• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL DISEMINASI PENGELOLAAN HAMA TERPADU PP USHULUDDIN

Kegiatan pengenalan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang dilakukan oleh PP Ushuluddin dilakukan dengan berbagai pendekatan baik secara personal maupun berkelompok. Secara garis besar semua perangkat yang ada di PP Ushuluddin memerankan peran masing-masing baik santri maupun pengasuh itu sendiri.

Ket : Garis Koordinasi

Gambar 1. Model Diseminasi PHT LM3 PP Ushuluddin

Setiap bagian mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka pengembangan dan penyebarluasan kegiatan PHT, yang menjadi landasan kegiatan ini adalah tujuan LM3 yang berusaha menyebarluaskan PHT, masing-masing bagian mempunyai peranan yang saling terkait, dan saling melengkapi. Masing-masing bagian melakukan koordinasi, bertukar informasi dan saling mendukung dalam rangka pengembangan dan perluasan sistem pertanian yang mengacu pada program pengelolaan hama terpadu (PHT). Pada akhirnya nanti menjadikan masyarakat petani semakin meningkat taraf hidupnya.

Petani Jaringan Pengasuh dan Santri Ushuluddin Joglo Tani Jogjakarta Pihak Pemerintah Klinik Tanaman IPB

28

Pengasuh dan Santri

Komponen ini merupakan pelaksana utama dalam komponen PHT yang ada di Ushuluddin, sebagai penggerak utama kegiatan dan penyebaran PHT. Akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang dihadapi, terlebih kondisi masyarakat petani yang sangat monoton terhadap sistem pertanian yang dianut oleh nenek moyang. Pengasuh dalam hal ini adalah tokoh yang berpengaruh dalam masyarakat, sehingga pada setiap kesempatan melakukan penyebaran pertanian melalui da’wah, yang secara tidak langsung masyarakat memperoleh ilmu agama dan ilmu-ilmu pertanian. Walaupun pengasuh dalam hal ini menjabarkan dan menjelaskan pertanian tidak secara mendalam tetapi secara tidak langsung memberikan wacana tentang pertanian yang dipraktekkan oleh santri-santri pada pondok yang diasuhnya.

Joglo Tani Jogjakarta

Joglo tani merupakan salah satu wadah pengembangan pertanian terpadu yang terletak di Sleman, Jogjakarta. Joglo tani berperan sebagai penasehat dalam segala kegiatan yang dilakukan Ushuluddin, sebagai contoh pernah diadakan kegiatan berupa pembinaan terhadap santri putra mengenai pertanian, selain itu pengasuh Ushuluddin sering berkonsultasi tentang segala kegiatan yang ada di Ushuluddin. Secara garis besar Joglo Tani sangat berperan dalam perkembangan Ushuluddin. Memberikan wacana pertanian masa depan, pengetahuan dan pelatihan pertanian organik dan ramah lingkungan.

Klinik Tanaman Institut Pertanian Bogor (IPB)

Klinik Tanaman IPB dalam hal ini mengambil peran sebagai institusi pendidikan yang mendukung dan sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat, salah satunya PP Ushuluddin. Dalam hal ini bentuk kerja sama yang dilakukan adalah mengunjungi klinik tanaman IPB selama sepekan untuk mendapatkan pengetahuan tentang pertanian mulai dari budidaya, pembuatan PGPR dan Moretan, pengetahuan tentang jamur tiram, dan sebagainya. Hal ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kualitas SDM yang ada di Ushuluddin agar dapat berperan dalam pengembangan PHT di Ushuluddin. Hal yang terpenting adalah membangun kerja sama yang baik antara instansi pendidikan.

