BAB III. METODE PENELITIAN
H. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran explicit instruction, maka hasil belajar siswa dan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan dan nilai rata-rata kelas meningkat.
35 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan hasil belajar matematika kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar setelah diterapkannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction.
Data yang dianalisis secara kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas siswa pada setiap pertemuan sedangkan data yang dianalisis secara kuantitatif yaitu skor tes hasil belajar yang dirangkaikan dengan tes hasil belajar yang diperoleh setelah siklus I dan siklus II. Skor tersebut dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif yaitu skor rata-rata, standar deviasi, frekuensi dan persentase nilai terendah dan nilai tertinggi yang dicapai siswa pada tes tersebut.
A. Hasil Penelitian 1. Siklus I
a) Hasil Analisis Kuantitatif
Pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar dengan bentuk tes Essay.
Tes hasil belajar tersebut dilaksanakan setelah penyajian materi selama 3 kali pertemuan, adapun data skor hasil belajar siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini yang diterapkan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction :
36 Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VII.F SMP Negeri
1 Mangarabombang Kab. Takalar Pada Siklus I
Statistik Nilai Statistik
Jumlah siswa matematika VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar setelah diterapkan model pembelajaran Explicit Instruction pada siklus I adalah 57,09 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya perhatian siswa dengan melakukan kegiatan lain selama proses pembelajaran berlangsung
Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi nilai seperti yang disajikan pada Tabel 4.2 :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar Pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 54
37 Dari Tabel 4.2 di atas dapat disimpulkan bahwa masih ada siswa yang berada pada kategori sangat rendah yaitu 9 orang atau 28%. Pada kategori rendah ada 15 orang siswa atau 46,9% dan kategori sedang ada 6 orang yaitu 18,8%.
Sedangkan pada kategori tinggi dan sangat tinggi masing-masing 1orang siswa atau 3,1%.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar Pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tidak Tuntas 24 75
Tuntas 8 25
Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran model pembelajaran Explicit Instruction pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar hanya sebesar 25% atau 8 orang dari 32 siswa termasuk dalam kategori tuntas. Dari hasil persentase di atas terlihat bahwa hasil tes pada siklus I belum menunjukkan hasil yang signifikan karena masih ada 24 siswa 75 % yang berada pada kategori tidak tuntas. Oleh karena itu, hasil belajar matematika melalui penerapan model Explicit Instruction masih perlu ditingkatkan.
b) Hasil Analisis Kualitatif
Data aktivitas siswa pada siklus 1 diperoleh melalui hasil pengamatan aktivitas dan sikap siswa selama proses pembelajaran di setiap pertemuan.
Adapun deskripsi aktivitas siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut:
38 Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1
NO KOMPONEN YANG
Siswa yang hadir tepat waktu saat proses belajar mengajar belangsung.
Rata-Rata Keseluruhan 53,33
Aktivitas Negatif
Rata-Rata keseluruhan 46,88
Pada siklus I tercatat aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa tersebut dicantumkan kedalam lembar observasi aktivitas siswa yang dicatat oleh observer. Aktivitas siswa tersebut
39 diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa yang tercatat pada setiap pertemuan, berdasarkan lembar aktivitas siswa pada tabel 4.4 di atas, maka:
1) Siswa yang hadir tepat waktu saat proses belajar mengajar belangsung yaitu sebesar 70,84%.
2) Siswa yang memperhatikan saat guru menjelaskan materi pelajaran yakni sebesar 67,72%.
3) Siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami hanya sebesar 32,28%.
4) Siswa yang menjawab pertanyaan/soal yang diajukan oleh guru hanya sekitar 35,41%.
5) Siswa yang meminta bimbingan/bantuan dalam mengerjakan soal-soal latihan LKS yakni sebesar 60,40..
6) Siswa yang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan pembelajaran (tidak memperhatikan penjelasan guru, mengantuk, tidur, mengganggu teman, dan keluar masuk ruangan) ada sebanyak 46,88%.
