1.4 Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan
2.1.2 Pengertian Program
2.1.3.3 Model Implementasi Corporate Social Responsibility
Sesudah mengetahui pihak – pihak yang menjadi pemangku kepentingan dengan kepentingan maupun indikator kepuasan masing–masing pihak, maka langkah selanjutnya adalah merancang bentuk kerjasama yang paling tepat yang akan ditempuh. Maka dapatlah dipahami pahami bahwa implementasi tanggung jawab perusahaan dan saling bekerjasama yang padu diantara semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Walaupun banyak pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut, namun fokus tanggung jawab sosial perusahaan adalah kesejahteraan masyarakat (Siagian,Agus, 2005-2011:91-94)
Ada yang melatarbelakangi munculnya pemikiran mengikutsertakan unsur pemerintah dalam model implementasi tanggung jawab sosial perusahaan? Kajian mendalam perihal garis pemikiran diatas setidaknya dilatarbelakangi dua hal, yaitu :
1. Asas ideology Welfare State yang dianut oleh hamper semua Negara didunia saat ini melahirkan asumsi, bahwa pemerintah sebagai personipikasi Negara memiliki kepentingan dan komitmen yang kuat dalam mensejahterakan masyarakatnya. Oleh karena itu perumusan dan penetapan kebijakan yang berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat sepatutnya mengikutsertakan unsure pemerintah.
2. Tanggung jawab social perusahaan adalah suatu kewajiban perusahaan dianggap sebagai bagian dari performa perusahaan yang secara menyeluruh telah diatur dalam hokum dimana pemerintah merupakan pihak yang dimiliki kepentingan komitmen atas berlakunya, hal ini merupakan Konsekuensi logis dari Negara sebagai satu – satunya organisasi yang berdaulat.
Dalam kajian Wibisono (2007) tentang model implementasi tanggung jawab sosial perusahaan mengemukakan bahwa model dalam bentuk kerjasama yang melibatkan tiga pihak.antaranya Perusahaan-Masyarakat-Pemerintahan. Dimana tiga pihak dalam bentuk kerjasama dalam proses pelaksanaan tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan bagi perusahaan masyarakat. Akan tetapi model tersebutlah oleh banyak pihak dianggap masih tetap sesuai untuk dilaksanakan hingga saat ini. Dan ada tiga bentuk kepentingan yang melibatkan tiga pihak tersebut dalam suatu kerjasama, yaitu:
1. Secara Konstitusional perusahaan adalah mitra pemerintah dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana diatur dalam pasal 33 UUD 1945. Sehubungan dengan praktek bisnisnya dalam mengelola sumber daya alam, maka perusahaan tergantung pemerintah, khususnya dalam rangka memperoleh izin usaha.
2. Perusahaan merupakan institusi yang senantiasa member dukungan kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan kewajiban lainya sehingga pemerintah memiliki biaya operasional dalam melakukan pengelolahan pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama penerimaan pajak adalah apajak, dan sumber utama pajak adalah para pelaku usaha atau badan – badan usaha.
3. Kenyamanan aktivitas ekonomi bagi perusahaan sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan. Kondisi seperti ini semakin pekat diera demokrasi dan penghargaan atas hak- hak azasi manusia. Selanjutnya perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan dipengaruhi pula oleh perilaku perusahaan dalam member manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat.
Dalam upaya mencapai efektivitas implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, Saidi dan Abidin (2004:64-65) mengemukakan sedikitnya sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang diterapkan di Indonesia, yaitu :
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan
biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan-perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan di antaranya adalah Yayasan Coca-cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan). 3. Bermitra dengan pihak lain.
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerja sama dengan lembaga sosial/ organisasi non pemerintah (ornop), instansi pemerintah, universitas, atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/ ornop yang bekerja sama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa, instansi-instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/ LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos), perguruan-perguruan tinggi (UI, ITB, IPB), media massa (Dkk kompas, Kita Peduli Indosiar).
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang bersifat „hibah pembangunan‟. Pihak konsorsium atau
lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.
Rogovsky (2000) mengemukakan bahwa implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang memiliki efektivitas yang tinggi hanya dapat dicapai jika pelaku usaha tidak lagi berperan hanya sebagai dermawan. Sikap seperti ini menurutnya berdampak negatif, yaitu melestarikan keuntungan pada uang kontribusi. Dalam konteks pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, semestinya dapat dibangun suatu relasi dalam bentuk mitra kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat setempat dalam upaya mencapai tujuan bersama. Rogovsky menyusun table yang menggambarkan manfaat pengelibatan masyarakat setempat oleh perusahaan dalam mengimplementasikan program tannggung jawab sosial perusahaan sebagai berikut:
Table 2.1 Manfaat Pengelibatan masyarakat setempat – Perusahaan
Masyarakat setempat pada Perusahaan Perusahaan pada masyarakat setempa
1. Reputasi yang lebih baik 2. Izin beroperasi secara sosial
3. Mampu menggunakan pengetahuan dan tenaga kerja lokal
4. Keamanan yang lebih terjamin Infrastruktur dan lingkungan sosial ekonomi yang lebih baik
1. Peluang penci a kesempatan kerja, pengalaman kerja dan program latihan Pembagian penanaman modal bagi masyarakat, pengembangan rangka asas Keterampilan perdagangan
5. Menarik dan menjaga pribadi yang efisien dan memiliki komitmen yang tinggi Menarik pekerja, pemasok, pemberi pelayanan dan konsumen setempat yang berkualitas
Laboratorium kajian pembaruan organisasi
2. Efesiensi teknik dan pribadi pekerja yang terlibat
Keterwakilan ekonomi sebagai strategi omosi bagi prakarsa masyarakat setempat