• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN SARULLA OPERATION LIMITED DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN SARULLA OPERATION LIMITED DI KABUPATEN TAPANULI UTARA"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

TAPANULI UTARA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ANDREAS HUTAGALUNG 140902130

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

TAPANULI UTARA

ABSTRAK

Diperkenalkannya Tanggung jawab sosial atau yang lebih dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility) pertama kali oleh karya Howard R.Bowen yang bersifat kedermawanan pestisida bagi lingkungan dan kehidupan . . Peraturan perundang-undangan yang memuat kaidah implementasi tanggung jawab sosial yang terdapat pada Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007. Indonesia mewajibkan perusahaan yang memiliki usaha berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial. Salah satu perusahaan yang telah menerapkan program CSR sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan hidup adalah Sarulla Operations Limited di Kabupaten Tapanuli Utara . Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan Sarulla Operation Limited. Informan utama dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima manfaat program tanggung jawab sosial perusahaan, informan kunci yaitu manajer CSR SOL , serta informan tambahan yaitu kapala bagian perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara . Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh di lapangan kemudian dianalisis secara kualitatif untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan Sarulla Operation Limited menggunakan model komitmen untuk membangun dan memiliki komunitas yang berbasis dan kebutuhan yang terprogram, yang akan memperkuat hubungan antara proyek dan masyarakat lokal di daerah , dengan prinsip sustainability dan berkesinambungan. Oleh karena itu, SOL merancang dan memprioritaskan kegiatan CSR untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat sekitar lokasi proyek. Program CSR memberi kontribusi kepada masyarakat setempat melalui Corporate Social Responsibility (CSR) program di sektor pertanian, perbaikan mata pencaharian, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan sosialisasi mengenai kegiatan panas bumi dan bantuan pendidikan

(3)

ABSTRACT

The introduction of social responsibility or better known as CSR (Corporate Social Responsibility) was first made by Howard R.Bowen's work, which is the generosity of pesticides for the environment and life. . Legislation that contains the principles of implementation of social responsibility contained in Law No. 40 of 2007. Indonesia requires companies that have businesses related to natural resources to carry out social responsibility. One company that has implemented a CSR program as a form of environmental awareness is Sarulla Operations Limited in North Tapanuli Regency. This study aims to get an overview of the implementation of the Sarulla Operation Limited corporate social responsibility program. The main informants in this study were the community beneficiaries of corporate social responsibility programs, the key informants were the CSR SOL manager, and additional informants namely the head of the economic section of North Tapanuli Regency. Data collection techniques carried out with literature study, observation, interviews, and documentation. Data obtained in the field are then analyzed qualitatively to produce a conclusion. The results of this study indicate the form of implementation of corporate social responsibility programs implemented by Sarulla Operation Limited using a commitment model to build and have community-based and programmed needs, which will strengthen the relationship between the project and local communities in the area, with the principle of sustainability and sustainability. Therefore, SOL designed and prioritized CSR activities to meet the needs of the local community and to improve the lives of the community around the project site. The CSR program contributes to the local community through the Corporate Social Responsibility (CSR) program in the agricultural sector, improving livelihoods, education, health, infrastructure and outreach on geothermal activities and educational assistance

(4)

Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Kasih, oleh karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menerima bantuan moril dan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih sedalam – dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.HUM, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Agus Suriadi, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Agus Suriadi, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih untuk segenap waktu dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas.

5. Mia Aulina Lubis S.Sos M. Kesos selaku Dosen Penguji atas saran, kritik, dan teladan yang diberikan. Terimakasih atas saran-saran baik yang diberikan.

6. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan banyak ilmu dan bantuan dalam hal perkuliahan kepada penulis.

(5)

.Berpartisipsi menjadi informan penulis dan menyediakan waktu maupun memberikan informasi untuk keperluan skripsi penulis.

8. Kepada ntuk Orang Tuaku tersayang, Bapakku I Hutagalung dan Mamaku G Sinaga tersayang yang memberikan pendidikan paling pertama sekali. Terima kasih telah merawat dan membesarkan, selalu mendukung, dan memberi kasih sayang, serta doa yang tak hentinya kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

9. Kepada saudariku Kak Ratna, Bang Lambok dan Adek Liksi yang selalu mendukung dalam pengerjaan skripsi ini. Segala doa, kasih sayang dan motivasi yang memberi semangat. Tetap menjadi saudara yang saling mendukung dan menopang dalam segala hal baik.

10. Kepada Suryanta Nababan orang yang tidak pernah menyerah dan sabar untuk selalu memotivasi penulis agar penelitian cepat diselasikan

11. Teman – teman seperjuangan di Departemen Kesejahteraan Sosial FISIP USU terkhusus stambuk 2014 yang telah bersama menjalani proses perkuliahan.

12. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doa yang telah diberikan, penulis mengucapkan banyak terimakasih terkhsusnya kepada Informan ataupun Masyarakat Pahae Jae dan Pahae Julu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat

(6)

Medan, Oktober 2019

Penulis

(7)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat ... 9

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 10

1.4 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis ... 13

2.1.1 Implementasi ... 13

2.1.1 Pengertian Implementasi ... 13

2.1.2 Tahap Implementasi ... 15

2.1.2 Pengertian Program ... 17

2.1.3 Tanggung Jawab Sosial / Corporate Social Responsibility 2.1.3.1 Munculnya Konsep CSR ... 18

2.1.3.2 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 23 2.1.3.3 Model Implementasi Corporate Social

(8)

(CSR) di Indonesia ... 34

2.1.4 Perusahaan 2.1.4.1 Pengertian Perusahaan ... 35

2.1.4.2 Jenis Perusahaan ... 37

2.1.4.3 Tujuan dan Manfaat CSR Bagi Perusahaan ... 39

2.1.5 Pandangan Dunia Usaha Terhadap CSR di Indonesia ... 40

2.1.6 Tripel Bottom Line ... 42

2.2 Penelitian Yang Relevan ... 50

2.3 Kerangka Pemikiran ... 51

2.4 Defenisi Konsep ... 55

2.5 Defenisi Operasional ... 57

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 60

3.2 Lokasi Penelitian ... 60

3.3 Informan Penelitian ... 61

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.5 Teknik Analisa Data ... 62

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 63

4.2 Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Utara ... 63

BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 66

(9)

5.1.3 Informan Utama ... 72

5.1.4 Informan Tambahan ... 88

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 93

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 94

6.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN

(10)

Table 2.1 Manfaat Pengelibatan masyarakat setempat – Perusahaan ... 32 Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Keagamaan... 91 Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Kesehatan ... 92

(11)

2.1 Bagan Alur Pikir ... 46 2.1 Tripple Bottom Line ... 47 4.1 Struktur Organisasi Sarulla Operation ... 54

(12)

1. Dokumentasi

2. Surat Pengajuan Judul Skripsi 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Balasan Izin Penelitian 5. Berita Acara Seminar Proposal 6. Berita Acara Seminar Hasil 7. Pedoman Wawancar

(13)

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa perusahaan sebagai suatu sistem, dalam keberlanjutan dan salah satu pelaku ekonomi yang tentunya mempunyai peranan sangat penting terhadap kelangsungan hidup perekonomian negara ataupun masyarakat luas. Dalam eksistensinya suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara perusahaan dengan masyarakat sebagai kontribusi dan harmonisasi .Dua aspek penting harus diperhatikan agar terci a kondisi sinergis antara keduanya sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat (Susiloadi, 2008:123 dalam Wardani D, 2008).

