• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Konsep Kurikulum Humanistik

BAB IV MODEL KONSEP KURIKULUM

B. Model Konsep Kurikulum Humanistik

Menurut Sofa (2011) pendidikan humanistik memandang manusia dalam pendidikan dari berbagi sudut pandang kemanusiaan. Manusia sebagai mahluk hidup ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu memiliki potensi dan kemampuan tertentu yang membedakan saru sama lain. Manusia sebagai mahluk hidup, harus mampu berjuang melangsungkan dan mempertahankan hidupnya. Manusia juga sebagai mahluk yang memiliki sifat-sifat luhur seperti malaikat dan sifat-sifat rendah.

1. Konsep Dasar Kurikulum Humanistik.

Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (Personalized Education) diantaranya menurut John Dewey (Progressive Education) dan J.J Reusseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka saling bertolak belakang dari asumsi baha anak atau siswa

adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Siswa adalah subjek dari kegiatan pendidikan pembelajaran, (Sofa,2011).

Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa

“individu atau anakmerupakan satukesatuan yang menyeluruh”. Dan pendidikan

diarahkan kepada membina manusia yang benar-benar utuh bukan saja dari segi fisik dan intelektual tetapi juga dari segi social dan afektifnya diantaranya emosi, sikap, perasaan, nilai dan lain-lain. Pendidikan humanistik disini lebih menekankan kepada peranan siswa dalam pendidikan. Dimana pendidikan merupakan suatu upaya dalam menciptakan suasana yang permisif, rileks (santai), akrab, (Muhaimin, 2007: 139).

Pendidikan yang mereka dapat lebih menekankan kepada bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan dan bersikap terhadap sesuatu. Dapat diperluas bahwa, Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan ketersaingan dari lingkungan. Aliran pendidikan humanistik diantaranya adalah:

a. Konfluen.

Pendidikan konfluen menekankan keutuhan pada pribadi dimana seseorang individu saling merespon secara utuh (baik dalam segi pikiran, perasaan maupun tindakan), terhadap persatuan keutuhan yang menyeluruh dari lingkungan, ( Sukmadinata, 1997: 37).

b. Kritisisme Radikal.

Kritisisme radikal menurutSukamadinata (2009:87) bersumber dari aliran naturalisme dan romantisme reusseau, dimana mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya

Dalam aliran Kritisisme radikal, pendidikan merupakan upaya untuk menciptakan situasi yang memungkinkan anak berkembang secara optimal. Dan pendidikan adalah ibarat petani yang berusaha menciptakan tanah yang gembur, air dan udara yang cukup, terhindar dari berbagai hama tanaman, untuk tumbuhnya tanaman yang penuh berbagai potensi. Dalam pendidikan tidak

adanya pemaksaan, yang ada adalah dorongan dan rangsangan dari guru untuk siswa dalam mengembangkan potensinya.

c. Mistikisme.

Mistikisme modern merupakan aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity training, yoga, meditasi dan sebagainaya.

Dalam pembahasan konsep dasar dari kurikulum humanistik disini akan dibahas tentang aliran dari kurikulum humanistik yang menitik beratkan kepada kurikulum konfluen. (Arifin, 2012: 127)

2. Kurikulum Konfluen.

Sukmatadinata (2008:87) menjelaskan bahwakurikulum ini dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen, yang ingin menyatukan segi-segi afektif (sikap, perasan, nilai) dari segi-segi-segi-segi kognitif (kemampuan intelektual). Terlihat bahwa pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan yang mengandung segi afektif. Menurut para ahli pendidikan konfluen, sebuah kurikulum tidak menyiapkan pendidikan tentang sikap, perasaan dan nilai yang harus dimiliki murid-murid. Dan hendaknya kurikulum mempersiapkan berbagai alternative yang dapat dipilih murid-murid dalam proses bersikap, berperasaan dan mempertimbangan nilai. Sehingga seharusnya murid-murid diajak untuk menyatakan pilihan dan mempertanggung jawabkan sikap-sikap, perasaan-perasaan, dan pertimbangan-pertimbangan nilai yang telah dipilihnya.

