• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS TERHADAP DATA PENELITIAN

METODE PENELITIAN

E. Metode Analisis Data

2. Model Analisis Mikro (Microanalysis)

Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan sebuah teknik yang disebut analisis mikro (microanalysis).

Analisis mikro adalah analisis mendetil baris per baris terhadap data yang telah di diskripsikan untuk memperoleh kategori-kategori awal (konsep/ subkonsep beserta property dan dimensi konsepnya) beserta hubungan antara kategori tersebut (Strauss dan Corbin 19998, 57). Dalam hal ini, peneliti mulai

46 Sujoko Efferin, Yuliawati Tan,

Metode Penelitian Akuntansi Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmi, 2008), h. 338.

Pengumpulan data (Interviu, observasi, dan analisis dokumen)

Transkripsi

Analisis Mikro

Penetapan Kategori Sentral

59

“membaca” apa yang tertuang pada hasil traskripsi tersebut, bukan hanya membaca hitam diatas putih namun juga mencari tau apa “dibalik yang tertulis”. Nuansa yang tertangkap indera peneliti saat melakukan

wawancara/observasi (misalkan intonasi suara, mimic muka, gerak tubuh responden, dan sebagainya) dapat membantu meningkatkan sensitivitas dalam melihat ada apa dibalik teks.

Peneliti memiliki kategori data tentang konflik antar departemen saat proses pengolahan data. Peneliti membuat property-properti untuk konflik tersebut adalah frekuensi konflik, pihak yang terlibat, dan akibat yang

muncul. Dimensi dari salah satu property yaitu “frekuensi” dapat mengambil

ukuran antara lain : selalu terjadi, sering terjadi, jarang terjadi, dan tidak pernah terjadi (berupa ranking). Dimensi dari property “pihak-pihak yang

terlibat”, misalnya laporan keuangan, PSAK No. 109, PSAK, dan bagian

Badan Amil Zakat. Masing-masing property atau bahkan dimensi tersebut dapat dijadikan kategori-kategori baru untuk kemudian di cari property dan dimensi secara lebih spesifik. Analisi mikro diperlukan untuk beberapa tujuan:

1. Prosedur ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi beberapa kemungkinan penjelasan dari sebuah fenomena sehingga ia terhindar dari bias yaitu kecenderungan memilih sebuah sudut pandang saja.

60

2. Prosedur ini memungkinkan peneliti untuk mencermati data-data yang diperoleh secara detil sehingga berbagai property dan dimensi yang ada dari sebuah fenomena dapat ditemukan.

3. Prosedur ini memungkinkan peneliti untuk mengorganisasikan data secara sistematis dan dengan demikian memudahkan interpretasinya. 4. Prosedur ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi

variabilitas dan kontradisi dari data-data yang diperoleh sehingga ia dapat mencari penjelasan lebih lanjut dari variabilitas dan kontradiksi tersebut saat pengumpulan data berikutnya.

5. Prosedur ini memungkinkan peneliti untuk membuat dugaan-dugaan tentang hubungan antar konsep/ variable yang ada dan sekaligus menguji dugaan-dugaan tersebut pada pengumpulan data berikutnya sampai diperoleh konfirmasi tentang dugaan yang paling valid.

Dalam analisis mikro, peneliti mulai mengelompokkan data-data kedalam berbagai kategori awal. Proses ini dikenal sebagai open coding, yaitu proses nalisis yang mengidentifikasikan konsep/subkonsep beserta property dan dimensinya data yang diperoleh (Strauss dan Corbin 1998, 101). Open coding melibatkan serangkaian aktivitas mulalui dari pengelompokan data berdasarkan kemiripan propertinya, membuat abstraksi (deskripsi konsep), dan memberikan label/nama untuk konsep yang dibuat tersebut.

