• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Dakwah Bagi Komunitas Khusus

2. Model Dakwah Khusus pada Komunitas Kesamaan Kepentingan

Komunitas “Kepentingan” merupakan kelompok khusus yang secara alamiah membentuk lingkungan pergaulan sosial tertentu yang dipersatukan oleh kepentingan khusus. Di antara komunitas kepentingan ialah: Majelis Taklim, Jamaah Taswuf, Komunitas Blood for Life, dan yang mengundang kontroversi ialah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transjender) yang perlu menjadi sasaran dakwah Muhammadiyah.

Kecenderungan bersosialisasi masyarakat acapkali dilatarbelakangi oleh adanya kesamaan kepentingan dengan orang lain. Akibat kesamaan tersebut pembentukan komunitas menjadi lebih mudah dan menjadi nyaman bagi anggotanya. Hal ini pun dijumpai dalam masyarakat saat ini

yang membentuk komunitas berdasarkan adanya kepentingan bahkan misi dari latarbelakang berkomunitas tersebut. Dapat dijumpai komunitas Majelis Taklim yang banyak berkembang di kota-kota besar lintas profesi dan strata sosial. Komunitas lainnya ialah jamaah atau kelompok-kelompok tasawuf yang menyeruak di tengah-tengah gemerlap kehidupan kota dan haus akan spiritualitas baru yang non-verbal. Terdapat pula Komunitas Blood for Life, komunitas yang terbentuk untuk menjaring donor darah untuk didistribusikan kepada yang membutuhkan, kepada korban terdampak bencana alam yang membutuhkan uluran bantuan, dan kepada yang memerlukan sebagai bentuk kepeduliaan dan sikap kemanusiaan terhaap sesama. Selain itu saat ini perlahan tapi pasti muncul komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transjender) yang hadir menuntut kebebasan dan apa yang mereka sebut sebagai hak untuk menentukan orientasi seksual yang menuntut hak untuk dikaui oleh publik dan negara.

Muhammadiyah memiliki otoritas dan kapabilitas untuk mendampingi komunitas yang memiliki kepentingan khusus ini. Program yang dapat dilakukan adalah Tabligh bi-lisan, yakni memberikan ceramah yang aktual-kontekstual hingga bisa menyentuh kesadaran komunitas pada jalan Ilahi yang haq, yang modelnya harus dikemas secara cerdas sesuai pendekatan “’ala ‘uqulihim” melalui paket-paket taligh yang mencerahkan dan mengubah perilaku mereka.

Penampungan dan distribusi ZIS, beasiswa pendidikan, paket kesehatan dan santunan sosial bagi anggota komunitas yang tidak mampu, atau melalui pendampingan dan advokasi, pemberdayaan ekonomi serta pendidikan keterampilan kerja bagi yang memerlukannya. Dengan program-program tersebut, diharapkan komunitas “kepentingan” ini atas dapat mengalami perubahan perilaku sesuai dengan nilai-nilai Islam yang luhur.

Termasuk dalam kelompok kepentingan ini adalah komunitas kampus, sekolah dan aktifis masjid.

a. Komunitas Mahasiswa (Kampus). Komunitas kampus dapat diletakkan secara khusus karena keberadaannya yang memiliki cirri-ciri khusus, diantaranya:

1) Secara pendidikan mereka adalah komunitas terdidik yang memiliki wawasan dan keilmuan diatas rata-rata yang lain, yang tidak kuliah

2) Secara ekonomi umumnya mereka berasal dari ekonomi menengah ke atas, kecuali sedikit saja.

Mahalnya pendidikan saat ini telah menyering mereka yang hanya berasal dari kelas ekonomi menengah – atas yang mampu mengenyam pendidikan tinggi.

3) Secara budaya, secara umum mereka lebih terbuka daripada yang tidak mengenyam pendidikan tinggi.

4) Secara politik, secara umu masyarakat kampus lebih idealis untuk mewujudkan politik yang bersih dan berpihak kepada kepentingan rakyat secara luas 5) Dalam banyak hal, komunitas kampus adalah

komunitas anak muda yang memiliki potensi besar untuk membangun bangsa dan Negara

Berdasarkan karakteristiknya tersebut, banyak gerakan sosial keagamaan maupun politik yang kemudian menjadikan kampus sebagai basis perkaderan mereka, seperti gerakan tarbiyah yang kemudian bermetamorfose menjadi PKS, gerakan politik Hizbut tahrir, Gerakan salafiyah, dll

Untuk dakwah di komunitas kampus ini Muhammadiyah perlu mengambil kebijakan, diantaranya:

1) Memperkuat ortom IMM, khususnya di kampus negeri dengan memastikan bahwa semua fakultas di kampus negeri maupun swasta telah berdiri IMM, baik untuk tingkat komisariat universitas maupun tingkat fakultas di seluruh fakultas yang ada.