Jadi jika dipersentasekan rata-rata aktivitas siswa yang positif pada pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Explicit Instruction hanya sebesar 53,33%.
c) Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction dapat dilihat dari lembar observasi aktivitas kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang dilaksanakan guru mulai dari kegiatan awal
40 sampai kegiatan akhir dengan mengacu pada RPP. Adapun hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran pada Siklus 1
Aspek Pengamatan Pertemuan Ke-
Rata-Rata KATEGORI
1 2 3
Kegiatan Awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa
3 3 4 3,33 Sangat baik Guru mengajak peserta didik
untuk berdoa sebelum memulai pelajaran
Guru memberikan contoh soal kemudian menjelaskan cara
kepada siswa yang memerlukan bantuan saat mengerjakan latihan/soal
3 3 4 3,33 Sangat baik Guru mengecek latihan siswa
secara bersama-sama di depan kelas
Guru membagikan LKS kepada
siswa 4 4 4 4 Sangat baik
41
Siswa mengerjakan soal 4 4 4 4 Sangat baik
Kegiatan Akhir Guru bersama siswa
menyimpulkan materi pelajaran 3 3 4 3,33 Sangat baik Guru memberikan PR yang
dikerjakan secara individu 4 4 4 4 Sangat baik Guru meminta kepada siswa
meminta kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
4 4 3 3,67 Sangat baik
Guru mengakhiri pembelajaran
dengan mengucapkan salam 4 4 4 4 Sangat baik
Jumlah 56,99
Rata-Rata 3,56 Sangat baik
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dari beberapa komponen yang diamati pada siklus 1 setelah dianalisis diperoleh rata-rata secara keseluruhan yaitu 3,56 dan berada pada kategori terlaksana dengan sangat baik.
d) Hasil Analisis Refleksi
Setelah diterapkan model pembelajaran Explicit Instruction kejadian yang dapat dicatat selama proses belajar mengajar berlangsung pada siklus I adalah sebagai berikut:
Pada pertemuan pertama siklus I, proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Explicit Instruction mulai diterapkan. Pada pertemuan ini umumnya siswa masih kurang memperhatikan materi pelajaran karena masih banyak siswa yang keluar masuk ruangan dengan berbagai macam alasan, masih adanya sikap siswa yang menguji kesabaran gurunya karena beberapa orang siswa masih suka cerita-cerita sama teman sebangkunya dan
42 biasanya tanpa mereka sadari siswa tersebut tertawa lepas. Dan dari soal latihan yang diberikan dan dalam mengerjakan LKS sebagian siswa masih bersikap acuh tak acuh bahkan sebagian diantara mereka ada yang cerita, main-main dan keinginan siswa untuk mempertanyakan ketidak tahuannya kurang. Hanya beberapa orang saja yang mampu menyelesaikan soal di papan tulis dan menjawab LKSnya. Masih adanya siswa yang kurang perhatian pada saat pembelajaran berlangsung. Serta kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Pada pertemuan kedua, belum menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam pembelajaran. Hal ini terlihat karena masih kurangnya siswa yang mengangkat tangan saat diajukan pertanyaan dan menyelesaikan soal yang diberikan tentang materi pertemuan pertama. Akan tetapi setelah diterangkan kembali dan diberikan penekanan suatu materi, maka rata-rata siswa mulai aktif dalam mengerjakan soal-soal pengembangan materi. Kegiatan lain yang menunjukkan keaktifan siswa adalah saat mengerjakan LKS. Mereka sudah cukup antusias dalam menyelesaikan LKS yang diberikan.
Pada pertemuan ketiga, kegiatan pembelajaran berjalan cukup lancar dan perhatian siswa pada materi pelajaran lebih baik dibanding pertemuan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya siswa yang aktif saat kegiatan pembelajaran berlangsung seperti aktif bertanya, menjawab pertanyaan, berpartisipasi dalam mengerjakan LKS dan tugas PR yang diberikan.
Secara umum, siswa menyenangi pelajaran matematika dengan penerapan model pembelajaran Explicit Instruction karena siswa merasa
43 dibimbing untuk aktif menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari.
Meskipun demikian masih terdapat beberapa siswa yang bersikap pasif dalam pembelajaran. Misalnya hanya diam, melaksanakan aktifitas lain ketika pembelajaran berlangsung. Siswa yang bersikap pasif umumnya tidak mengerti materi yang diberikan karena mereka memang kurang perhatian dan motifasi serta cenderung menghindar dari pelajaran matematika.
Salah satu upaya guru dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan lebih mendisiplinkan siswa dan lebih membimbing siswa serta memberi motivasi kepada siswa bahwa yang bisa menjawab pertanyaan guru itu mendapatkan nilai tambahan, serta memotivasi keberanian dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran mereka yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas dan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bertanya.
2. Siklus II
a) Hasil Analisis Kuantitatif
Pada siklus II ini dilaksanakan tes hasil belajar dengan bentuk tes Essay.
