• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lama rawatan rata-rata

KESIMPULAN DAN SARAN

2.11 Model Kerangka Konsep

Karakteristik Anak Penderita Tuberkulosis Paru yang di rawat Inap 1. Sosiodemografi a. Umur b. Jenis Kelamin c. Agama d. Tempat Tinggal 2. Status Imunisasi BCG 3. Status gizi

4. Riwayat tuberkulosis paru dalam keluarga 5. Lama rawatan rata-rata

6. Lama pengobatan 7. Sumber biaya

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia, serta merupakan penyebab kesakitan dan kematian terhadap jutaan orang setiap tahunnya. Menurut WHO, pada tahun 2012 ada sekitar 8,6 juta kasus baru TB di dunia (1,1 juta dengan HIV positif). Dari 8,6 juta kasus baru TB pada tahun 2012, terdapat diantaranya 2,9 juta (33,7%) perempuan, dan 530.000 (6,2%) anak-anak dibawah 15 tahun. Jumlah kematian akibat TB adalah 1,3 juta (0,3 juta HIV positif), 410.000 (31,5%) di antaranya adalah perempuan, dan 74.000 (7,4%) adalah anak-anak dengan HIV negatif (WHO, 2013). Angka CFR (Case Fatality Rate) TB pada anak tahun 2012 adalah 13,9%, jadi dari setiap 100 anak yang sakit TB maka sekitar 14 anak di antaranya meninggal.

Menurut WHO, pada tahun 2013 ada sekitar 9 juta kasus baru TB (1,1 juta dengan HIV positif). Dari 9 juta kasus pada tahun 2013, terdapat 3,3 juta (36,7%) di antaranya adalah perempuan, dan 510.000 (5,7%) adalah anak-anak. Jumlah kematian akibat TB adalah 1,5 juta (1,1 juta HIV negatif, dan 0,4 juta HIV positif), dengan laki-laki sebanyak 910.000 orang (60,7%), perempuan sebanyak 510.000 orang (34%), dan anak-anak sebanyak 80.000 orang (5,3%). Diantara 9 juta orang yang terkena TB, lebih dari setengah (56%) terdapat di Asia bagian Selatan dan Timur dan wilayah Pasifik Barat (WHO, 2014). Angka CFR TB anak pada tahun 2013 adalah 15,7%.

Pada tahun 2014 ada sekitar 9,6 juta kasus baru TB, meningkat 0,6 juta dari tahun sebelumnya, dengan 5,4 juta (56,2%) diantaranya adalah laki-laki, 3,2 juta (33,3%) perempuan, dan 1 juta (10,4%) anak-anak. Jumlah kematian akibat TB adalah 1,5 juta orang (1,1 juta HIV negatif dan 0,4 juta HIV postif), dengan laki-laki sebanyak 890.000 orang (59,3%) , perempuan sebanyak 480.000 orang (32%) dan anak-anak 140.000 orang (9,3%) (WHO, 2015). Angka CFR TB anak tahun 2014 adalah 14%.

Jumlah kematian akibat TB sangat tinggi padahal dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, hampir semua orang dengan TB dapat disembuhkan. Dari 9,6 juta kasus baru TB di tahun 2014, sebesar 58% diantaranya berada di wilayah Asia bagian selatan dan timur, serta wilayah Pasifik Barat. Wilayah Afrika memiliki sebesar 28% dari seluruh kasus di dunia pada tahun 2014, tapi yang paling parah adalah beban relatif terhadap populasi yaitu sebesar 281 kasus untuk setiap 100.000 orang, lebih dari dua kali lipat rata-rata global yaitu sebesar 133. India, Indonesia, dan Cina mempunyai jumlah kasus yang paling besar dari jumlah keseluruhan kasus baru TB tahun 2014 dengan India sebesar 23%, Indonesia sebesar 10%, dan Cina sebesar 10% dari jumlah keseluruhan (WHO, 2015).

Tuberkulosis dapat menyerang siapa saja termasuk anak-anak. Anak dapat menderita TB pada umur berapa saja, namun di negara endemik TB, anak yang sering terinfeksi TB adalah anak umur 1-4 tahun. Tuberkulosis pada anak umumnya tidak menular seperti pada orang dewasa, namun meskipun tidak menular tuberkulosis pada anak tetaplah sangat berbahaya karena dapat

menyebabkan kesakitan dan kematian, bahkan menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di negara endemik TB (WHO, 2013), bahkan anak bisa menjadi sumber penularan saat mereka dewasa karena bakteri penyebab TB bisa nonaktif selama bertahun-tahun.