2) Memperkuat ortom IMM, dalam kontek menjadikan kampus sebagai basis kaderisasi Muhammadiyah dengan meningkatkan pembinaan keilmuan,

spiritialitas dan ideologisasi Muhammadiyah di kampus negeri dan terlebih lagi Muhammadiyah.

3) Memperbanyak pembinaan ustadz-ustadz muda Muhammadiyah dengan kapasitas keilmuan yang memadai untuk menjawab kebutuhan mahasiswa dalam memenuhi keingintahuannya mengenai agama maupun mengisi kebutuhan spiritualitas mahasiswa.

4) Meningkatkan kualitas media dakwah, baik media tulis, elektronik maupun virtua untuk menjawab kbutuhan masyarakat kampus

5) Memperkuat komunikasi dan jaringan baik kultural maupun struktural antara sesama warga Muhammadiyah di kampus negeri yang meliputi dosen, karyawan dan mahasiswa

b. Komunitas Sekolah (Pelajar). Yang disebut komunitas pelajar dalam hal ini adalah mereka yang sedang menempuh pendidikan SMP dan SMA. Usia mereka berkisar antara 12 s.d. 18 tahun. Masa ini sering disebut dengan masa remaja yang memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

 Mengalami mematangan seksual. Wanita ditandai dengan mulai menstruasi dan laki-laki ditandai dengan mimpi basah (junub)

 Perubahan fisik. Wanita dan laki-laki mengalami perubahan-perubahan yang sifatnya fisik, seperti perubahan bentuk tubuh, perubahan suara, dll

 Perubahan psikis dan tingkah laku. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan fisik. Remaja mengalami perubahan-perubahan psikis, seperti perubahan minat (belajar, kerja, terhadap lawan jenis), perubahan emosi, sikap, pandangan hidup,

 Pada usia ini seorang remaja memiliki beberapa dll.

tugas perkembangan, yaitu:

a. Memperoleh sejumlah norma dan nilai

b. Belajar memiliki peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin masing-masing

c. Menerima kenyataan jasmaniyah dan menggu-nakannya secara efektif

d. Mencapai kemandirian dari ketergantungan ter-hadap orang tua dan orang dewasa lainnya e. Mempersiapkan diri menentukan profesi sesuai

bakat dan kesanggupannya

f. Memperoleh informasi tentang kehidupan ru-mah tangga dan mempersiapkan diri untuk itu (meliputi : fisik, mental, emosional dan sosial) g. Mengembangkan kecakapan intelektual dan

konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat h. Memiliki konsep-konsep tentang tingkah laku

sosial yang perlu untuk kehidupan masyarakat Berkaitan dengan tugas perkembangan tersebut, ia

memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus, diantaranya:

a. Kebutuhan biologis. Kebutuhan biologis meliputi banyak hal, seperti: makan, minum, tidur, bernafas, seksual, dll yang dimiliki semua makhluk hidup. Pada remaja kebutuhan biologis yang menonjol adalah kebutuhan seksual, karena pada masa ini sedang terjadi kematangan seksual pada diri remaja.

b. Kebutuhan psikis. Kebutuhan psikis juga meliputi banyak hal, seperti kebutuhan akan agama, kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, memperoleh pengalaman baru, dll

c. Kebutuhan sosial. Kebutuhan ini berkaitan dengan orang lain, kelompok atau masyarakat. Beberapa yang menonjol di usia remaja adalah: kebutuhan untuk dikenal, kebutuhan berkelompok, diakui dan dibutuhkan, dihargai, dll

Bagi Muhammadiyah, komunitas pelajar dapat diletakkan secara khusus mengingat beberapa alasan:

1) Mereka termasuk objek dakwah yang keadaannya sangat rentan terhadap penyimpangan perilaku akibat salah merespon dinamika masyarakat pada umumnya yang cenderung menawarkan nilai-nilai materialism, prakmatisme dan liberalism. Kesalahan tersebut kemudian akan melahirkan generasi yang tidak matang dengan memiliki mental kurang dewasa dibandingkan dengan usia biologisnya.