29

Dinas dan Instansi Terkait

Pemerintah Kab. Magelang dan dinas-dinas seperti Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan diajak bekerja sama agar pengembangan pertanian dapat seiring sejalan dengan instansi pemerintahan, pelaporan kegiatan-kegiatan Ushuluddin, dan memberikan saran-saran yang membangun demi peningkatan kegiatan Ushuluddin, sarana pemberi informasi yang berkaitan dengan kegiatan pertanian Ushuluddin sehingga ada sinergi dan hubungan yang simbiosis mutualisme antara pemerintah dan Ushuluddin.

Petani Jaringan Ushuluddin

Petani jaringan terbentuk dalam rangka pertukaran informasi yang telah diperoleh dari hasil kerjasama dengan berbagai instansi, dengan adanya petani jaringan Ushuluddin mampu mengubah paradigma bertani walaupun tidak secara keseluruhan. Tetapi keinginan untuk mengubah pola pertanian yang dianut semakin membuka jalan menuju pertanian yang ramah lingkungan.

Akan tetapi secara umum sistem PHT yang ingin diterapkan terhadap para petani masih terus berjalan dengan bantuan beberapa stakeholder pertanian, masih banyak yang perlu dibenahi untuk menuju kedaulatan petani, petani jaringan sedikit demi sedikit mempelajari pola pertanian yang ramah lingkungan dan Ushuluddin sendiri berusaha secara terus menerus membenahi diri dalam pengembangan pertanian di pondok sendiri maupun di masyarakat sekitar.

Petani jaringan ini berada dalam berbagai kelompok tani yang ada di sekitar Magelang dalam bentuk pertukaran metode pertanian yang telah diadopsi oleh Ushuluddin dari berbagai jaringan yang telah di jalin dengan berbagai pihak, kemudian secara berkala diberikan pelatihan kepada petani jaringan, hal ini dilakukan karena misi pesantren Ushuluddin yang ingin bergerak keluar dan memperluas jaringan sesuai dengan tujuan dari LM3 yaitu pemberdayaan masyarakat sekitar pesantren.

Dalam penerapannya Ushuluddin memberikan pelatihan yang dilaksanakan secara berkala diisi oleh praktisi pertanian yaitu ketua IPPHTI Jogjakarta dan rekan-rekan dari Joglo Tani Jogjakarta dengan agenda membahas pertanian secara luas dengan berbagai pendekatan agar petani bisa membuka dan mengubah pola pikir yang tergantung pada produk-produk kimiawi beralih kepada

30

pemanfaatan alam sekitar dan memelihara local wisdom (kearifan lokal). Untuk menuju kedaulaan petani, maka diberikanlah pemahaman awal berupa keterkaitan dan kebergantungan manusia terhadap alam sehingga perlu pemanfaatan terhadap alam, kemudian diberikan maeri tentang peranian secara menyeluruh mulai dari pengelolaan tanah yang baik sebelum ditanami, pemeliharaan tanaman mencakup pupuk berimbang untuk tanaman, pengelolaan hama dan penyakit mencakup teknis-teknis pengendalian sesuai dengan prinsip PHT, dan terakhir adalah pemanenan.

Secara keseluruhan petani mengeluhkan kelangkaan pupuk, pengelolaan hama dan penyakit, masalah pestisida yang semakin mahal, dan terakhir masalah pengelolaan pasca panen dan pemasaran. Maka dibuatlah forum untuk menampung permasalahan yang dialami petani, dalam forum tersebut dilakukan diskusi bersama berupa tukar informasi antar sesama petani, serta solusi dari narasumber.

Tidak bisa dipungkiri bahwa petani yang ikut tidak jarang yang langsung mengaplikasikan materi, ada sebagian yang masih bertahan terhadap sistem pertanian yang telah dianut, kebanyakan masih ragu dan masih takut untuk menerapkan teknologi yang telah diberikan oleh narasumber. Oleh karena itu diadakan praktek bersama untuk lebih meyakinkan petani. Ushuluddin sendiri mencoba bertukar informasi tentang tehnik pertanian yang dilakukan dan memperlihat lahan yang telah digarap sehingga petani dapat melihat langsung. Sehingga secara tidak langsung petani akan terpengaruh dan diharapkan dapat mengaplikasikannya di lahan masing-masing.

Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Jaringan dan Non Jaringan PP Ushuluddin

Karakteristik Petani Bertani merupakan pekerjaan utama semua responden

(100%). Selain itu sebagian petani mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pedagang, wiraswasta, kuli, BPD. Responden yang diwawancarai adalah kelompok tani jaringan Ushuluddin dan petani biasa yang dalam hal ini bukan jaringan Ushuluddin. Responden rata-rata berumur antara 23-53 tahun.

31

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Petani Responden Tingkat

pendidikan

Jumlah petani Persentase (%) Jaringan Non jaringan Jaringan Non jaringan

SD 5 3 25 15

SLTP 2 3 10 15

SLTA 3 4 15 20

Chi-square hitung 0.84

Chi-square tabel 4.60

Tabel 5. Pengalaman Bertani Responden Pengalaman

Bertani

Jumlah Petani Persentase (%) Jaringan Non jaringan Jaringan Non jaringan

< 10 tahun 2 1 10 5

10-20 tahun 6 5 30 30

> 20 tahun 2 4 10 20

Chi-square hitung 1.09

Chi-square tabel 4.60

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman bertani tidak berpengaruh terhadap sikap, pengetahuan dan tindakan petani. Tetapi secara tidak langsung mempengaruhi pola pikir petani terhadap perkembangan teknologi pertanian, terlebih lagi setelah melihat peningkatan hasil petani lain. Petani cenderung mencontoh petani yang mereka anggap berhasil. Lahan yang dimiliki oleh petani rata-rata 0.09 – 4 ha/orang. Petani menanami lahan secara keseluruhan adalah tanaman cabai karena menurut mereka menanam cabai lebih menguntungkan daripada tanaman lain, walaupun dalam prakteknya selain menanam cabai, para petani malakukan tumpang sari berupa bawang daun, serta tanaman pinggir berupa terong dan tomat.

Walaupun pengalaman bertani sudah berpuluh-puluh tahun tetapi para petani masih kesulitan terhadap adopsi teknologi pertanian. Para petani masih percaya dengan cara bertani yang turun temurun. Petani masih ragu dan takut terjadi kegagalan panen apabila hal tersebut dilakukan. Sehingga dapat

32

disimpulkan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman bertani tidak terlalu mempengaruhi terhadap praktek budidaya petani.

Permasalahan Usahatani Cabai Masalah utama yang sering dihadapi oleh petani cabai baik jaringan maupun petani non jaringan adalah adanya gangguan hama dan penyakit serta harga jual yang merosot. Masalah hama dan penyakit yang paling utama adalah thrips (100%), virus kuning (100%), layu fusarium (100%), dan antraknosa (100%). Gangguan tersebut bisa menyebabkan kegagalan panen bahkan tidak menghasilkan (puso). Selain hal tersebut dalam usaha tani cabai mengalami kegagalan karena waktu tanam yang kurang tepat, pemberian pupuk yang kurang berimbang, serta harga pasar yang tidak menentu.

Pengetahuan Petani Budidaya Tanaman

Pengetahuan petani mengenai budidaya sebagian besar petani mengolah tanah secara konvensional yaitu dengan cangkul. Petani beranggapan bahwa dengan cangkul akan lebih meningkatkan hasil panen, tetapi para petani sadar dengan cangkul akan lebih memakan waktu yang lama. Sebagian besar petani menggunakan bibit yang dibeli dari kios benih terdekat dan varietas yang digunakan adalah ”TM 999” dan ”Hot Chili”. Petani memilih varietas tersebut karena lebih tahan terhadap serangan OPT dan panen yang bisa berkali-kali.