Tuberkulosis pada anak juga merupakan faktor penting di negara-negara berkembang karena jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun adalah 40-50% dari jumlah seluruh populasi (Kemenkes RI, 2013). Selain itu, tuberkulosis pada anak juga mencerminkan transmisi TB yang masih terus berlangsung di populasi. Anak biasanya tertular TB dari orang dewasa yang sakit TB. Jika ditemukan anak yang sakit TB, maka sudah dapat di pastikan ada orang dewasa yang menjadi sumber penularan TB pada anak di lingkungan sekitar anak yang didiagnosis TB (WHO, 2013).

Tuberkulosis pada anak yang paling sering terjadi adalah tuberkulosis paru, sementara itu TB ekstra paru sekitar 20-30% dari seluruh kasus TB pada anak. WHO memperkirakan setiap tahun TB pada anak menyumbang 6%-10% dari semua kasus TB di seluruh dunia. Di negara-negara dengan beban penyakit TB tinggi, TB pada anak menyumbang sebesar 40% dari semua kasus TB. Setiap hari terdapat 200 anak di bawah 15 tahun yang meninggal akibat TB. Lebih dari setengah juta anak menderita penyakit TB setiap tahun dan menjalani pengobatan yang tidak ramah terhadap anak-anak, dan lebih dari 74.000 anak-anak di antaranya meninggal akibat penyakit ini, penyakit yang seharusnya dapat di cegah dan di sembuhkan. TB pada anak sering di abaikan karena gejalanya yang tidak spesifik dan kesulitan dalam mendiagnosisnya. Hal ini membuat kesulitan dalam

menilai besar sebenarnya dari epidemi TB anak, yang kemungkinan lebih tinggi dari yang diperkirakan, sehingga TB pada anak telah menjadi epidemi tersembunyi (Hidden Epidemic) (WHO, 2013).

Pada tahun 2013, di Indonesia terdapat 26.054 kasus TB anak ternotifikasi, (8% dari seluruh kasus TB). Pada tahun 2014 terdapat 23.235 jumlah kasus TB anak yang dilaporkan, (6,6% dari seluruh kasus TB). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2014, menurut kelompok umur proporsi kasus baru paling banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun yaitu sebesar 20,76% diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,57% dan pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,24%, sementara itu proporsi pada kelompok umur 0-14 tahun sebesar 0,66% dan merupakan kelompok umur dengan proporsi paling rendah (Kemenkes RI, 2015).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, proporsi pasien TB anak (0-14 tahun) yang di obati di antara seluruh pasien TB yang di obati, memiliki angka yang bervariasi di tiap provinsi. Proporsi TB anak terendah di Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu 1%, dan tertinggi di Provinsi Jawa Barat, yaitu 14%. Proporsi TB anak yang di obati di Provinsi Sumatera Utara yaitu 2%. Rendahnya angka pasien TB anak di suatu wilayah belum tentu menggambarkan kondisi TB anak yang sebenarnya, hal ini bisa disebabkan karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak dan gejala TB pada anak yang seringkali tidak khas sehingga masih kerap terjadi overdiagnosis ataupun underdiagnosis dalam mendiagnosis TB pada anak (Kemenkes RI, 2015). Angka yang diharapkan seharusnya adalah berkisar antara 8-15%. Pada kondisi dimana pencatatan dan

pelaporan baik, angka ini menggambarkan over atau under diagnosis, serta rendahnya angka penularan TB anak. Jika angka melebihi kisaran yang diharapkan maka kemungkinan besar terjadi overdiagnosis. Dan apabila angka kurang dari kisaran tersebut, maka kemungkinan terjadi underdiagnosis

(Kemenkes RI, 2013).

RSUD Dr. Pirngadi merupakan rumah sakit umum daerah kota Medan yang melayani pengobatan TB termasuk TB pada anak. Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, diperoleh penderita Tuberkulosis paru pada anak berumur 0-14 tahun yang di rawat pada tahun 2011-2015 adalah sebanyak 512 orang (127 orang pasien rawat inap dan 385 orang pasien rawat jalan). Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik anak penderita tuberkulosis paru yang di rawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011-2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Belum diketahui karakteristik tuberkulosis paru pada anak umur 0-14 tahun yang menjalani pengobatan rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011-2015.

1.3 Tujuan Penelitian