• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : ANALISIS TERHADAP DATA PENELITIAN

PSAK 109 : Dana Zakat

Dana Zakat-Amil

xxxx

xxxx BAZIS Privinsi DKI Jakarta

Dana Zakat Dana Zakat- Amil

12.224.484.909

73

Berdasarkan hasil dari analisis akuntansi zakat pada BAZIS DKI Jakarta yang disesuaikan dengan aplikasi akuntansi zakat PSAK No. 109, dapat terlihat dan disimpulkan bahwa zakat dari sisi pengakuan dalam pencatatan jurnal transaksi yang dilakukan dan disajikan oleh BAZIS DKI Jakarta telah menunjukkan kesesuaian dengan PSAK No.109 dimana penerimaan dan penyaluran dana zakat disesuaikan dengan jenis dana seperti penyaluran dana kepada para mustahik, dana amil, dan dana operasional amil.

PSAK 109 paragraf 1 hal. 5

17. Efektifitas dan efesiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah atau prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.

BAZIS DKI Jakarta

BAZIS DKI Jakarta selaku amil juga memiliki pengeluaran yang harus dijurnal berdasarkan pengeluaran administrasi dan operasional amil dalam melakukan kegiatan zakat. Pengeluaran amil untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2013 yang meliputi penggunaan beban pegawai sebesar Rp. 2.426.382.853, beban amilin sebesar Rp. 12.224.484.909, beban umum dan administrasi lainya sebesar Rp. 849.813.246, beban penyusutan sebesar Rp.

74

359.469.545, dan beban penghapus piutang sebesar Rp. 204,765.880 total seluruh dana pengelolaan adalah Rp. 16.064.916.433, maka penjurnalannya sebagai berikut :

Tabel 4.5

Berdasarkan hasil dari analisis akuntansi zakat pada BAZIS DKI Jakarta yang disesuaikan dengan aplikasi akuntansi zakat PSAK No. 109 maka dapat terlihat dan disimpulkan bahwa zakat dari sisi pengakuan dalam pencatatan jurnal transaksi yang dilakukan dan disajikan oleh BAZIS DKI Jakarta telah menunjukkan kesesuaian dengan PSAK No.109 dimana penerimaan dan penyaluran dana zakat disesuaikan dengan jenis dana seperti penyaluran dana kepada para mustahik, dana amil, dan dana operasional amil. Untuk itu penulis menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah diuraikan diatas untuk menjelaskan hasil analisi tersebut, penulis menganalisa kembali apakah BAZIS DKI Jakarta dalam menyajikan laporan keuangannya dari sisi pengakuan telah sesuai dengan PSAK No.109 mengenai akuntansi zakat, infak atau sedekah. Berikut analisa yang penulis ambil :

Jurnal Debit Kredit

PSAK 109 :

Beban Operasional Amil Kas-Dana Amil

xxxx

xxxx BAZIS Privinsi DKI Jakarta

Beban operasional Amil Kas Dana Infak-BAZIS DKI

16.064.916.433

75

Tabel 4.6

No PSAK No. 109 BAZIS DKI Jakarta

1 Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset non kas diterima Zakat yang diterima dari muzaki diakui sebagai penambahan dana zakat sebesar :Jumlah yang diterima, jika bentuk kas;Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas.

Penerimaan dana zakat yang telah diterima diakui sebagai penambah dana zakat pada saat zakat diterima

2 infak/sedekah yang diterima diakui sebagai penambah dana infak terikat atau tidak terikat sesuai tujuan pemberi infak/sedekah sebesar : Jumlah yang diterima, jika bentuk kas;

Nilai wajar, jika dalam bentuk nonkas

Penrimaan dana infak/ sedekah diakui sebagai penambah dana infak/sedekah pada saat kas diterima

3 Zakat yang disalurkan kepada mustahik, termasuk amil, diakui sebagai

pengurang dana zakat sebesar

Dana zakat yang telah disalurkan diakui sebagai pengurang dana zakat pada saat kas dikeluarkan

4 Penyaluran dana infak/sedekah diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah sebesar :Jumlah yang diserahkan, jika dalam bentuk kas.