Para petani melakukan pemupukan dengan pupuk kompos tapi pada aplikasinya sebagian petani tidak memahami keadaan kompos artinya banyak yang tidak memahami perbedaan antara kompos yang sudah bisa digunakan dan belum bisa digunakan, sehingga berdampak pada kerentanan tanaman terhadap penyakit, hal ini terjadi pada petani non jaringan Ushuluddin. Petani juga banyak mengaplikasikan pupuk buatan TSP, berbagai jenis NPK, ZA, dan Urea, tetapi dalam aplikasinya tidak terlalu tepat karena setelah pengaplikasian pupuk tidak ditutup dengan tanah ini berlaku pada petani non jaringan, sedangkan pada petani jaringan pengaplikasian pupuk dengan pupuk kandang, penyiraman dengan pupuk urin dari hewan ternak.

Hasil panen petani lebih banyak dijual ke tengkulak karena lebih terjamin barang akan terjual walaupun dengan harga yang sering dipermainkan oleh

33

tengkulak. Hal inilah yang biasa menjadi permasalahan yang sangat besar dan petani tidak mempunyai jalan lain lagi selain mengikutinya. Walaupun dalam prakteknya ada sebagian petani yang membuat perjanjian harga dengan tengkulak tapi sangat sedikit.

Hama dan Penyakit

Petani telah mempunyai pengetahuan tentang hama dan penyakit tetapi masih sulit membedakan gejala serangan hama dan penyakit. Petani telah mengetahui penyaki kuning virus, antraknosa tetapi sering disebut oleh masyarakat dengan patek, mengenal kutu daun yang sering disebut dengan banci, mengenal thrips, karena setiap musim tanam hama dan penyakit inilah yang dominan muncul menyerang pertanaman mereka. Dalam hal pengendalian berbagai macam jenis pengendalian hama dan penyakit tersebut, petani jaringan telah mengetahui bahwa dengan aplikasi perpaduan antara berbagai jenis pengendalian lebih efisien dibandingakna dengan mengandalkan satu jenis pengendalian. Hal ini berbanding terbalik dengan petani non jaringan.

Pestisida dan Penyemprotan

Tabel 6. Indikator Penyemprotan Petani Responden Indikator

Semprot

Jumlah Persentase (%)

Jaringan Non Jaringan Jaringan Non Jaringan

Kuratif 3 3 15 15

Preventif 6 2 30 10

Keduanya 1 5 5 25

Chi-square hitung 4.66

Chi-square tabel 4.60

Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa nilai chi-square hitung lebih besar dari pada nilai chi square tabel yaitu 4.66 > 4.60, sehingga dapat disimpulkan bahwa petani jaringan dan non jaringan berpengaruh nyata pada beberapa pertimbangan sebelum melakukan tindakan penyemprotan pada tanaman.

34

Pengetahuan petani tentang pestisida dan penyemprotan sudah baik, pestisida yang digunakan juga bermacam-macam jenisnya, tetapi masih terkendala dengan dosis yang tidak tepat, serta penyemprotan yang kurang tepat, pengamanan diri yang belum lengkap. Tindakan pengendalian lebih sering dilakukan hanya dengan melihat gejala serangan walaupun intensitas serangannya tidak melebihi ambang ekonomi. Petani tidak menyikapi tentang hama yang menyerang tanaman mereka, para petani trauma akan kejadian serangan hama yang membuat mereka tidak bisa panen. Petani jaringan mengetahui bahwa seharusnya dalam pengendalian tidak mengandalkan satu jenis pengendalian tetapi penggabungan beberapa janis pengendalian akan lebih efektif. Tindakan preventif lebih diandalkan karena petani jaringan mengetahui bahwa cabai merupakan komoditas yang mempunyai banyak sekali gangguan OPT.