3. Ciri Kurikulum Konfluen.

SelanjutnyaSukmadinata (2008:87-88)mengemkkanbahwakurikulum konfluen memiliki ciri utama diantaranya sebagai berikut:

a. Partisipasi

Kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam belajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan bersama, melalui berbagai bentuk aktifitas kelompok. Melalui partisipasi dalam kegiatan bersama murid-murid dapat mengadakan perundingan, persetujuan, pertukaran kemampuan, bertanggung jawab bersama dan lain-lain. Ini menunjukan ciri yang non-otoriter dari pendidikan konfluen.

b. Integrasi

Melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan dan juga tindakan.

c. Relevansi

Isi pendidikan relavan dengan kebutuhan, minat dan kehidupan murid sendiri. Jika hal ini dikembangkan maka akan lebih berarti bagi murid baik secara intelektual maupun emosional.

d. Pribadi Anak

Pendidikan ini memberi tempat utama pada pribadi anak. Pendidikan adalah pengembangan pribadi, pengaktualisasian segala potensi pribadi anak secara utuh.

e. Tujuan

Pendidikan ini bertujuan mengembangkan pribadi yang utuh yang serasi baik didalam dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.Dasar dari kurikulum konfluen mencangkup pada psikologi Gestalt yang menekankan keutuhan, kesatuan, keseluruhan. Teori yang mendukung pandangan ini adalah Eksistensialisme yang memutuskan perhatiannya pada apa yang sedang terjadi

sekarang ditempat ini. Apa yang menjadi isi kurikulum diukur oleh “apakah hal

itu bermanfaat bagi kita sekarang? Apakah hal itu akan memperbaiki kehidupan

kita sekaran?”.

Jika kurikulum konfluen dinyatakan dengan menyatukan pengetahuan objektif dan subjektif yang berhubungan dengan kehidupan siswa, maka bermanfaat baik bagi individu maupun masyarakat.

4. Metode-metode Belajar Konfluen.

Sukmadinata (2009:89) mengemukakan para pengembang kurikulum konfluen telah menyusun kurikulum untuk berbagai bidang pengajaran. Dan kurikulum tersebut mencangkup tujuan, topic yang akan dipelajari, alat-alat pembelajaran dan buku teks. Kebanyakan bahan tersebut diajarkan dengan teknik afektif.George Issac Brown telah memberikan sekitar 40 macam teknik pengajaran konfluen, diantaranya: dyads yang merupakan latihan komunikasi afektif antara dua orang, fantasy body trips merupakan pemahaman tentang

badan dan diri individu, rituals yaitu suatu kegiatan kurikulum konfluen tidak menuntut para guru melaksanakan pengajaran seperti yang mereka ajarkan. Mereka mengharapkan setiap guru mengembangkan kreasi sendiri. Dalam menciptakan kreasi yang terpenting mereka memahami tujuan dan kegunaan kegiatan yang mereka ciptakan.

5. Karakteristik Kurikulum Humanistik

Menurut Shiflett (dalam Sukmadinata, 2009: 90),penyusunan sekuens dalam pengajaran yang sifatnya afektif dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menyusun kegiatan yang dapat memunculkan sikap, minat, atau perhatian

tertentu.

b. Memperkenalkan bahan-bahan yang akan dibahas dalam setiap kegiatan. Yang didalamnya tercakup topik-topik, bahan ajar serta kegiatan belajar yang akan membantu siswa dalam merumuskan apa yang ingin mereka pelajari. Kegiatan yang diutamakan adalah yang akan membangkitkan rasa ingin tahu dari pemahaman.

c. Pelaksanaan kegiatan, para siswa diberi pengalaman yang menyenangkan baik berupa gerakan-gerakan maupun penghayatan.

d. Penyempurnaan, pembahasan hasil-hasil yang telah dicapai, penyempurnaan hasil serta upaya tindak lanjut.

Dalam evaluasi, kurikulum humanistik berbeda dengan yang biasa. Model lebih mengutamakan proses daripada hasil. Jika kurikulum yang biasa terutama subjek akademis mempunyai criteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistic tidak ada kriteria. Sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri, (Arifin, 2012: 127-128). Sehingga dapat dikatakan kegiatan belajar yang baik, karena dapat memberikan pengalaman yang akan membantu para siswa memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Dan penilaiannya bersifat subjektif, baik dari guru maupun para siswanya, (Mulyasa,2006:4).

6. Kelemahan Kurikulum Humanistik.

Sebagai suatu hal alamiah, kurikulum humanistik memiliki kelemahan antara lain:

a. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual pesrta didik.

b. Meski kurikulum ini menekankan individu peserta didik, pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta didik.

c. Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

d. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan, (Asyifa:2009).

7. Kelebihan Kurikulum Humanistik

a. kurikulum ini berperan–penting dalam pembentukan sikap kebersamaan, keterbukaan dan lain debagainya.

b. partisipasi keikut sertaan anak terhadap apa yang di pelajari. sehingga terjadi kerja sama dan tanggung jawab di antara anak

c. Integrasi artinya ada interaksi, interpretasi, integrasi, antar pemikiran, perasaan, dan tindakan.

d. Relevansi, artinya ada keterkaitan, atara bahan pelajaran dengan kebutuhan pokok kehidupan serta mempunyai makna secara emosional.

e. Self (diri anak) perwujudan dari suatui sarana belajar yang utama.

f. Tujuan sosial, mengembangkan keseluruhan pribadi dalam masyarakat manusia ,(Asyifa, 2009).