Awal kehadiran revolusi industri berkembang, organisasi bisnis atau perusahaan memandang dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belakang. Sumbangan pada masyarakat lebih berupa penyediaan lapangan kerja dan melalui mekanisme pajak yang dipungut negara. Mereka juga merasa wajar mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari pemerintah dan negara karena telah memberikan manfaat besar pada keuntungan negara dan telah nyata menjadi sumber utama biaya operasional negara melalui pajak dan berbagai kontribusi lainny (Daslani dalam Siagian, 2007 : 7).

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang terus tumbuh dan berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi. Oleh karena itu muncul pula kesadaran untuk

(14)

dermawannan sosial. Sikap kemurahan hati inilah sesungguhnya merupakan konsep tanggung jawab sosial perusahaan yang paling awal dan koservatif (Wibisono dalam Siagian, 2007).

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang kini banyak diimplementasikan banyak perusahaan, mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup panjang. Berawal perusahaan perusahaan besar itu secara nyata mengalami cost dan benefit yang tidak seimbang di masyarakat tradisional. Sehingga kesadaran CSR semakin terasa pada tahun 1960-an, masyarakat dunia telah pulih dari Perang Dunia II yang mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan (Wibisono, 2007: 4). Konsep CSR dimunculkan pertama kali tahun 1953, yaitu dengan diterbitkannya buku yang berjudul “Social Responsibility of Businessman” karya Howard Bowen yang kemudian dikenal dengan “Bapak CSR” mengemukakan bahwa perusahaan dalam praktek ekonominya tidak boleh berjalan sendiri, melainkan harus menyelaraskan praktek ekonominya dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat setempat dimana perusahaan itu berada (Bowen dalam Siagian 2007). Yang kemudian diperkuat oleh kehadiran buku Carson sampai praktek ekonomi perusahaan yang memperkenalkan konsep baru stakeholders (pemegang kepentingan).

Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan perusahaan itu sendiri. Tanggung jawab sosial dari perusahaan

(15)

(Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Stakeholders menegaskan bahwa perusahaan memiliki berbagi kelompok kepentingan, yang bukan saja menyangkut nilai-nilai ekonomi atau yang keuntungan perusahaan tetapi juga pemasok, pihak masyarakat setempat, bawakan pihak masyarakat bangsa secara keseluruhan (Siagian ,2010 :13).

Tahun 1998, konsep CSR semakin popular terutama setelah kehadiran buku Cannibals With Forks :The Triple Bottom Line in 21 st Century Business, karya John Elkington. Dia mengemas CSR dalam tiga fokus atau 3P yang merupakan singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan memiliki kepedulian pada kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Pada tahun 2002, World Summit Suistanable Development di Yohannesburg memunculkan konsep Social Responsibility yang mengiringi dua konsep sebelumnya, yaitu economic dan environment suistanability (Rachman, 2011 : 81-82)

Ternyata sebagai sebuah konsep yang semakin populer, CSR ternyata belum memiliki definisi yang tunggal. The World Business Council for Substainable Development (WBCSD) misalnya lembaga Internasional yang berdiri tahun 1995 dan beranggotakan lebih dari 120 multinasional company mendefinisikan CSR sebagai koitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi,

(16)

bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga untuk peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.(Wibsono, 2007:7). Saat ini program CSR semakin maju, bahkan sudah ada inisiatif yang menetapkan standar secara internasional dalam bentuk ISO, yaitu ISO 26000. ISO 26000 menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah bentuk kepedulian sosial perusahaan yang saat ini menjadi aspek penting dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, disamping (ISO 9000) isu kualitas dan (ISO 14000) mengenai lingkungan (Rachman, 2011: 37)

Aktivitas CSR memang memperlihatkan kecendrungan yang sangat meningkat, baik di Indonesia maupun di berbagai negara. Sulit dipungkiri bahwa wacana CSR yang sebelumnya merupakan isu marginal, kini telah menjelma menjadi isu sentral. Komitmen untuk bertanggung jawab secara sosial disadari bahwa keuntungan untuk keberlangsungan suatu entitas usaha, secara jangka panjang hanya bisa didapatkan dengan adanya kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan pemberian nilai sumbangan yang bersifat charity, dari US $ 9,6 milyar pada tahun 1999 menjadi US $ 12,19 milyar pada tahun 2002 ( Philip Kotler , 2005)

Pada tren Globalnya, kepedulian masyarakat global terhadap produk- produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi manusia (HAM). Seperti yang dilakukan oleh bank-bank di Eropa menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman hanya kepada perusahaan yang mengimplementasikan CSR dengan baik dan dalam pelaksanaan CSR di bidang pasar modal adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mempraktikkan

(17)

CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu kriterianya adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) yang memiliki FTSE4Good sejak 2001.

Pada perusahaan di Inggris ini tidak lepas dari pengamatan publik (masyarakat dan negara) karena harus transparan dalam praktik bisnisnya. Publik bisa protes terbuka ke perusahaan jika perusahaan merugikan masyarakat , konsumen, buruh dan lingkungan. Melihat perkembangan ini, tahun lalu, disahkan Companies Act 2006 yang mewajibkan perusahaan yang sudah tercatat di bursa efek untuk melaporkan bukan saja kinerja perusahaan (kinerja ekonomi dan financial) melainkan kinerja sosial dan lingkungan. Sementara itu, Kanada mengatur CSR dalam aspek kesehatan, hubungan industrial, proteksi lingkungan, dan penyelesaian masalah sosial. Dan implementasi CSR di Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat telah mengadopsi code of conduct CSR yang meliputi aspek lingkungan hidup, hubungan industrial, gender, korupsi, dan hak asasi manusia (HAM). Sementara itu, Kanada mengatur CSR dalam aspek kesehatan, hubungan industrial, proteksi lingkungan, dan penyelesaian masalah sosial. (sutedi 2015 : 55-57)

Sedangkan CSR di Indonesia berawal dari permaslahaan pembangunan nasional orde baru yang berkesinambungan dalam pengambillan keputusan dari bawah ke atas tanpa melibatkan masyarakat dan eksploitasi yang luar biasa tanpa meperhatikan pemeliharaan lingkungan. Sebagai contoh yaitu mereka pemegang

(18)

Hak Pengolahan Hutan(HPH) yang utama adalah devisa negara yang dihasilkan dari satuan meter kubik yang dijual tanpa memperhatikan atas fungsi hutan yang berkenaan dengan kepentingan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan ternyata bertentangan dengan budaya masyarakat setempat atau kearifan lokal menunjukkan masyarakat Indonesia di semua lingkungan atau daerah memiliki sikap yang cukup arif dalam rangka melestarikan lingkungan. Oleh karena itu, masyarakat setempat senantiasa melakukan respon atau umpan balik berupa protes atas kerusakan lingkungan yang terjadi akibat perilaku pelaku usaha.