Sikap Petani

Kerasionalan Penggunaan Pestisida

Tabel 7. Penyemprotan Lebih Sering Dapat Menyebabkan Resistensi

Sikap Jumlah Persentase (%)

Jaringan Non Jaringan Jaringan Non Jaringan

Setuju 2 4 10 20

Tidak setuju 5 4 25 20

Ragu-ragu 3 2 15 10

Chi-square hitung 2.05

Chi-square tabel 4.60

Dari hasil analisis data diperoleh hasil bahwa nilai chi-square hitung lebih lebih kecil daripada nilai chi-square tabel yaitu 2,05 < 4.06. Hal ini menunjukkan bahwa petani jaringan dan non jaringan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani mengenai kerasionalan petani menggunakan pestisida.

Petani jaringan mengetahui resistensi akan terjadi apabila terlalu sering menggunakan pestisida, tetapi petani jaringan mengetahui bahwa metode pengendalian bukan hanya dengan pestisida. Petani menggunakan pestisida

35

cenderung lalai dalam hal perlindungan diri para petani tidak perduli dengan keamanan, terlebih lagi keamanan terhadap lingkungan sekitar. Petani cenderung tidak rasional terhadap pestisida, contoh lain petani cenderung mengaplikasikan pestisida secara tidak terjadwal, misalnya penyemprotan dilakukan hari ini, kemudian dilakukan pengamatan selang beberapa jam, hama tidak terlihat maka dilakukan penyemprotan kembali. Petani kurang memahami prosedur kerja dari pestisida tersebut. Petani kurang menyadari akan dampak pestisida, yang petani fikirkan adalah bagaimana hama bisa mati dan hasil panen meningkat, tanpa mereka sadari dampak yang akan dirasakan kemudian seperti resistensi hama. Tabel 8. Alasan Memilih Pestisida oleh Petani Responden

Alasan Jumlah Persentase (%) Jari ngan Non Jaringan Jaringan Non Jaringan

Cepat, tepat sasaran 3 2 15 10

Mudah didapatkan dan aplikasi,

efektif, ekonomis 6 7 30 35

Mencontoh dari petani lain 1 1 5 5

Chi-square hitung 2.08

Chi-square Tabel 4.60

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa bahwa petani jaringan dan non jaringan tidak berpengaruh nyata terhadap alasan petani memilih pestisida dengan nilai chi-square 2.08 < 4.60. Sehingga tidak ada alasan yang terlalu menonjol yang menunjukkan perbedaan dalam memilih pestisida antara petani jaringan dan non jaringan. Hanya saja petani jaringan tidak terlalu mengedepankan pengendalian kimiawi, tetapi kombinasi antara beberapa jenis pengendalian. Pemilihan pestisida sangat tergantung pada alasan-alasan tersebut karena petani selain telah terbiasa dengan jenis pestisida yang sering dipakai pada setiap musim tanam, mereka hanya mencoba mencampur dan menambah dosis apabila tidak sesuai dengan keinginan. Petani jaringan cenderung manggabungkan metode pengendalian seperti kultur teknis, mekanis, dan penggunaan pupuk urin fermentasi.

36

Penggunaan Pakaian Pelindung Oleh Petani

Gambar 2 Penggunaan pakaian pelindung oleh petani

Kecenderungan petani dalam memakai pakaian pelindung adalah tidak terlalu memperdulikan perlindungan terhadap diri sendiri. Tingkat pemahaman terhadap dampak pestisida masih sangat kurang terbukti dari grafik diatas. Petani hanya memikirkan keuntungan jangka pendek dengan hilangnya hama, tanpa memperdulikan efek samping yang disebabkan oleh pestisida terhadap diri yang bersifat jangka panjang.

Ketidaksesuaian prosedur standar pengamanan yang dilakukan oleh petani menyebabkan petani secara tidak langsung akan terpapar oleh pestisida, masuk ke dalam tubuh dan mengalir bersama darah. Resiko jangka panjang kurang disadari oleh petani, mereka hanya memikirkan bahwa panen tidak akan gagal dan memperoleh hasil yang memuaskan. Petani bertahan dengan cara-cara lama yang dilakukan oleh nenek moyang.