Tes hasil belajar tersebut dilaksanakan setelah penyajian materi selama 3 kali pertemuan, adapun data skor hasil belajar siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini yang diterapkan menggunakan model pembelajaran Explicit Instruction :
44 Tabel 4.6 Statistik Skor Hasil Belajar Siswa Kelas VIII.F SMP Negeri
1 Mangarabombang Kab. Takalar Pada Siklus II
Statistik Nilai Statistik
Jumlah siswa matematika VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar setelah diterapkan model pembelajaran Explicit Instruction pada siklus I adalah 81,34 dari skor ideal yang mungkin dicapai adalah 100. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
Apabila skor hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi nilai seperti yang disajikan pada Tabel 4.7 :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar Pada Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
0 – 54 berada pada kategori rendah yaitu 1 orang atau 3,1%. Namun terjadi peningkatan
45 kategori sedang ada 11 orang atau sekitar 34,3% dan pada kategori tinggi ada 14 oran siswa atau 43,9%. Selanjutnya pada kategori sangat tinggi ada 6 orang atau sekitar 18,7%.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar Pada Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
Tidak Tuntas 1 3,1
Tuntas 31 96,9
Jumlah 32 100
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa setelah diterapkan model pembelajaran model pembelajaran Explicit Instruction pada siklus II persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar sebesar 96,9% atau 31 orang dari 32 siswa termasuk dalam kategori tuntas. Dari hasil persentase di atas terlihat bahwa hasil tes pada siklus II menunjukkan hasil yang signifikan karena hanya ada 1 orang siswa yang berada pada kategori tidak tuntas dan selebihnya pada kategori tuntas yaitu sekitar 96,9%. Oleh karena itu, hasil belajar matematika melalui penerapan model pembelajaran Explicit Instruction sudah meningkat dan hasilnya memuaskan.
46
b) Hasil Analisis Kualitatif
Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II No Komponen Yang
waktu saat proses belajar mengajar belangsung.
3. Mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
Rata-Rata Keseluruhan 77
Aktivitas Negatif 6. Melakukan aktivitas lain
di luar kegiatan
Rata-Rata keseluruhan 7,28
Data aktivitas siswa pada siklus I diperoleh melalui hasil pengamatan aktivitas dan sikap siswa selama proses pembelajaran di setiap pertemuan.
Adapun deskripsi aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel diatas.
47 Pada siklus II tercatat aktivitas siswa yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa tersebut dicantumkan kedalam lembar observasi aktivitas siswa yang dicatat oleh observer. Aktivitas siswa tersebut diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa yang tercatat pada setiap pertemuan, berdasarkan lembar aktivitas siswa pada tabel 4.9 di atas, maka:
1) Siswa yang hadir tepat waktu saat proses belajar mengajar belangsung yaitu sebesar 96,88%.
2) Siswa yang memperhatikan saat guru menjelaskan materi pelajaran yakni sebesar 96,88%.
3) Siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi yang belum dipahami hanya sebesar 51,03%.
4) Siswa yang menjawab pertanyaan/soal yang diajukan oleh guru hanya sekitar 91,66%
5) Siswa yang meminta bimbingan/bantuan dalam mengerjakan soal-soal latihan LKS yakni sebesar 46,88%.
6) Siswa yang melakukan aktivitas lain di luar kegiatan pembelajaran (tidak memperhatikan penjelasan guru, mengantuk, tidur, mengganggu teman, dan keluar masuk ruangan) ada sebanyak 7,28%.
Jadi jika dipersentasekan rata-rata aktivitas siswa yang positif pada pembelajaran matematika melalui model pembelajaran Explicit Instruction sudah meningkat yakni sebesar 77%.
48
c) Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction dapat dilihat dari lembar observasi aktivitas kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang dilaksanakan guru mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan akhir dengan mengacu pada RPP. Adapun hasil observasi aktivitas guru pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10 Hasil Analisis Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran pada Siklus II
Aspek Pengamatan Pertemuan Ke-
Rata-Rata KATEGORI
5 6 7
Kegiatan Awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa
4 4 4 4 Sangat baik
Guru mengajak peserta didik untuk berdoa sebelum memulai pelajaran
Guru memberikan contoh soal kemudian menjelaskan cara
kepada siswa yang memerlukan bantuan saat mengerjakan latihan/soal
4 4 4 4 Sangat baik
Guru mengecek latihan siswa secara bersama-sama di depan kelas
4 4 4 4 Sangat baik
49
Guru membagikan LKS kepada
siswa 4 4 4 4 Sangat baik
Siswa mengerjakan soal 4 4 4 4 Sangat baik
Kegiatan Akhir Guru bersama siswa
menyimpulkan materi pelajaran 4 4 4 4 Sangat baik Guru memberikan PR yang
dikerjakan secara individu 4 4 4 4 Sangat baik Guru meminta kepada siswa
meminta kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
4 4 4 4 Sangat baik
Guru mengakhiri pembelajaran
dengan mengucapkan salam 4 4 4 4 Sangat baik
Jumlah 58,68
Rata-Rata 3,67 Sangat baik
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dari beberapa komponen yang diamati pada siklus II setelah dianalisis diperoleh rata-rata secara keseluruhan yaitu 3,67 dan berada pada kategori terlaksana dengan sangat baik.