Kesadaran akan keadaan tersebut menimbulkan dorongan pada pelaku usaha untuk lebih memperhatikan tujuan dan kepentingan yang berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Perhatian ini dimaksudkan untuk menggantikan peluang dan kebebasan melakukan aktivitas ekonomi yang hilang akibat kehadiran perusahaan. Mereka menuntut perusahaan agar memberikan perhatian yang baik dan berkesinambungan atas pemeliharaan lingkungan. Maka pelaku usaha memunculkan perilaku kemurahan atau kedermawanan sosial yang kemudian berkembang menjadi tanggung jawab sosial perusahaan. Dan perusahaan multi nasional menjadikan pelopor dalam implementasi tanggung jawab sosial perusahaan. Perkembangan selanjutnya yang di warnai oleh polemik tanggung jawab sosial perusahaan mengiringnya keranah hukum atau yuridis. Dimana ranah hukumnya ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang memuat kaidah implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dalam Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995 kemudian di revisi

(19)

Nomor 92 Tahun 1996 dan pada akhirnya dipertagas tegas dalam UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 74 ayat 1,2,3, dan 4 tentang Perseroan Terbatas ( )

Di Indonesia, konsep CSR yang dilakukan perusahaan masih masih sangat sedikit dan pemahaman mengenai CSR pun masih belum merata . Hal ini diperkuat oleh penelitian Chambers dan kawan-kawan (Wibisono, 2007: 72) terhadap pelaksanaan CSR di tujuh Negara Asia, yakni India, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Dari masing-masing negara diambil 50 perusahaan yang berada pada peringkat atas berdasarkan pendapatan operasional untuk tahun 2002, lalu dikaji implementasi CSR-nya. Hasilnya, Indonesia tercatat sebagai negara yang paling rendah penetrasi pelaksanaan CSR dan derajat keterlibatan komunitasnya.

Namun demikian, berbagai perusahaan di Indonesia berupaya untuk bisa menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan. Bogasari melalui pendampingan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah, serta Astra Internasional Tbk. dengan membentuk Politeknik Manufaktur Astra. Bahkan beberapa perusahaan pernah memenangkan CSR Award, antara lain Petrokimia Gresik, Semen Gresik Tbk., dan Riau Andalan Pulp & Paper. Dan para peraih csr indonesia award 2018 . Mifa Bersaudara . Agincourt Resources dan . Asmin Bara Bronang. (http://csr-indonesia.com 2018/05/08/inilah-para-peraih-csr-indonesia-awards-2018/)

Potensi kehadiran Perusahaan sektor industri manufaktur merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Berdasarkan kontribusi output sektor industri manufaktur selama periode Triwulan I-III Tahun 2017 berkisar 20 persen, menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur menjadi

(20)

leading sector yang memberikan sumbangan terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibanding sektor lainnya.

Sarulla Operation Limited (SARULLA OPERATION LIMITED) merupakan perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi berkapasitas 110 MW yang baru di resmikan Mei 2017 oleh Bapak Presiden Jokowi di Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Walaupun SARULLA OPERATION LIMITED sudah di bangun mulai tahun 1993 di bawah Joint Operating Contract dengan pertamina tetapi tertunda tahun 1994 di karenakan tuntutan di pengadilan pelanggaran HAM saat membangun pipa LNG dengan junta militer Birma. Yang kemudian pada tanggal 14 desember 2007 dalam pelaksanaan Pengembangan Lapangan Panas Bumi dan Pembangunan PLTP Sarulla Operation Ltd (SARULLA OPERATION LIMITED) melakukan Konsorsium yang telah ditandatangani Presiden Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dan Perdana Menteri Jepang, Bapak Shinzo Abe, menyaksikan penandatanganan HOA tersebut yang ditanda tangani oleh Eddie Widiono, Presiden Direktur PLN, Ari Sumarno, Presiden Direktur Pertamina, dan Konsorsium yang diwakili oleh Hilmi Panigoro, Presiden Direktur Medco Energi, David Citrin, Vice President Ormat,dan Akira Yokota, Executive Vice President Itchu, pada acara Japan-Indonesia Business Forum.

Kehadiran SARULLA OPERATION LIMITED DI Kabupaten Tapanuli Utara memiliki banyak potensi, khususnya sumber daya alam yang telah bersumbangsih kepada negara. Sehingga, Pemerintah Pusat sebaiknya tidak menyamaratakan jumlah pemberian APBD dengan daerah lain yang tidak bersumbangsih ujar Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan ditemui di Pendopo

(21)

Rumah Dinas, Jalan Ahmad Yani, Tapanuli Utara, Jumat (http://medan.tribunnews.com/2017/09/29/ada- -Sarulla Operation Limited-bupati-bilang-tapanuli-utara-jangan-lagi-kekurangan-listrik). Dan adanya penelitian terdahulu yang pernah dilakukan terhadapi SARULLA OPERATION LIMITED menunjukan respon persepsi masyarakat dengan nilai 0,26 dan pengaruh kehadiran Nilai R-Square menunjukkan pengaruh sebesar 0,016 atau 1,6, Dari hasil Uji t-Statistik artinya bahwa secara parsial Kehadiran . SARULLA OPERATION LIMITED berpengaruh nyata terhadap kesejahteraan masyarakat Tapanuli Utara. Pengaruh di lihat berdasarkan Kesehatan, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Perumahaan dan Lingkungan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melihat “Implementasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Sarulla Operations Limited Di Kabupaten Tapanuli Utara 1.2 Perumusan Masalah

Masalah merupakan pokok dari suatu penelitian. Penelitian ini perlu ditegaskandan dirumuskan masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan permaslahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: “Bagaimana Implementasi Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Sarulla Operations Limited Di Kabupaten Tapanuli Utara ?"

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program tanggung jawab sosial yang dilaksanakan oleh Sarulla Operation Limited

(22)

di Kabupaten Tapanuli Utara, dengan memfokuskan perhatian pada proses pelaksanaan yang mencakup tahapan-tahapan dan bidang-bidang program.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Secara akademis dapat memperkaya referensi dalam rangka pengembangan konsep-konsep, teori-teori penulisan dan ilmu pengetahuan pada umumnya dan khususnya ilmu kesejahteraan sosial, terutama mengenai permasalahan sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat saat ini.

2. Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran serta pemahaman dan pandangan baru serta dapat menjadi kajian lebih lanjut serta mengembangkan ilmu pengetahuan untuk melahirkan konsep-konsep ilmiah tentang tentang Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Sarulla Operation Limited (SARULLA OPERATION LIMITED) Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan Kabupaten Tapanuli Utara.