Sikap petani dalam kaitannya dengan kepeduliannya terhadap dampak pestisida masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari pada saat penyemprotan, dan pencucian alat semprot tidak memperhatikan keamanan alam sekitar. Para petani tidak menyadari bahwa sisa pestisida dapat mengganggu ekosistem yang lain. Lebih parah lagi petani tahu bahwa penyemprotan yang tidak terjadwal dan tidak sesuai dengan prosedur pada label dapat menyebabkan resistensi tapi tetap saja melakukan penyenprotan, yang terpenting bagi mereka adalah hama mati dan tidak mengganggu tanaman, petani tahu bahwa penyemprotan yang terlalu sering

37

dapat membunuh organisme lain yang bermanfaat tapi tetap saja pada sikap mereka dan tetap melakukan penyemprotan. Perawatan alat semprot juga menjadi perhatian penting, petani setelah penyemprotan mencuci di daerah irigasi kecil dekat pematang sawah mereka, petani kurang menyadari akan terganggunya ekosistem sungai kecil tersebut misalnya ikan, tumbuhan air, plankton makanan ikan, dan lain-lain karena sisa dari penyemprotan.

Pengendalian Nonkimiawi

Beberapa pengendalian nonkimiawi telah dilakukan oleh petani khususnya petani jaringan Ushuluddin. Petani menyadari bahwa dengan pengendalian ini lebih menghemat biaya. Beberapa contoh adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan seperti gadung, daun residi, tagetes, dan lain-lain kemudian disemprotkan ke tanaman masing-masing. Bahkan ada petani yang menggunakan es batu 1 buah per 14 lt air kemudian disemprotkan ke tanaman untuk mencegah serangan thrips, petani beranggapan bahwa hama tidak menyukai keadaan yang dingin.

Petani jaringan mengaplikasikan pupuk organik seperti kompos dan fermentasi urin ternak yang dicampur dengan empon-empon. Petani beranggapan bahwa dengan mengaplikasikan kedua pupuk tersebut dapat mengurangi serangan hama. Selain itu pemberian sedotan pada batang dekat tanah menguangi serangan pengerek batang. Demikian pula pada pertanaman, sisa-sisa tanaman sakit yang ada dipertanaman tidak diperdulikan oleh petani.

Selain lebih menghemat biaya penggunaan bahan alami dan pupuk organik merupakan langkah untuk menambah ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit, petani sedikit banyak mengerti tentang pengendalian hayati dan biologi. Petani sadar bahwa pemanfaatan potensi lokal akan lebih baik dan mambuat tanah lebih subur dibandingkan dengan pemakaian produk kimia buatan yang selama ini dipakai. Tetapi dalam hal ini petani jaringan masih menggabungkan metode pengendalian dengan menggunakan bahan kimiawi sintetis, tetapi setidaknya sudah mengenal pestisida alami.

Penggunaan bahan-bahan tumbuhan masih terkendala dengan penggunaan dosis yang tepat dan pengetahuan tentang OPT sasaran. Sehingga untuk pengendalian dengan bahan tumbuhan alami masih butuh pendampingan mengenai hal tersebut.

38

Tindakan Petani

Budidaya Tanaman Cabai

Pola Tanam. Pola tanam yang dilakukan petani responden adalah tumpang sari cabai dengan bawang daun. Pada saat tanaman cabai berumur sekitar 3 minggu sampai 1 bulan kemudian ditanami daum bawang. Hal ini dilakukan agar petani memperoleh penghasilan tambahan. Selain itu dilakukan tanaman pinggir seperti kacang panjang yang ditanam untuk menghalau serangan kutudaun terhadap tanaman utama dalam hal ini cabai.