61

Sebagai langkah awal, peneliti mencari konsep kunci awal dari data-data yang diperoleh, yaitu bahan-bahan yang menarik dan/atau relevan dengan

research questions yang ada. Ini dapat berupa kalimat atau kata kunci tertentu (dari interview atau analisis dokumen), kejadian tertentu (dari observasi), maupun bahan-bahan lain (angka, gambar, dsb) yang dirasakan sebagai ekspresi dari sesuatu yang signifikan. Konsep kunci itu kemudian digunakan sebagai panduan untuk melakukan sampling lanjutan yaitu mengajukan berbagai pertanyaan lanjutan saat melakukan pengambilan data berikutnya (melalui interview, observasi, dan analisi dokumen). Beberapa konsep yang mirip mungkin dapat digunakan menjadi sebuah kategori. Dengan demikian sebuah kategori merupakan kumpulan abstraksi yang lebih tinggi dari konsep-konsep yang memiliki kemiripan.

Selama melakukan sampling lanjutan tersebut, peneliti juga melakukan perbandingan teoritis (theoretical comparisons) untuk meningkatkan sensitivitasnya dalam mengidentifikasi data mana yang penting atau kurang penting, dan data mana yang perlu dipelajari lebih dalam atau tidak.

Theoretical comparisons juga membantu peneliti mengidentivikasi lebih jauh property dan dimensi dari data yang telah dikumpulkan. Perbandingan teoritis perlu dilakukan secara konsisten dan sistematis pada tiap kategori data sehingga setiap kategori dapat berkembang secara penuh. Namun, fleksibilitas pengambilan tetap diperlukan, yang dimaksud adalah jangan sampai

62

keinginan untuk mengikuti prosedur tertentu secara kaku justru mengakibatkan proses analisis dan kreativita peneliti menjadi terganggu.

Sebuah lembaga dalam menyajikan laporan keuangannya yang sudah betul-betul sesuai dengan PSAK No. 109 dalam penyajiannya dengan baik.

“menyajikan laporan dengan baik dan sesuai dengan PSAK No. 109” adalah

konsep kunci awal. Namun ini perlu diperjelas dengan mengidentifikasi property dan dimensinya lebih jauh. Berdasarkan literature/ teori yang ada, PSAK No. 109 dikatakan dapat membantu koordinasi dan komunikasi anatara bagian, memicu perilaku penyajian Laporan Keuangan, PSAK No. 109, dan Badan Amil Zakat. Berdasarkan teori tersebut maka pertanyaan selanjutnya dapat dikembangkan untuk mengetahui bagaimana peranan PSAK No. 109.

Apakah benar pengertian Badan Amil Zakat tersebut tentang “menyajikan laporan dengan baik dan sesuai dengan dan PSAK No. 109” sama dengan apa

yang dinyatakan oleh literature/teori yang ada? Apa makna menjalankan tugas menurut Badan Amil Zakat tersebut?

Sampling lanjutan dan perbandingan teoritis ini akan menghasilkan konsep/kategori yang utuh beserta dengan deskripsi tentang property dan dimensinya sehingga dapat diberi label/nama oleh peneliti. Label/nama akan diambil dari literature atau objek itu sendiri. Hasil dari open coding tersebut akan menghasilkan sebuah konsep manfaat PSAK No. 109 bagi Badan Amil Zakat (BAZ).

63

Dalam melakukan open coding peneliti akan melakukan beberapa langkah-langkah, sebagai berikut :

1. Peneliti akan menetapkan lebih dahulu urutan sumber data yang akan dikunjungi (para pegawai BAZ, kantor Badan Amil Zakat) dengan mengikuti pola tertentu untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan kategori-kategori awal, property, dan dimensinya.

2. Peneliti akan memilih sumber data yang dikunjungi berdasarkan alasan kepraktisan. Saya seorang peneliti memutuskan untuk mengunjungi lokasi salah satu divisi perusahaan yang terdekat kemudian melakukan wawancara, observasi atau analisis dokumen terkait berbagai kategori data sekaligus dengan berbagai sumber data yang kebetulan ada disana.