Dana infak/sedekah yang telah disalurkan diakui sebagai pengurang dana infak/sedekah pada saat dana dikeluarkan 5 Bagian dana zakat yang disalurkan

untuk amil diakui sebagai penambah dana amil. Dan zakat telah disalurkan kepada mustahik non amil dan sudah diterima oleh mustahik nonamil tersebut

Penyaluran dana amil dilakukan setelah penyaluran dana zakat kepada musthik nonamil dan telah diterima oleh musthik non amil tersebut.

76

Pada tabel dan ilustrasi jurnal yang telah dipaparkan diatas telah sesuai

dengan PSAK No.109 pada paragraf 16 dalam bentuk penyajiannya yaitu “Amil

menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil secara terpisah dalam

laporan posisi keuangan”dan sesuai dengan pengungkapan “Amil

mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi zakat yang tidak terbatas”

PSAK No. 109 hal. 8 paragraf 26.

2. Penyajian

a) Laporan posisi keuangan

6 Efektifitas dan efesiensi pengelolaan zakat bergantung pada profesionalisme amil. Dalam konteks ini, amil berhak mengambil bagian dari zakat untuk menutup biaya operasional dalam rangka melaksanakan fungsinya sesuai dengan kaidah atau prinsip syariah dan tata kelola organisasi yang baik.

Bagian penyaluran dana zakat kepada amil sebesar 12,5% dari total penerimaan dana zakat untuk operasional BAZIS DKI Jakarta

7 Penentuan jumlah atau persentase bagian untuk masing-masing mustahik ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah, kewajaran, etika, dan ketentuan yang berlaku yang dituangkan dalam bentuk kebijakan amil.

BAZNAS DKI Jakarta menetukan bagian masing-masing mustahik disesuaikan dengan prinsip syariah, kewajaran, etika dan dengan sebijak-bijaknya.

77

Pada PSAK No. 109 menyatakan bahwa “amil menyajikan dalam

laporan posisi keuangan dengan memperhatikan ketentuan dalam SAK yang relevan mencangkup, tetapi tidak terbatas pada, pos-pos berikut : Aset : kas dan setara kas; piutang; efek dan aset tetap dan akumulasi penyusutan.

Liabilitas : biaya yang masih harus dibayar; liabilitas imbalan kerja; Saldo dana : dana zakat dana infak/sedekah; dana amil.

Dimana amil menyajikan dalam laporan posisi keuangan dengan memperhatikan ketentuan dalam SAK yang relevan mencangkup, dan tidak terbatas pada pos-pos berikut :

Aset

a) Kas dan setara kas b) Piutang

c) Efek

d) Aset tetap dan akumulasi penyusutan Liabilitas

e) Biaya yang masih harus dibayar f) Liabilitas imbalan kerja

Saldo dana g) Dana zakat

78

i) Dana amil

Penyajian laporan keuangan pada BAZIS DKI Jakarta telah sesuai dengan penyajian laporan keuangan PSAK No. 109 dimana aset lancar berupa kas dan setara kas, deposito, utang disajikan secara terpisah dan jelas, pada penyajian aset tetap juga disajikan terpisah seperti harga perolehan aset tetap dan akumulasi penyusutan. Penyajian pada liabilitas BAZIS DKI Jakarta juga menyajikan secara terpisah antara biaya yang masih harus dibayar dengan liabilitas imbalan kerja. Pada saldo dana zakat, dana infak/sedekah dan dana pengelolaan BAZIS DKI Jakarta menyajikan secara terpisah pula. Akan tetapi pada laporan posisi keuangan BAZIS DKI Jakarta tidak menyajikan posisi keuangan dana nonhalal karena BAZIS DKI Jakarta tidak memiliki nomoratur bank yang ada pada BAZIS DKI Jakarta yaitu penerimaan jasa giro yang di jadikan sebagai sarana investasi. Penyajian laporan perubahan dana BAZIS DKI Jakarta dapat dilihat pada lampiran 1.

b) Laporan Perubahan Dana ZIS

Pada laporan perubahan dana menyajikan penerimaan, penyaluran dan penggunaan dana pada suatu periode tertentu yang memiliki karakteristik tertentu sehingga harus disajikan sebagai suatu dana tersendiri, laporan perubahan dana mencangkup penerimaan, penyaluran,

79

penggunaan, surplus/defisit, saldo awal dan saldo akhir masing-masing dana serta jumlah saldo akhir keseluruhan dana.