Pengolahan Tanah. Pengolahan lahan dilakukan dengan cara mencangkul. Biasanya dibuat guludan-guludan dengan lebar sekitar satu meter. Jarak antar guludan 60 cm untuk aliran air, serta tinggi guludan sekitar 30-40 cm (untuk mencegah erosi karena aliran air). Pengolahan tanah sering dibantu oleh orang lain, sebagai contoh ada petani jaringan Ushuluddin mengolah tanah untuk ditanami cabe seluas 4 ha. pengolahan tanahnya diserahkan kepada para tetangga, dalam rangka pembserdayaan tetangga, setiap hari diberikan upah Rp 20.000 dengan 8 jam HOK.

Benih. Benih cabai yang digunakan digunakan petani adalah berasal dari kios benih. Ada beberapa petani bukan jaringan Ushuluddin yang langsung membeli bibit kepada pengusaha bibit karena menurut mereka terlalu memakan waktu yang lama apabila menyemai sendiri. Varietas cabai yang sering ditanam oleh petani adalah ’’TM 999’’ dan ’’Hot Chili’’. Varietas tersebut dominan ditanam oleh petani.

Pemupukan. Rata-rata petani responden menggunakan pupuk kandang. Mereka beranggapan bahwa pupuk kandang bisa meningkatkan ketahanan tanaman dan menghemat biaya. Penggunaan pupuk kimia diantaranya urea, NPK, dan ZA, digunakan sebelum tanam. Aplikasi pupuk oleh petani dilakukan dengan penambahan pupuk seperti pupuk daun dan perangsang pertumbuhan tanaman agar tanaman lebih cepat menghasilkan. Tetapi petani jaringan menggunakan pupuk kandang dan aplikasi fermentasi urin dan empon-empon, petani jaringan berpendapat dengan mengaplikasikan pupuk tersebut menghemat input produksi pupuk dan pestisida.

39

Tabel 9. Aplikasi Pupuk oleh Petani Jaringan Responden

Jenis pupuk Jumlah Persentase Jaringan Non Jaringan Jaringan Non Jaringan Pupuk kandang 0 5 0 25

Pupuk kandang, urin, empon 6 0 30 0

Pupuk kandang, ZA, KCL, TSP 2 2 5 10

Pupuk kandang, NPK, Urea 2 3 15 10

NPK, Urea 0 1 0 5

Chi-square hitung 12.53

Chi square tabel 7.77

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh terhadap petani jaringan dan non jaringan. Tingkat penggunaan pupuk pada petani jaringan tidak terlalu bergantung pada pupuk sintetis dibandingkan dengan petani non jaringan yang aplikasi pemupukannya lebih kepada pupuk sintetis. Aplikasi pupuk bukan hanya dalam bentuk padatan tetapi juga pupuk cair. Petani jaringan telah mengenal pupuk cair yang difermentasi dari urin hewan ternak yang dicampur dengan empon-empon. Hal ini dipercaya dapat meningkatkan ketahanan tanaman dengan aplikasi dikocor per tanaman.

Selain aplikasi pupuk padat petani jaringan juga telah mengenal pupuk organik cair (POC) NASA 50 cc/tangki. Beberapa petani jaringan lebih banyak mengaplikasikan pupuk urin. Petani beranggapan bahwa dengan mengaplikasikan formulasi urin (urin ditambah dengan empon-empon, dan abu) dapat menambah ketahanan tanaman, lebih ekonomis daripada membeli pupuk dan pestisida.

Hama Dan Penyakit Tanaman Cabai

Hama dan penyakit merupakan salah satu hambatan dalam budidaya tanaman cabai. Petani sangat terganggu dengan kehadiran organisme pengganggu tanaman tersebut. Sehingga perlu pengelolaan yang terpadu untuk mengatasi masalah tersebut. Petani telah mengetahui hama dan penyakit yang menganggu tanaman cabainya, bahkan pengendalian telah dilakukan, tetapi petani menyadari

Dokumen terkait