• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Implementasi Kurikulum

BAB V IMPLEMENTASI KURIKULUM

C. Permasalahan Implementasi Kurikulum

Implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dalam rangka otonomi berhadapan dengan beberapa kendala., kendala tersebut ialah:

1. Tidak adanya keseragaman, oleh karena itu untuk daerah dan situasi yang memerlukan keseragaman dan persatuan dan kesatuan nasional, kurikulum ini sulit diterapkan.

2. Tidak adanya standard penilaian yang sama, sehingga sukar untuk memperbandingkan keadaan dan kemajuan suatu sekolah/distrik dengan sekolah/distrik lain.

3. Adanya kesulitan bila terjadi perpindahan siswa ke sekolah atau distrik lain. 4. Sukar untuk melakukan pengelotaan dan penilaian secara nasional.

5. Belum semua sekolah atau distrik memiliki kesiapan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri, Sumadinata, 1997: 200).

Kendala tersebut di atas dapat diatasi dengan lebih banyak melibatkan guru. Guru dilibatkan bukan dalam penjabaran kurikulum induk ke dalam program tahunan/caturwulan atau satuan pelajaran, tetapi juga untuk menyusun kurikulum menyeluruh di sekolahnya. Jika sejak awal guru dilibatkan dalam

penyusunan kurikulum, mereka akan memahami benar substansi kutikulum dan cara implementasinya secara tepat, (Sukmadinata, 1997: 200).

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 kurikulum didefinisikan

sebagai “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

Berdasarkan pengertian di atas, secara implisit tergambar bahwa kurikulum itu merupakan pedoman dan landasan operasional bagi implementasi proses belajar mengajar di sekolah, lembaga pendidikan, pelatihan dan sebagainya. Sekaligus merupakan alat dan sarana untuk mencapai tujuan serta cita-cita pendidikan yang sudah digariskan.

Walaupun bagusnya rumusan tujuan atau cita-cita pendidikan atau pengajaran yang sudah tertuang di dalam kurikulum formal, tetapi hal itu belum memberi jaminan bahwa apa yang termuat di dalam kurikulum dapat teraktualisasikan di dalam proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan. Karena, aktualisasi kurikulum atau pengajaran di kelas sangat tergantung kepada peranan yang dimainkan oleh guru yng bertindak sebagai “

The man behind the gun” dari implementasi kurikulum atau pengajaran tersebut.

Oleh karena itu guru memegang peranan penting dalam implementasi kurikulum, (Nurdin, 2003: 67).

Sukmadinata (1997) dalam Nurdin (2005: 68) mengatakan bahwa

“kurikulum nyata atau actual kurikulum merupakan implementasi dari official curriculum oleh guru di dalam kelas. Beberapa para ahli mengatakan bahwa betapapun bagusnya suatu kurikulum (official), tetapi hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dan juga peserta didik dalam kelas (actual). Dengan demikian guru pengajar memegang peranan penting baik di dalam

penyusunan maupun pelaksaan kurikulum”. Dari uraian di atas jelas bahwa

kedudukan guru cukup menentukan sekali dalam implementasi kurikulum. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh para peserta didik dan para pendidik dalam proses belajar mengajar yang disebabkan oleh tidak relevannya antara kurikulum dengan pemberlakuan kurikulum disekolah.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:236). Permasalahan-permasalahan tersebut meliputi permasalahan internal belajar, masalah eksternal belajar dan bagimana upaya menemukan masalah-masalah belajar tersebut karena sebagai pendidik berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.

Salah satu indicator keberhasilan guru di dalam pelaksaan tugas, adalah dapatnya guru itu menjabarkan, memperluas, menciptakan relevansi kurikulum dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan yang lebih penting lagi mampu mewujudkan kurikulum potensial (official curriculum) menjadi kurikulum aktual melalui proses perkuliahan.

Dewasa ini apabila diperhatikan perkembangan yang terjadi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum, cukup memberi kelegaan pada kita bersama. Karena pada berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti telekomunikasi, kesehatan, pertanian dan lain-lain terjadi perkembangan yang cukup mengembirakan. Tapi, sebaliknya bilamana dilihat pula perkembangan yang terjadi dalam dunia pendidikan khususnya pada sektor keguruan atau tenaga kependidikan, maka kita akan merasa kecewa dan sedih. Apalagi kalau di telusuri lebih jauh ke pelosok-pelosok dan sekolah-sekolah terpencil yang ada di desa-desa. Pada umumnya hasil pendidikan yang diharapkan para orang tua dan kita bersama belum dapat dicapai, dimana kenyataan yang ada menunjukan bahwa sebagian peserta didik memiliki tingkat pencapaian prestasi akademik yang belum memuaskan. Kenyataan ini di perkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

yang menyatakan bahwa : “Dewasa ini terdapat empat permasalahan pokok di

bidang pendidikan, yaitu :

a. Kuantitas dan pemerataan kesempatan belajar. b. Kualitas.

c. Relevansi.

Permasalahan yang ada itu tidak di biarakan begitu saja oleh pemerintah. Mulai tahun 1970 atau semenjak awal REPELITA I berbagai usaha perbaikan telah dilakukanj oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dan pihak swasta lainnya. Usaha-usaha tersebut mulai dari pemerataan memperoleh kesempatan belajar, penyesuaian dan perubahan kurikulum, peningkatan jumlah dana bagi sektor pendidikan, sampai kepada perbaikan dn penyempurnaan fasilitas sekolah, dan lain-lain, (Nurdin, 2003: 69).

Meskipun berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk memecahkan persoalan yang ada, namun berdasarkan sinyalmen beberapa pihak ternyata masih saja di jumpai kelemahan dan kekurangan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik di tingka dasar, menengah, maupun di jenjang pendidikan tinggi. Salah satu kekerungan atau kelemahan yang mendasar tampak pada implementasi kurikulum, yang notabene fungsi dan peranan ini berada di pundak guru (praktisi pendidikan). Hal ini mengindikasi bahwa kemampuan dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan kurikulum di anggap belum menggembirakan dan masih perlu di tingkatkan, agar mereka dapat mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai implementator kurikulum yang baik, (Nurdin, 2003: 69).

Berdasarkan uraian tersebut, maka persolaan yang berkaitan dengan fungsi dan peranan staf pengajar atau dosen dalam implementasi kurikulum, yang di harapkan dapat mengungkapkan tentang apa yang di maksudkan dengan implementasi kurikulum, dan bagaimana semestinya guru melaksanaakan fungsi dan peranannya dalam implementasi kurikulum, serta kompetensi atau kemampuan yang perlu dimilki untuk mendukung tugas propesional tersebut, (Nurdin, 2003: 69).

Masih menurut Nurdin (2003: 70-71) karena kurikulum itu tidak terlepas dari pihak penyelenggaranya yaitu staf pengajar atau guru, maka permasalahan yang dialammi guru dalam mengimplementasikan kurikulum adalah juga salah satu kendala implementasi kurikulum.