3. Manfaat Praktis

Dari segi praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan, para Sarulla Operation Limited (SARULLA OPERATION LIMITED) dan masyarakat sebagai bahan masukan untuk dapat mengimplementasikan CSR

(23)

1.4 Sistematika Penulisan 1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini secara garis besar akan disajikan dalam 6 bab utama sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Masalah

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teoritis

2. Penelitian yang Relevan 3. Kerangka Pemikiran 4. Defenisi Konsep

BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

2. Lokasi Penelitian 3. Informan Penelitian 4. Teknik Pengumpulan Data 5. Teknik Analisis Data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Letak Geografis Lokasi Penelitian

(24)

3. Profil Lokasi Penelitian

4. Visi, misi dan tujuan Lokasi Penelitian

5. Struktur Organisasi/ Lembaga Lokasi Penelitian 6. Kondisi Umum tentang Klien

7. Kondisi Umum tentang Petugas

8. Keadaan Sarana dan Prasarana Lokasi Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 2. Pembahasan Hasil Penelitian 3. Keterbatasan Penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

(25)

2..1 Landasan Teori 2.1 Implementasi

2.1.1 Pengertian Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan. (Webster dalam Wahab ,2004).

Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian implementasi adalah pelaksanaan; penerapan. Pemahaman implementasi dikemukakan oleh Lineberry dengan memberikan makna bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu, dan kelompok-kelompok pemerintah dan swasta, yang diarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang menjadi prioritas dalam keputusan kebijakan (Putra, 2001:81).

Lineberry juga menyatakan bahwa proses implementasi setidak-tidaknya memiliki elemen-elemen sebagai berikut: pembentukan unit organisasi barudan staf pelaksana; penjabaran tujuan ke dalam berbagai aturan pelaksana (standard operating procedures/SOP); koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok sasaran; pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas badan

(26)

dengan pendapat Anderson yang mengemukakan bahwa implementasi dapat dilihat dari empat aspek, yaitu: siapa yang mengimplementasikan kebijakan, hakekat dari proses administrasi, kepatuhan (kompliansi) kepada kebijakan, dan efek atau dampak dari implementasi kebijakan (Putra, 2001:81)

Sedangkan Wibisono (2007) menyebutkan bahwa implementasi program CSR dipengaruhi oleh cara pandang dan strategi yang dipilih perusahaan untuk melaksanakan aktivitas tanggung jawab sosialnya yang melibatkan tiga pihak diantaranya perusahaan masyarakat-pemerintah . Nurdiana (2008) mengemukakan bahwa implementasi CSR merupakan pelaksanaan program- program aktivitas CSR yang telah dibuat dan direncanakan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan dan masyarakat

Implementasi dimaksudkan membawa ke suatu hasil (akibat) melengakapi dan menyelesaikan. Implementasi juga dimaksudkan menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan sesuatu, memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu. Pressman dan Wildavsky mengemukakan bahwa : “implimentation as to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete” maksudnya: membawa, menyelesaikan, mengisi, menghasilkan, melengkapi (Pressman dan Wildavsky,1978:21). Jadi Implementasi dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila dikaitkan dengan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.

(27)

Implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administratif, tetapi mengkaji faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditemukan elemen yang terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Anderson dalam buku Joko Widodo yang berjudul Good Governance telaah dari Dimensi: Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Elemen tersebut antara lain mencakup: 1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu. 2. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah. 3. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, dan bukan

apa yang bermaksud akan dilakukan.

4. Kebijakan publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai sesuatu masalah tertentu) dan bersifat negatif (keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

5. Kebijakan publik (positif), selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif) (Widodo, 2001;190)

Sebagai suatu kerjasama, maka implemetnasi tanggung jawab sosial perusahaan adalah upaya perusahaan dalam meningkatkan peran dan kesejahteraan masyarakat. Dan bahwa implementasi tanggung jawab perusahaan memerlukan sikap saling memahami dan bekerjasama yang padu di antara semua pihak,baik dari pemerintah maupun masyarakat dan harus berfokus kepada kesejahteraan masyarakat.

(28)

2.1.2 Tahap Implementasi

Dalam pembuatan suatu sistem pasti ada tahap implementasi. yang dimaksud dengan implementasi adalah merupakan realisasi sistem yang berdasarkan pada desain yang telah dibuat. tahapan implementasi dibagi menjadi 4 tahapan menurut “Whitten, Bentley & Barlow, 1993″ , yaitu sebagai berikut 1. Membuat dan menguji basis data & jaringan

Pada tahap ini adalah tahap dimana menguji basis data dan jaringan yang telah ada pada sistem dan harus diimplementasikan sebelum pemasangan program komputer.

2. Membuat dan menguji program.

Tahap yang kedua adalah tahap membuat dan menguji program. Pada tahap ini rencana yang telah ada dikembangkan lagi menjadi lebih rinci dan dilakukan pengujian terhadap program tersebut.

3. Memasang dan menguji sistem baru.

Pada tahapan yang ketiga ini dilakukan uji coba terhadap sistem baru tersebut, untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut sudah terpenuhi.

4. Mengirim sistem baru kedalam sistem operasi.

Tahapan yang keempat atau tahapan yang terakhir adalah untuk menggantikan sistem yang lama dengan sistem baru yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini sistem sudah siap untuk dioperasikan.

Sedangkan strategi perencanaan yang telah dirancang untuk mencapai implementasi dalam buku membedah kopnsep csr oleh Yusuf Wibisono yaitu Tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi keputusan menurut Tangkilisan (2003) adalah penafsiran, organisasi, dan penerapan antara lain :

(29)

1. Penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

Pertamana adalah penafsiran, yaitu merupakan kegiatan yang menerjemahkan makna program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan. Kedua adalah organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program ke dalam tujuan kebijakan. Dan yang terakhir penerapan yang berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah, dan lain-lainnya.

2.1.2 Pengertian Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terci anya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

1. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

2. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

3. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

5. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan. “A programme is collection of interrelated project designed to

(30)

harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan. Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengindentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu:

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program.

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang biasanya juga diidentifikasikan melalui anggaran.

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis yang jelas, yakni: sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi Sarulla Operation Limitedusi terbaik (Jones, 1996:295).

2.1.3 Tanggung Jawab Sosial / Corporate Social Responsibility {CSR} 2.1.3 1. Munculnya Konsep CSR

Revolusi industri pada dekade 19-an, telah mengakibatkan adanya ledakan industri. Di era itu, korporat memandang dirinya sebagai organisasi yang bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya berupa penyediaan lapangan kerja dan mekanisme pajak yang dipungut

(31)

pemerintah. Padahal, komunitas membutuhkan lebih dari itu. Kegiatan ekonomi yang dilakukan korporat telah membawa kerusakan pada lingkungan, yang acap kali biaya pemulihannya dibebankan pada komunitas/pemerintah. Seiring perkembangan teori manajemen, periode 1970-an korporat pun mulai menyadari pentingnya peran lingkungan internal dan eksternal terhadap keberadaanya. Komunitas tidak lagi dianggap sebagai konsumen semata, melainkan juga sebagai mitra (partnership). Maka lahirlah istilah CSR atau tanggung jawab sosial korporat. Itulah yang kemudian melatarbelakangi munculnya konsep CSR yang palling primitif: kedermawaan yang bersifat karitatif. (Siagian,2010)