d) Hasil Analisis Refleksi
Setelah merefleksi hasil pelaksanaan siklus I, diperoleh suatu gambaran tindakan yang dilaksanakan pada siklus II ini, sebagai perbaikan dari tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I. Hal tersebut dapat dilihat bahwa tindakan yang dilaksanakan secara umum hasilnya semakin sesuai dengan yang diharapkan.
50 Dalam siklus ini proses pembelajaran sudah semakin membaik, hal tersebut ditunjukkan oleh persentase kehadiran siswa pada setiap pertemuan yang terus meningkat, banyaknya siswa yang memperhatikan materi. Hal yang paling menonjol yang dirasakan penulis adalah meningkatnya jumlah siswa yang mengangkat tangan pada saat diajukan pertanyaan dan siswa yang memperhatikan guru dan mencatat pada saat pembelajaran.
Secara umum, dapat dikemukakan bahwa perhatian dan keaktifan siswa memperlihatkan kemajuan. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar meningkat ditandai dengan kehadiran siswa, siswa yang mengajukan pertanyaan, siswa yang memperhatikan guru dan mencatat saat pembelajaran, berpartisipasi dalam mengerjakan LKS dan tugas PR.
Setelah diberikan tes untuk menguji kemampuan penguasaan matematika siswa terhadap materi yang sudah dijelaskan pada siklus II, dapat dikatakan bahwa hasil yang diperoleh mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tes yang dilaksanakan pada akhir siklus I.
B. Pembahasan
1. Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar
Dalam penelitian ini diterapkan model pembelajaran Explicit Instruction yang terrdiri dari dua siklus. Penelitian ini membuahkan hasil yang signifikan yakni meningkatnya kualitas proses dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar. Peningkatan yang terjadi bila di lihat dari tabel di atas sebagai berikut:
51 Tabel. 4.11 Statistik Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
Matematika Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Dengan memperhatikan Tabel 4.11 di atas, dapat dilihat adanya hasil yang menampakkan peningkatan hasil belajar setelah dua kali dilaksanakan tes siklus.
Pada siklus I terdapat 9 siswa yang hasil belajarnya sangat rendah dengan persentase 28%, 15 siswa yang hasil belajarnya rendah dengan persentase 46,9% , 6 siswa yang hasil belajarnya sedang dengan persentase 18,9% , 1 siswa yang hasil belajarnya tinggi dengan persentasenya 3,1% dan 1 siswa yang hasil belajarnya sangat tinggi dengan persentasenya 3,1%.
Dalam analisis deskriptif menunjukkan bahwa tingkat penguasaan materi siswa kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar pada siklus I menunjukkan bahwa tingkat penguasaan materi matematika siswa masih sangat rendah. Namun pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu terdapat 11 siswa (34,3%) yang hasil belajarnya masuk dalam kategori sedang, 14 siswa (43,9%) yang hasil belajarnya masuk dalam kategori tinggi 6 siswa (18,7%) berada pada kategori sangat tinggi dan masih ada seorang siswa yang berada pada kategori rendah. Namun secara umum hasil belajar siswa pada siklus II sudah mengalami peningkatan.
No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
1. 0 – 54 Sangat Rendah 9 0 28 0
2. 55 – 59 Rendah 15 1 46,9 3,1
3. 60 – 69 Sedang 6 11 18,9 34,3
4. 70 – 89 Tinggi 1 14 3,1 43,9
5. 90 –100 Sangat Tinggi 1 6 3,1 18,7
52
Selanjutnya pada tabel 4.12 akan diperlihatkan ketuntasan belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II.
Tabel 4.12 Deskripsi Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
Tidak tuntas 24 1 75 3,1
Tuntas 8 31 25 96,9
Jumlah 32 32 100 100
Berdasarkan tabel 4.12 tampak bahwa peningkatan hasil belajar siswa meningkat setelah tindakan selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I ada 8 siswa (25%) yang tuntas hasil belajarnya sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yakni terdapat 31 siswa (96,9%) yang hasil belajarnya masuk dalam kategori tuntas.