3. Peneliti akan selalu waspada dan membuka pikiran terhadap penemuan data-data yang secara teoritis signifikan namun diluar dugaan/harapan sebelumnya. Peneliti akan menvari penjelasan pada hal tersebut dan menanyakan apa yang terjadi serta apa maknanya.

Axial coding merupakan kelanjutan dari open coding dan merupakan proses yang menghubungkan suatu konsep dengan sub konsepnya atau suatu konsep/kategori dengan konsep/kategori yang lain serta mengidentifikasi

64

dalam kondisi apa hubungan itu terjadi (why, where, when, how, dan with what results/consequences) (Strauss dan Cirbin 1998, 127).

Dalam tahap analisis hubungan, peneliti menganalisis kata-kata yang digunakan oleh responden. Misalkan, seorang akunting mengatakan: “ dalam

membuat laporan keuangan, seringkali terjadi kesulitan dalam menyajikan pos-pos transaksi belanja yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat apabila di

sesuaikan dengan kesesuaian PSAK No. 109”. Peneliti memilah-milah data menjadi informasi yang menunjukan kapan, bagaimana, dan siapa yang terlibat dalam konflik tersebut sesuai dengan pernyataan responden.

Tahap kedua peneliti melakukan konseptualisasi informasi tersebut. Peneliti menginterpretasikan pernyataan responden tadi dengan memaknainya sebagai konflik kepentingan akunting yang disebabkan oleh system PSAK No. 109. Interpretasi ini perlu divalidasi pada sesi-sesi pengumpulan data berikutnya. Ada kemungkinan bahwa data-data berikutnya menunjukan bahwa ada alasan lain dibaliknya yang menjurus ke konflik pribadi antara akunting (pebagai penbuat laporan keuangan) sehingga system penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan dan PSAK No. 109 bukanlah satu-satunya penjelasan konflik yang muncul.

Dengan demikian, peneliti tidak dapat menerima begitu saja data yang diterima dari responden. Ada beberapa sudut pandang dalam memahami sebuah fenomena dan apa yang Nampak secara kasat mata belum tentu

65

merepresentasikan apa yang terjadi. Dalam menggunakan dua tahapan ini peneliti membantu peneliti untuk tidak terlalu cepat menyimpulakan sehingga menghindari bias yang mungkin terjadi.

Dalam menyikapi jawaban responden peneliti selalu berfikir secara kritis apabila ada responden yang menjawab menggunakan kata-kata selalu, pasti, tidak pernah, dsb. Peneliti perlu memiliki cara berfikir yang dimensional. Kata-kata diatas menggambarkan sebuah kutub dalam sebuah dimensi. Peneliti akan mempertanyakan terus apakah memang benar demikian ataukah ada kutub yang lain diluar apa yang dilakukan responden tersebut. Ini berarti menjadi kemungkinan situasi lainnya misalkan kadang-kadang, sering atau jarang, serta dalam kondisi apakah situasi tersebut terjadi. Intinya adalah peneliti menghindari pengambilan simpulan yang terlalu cepat karena dapat menyesatkan penelitian yang dilakukan.47

Sebagai misal, seorang responden mengatakan bahwa menyajian laporan keuangan sudah baik sehingga tidak pernah ada masalah dalam menyajikan laporan keuangan. Peneliti perlu menggali lebih jauh arti kata sudah baik dan tidak pernah karena mungkin yang dimaksud adalah jarang. Yang harus digali adalah seberapa jarang dan pada kondisi apakah penyajian itu efektif dan tidak efektif dan PSAK No. 109 dalam penyajian laporan keuangan dana Zakat, Infak, dan Sedeqah (ZIS).

47

Sujoko Efferin, Yuliawati Tan, Metode Penelitian Akuntansi Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 339-345.

66

3. Transkripsi

Traskripsi adalah proses menuangkan data yang diperoleh melalui interviu, observasi, dan analisis dokumen ke dalam bentuk salinan tertulis (file computer).48

BAB IV

Dokumen terkait