Saat ini belum ada defenisi tunggal Tanggungjawab Sosial Perusahaan (TSP) atau yang lebih akrab dalam bahasa inggris yang disebut dengan Corporate Social Responsibity (CSR). Di dalam banyak literatur, banyak yang sepakat bahwa karya Horward R. Bowen yang berjudul Social Responsibilities of the Businessman yang terbit pada tahun 1953 merupakan tonggak sejarah CSR Modern. Sejak penerbitan buku Bowen ini, memberikan pengaruh yang besar terhadap buku-buku CSR yang terbit sesudahnya sehingga banyak yang sepakat untuk menyebut Bowen sebagai Bapak CSR. (Daslani dalam Siagian,2010)

Selanjutnya pada tahun 1966, banyak usaha yang dilakukan untuk memberikan formalisasi definisi CSR dan salah satu akademisi yang dikenal pada masa itu adalah Keith Davis. Davis menegaskan adanya tanggung jawab sosial perusahaan di luar tanggung jawab ekonomi semata. Tahun 1971, Committee for Economic Development (CED) menerbitkan Social Responsibilities of Business Corporations. Penerbitan yang dapat dianggap sebagai code of conduct bisnis tersebut dipicu adanya anggapan bahwa kegiatan usaha memiliki tujuan dasar

(32)

untuk memberikan pelayanan yang konstruktif untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan masyarakat.

Sejak tahun 1970 literatur yang dikenalkan berisi diskursus bahwa dunia usaha memiliki multiplisitas kepentingan termasuk stakeholders, suplier, karyawan, komunitas lokal dan masyarakat suatu suatu bangsa keseluruhan. Dari konsep ini kemudian berkembang apa yang dikenal dengan stakeholders theory, yaitu sebuah yang mengatakan bahwa tanggungjawab korporasi sebetulnya melampaui kepentingan berbagai kelompok yang hanya berfikir tentang urusan finansial, tanggungjawab tersebut berkaitan erat dengan masyarakat secara keseluruhan yang menentukan hidup matinya suatu perusahaan. Dalam dekade ini pula coommite for economic development (CED) menerbitkan panduan berjudul “Social Responsibility of Business Corporation” ( Fischler dalam Matias 2010)

Dalam dekade 1980 berbagai lembaga riset mulai melakukan penelitian tentang manfaat TSP bagi perusahaan yang melakukan tanggungjawab sosialnya, sampai di sinipun TSP masih kabur dan sulit diseragamkan. Pakar ekonomi pembangunan Amerika bernama Thomas Jones adalah tokoh yang banya menulis tentang TSP di berbagai media massa sejak 1980 dan pemikirannya kemudian menjadi acuan di berbagai negara. Intinya adalah ada korelasi positif antara peran perusahaan dalam merealisasikan TSP tersebut. Dekade 1990 adalah periode dimana TSP mendapat pengembangan makna dan jangkauan (Untung, 2008).

Tahun 1987, Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui World Commission on Environment and Development (WCED) menerbitkan laporan yang berjudul Our Common Future. Laporan tersebut menjadikan isu-isu lingkungan sebagai agenda politik yang pada akhirnya bertujuan mendorong pengambilan kebijakan

(33)

pembangunan yang lebih sensitif pada isu-isu lingkungan. Laporan ini menjadi dasar kerja sama multilateral dalam rangka melakukan pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pengenalan konsep sustainable development memberi dampak besar kepada perkembangan konsep CSR selanjutnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep CSR di era tahun 1990-an sampai saat ini ialah diperkenalkannya konsep sustainable development yang mendorong munculnya sustainability report dengan menggunakan metode triple bottom line.Terobosan besar dalam kontek CSR ini dilakukan oleh John Elkington melalui konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang dituangkan dalam bukunya “Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business” yang direlease pada tahun 1997. Ia berpendapat bahwa jika perusahaan ingin sustain, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni bukan cuma profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat (people) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Gaung CSR kian bergema setelah diselenggarakannya World Summit on Sustainable Development (WSSD) tahun 2002 di Johannesburg, Afrika Selatan. Sejak saat inilah, definisi CSR mulai berkembang. (Elkington dalam Matias 2010)

Saat ini program CSR semakin maju, bahkan sudah ada inisiatif yang menetapkan standar secara internasional dalam bentuk ISO, yaitu ISO 26000. ISO 26000 menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah bentuk kepedulian sosial perusahaan yang saat ini menjadi aspek penting dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, disamping (ISO 9000) isu kualitas dan (ISO 14000) mengenai lingkungan (Rachman, 2011: 37)

(34)

Wacana CSR yang sebelumnya merupakan isu marginal, kini telah menjelma menjadi isu sentral. Dimana kepedulian masyarakat global terhadap produk- produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip hak azasi manusia (HAM). Inggris ini tidak lepas dari pengamatan publik (masyarakat dan negara) karena harus transparan dalam praktik bisnisnya. Sementara itu, Kanada mengatur CSR dalam aspek kesehatan, hubungan industrial, proteksi lingkungan, dan penyelesaian masalah sosial dan Implementasi CSR di Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat telah mengadopsi code of conduct CSR.

Perkembangan pelaksanaan CSR untuk konteks Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif yang berbeda. Pertama pelaksanaan CSR memang merupakan praktik bisnis secara sukarela artinya pelaksanaan CSR lebih banyak berasal dari inisiatif perusahaan. Kedua, pelaksanaan CSR bukan lagi merupakan praktik bisnis secara sukarela, melainkan pelaksanaannya sudah diatur oleh undang-undang dan peraturan pemerintah (Situmorang, 2011:33).

Awal CSR Indonesia tersebut lebih banyak dikenal dengan nama Corporate Social Activity (CSA) pada tahun 1990. Secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan (Suharto, 2008). Pembangunan nasional di Indonesia di masa orde baru dengan nama Pembangunan Lima Tahun (Pelita) adalah satu satunya aspek dijadikan sebagai ukuran keberhasilan pembangunan nasional ( Kusumo dalam Matias 2010). Akibat nyata peletakan kesuskesan Pelita adalah kurang diperhatikannya masalah

(35)

masalah yang berkenan dengan lingkungan ataupun masalah-masalah sosial. Hingga reaksi masyarakat yang membawa tanggung jawab sosial perusahaan memasukin Rahnah Hukum pada awal Keputusan Presiden no 90 Tahun 1995 sampai UU Nomor 40 Tahun 2007

2.1.3.2 Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Pengertian tanggungjawab sosial perusahaan pun berbeda-beda tergantung pada kondisi dan ruang lingkup kegiatan usaha. Definisi tanggungjawab sosial perusahaan menurut The International Chamber of Commerce (1999) “ The voluntary Commitment of Business to Manage Its Activities In a Responsible Way.” (http: // www.cauxroundtable.org/ Corporate Governance and Social Responsibility HTM, 2 se ember 2002 ) yaitu Komitmen yang dilakukan secara sadar oleh dunia bisnis untuk mengatur kegiatan-kegiatan secara bertanggungjawab.

Menurut Untung (2009:1) Corporate Sosial Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menintikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan. Kompleksitas permasalahan sosial yang semakin rumit dalam dekade terakhir dan implementasi desentralisasi telah menepatkan CSR sebagai suatu konsep yang diharapkan mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat miskin.