2. Perubahan Sikap Siswa Kelas VIII.F SMP Negeri 1 Mangarabombang Kab. Takalar
Selanjutnya berdasarkan hasil pengamatan sikap siswa di kelas selama kegiatan belajar melalui model pembelajaran Explicit Instruction ternyata mampu mengubah sikap belajar siswa dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa serta menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan cara bertanya maupun menjawab pertanyaan. Walaupun dari 32 siswa tersebut masih terdapat sebagian siswa yang kurang ikut berpartisfisikasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pada siklus II siswa lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran yang ditandai dengan jumlah siswa yang berani mengajukan pertanyaan, jumlah siswa
53
yang berperilaku menyimpang dan pasif berkurang. Selain itu, sebagian besar siswa sudah mampu memahami pelajaran yang telah mereka pelajari. Ini terlihat pada hasil kuis setiap pertemuan yang meningkat, berbeda dengan hasil kuis pada siklus I.
Terjadinya peningkatan persentase keaktifitas belajar siswa, kehadiran siswa mengikuti proses pembelajaran dan jumlah siswa yang memperhatikan guru dan mencatat pada saat pembelajaran serta bertanya tentang materi yang belum dimengerti menunjukkan bahwa siswa memiliki perhatian yang cukup besar dalam belajar matematika, khususnya dalam penelitian ini. Peningkatan jumlah siswa yang mengangkat tangan saat diajukan pertanyaan menunjukkan antusias aktifitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Adanya peningkatan aktifitas belajar siswa pada siklus II tersebut menunjukkan bahwa banyak kemajuan yang dicapai oleh siswa setelah diterapkan model pembelajaran Explicit Instruction.
3. Keterlaksanaan Pembelajaran
Dari hasil pengamatan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa dalam mengelola pembelajaran melalui model pembelajaran Explicit Instruction guru sudah mengelola pembelajaran dengan sangat baik. Hal itu terlihat dari nilai rata-rata dari keseluruhan aspek yang diamati yaitu siklus II sebesar 3,56, pada siklus II sebesar 3,67 dan umumnya berada pada kategori sangat baik.
54
Berdasarkan hasil deskiptif tabel 4.11 dan 4.12 diatas menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan dua kali tes siklus, banyak siswa yang tuntas secara perorangan pada siklus I adalah 8 siswa meningkat menjadi 31 siswa pada siklus II. Sedangkan pada aktivitas siswa terjadi perubahan sikap dari pasif ke aktif, ini ditunjukkan dari rata-rata persentase aktivitas siswa siklus I hanya 53,33%
menjadi 77% pada siklus II.
Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mengubah sikap siswa dalam belajar matematika.
55 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian setelah diterapkan model pembelajaran Explicit Instruction maka, dapat disimpulkan bahwa:
1. Secara kualitatif, nilai rata-rata siswa meningkat dari siklus I 57,09 menjadi 81,34 pada siklus II. Nilai siswa pada siklus I tersebar dari skor minimum 25 sampai skor maksimum 90 atau dalam rentang 65. Sedangkan pada siklus II nilai siswa tersebar dari skor minimum 65 sampai skor maksimum 100 atau dalam rentang 35. Adapun ketuntasan klasikal siswa mengalami peningkatan yaitu pada siklus I hanya 25% menjadi 96,9% pada siklus II.
2. Secara kualitatif, berdasarkan lembar observasi aktifitas siswa terjadi peningkatan dalam hal keinginan siswa untuk belajar yang terindikasi dari kehadiran siswa yang meningkat dari 70,84% menjadi 96,88%, siswa yang memperhatikan saat guru menjelaskan materi dari 67,22% menjadi 96,88%, siswa yang mengajukan pertanyaan meningkat dari 32,28% menjadi 51,03%, sedangkan yang melakukan aktivitas lain diluar kegiatan pembelajaran menurun dari 46,88% menjadi 7,28%. Jadi rata-rata persentase aktivitas siswa mengalami peningkatan yaitu pada siklus I hanya 53,33% dan pada siklus II sebesar 77%.
56
B. Saran
1. Untuk meningkatkan hasil belajar yang berkaitan dengan soal matematika maka diharapkan kepada segenap guru maupun calon guru untuk menerapkan pendekatan model pembelajaran Explicit Instruction.
2. Kepada peneliti sebagai tindak lanjut penerapan model pembelajaran Explicit Instruction pada saat proses pembelajaran, diharapkan agar lebih banyak memberikan latihan kepada siswa.
3. Diharapkan kepada peneliti bidang pendidikan, khsusnya dibidang pendidikan matematika, agar lebih banyak melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan dari model pembelajaran Explicit Instruction.dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA