 2 3-5 1 2 Total 50 100 Kepemilikan Gudang

Ciri yang paling terlihat dari kegiatan pengelolaan limbah adalah kepemilikan terhadap gudang. Gudang adalah tempat pengelolaan limbah industri. Kegiatan pengelolaan, penyimpanan, sampai persiapan pendistribusian dilakukan di dalam gudang. Oleh karena itu kepemilikan terhadap gudang secara tidak langsung memberikan informasi bahwa pemilik gudang adalah pelaku usaha

limbah yang sudah mapan dalam berwirausaha. Ada dua jenis kepemilikan terhadap gudang, kepemilikan permanen (milik pribadi) dan kepemilikan sementara (menyewa/ menumpang). Ciri khas gudang-gudang tempat pengelolaan limbah industri di Cigondewah adalah letaknya di pinggir jalan raya dan terbuka terhadap sinar matahari. Letaknya di jalan raya difungsikan sebagai strategi pemasaran agar para konsumen limbah dapat dengan mudah menemukan para penjual limbah yang telah dikelola. Gudang berfungsi juga sebagai tempat transaksi jual beli. Peralatan jual beli seperti nota, kalkulator, dan timbangan dapat dijumpai di setiap gudang pelaku usaha pengelolaan limbah industri. Perbandingan kepemilikan gudang dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Kepemilikan gudang pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Jenis Kepemilikan Jumlah Responden (n) Persentase (%)

Milik pribadi 41 82

Menyewa 6 12

Menumpang 3 6

Jumlah 50 100

Tenaga Kerja Usaha Pengelolaan Limbah Industri

Pelaku usaha pengelolaan limbah industri menggunakan jasa tenaga kerja sesuai dengan kategori limbah yang dikelola dan proses pengelolaan. Lima puluh responden dalam penelitian ini mempekerjakan 190 orang tenaga kerja laki-laki dan 29 tenaga kerja perempuan. Perbandingan tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan dalam usaha pengelolaan limbah industri dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Tenaga kerja dalam usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Perempuan 29 13,24

Laki-laki 190 86,76

Jumlah 219 100

Jaringan Bisnis Pengelolaan Limbah Industri

Jaringan bisnis dibentuk melalui interaksi jual beli yang berpola. Jaringan bisnis usaha pengelolaan limbah industri melibatkan pemasok, pembeli limbah industri, pengelola limbah, dan konsumen produk hasil pengelolaan limbah industri.

Usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler telah memiliki jaringan usaha sampai ke luar pulau Jawa, bahkan telah dijadikan percontohan beberapa wilayah di Tasikmalaya untuk pengelolaan limbah industri tekstil. Konsumen dari luar Kota Bandung mendatangi langsung penjual limbah di Cigondewah Kaler. Ketika hubungan sudah terjalin dengan baik, transaksi jual beli dilakukan melalui alat komunikasi sehingga konsumen dari luar kota tidak harus datang langsung ke Cigondewah Kaler.

Jaringan dibentuk juga berdasarkan ikatan kekeluargaan. Pemasok hasil pengelolaan limbah di Cigondewah Kaler mendapatkan informasi konsumen dari keluarga. Sebaran wilayah tempat pelaku usaha memasarkan hasil pengelolaan limbah dapat dilihat pada Tabel 17. Sebaran tersebut dianalisis berdasarkan wilayah pemasaran hasil pengelolaan limbah industri dan wilayah dimana konsumen hasil pengelolaan limbah industri berasal.

Tabel 17 Jangkauan pemasaran hasil pengelolaan limbah industri di Cigondewah Kaler pada tahun 2014

Daerah Pemasaran Hasil Pengelolaan Limbah

Jumlah Pelaku Usaha (n)

Persentase (%)

Bandung dan Kab Bandung 20 40

Bandung dan Kab Bandung 4 8

Jawa Barat 12 24

Jawa barat , Jawa Tengah 2 4

Jawa barat , Jawa Tengah, Jawa Timur 10 20

Kalimantan, Jabar, Jateng, Jatim 1 2

Kalimantan, NTB, Jabar,Jateng, Jatim 1 2

Jumlah 50 100

Ikhtisar

Kegiatan pengelolaan limbah industri erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Cigondewah Kaler. Pada awalanya kegiatan yang dimulai dalam skala kecil kemudian berkembang menjadi kegiatan yang melibatkan banyak masyarakat. Karakteristik usaha pengelolaan limbah industri memperlihatkan fakta yang menarik dalam skala usaha pengelolaan limbah industri. Dinamika usaha terbentuk melalui proses interaksi dan hubungan sosial yang sudah terjalin lama di antara pelaku usaha limbah industri. Pola-pola hubungan tersebut menciptakan peluang-peluang baru sumber nafkah dalam usaha pengelolaan limbah industri, baik dalam proses pembelian, pengelolaan sampai pendistribusian limbah. Pada pembahasan selanjutnya akan diuraikan bagaimana modal sosial berperan dalam kegiatan pengelolaan limbah industri.

Dokumen terkait