Adapun definisi CSR Menurut Siagian (Siagian dan Suriadi, 2012). Mengemukakan bahwa Tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen dari

(36)

pelaku usaha untuk memberikan perhatian terhadap kesejahteraan karyawannya dan bertindak adil terhadap berbagai pihak yang terkait dengan aktivitasnya, serta dengan ikhlas menyisihkan sebagian dari hasil usahanya untuk membiayai dan secara langsung atau tidak langsung melakukan program-program yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat sebagai pemangku kepentingan utama perusahaan yang dikelola (Siagian dan Suriadi, 2012).

Berdasarkan defenisi yang dirumuskan secara sederhana tersebut, maka pelaku usaha harus memiliki komitmen yang serius untuk membagi sebagian dari hasil keuntungan perusahaannya. Lebih dari itu, pelaku usaha juga harus bertanggung jawab dalam menjamin perumusan dan implementasi berbagai program pemberdayaan masyarakat yang secara nyata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pandangan lain tentang defenisi tanggung jawab sosial perusahaan dikemukakan oleh Bank Dunia yang mengemukakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sebagai suatu persetujuan atau komitmen perususahaan agar bermanfaat bagi pembangunan ekonomi berkesinambungan, bekerja dengan para perwakilan dan perwakilan mereka, masyarakat setempat dan masyarakat dalam ukuran luas, untuk meningkatkan kualitas hidup dengan demikian eksistensi perusahaan tersebut akan baik bagi perusahaan itu sendiri dan baik pula bagi pembangunan Cara yang dikemukakan oleh Bank Dunia ini sudah lebih maju dan menyadarkan para pelaku usaha karena bahwa implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dipandang hanya sebagian biaya, tetapi sekaligus meniad keuntungan bagi perusahaan. (World Bank, dalam Siagian dan Suriadi, 2010 66).

(37)

Sedangkan pandangan Organisasi Asian Forum On Corporate Social Responbility yaitu menekankan bahwa perusahaan dalam aktivitas ekonominya tidak boleh hanya tampil sebagai makhluk ekonomi tapi menjadi makhluk manusiawi dan sosial lingkunganny. Evaluasi Forum Asia memberikan penghargaan kepada perusahaan-perusahaan yang mmengimplementasikan dengan baik tanggung jawab sosial perusahaannya dan komitmen dalam melakukan praktek sosial Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Sosial yang berkesinambungan.

Pendapat dari pakar ilmu sosial seperti Tony Djogo mengemukakan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah pengambilan keputusan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan hukum dan menghargai manusia, masyarakat dan lingkungan. Sedangkan menurut Amin Widjaya Tunggal merumuskan definisi tanggung jawab sosial perusahaan sebagai suatu kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan dan melaksanakan tindakan yang memberi manfaat bagi masyarakat

Pada pelaku usaha itu sendiri juga berpendapat bahwa tanggung jawab sosial perusahaan diartikan sebagai suatu perilaku perusahaan yang wujudnya dalam semua aspek aktivitas ekonomi perusahaan ujar Benny Sutrisno yang merupakan Presiden . Apac Inti Corpora. Pada aspek ekonomi, kerjasama yang berkadilan dalma mata rantai nilaiekonomi dipandan sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan pada aspek lingkungan, tanggung jawab sosial perusahaan terwujud antara lain dalam analisis dan prediksi dampak praktek ekonomi terhadap lingkungan scara bertanggung jawab. Di sisi etika tanggung jawab sosial perusahaan bersifat sukarela, tetapai terkait dampak

(38)

praktek ekonomi perusahaan terhadap lingkungan, maka tanggung jawab sosial perusahaan bersifat memaksa dan diatur oleh hukum ( Hidayat dalam Siagian 2011 ; 70

Corporate Social Responsibility versi Indonesia telah di atur oleh pemerintah dalam UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan UU tersebut, Bab V Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dan CSR dapat diartikan juga tindakan yang timbul dari beberapa tindakan sosial yang baik, di luar minat perusahaan yang dilakukan dengan hukum (McWilliam dan Siegal : 2001) Beberapa isu yang berkaitan dengan konsep dan penerapan CSR ini adalah seperti iisu Sustainable Development yaitu memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang , Good Corporate Governance yaiuty (GCG) yaitu yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para SteakHolder, Protokol Kyoto yaitu Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) tentang Pemanasan Global , Millenium Development Goals yaitu Deklarasi Milenium dari pemimpin-pemimpin dunia untuk tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat dan Triple Bottom Line.

CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosialekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan

(39)

berkelanjutan. Pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people) yang digagas Elkington (1998) .Dengan demikian, CSR adalah “Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional” (Suharto, 2008).

Pada akhirnya perilaku atau cara perusahaan memerhatikan dan melibatkan shareholder, pekerja, pelanggan, pemasok, pemerintah, LSM, lembaga internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan. Namun, CSR seringkali dimaknai sebagai komitmen dan kegiatan-kegiatan sektor swasta yang lebih dari sekadar kepatuhan terhadap hukum.

2.1.3.3 Model Implementasi Corporate Social Responsibility

Sesudah mengetahui pihak – pihak yang menjadi pemangku kepentingan dengan kepentingan maupun indikator kepuasan masing–masing pihak, maka langkah selanjutnya adalah merancang bentuk kerjasama yang paling tepat yang akan ditempuh. Maka dapatlah dipahami pahami bahwa implementasi tanggung jawab perusahaan dan saling bekerjasama yang padu diantara semua pihak, baik dari pemerintah maupun masyarakat. Walaupun banyak pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut, namun fokus tanggung jawab sosial perusahaan adalah kesejahteraan masyarakat (Siagian,Agus, 2005-2011:91-94)

(40)

Ada yang melatarbelakangi munculnya pemikiran mengikutsertakan unsur pemerintah dalam model implementasi tanggung jawab sosial perusahaan? Kajian mendalam perihal garis pemikiran diatas setidaknya dilatarbelakangi dua hal, yaitu :

1. Asas ideology Welfare State yang dianut oleh hamper semua Negara didunia saat ini melahirkan asumsi, bahwa pemerintah sebagai personipikasi Negara memiliki kepentingan dan komitmen yang kuat dalam mensejahterakan masyarakatnya. Oleh karena itu perumusan dan penetapan kebijakan yang berkenaan dengan kesejahteraan masyarakat sepatutnya mengikutsertakan unsure pemerintah.

2. Tanggung jawab social perusahaan adalah suatu kewajiban perusahaan dianggap sebagai bagian dari performa perusahaan yang secara menyeluruh telah diatur dalam hokum dimana pemerintah merupakan pihak yang dimiliki kepentingan komitmen atas berlakunya, hal ini merupakan Konsekuensi logis dari Negara sebagai satu – satunya organisasi yang berdaulat.

Dalam kajian Wibisono (2007) tentang model implementasi tanggung jawab sosial perusahaan mengemukakan bahwa model dalam bentuk kerjasama yang melibatkan tiga pihak.antaranya Perusahaan-Masyarakat-Pemerintahan. Dimana tiga pihak dalam bentuk kerjasama dalam proses pelaksanaan tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan bagi perusahaan masyarakat. Akan tetapi model tersebutlah oleh banyak pihak dianggap masih tetap sesuai untuk dilaksanakan hingga saat ini. Dan ada tiga bentuk kepentingan yang melibatkan tiga pihak tersebut dalam suatu kerjasama, yaitu:

(41)

1. Secara Konstitusional perusahaan adalah mitra pemerintah dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana diatur dalam pasal 33 UUD 1945. Sehubungan dengan praktek bisnisnya dalam mengelola sumber daya alam, maka perusahaan tergantung pemerintah, khususnya dalam rangka memperoleh izin usaha.