2) Pelajar adalah termasuk dalam kelompok kepentingan yang memiliki hak-hak yang harus dilindungi undang-undang. Dalam konteks ini pelajar butuh mendapatkan advokasi agar terlindungi dari kepentingan-kepentingan lain yang merugikan mereka yang menumpang budaya global maupun pada kebijakan pemerintah

3) Jumlah pelajar di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat banyak dan potensi ke-muda-an nya memiliki potensi sangat besar untuk dijadikan basis kaderisasi Muhammadiyah.

Oleh karena itu, terkait dengan komunitas pelajar ini, perlu dilakukan treatment, diantaranya:

1) Memperkuat IPM sebagai organisasi otonom Muhammadiyah di kalangan pelajar, yaitu dengan:

a) Melindungi IPM berdiri dan menjadi satu-satu-nya organisasi intra di sekolah-sekolah Muham- madiyah serta memberikan pembinaan semak-simal mungkin

b) Memberikan penguatan kepada IPM untuk da- pat tumbuh di sekolah-sekolah negeri, baik ting-kat SMP maupun SMA

2) Memperbanyak dai-dai muda untuk pelajar yang humanis dan mampu berkomunikasi dengan dunia pelajar

3) Meningkatkan layanan dakwah virtua, khususnya media sosial, seperti face book, twitter, whatsapp, dll

c. Komunitas aktifis masjid

Semakin berkembangnya masjid sebagai pusat pendidikan dan pengembangan masyarakat menjadikan munculnya komunitas baru, yaitu komunitas remaja masjid. Komunitas ini secara umum memiliki cirri-ciri: 1) Berisi anak-anak muda 2) memiliki semangat mengkaji agama 2) berafiliasi pada ormas atau partai tertentu atau berpatron pada ustadz tertentu sebagai sumber ilmu dan motivasinya. Banyaknya masjid yang berdiri ditengah-tengah umat mayoritas muslim ini menandakan besarnya potensi aktifis masjid sebagai bagian dari dakwah Islam.

Bagi Muhammadiyah, memberikan perhatian pada komunitas ini adalah penting, karena:

1) Muhammadiyah adalah gerakan dakwah, dan masjid telah menjadi bagian dari pusat dakwah pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Seiring dengan kesadaran menjadikan masjid sebagai pusat Islam (Islamic centre), berdirinya masjid biasanya diiringi dengan berdirinya TPA (taman pendidikan al Quran), PAUD, Sekolah Dasar, dst. Kesadaran ini perlu ditangkap sebagai peluang dakwah Muhammadiyah untuk semakin memaksimalkan peran masjid-masjid Muhammadiyah menjadi pusat-pusat dakwah yang langsung bisa menyentuh lapisan masyarakat paling bawah.

2) Banyaknya masjid milik Muhammadiyah yang butuh dikelola secara professional sekaligus merujuk pada Muhammadiyah. Ada ribuan masjid yang resmi milik persyarikatan Muhammadiyah. Dari yang bejumlah ribuan tersebut banyak yang belum terkelola dengan baik oleh struktur persyarikatan.

Bahkan banyak diantaranya yang dikelola oleh bukan

orang Muhammadiyah dan mengajarkan amalan-amalan yang tidak sesuai dengan faham agama Muhammadiyah.

Diantara persoalan yang mengemuka adalah minimnya aktifis masjid tersebut yang berafiliasi kepada Muhammadiyah, melainkan mereka berafiliasi kepada gerakan dan ormas lain, misalnya NU, PKS, HTI, Salafi, MTA, dll. Hal ini tentu perlu perhatian persyarikatan terhadap komunitas aktifis masjid yang semakin tumbuh dan berkembang.

Berkaitan dengan hal ini, perlu adanya kebijakan khusus terkait dengan dakwah di komunitas aktifis masjid, diantaranya:

1) Penguatan terhadap ortom Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah menjadi garda depan dakwah dilingkungan aktifis masjid

2) Memperbanyak muballigh muda muhammadiyah yang concern untuk penguatan jamaah melalui masjid

3) Penertiban pengelolaan masjid dengan menerbitkan pedoman standar pengelolaan masjid Muhammadiyah

3. Model Dakwah Khusus karena Kesamaan Identitas