BAZIS DKI Jakarta dalam menyajikan penerimaan dana disajikan menurut sumber penerimaan dan klasifikasi jenis sumber penerimaan untuk setiap jenis. Jenis sumber penerimaan pada dana zakat mencangkup, penerimaan dari muzakki entitas dan muzakki induvidual. Dalam penyaluran dana BAZIS DKI Jakarta menyajikan menurut asnafnya dimana dana yang disalurkan oleh BAZIS DKI Jakarta hanya kepada lima asnaf. Hal ini dikarenakan kelima mustahik ini memang yang lebih banyak mengadukan dana kepada BAZIS DKI jakarta dan kelima asnaf ini menjadi prioritas penyaluran dana zakat. Untuk penyajian penggunaan dana amil disajikan dengan perincian beban pegawai per jenis peruntukannya.

BAZIS DKI Jakarta berharap dalam penyajian laporan perubahan dana dengan secara trasparan ini dapat mencerminkan kinerja dan tanggung jawab BAZIS DKI Jakarta sebagai amil serta dapat menarik dana dalam jumlah dan jenis tertentu dan BAZIS DKI Jakarta pun berharap dapat meningkatkan kemampuannya dalam mendistribusikan dananya secara tepat sasaran yang sesuai dengan ketentuan syariah dan PSAK No. 109, sehingga tujuan pengumpulan dana dapat terlaksana

80

secara efektif. Penyajian laporan perubahan dana BAZIS DKI Jakarta dapat dilihat pada lampiran 2.

c) Laporan Arus Kas

Laporan arus kas yaitu laporan yang menggambarkan transaksi kas dan setara kas Amil Zakat, baik kas masuk ataupun kas keluar sehingga dapat diketahui kenaikan atau penurunan bersih kas dan setara kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan untuk masing-masing jenis dana selama suatu periode.

BAZIS DKI Jakarta telah menyajikan laporan arus kas dengan lengkap yang terdiri dari tiga aktivitas. Dalam arus kas dari aktivitas operasi menjelaskan kenaikan saldo dana yang disesuaikan untuk penyusutan aset tetap, aktivitas operasi ini merupakan kegiatan utama dalam sebuah lembaga, BAZIS DKI Jakarta menjelaskan arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas operasi, Sedangkan dalam arus kas dari aktivitas investasi, BAZIS DKI Jakarta menjelaskan adanya arus kas keluar yaitu kenaikan investasi,kenaikan aktiva tetap, untuk arus kas untuk aktivitas pendaan arus kas yang keluar hanya untuk pendanaan deposito. Contoh penyajian laporan arus kas dapat dilihat pada lampiran 3.

81

Laporan perubahan aset kelola adalah laporan yang menggambarkan perubahan dan saldo atas kuantitas dan nilai aset kelola, baik aset lancar kelolaan maupun tidak lancar untuk masing-masing jenis dana selama suatu periode.

Berdasarkan PSAK No. 109 laporan perubahan aset kelolaan merupakan laporan yang menyajikan saldo awal aset kelolaan baik berupa aset lancar maupun aset tidak lancar dengan akumulasi penyusutan dan penyisihan masing-masing serta penambahan dan pengurangan yang terjadi pada periode tersebut yang selanjutnya dapat dilihat dalam saldo akhirnya.

BAZIS DKI Jakarta memiliki aset kelola lancar dana infak/sedekah yang dicatat dalam perubahan kelolaan berupa piutang qordhul hasan dan piutang mudharabah, pada dana infak/sedekah aset tidak lancar kelolaan dalam bentuk aset tetap. Aset lancar kelolaan dana zakat dalam bentuk investasi jangka panjang sedangkan aset tidak lancar pada dana zakat tidak disajikan.

Dalam penulisan jurnalnya BAZIS DKI Jakarta menyajikan laporan saldo awal, penambahan, pengurangan, akumulasi penyusutan, akumulasi penyelisihan dan saldo akhir pada setiap pos-posnya. Dengan ini bahwa dalam penyajian laporan perubahan aset kelolaan dana ZIS BAZIS DKI

82

Jakarta telah sesuai dengan PSAK No. 109. Contoh penyajian laporan perubahan aset kelolaan dapat dilihat pada lampiran 4.

e) Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan memuat referensi silang atas setiap pos dalam laporan posisi keuangan, laporan perubahan dana, laporan arus kas, dan laporan perubahan aset kelolaan untuk informasi yang berhubungan dengan catatan atas laporan keuangan.

Berdasarkan hasil wawncara dan catatan atas laporan keuangan yang diperoleh menjelaskan mengenai kebijakan dan prosedur yang diterapkan oleh manajemen BAZIS DKI Jakarta sehingga memperoleh angka-angka dalam laporan keuangan tersebut.

Setelah penulis melihat bagaimana penyajian akuntansi zakat pada BAZIS DKI Jakarta melalui penyajian jurnal diatas, penulis menganalisa apakah penyajian akuntansi zakat yang disajikan oleh BAZIS DKI dalam laporan keuangannya telah sesuai dengan prinsip akuntansi zakat yang berlaku umum yaitu PSAK No. 109 mengenai penyajian laporan keuangan dana zakat, infak/sedekah . ini adalah kesimpulan dari analisa penulis :

Tabel 4.7 Penyajian

83

B

Berdasarkan hasil analisis penyajian laporan keuangan pada tabel 4.2 menunjukkan kesesuaian dengan PSAK No. 109 dimana pada laporan posisi keuangan keseluruhan jenis saldo dana seperti dana zakat, dana infak/sedekah, dana amil dan dana non halal disajikan secara terpisah. Namun, BAZIS DKI Jakarta tidak menyajikan laporan dana non halal. BAZIS DKI Jakarta pun meyajikan informasi mengenai aset, liabilitas, dan saldo dana serta menginformasikan mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut pada tanggal tertentu. Contoh penyajian atas laporan keuangan BAZIS DKI Jakarta dilihat pada lampiran 5.

3. Pengungkapan

Pengungkapan merupakan cara penyajian informasi utama dan tambahan dalam seperangkat laporan keuangan yang lengkap. Dalam PSAK no.109 telah dijelaskan beberapa pengungkapan hal-hal terkait dengan transkasi. Hal ini berfungsi menunjukkan informasi tambahan yang belum teridentifikasikan secara jelas melalui laporan keuangan yang disajikan.

No. PSAK No. 109 BAZIS DKI Jakarta

1 Amil menyajikan dana zakat, dana infak/sedekah, dan dana amil secara terpisah dalam laporan posisi keuangan

Dalam penyajian laporan keuangnnya BAZIS DKI Jakarta menyajiankan setiap transaksi yang dilakukan secara terpisah dalam laporan keuangannya.

84

Pengungkapan tentang dana zakat yang telah dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta dalam penyajian laporan keuangan diantaranya dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8 Pengungkapan

No PSAK No. 109 BAZIS DKI Jakarta

1 Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran zakat, dan mustahik nonamil;

BAZIS DKI Jakarta dalam menyalurkan dana zakat memiliki prioritas dalam menyalurkan dananya, yaitu hanya kepada lima asnaf, fakir miskin, gharim, mualaf, sabilillah dan ibnu sabil.

2 Kebijakan penyaluran zakat untuk amil dan mustahik nonamil, seperti persentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan;

BAZIS DKI Jakarta

mempersentasikan bagian amil sesuai dengan syariat islam yaitu 12,5% dari keseluruhan penghasilan dana zakat setelah penyaluran dana zakat.

3 Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas;

BAZIS DKI Jakarta melakukan penerimaan hanya berbentuk kas.

4 Rincian jumlah penyaluran dana zakat untuk masing-masing mustahik;

BAZIS DKI Jakarta dalam menyajikan rincian penyaluran dana zakat disajikan sesuai jenis penyalurannya kepada masing-masing asnaf dan BAZIS DKI Jakarta menjelaskan jumlah dana yang

85

disalurkan kepada masing-masing asnaf.

5 Penggunaan dana zakat dalam bentuk aset kelolaan yang masih dikendalikan oleh amil atau pihak lain yang kendalikan amil, jika ada, diungkapkan jumlah dan persentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat serta alasannya; dan

Dalam menyajikan laporan aset kelolaan BAZIS DKI Jakarta mengungkapkan jumlah dan persentase terhadap seluruh penyaluran dana zakat baik baik yang dikelola oleh BAZIS DKI Jakarta maupun oleh pihak lain.

6 Hubungan pihak-ihak berelasi antara amil dan mustahik yang meliputi :  Sifat hubungan;

 Jumlah dan jenis aset yang disalurkan;

 Persentase dari setiap aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran zakat selama periode.