2. Perusahaan merupakan institusi yang senantiasa member dukungan kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan kewajiban lainya sehingga pemerintah memiliki biaya operasional dalam melakukan pengelolahan pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama penerimaan pajak adalah apajak, dan sumber utama pajak adalah para pelaku usaha atau badan – badan usaha.

3. Kenyamanan aktivitas ekonomi bagi perusahaan sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan. Kondisi seperti ini semakin pekat diera demokrasi dan penghargaan atas hak- hak azasi manusia. Selanjutnya perilaku masyarakat setempat terhadap perusahaan dipengaruhi pula oleh perilaku perusahaan dalam member manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

Dalam upaya mencapai efektivitas implementasi tanggung jawab sosial perusahaan, Saidi dan Abidin (2004:64-65) mengemukakan sedikitnya sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang diterapkan di Indonesia, yaitu :

1. Keterlibatan langsung.

Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan

(42)

biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan-perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan di antaranya adalah Yayasan Coca-cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan). 3. Bermitra dengan pihak lain.

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerja sama dengan lembaga sosial/ organisasi non pemerintah (ornop), instansi pemerintah, universitas, atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/ ornop yang bekerja sama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa, instansi-instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/ LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos), perguruan-perguruan tinggi (UI, ITB, IPB), media massa (Dkk kompas, Kita Peduli Indosiar).

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang bersifat „hibah pembangunan‟. Pihak konsorsium atau

(43)

lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

Rogovsky (2000) mengemukakan bahwa implementasi tanggung jawab sosial perusahaan yang memiliki efektivitas yang tinggi hanya dapat dicapai jika pelaku usaha tidak lagi berperan hanya sebagai dermawan. Sikap seperti ini menurutnya berdampak negatif, yaitu melestarikan keuntungan pada uang kontribusi. Dalam konteks pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan, semestinya dapat dibangun suatu relasi dalam bentuk mitra kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat setempat dalam upaya mencapai tujuan bersama. Rogovsky menyusun table yang menggambarkan manfaat pengelibatan masyarakat setempat oleh perusahaan dalam mengimplementasikan program tannggung jawab sosial perusahaan sebagai berikut:

Table 2.1 Manfaat Pengelibatan masyarakat setempat – Perusahaan

Masyarakat setempat pada Perusahaan Perusahaan pada masyarakat setempa

1. Reputasi yang lebih baik 2. Izin beroperasi secara sosial

3. Mampu menggunakan pengetahuan dan tenaga kerja lokal

4. Keamanan yang lebih terjamin Infrastruktur dan lingkungan sosial ekonomi yang lebih baik

1. Peluang penci a kesempatan kerja, pengalaman kerja dan program latihan Pembagian penanaman modal bagi masyarakat, pengembangan rangka asas Keterampilan perdagangan

(44)

5. Menarik dan menjaga pribadi yang efisien dan memiliki komitmen yang tinggi Menarik pekerja, pemasok, pemberi pelayanan dan konsumen setempat yang berkualitas

Laboratorium kajian pembaruan organisasi

2. Efesiensi teknik dan pribadi pekerja yang terlibat

Keterwakilan ekonomi sebagai strategi omosi bagi prakarsa masyarakat setempat

2.1.3.4 Konsekwensi penerapan Model implementasi

Model implementasi tanggung jawab social perusahaan hanyalah suatu kerangka berpikir. Hal yang1 utama dari model tersebut adalah efektivitas pelaksanaan tanggung jawab social perusahaan sehingga membawa manfaat yang sebesar- besarnya bagi masyarakat setempat sebagai stakeholder utama perusahaan. Kemudian pelaksanaan tanggung jawab social perusahaan diharapkan menci akan relasi yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat setempat. Capaian ini diharapkan bersinergi dalam menci akan citra yang baik bagi perusahaan dalam mengembangkan dirinya dimasa mendatang. Sehubung dengan apa yang dikemukakan maka ada dua alasan dari argumentasi seperti ini , yaitu 1. Model yang terbaik diterapkan adala model yang sesuai dengan kondisi

masyarakat setempat. Sementara masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam, baik ditinjau dari aspek budaya, wawasan dan pendidikan keterampilan sosial ekonomi maupun kohesi sosialnya. Semuanya merupakan variable pengaruh terhadap model implementasi program tanggung jawab social.

(45)

2. Penerapan suatu model implementasi program tanggung jawab social menuntut berbagai konsekwensi logis yang justru menjadi prasyarat implementasi dari model tersebut

Oleh karena itu hal terpenting bukanlah penetapan model yang bagaimana yang dianut dalam model implementasi program tanggung jawab sosial, melainkan kajian atas konsekuensi logis yang justru menjadi prasyarat implementasi dari model tersebut.

Sesungguhnya perusahaan tersebut tidak memiliki niat yang tulus dalam memberikan khidmat atas kehadiran perusahaan tersebut bagi kehidupan masyarakat setempat. Disamping itu kebijakan menjadi program dan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan merupaka wujud dari sikap mental instan dari pelaku usaha. Cara berpikir tersebut sangat keliru, karena image masyarakat terhadap perusahaan tidak boleh di iringi dan dipaksa melalui media massa.Namun image sesungguhnya jauh lebih agung dari sekedar opini public (Siagian, Suriadi, 2005-2011 :93-103).

2.1.3.5 Dasar Hukum Corperate Social Responsibility (CSR) di Indonesia Adapun yang menjadi dasar hukum dalam pengaturan CSR adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam Bab V Pasal 74 ayat (1), (2), (3), dan (4)

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam Pasal 15 (b) dan Pasal 34

(46)

3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada bagian menimbang butir a, b, d, e, Pasal 1 butir 1, 2, 3, dan Pasal

Pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pengertian CSR dapat dilihat dalam Pasal 74 yang menyebutkan:51

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksuk pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2.1.4 Perusahaan

2.14.1 Pengertian Perusahaan

Menurut KBBI perusahaan adalah kegiatan organisasi berbadan hukum yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara teratur dengan tujuan mencari keuntungan dengan menghasilkan sesuatu, mengolah atau membuat barang-barang, berdagang, memberikan jasa, dan sebagainya. . Kegiatan produksi dan distribusi dilakukan dengan cara menggabungkan berbagai faktor produksi:

(47)

alam (tanah, air, hutan, laut), tenaga kerja (manusia), dan modal (uang, bangunan, mesin, peralatan, dan lain-lain). Kegiatan produksi dan distribusi pada umumnya adalah untuk mendapatkan laba. Namun demikian ada juga bentuk perusahaan yang tidak bertujuan mencari laba, misalnya yayasan sosial, yayasan keagamaan, yayasan pendidikan, dan lain-lain.

Secara umum perusahaan (business) adalah suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut.

Sedangkan yang tertulis dalam UU No.8 Tahun 1997, Pasal 1 (1) : Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau laba bersih, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah negara RI

Adapun menurut (Usman , 2000 : 54) bahwa perusahaan merupakan salah satu bentuk usaha yang mencari suatu keuntungan atau laba, baik yang bergerak bidang dalam usaha perdagangan, bergerak dalam bidang usaha produksi barang, dan bergerak dalam bidang usaha jasa dan memiliki suatu struktur organisasi, manajemen, lokasi dan karyawan atau pegawai. Jadi suatu usaha yang tidak

(48)

memiliki struktur organisasi, manajemen, lokasi dan karyawan, tidak dapat disebut sebagai perusahaan.

Setiap perusahaa memiliki budaya tertentu yang tercermin dari perilaku para pegawainya, kebijakan – kebijakan yang diterapkan dan peraturan- peraturan yang harus ditaati bersama. Budaya perusahaan adalah apa yang dialami oleh masing – masing pegawaui sebagai bagian dari lingkungan berbasis tertentu. Deal &Kennedy (1982) dalam bukunya Corporate Cultures, mendefenisikan empat elemen budaya perusahaan, yaitu lingkungan bisnis, nilai –nilai, cerita – cerita kepahlawanan, dan ritual-ritual. Mccarty dan Steck (1989) menambahkan beberapa aspek lagi, yaitu hakekat industri,demografi para pekerja, persepsi perusahaan, masalah-masalah para pegawai di perusahaan. Aspek –aspek tersebut berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, apakah perusahaan tersebut merupakan kantor pusat atau kantor cabang, apakah para individu yang bekerja diperusahaan itu menyukai pekerjaanya, dan apakah para pegawai mampu menyeimbangkan antara tekanan pekerja dan keluarga (suharto,2007:96).

2.1.4.2 Jenis Perusahaan

Terdapat 3 (tiga) jenis-jenis perusahaan yang beroperasi untuk menghasilkan laba, yaitu perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa. Setiap jenis perusahaan memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Manufaktur Perusahaan ini mengubah input dasar menjadi produk jadi yang akan dijual kepada masing-masing pelanggan. Contoh perusahaan yang tergolong dalam perusahaan manufaktur, seperti Gudang Garam dengan

(49)

produk utamanya adalah rokok, Unilever yang menghasilkan barang-barang konsumsi, seperti pasta gigi, sabun mandi, dan sebagainya.

2. Perusahaan Dagang Perusahaan ini juga menjual produk ke pelanggan, tetapi perusahaan ini tidak memproduksi sendiri barang yang akan dijual. Perusahaan membeli dari perusahaan lain barang yang akan dijualnya. Contoh perusahaan dagang adalah Alfamart, Alfa, Hero, dan sebagainya.

3. Perusahaan Jasa Perusahaan ini menghasilkan jasa, bukan barang atau produk yang kasat mata. Contoh perusahaan ini adalah Hotel Santika, Biro Perjalanan Shafira, dan sebagainya.

Jenis-jenis Organisasi Perusahaan Umumnya terdapat 3 (tiga) bentuk perusahaan yang berbeda, yaitu perusahaan perorangan, perusahaan persekutuan, dan perusahaan perseroan. Masing-masing bentuk perusahaan ini memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Jenis-jenis perusahaan meliputi :

1. Perusahaan Perseorangan

Perusahaan perseorangan dimiliki oleh individu, pemilik tunggal. Bentuk ini mudah pengelolaannya, biayanya juga tidak terlalu mahal. Kelemahan utama bentuk perusahaan ini adalah sumberdaya keuangan yang terbatas pada harta milik pribadi.

2. Perusahaan Persekutuan

Perusahaan persekutuan dimiliki oleh dua atau lebih individu, masingmasing pemilik menyetorkan modalnya ke perusahaan untuk bekerja secara bersama-sama. Sumber daya keuangan tidak hanya berasal pada satu orang saja, tetapi berasal dari beberapa pemilik perusahaan. 3. Perusahaan Korporasi.

(50)

Perusahaan ini dibentuk berdasarkan peraturan pemerintah sebagai suatu badan hukum. Biasanya modalnya terdiri dari saham-saham, yang diterbitkan oleh korporasi tersebut dan dijual kepada masyarakat yang berminat. Keunggulan utama bentuk perusahaan korporasi adalah kemampuan untuk mendapat sejumlah sumberdaya keuangan dengan cara menerbitkan saham tersebut. Sehingga pemegang saham perusahaan ini bisa perorangan, atau individu yang membeli saham perusahaan ini. (http://id.shvoong.com / business –management / management /2195095-jenis - organisasi-perusahaan/ diakses pada tanggal 30 Maret pada pukul 16.20 WIB)

2.1.4.3 Tujuan dan Manfaat CSR Bagi Perusahaan

Keberadaan suatu perusahaan harusnya memberikan dampak yang baik terhadap masyarakat sekitar perusahaan. Menurut Cheng dan Yulius (2011), aktivitas CSR dapat memberikan banyak manfaat, seperti: dapat meningkatkan citra dan daya tarik perusahaan di mata investor serta analis keuangan penjualan, dapat menunjukan brand positioning, dan dapat meningkatkan penjualan dan market share. Seperti yang kita ketahui bersama prinsip dasar CSR yaitu memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari masyarakat sekitar perusahaan atau kepada masyarakat luas pada umumnya, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup mereka, bagi yang notabene dikategorikan miskin. Muljati (2011) manfaat CSR bagi perusahaan antara lain:

1. Meningkatkan Citra Perusahaan Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.

Gambar

Gambar 1. Informan Utama 3
Gambar 4 Informan 5
Gambar 6 : Dokumentasi Proses Bantuan CSR SOL terhadap kelompok tani
Gambar 8 Informan 3
+6

Referensi

Dokumen terkait

Merasakan diri pulih sepenuhnya setelah menjalani pemulihan dipusat serenti ini dan bersyukur kerana tidak terlibat dengan dadah yang lebih berat seperti heroin

masyarakat masih menganggap bahwa problematika visual merupakan masalah yang tidak perlu dipikirkan dengan kening berkerut,...” permasalahan inilah yang membuat

Bahasa tersebut digubah dengan gaya sastra yang tinggi, dengan cirinya adalah irama atau metrumnya, setiap segmen terdiri atas empat atau lima suku kata, berbeda dengan puisi

Selain PT Garuda Indonesia, PT Dirgantara Indonesia Bandung yang memiliki bisnis yang hampir sama dengan PT GMF AeroAsia yaitu berhubungan dengan pesawat terbang

1). Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dibantu oleh Kepala Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian merupakan pejabat yang berwenang melakukan supervisi, monitoring

(2) Penandaan batas fisik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) huruf a, dilakukan dengan memasang tanda batas berupa tanda batas zona atau blok secara nyata dilapangan,

Sebelum mengantarkan pasien secepatnya ke rumah sakit, jangan sekali-kali sembarang memindahkan pasien, jika ingin memindahkan pasien, tetapkan dulu bagian leher pasien,