Penerimaan dana zakat yang diperoleh BAZIS DKI Jakarta bersumber dari zakat entitas yaitu zakat pengusaha, dan zakat pribadi yaitu zakat para PNS wilayah jakarta, adapun yang berasal dari zakat unit kerja, zakat bank mitra, non mitra serta dan zakat calon haji. Dana yang disalurkan berupa dana zakat dan dana infak/sedekah. Dana zakat dan dana infak/sedekah yang terkumpul berasal dari zakat pegawai pemerintahan jakarta yang dipotong dari gaji, zakat pengusaha dan bank mitra.

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa penyajian laporan keuangan BAZIS DKI Jakarta telah sesuai dengan Pernyataan Standar

86

Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109. Semua pengungkapan berasal dari catatan atas laporan keuangan yang dijelaskan secara terperinci sesuai dengan transaksi yang terjadi dan dijelaskan mengenai kebijakan-kebijakan dan prosedur dalam penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak atau sedekah yang diterapkan manajemen dalam laporan keuangan.

Dari pembahasan dalam BAB IV maka dapat disimpulkan bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 merupakan standar baku yang terhitung sudah cukup lama bagi organisasi pengelola zakat. Standar inilah yang mewajibkan semua Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) untuk menggunakan Standar Akuntansi Keuangan zakat ini termasuk BAZIS DKI Jakarta. Hasil analisa menunjukkan bahwa laporan keuangan BAZIS DKI Jakarta telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109, dalam hal penyajian, pengakuan dan pengukuran BAZIS DKI Jakarta sudah menunjukkan 100% sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109.

BAB V PENUTUP

87

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis bahas dan jabarkan dalam skripsi ini, dapat di simpulkan bahwa BAZIS DKI Jakarta sangat merasa dimudahkan dengan adanya ED PSAK No. 109 dan sudah 100% dalam menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109 , sehingga BAZIS DKI-Jakarta sudah sempurna dalam penerapan ED PSAK No. 109 dalam menyajikan laporan keuangannya.

Berdasarkan pernyataan bahwa laporan keuangan BAZIS DKI Jakarta 100% telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109, penulis akan menyimpulkan kesesuaian Laporan keuangan BAZIS DKI Jakarta dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109, sebagai berikut :

1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 109 adalah standar akuntansi yang memang dibuat untuk laporan keuangan lembaga amil zakat dan memang sudah seharusnya diterapkan oleh lembaga amil zakat pada laporan keuangannya.

2. Pada proses penerimaan dan penyaluran dana zakat dan dana infak/sedekah BAZIS DKI Jakarta mencatat sebagai penambah dan pengurang dana zakat pada saat zakat diterima dan dikeluarkan.

88

3. Dalam penyajian laporan keuangnnya BAZIS DKI Jakarta menyajiankan setiap transaksi yang dilakukan secara terpisah berdasarkan sumber dan peruntukannya.

4. Pada keseluruhan laporan keuangan BAZIS DKI Jakarta telah sesuai dengan lah sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 109 dari sisi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan secara keseluruhan uan telah sesuai dengan ketent Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 109. Hanya saja dalam pengakuan, BAZIS DKI Jakarta tidak melaporkan dana non halal.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang penulis jabarkan maka ada beberapa saran yang penulis ajukkan, yaitu :

1. BAZNAS DKI Jakarta diharapkan untuk lebih trasparan dalam memberikan keterangan-keterangan terhadap transaksi yang dilakukan atas penyaluran zakat. Agar memudahkan para stikolder atau muzakki dalam memahami laporan keuangan dan mengetahui kemana saja penyaluran dilakukan sehingga tingkat kepercayaan para nasabah semakin tinggi.

2. Dalam penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 109 pada laporan keuangan diharapkan lebih bisa memahami Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 109 lebih mendalami agar bisa menyesuaikan dengan standar yang baru diperbaharui oleh IAI tahun 2014.

89

3. BAZIS DKI Jakarta agar tetap konsisten dalam menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 109 pada laporan keuangannya.

4. BAZIS DKI Jakarta agar tetap konsisten dalam mempublikasikan laporan keuangan melalui media masa ataupun media sosial demi terjaganya akuntabilitas dana zakatn dan menjaga kepercayaan para donatur.

5. Untuk penelitian selanjutnya, apabila mengenai proses pengelolaan zakat sebaiknya diperlukan wawancara tidak hanya dengan lembaga amil zakat saja tetapi akan lebih baik berikut dengan pihak muzakki atau stakeholder

90

Dokumen terkait