• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Kurikulum bagi Masyarakat Pesisir

Dalam dokumen Pengertian 1. Kurikulum (Halaman 41-46)

Kurikulum pendidikan yang harus dikembangkan dalam upaya pemberdayaan masyarakat pesisir harus menyesuaikan dengan aspek sosial ekonomi dan sosio kultural yang ada pada masyarakat pesisir. Kurikulum yang dikembangkan bukanlah kurikulum sebagaimana yang berlaku di sekolah formal. Konsep kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulumm yang fleksibel dan selalu siap melakukan perubahan-perubahan disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat nelayan. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan konsep kurikulum yang harus dikembangkan pada masyarakat pesisir yang meliputi: a. Landasan Filosofis Pendidikan

Pendidikan mengandung dua pengertian/makna yang dapat dipisahkan. Pertama adalah pengertian pendidikan sebagai disiplin ilmu. Kedua adalah pengertian pendidikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh negara, masyarakat, keluarga atau individu tertentu (S. Hamid Hasan, 1995 : 2).

41 Dalam konteks pemberdayaan masyarakat pesisr landasan pendidikan yang hendak kita pegang adalah pendidikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh Negara, masyarakat, keluarga atau individu tertentu. Pengertian ini kita ambil karena pemberdayaan masyarakat pesisir akan melibatkan Negara, masyarakat, keluarga atau individu tertentu dalam hal ini mereka yang hidup di pesisr dan mata pencaharainnya sangat tergantung pada apa yang ada di pesisir. Kurikulum yang dikembangkan bagi pemberdayaan masyarakat hendaknya melibatkan seluruh komponen masyarakat yang ada di masyarakat pesisir. Strata social yang ada di masyarakat hendaknya menjadi individu-individu atau kelompok yang terlibat dalam perumusan dan pelaksanaan kurikulum pendidikan.

Masyarakat pesisir sudah lama hidup dengan pekerjaan yang dimilikinya khususnya pekerjaan sebagai nelayan. Mereka sudah memiliki keterampilan-keterampilan yang mengakar dari generasi ke genarasi. Pengetahuan yang mereka miliki dari pekerjaannya bersumber dari pengalaman. Oleh sebab itu, landasan filosofis yang digunakan dalam pengembangan kurikulum adalah pendidikan bersumber dari pengalaman. Landasan filosofis yang berkenaan dengan hal ini adalah filsafat dari John Dewey yang menyatakan bahwa konsepsinya dunia yang selalu berubah,mengalir atau on going-ness. Pandangan filsafat ini berimplikasi pada pandangan tentang pentingnya pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Kaitan pengalaman dengan pendidikan menurut John Dewey bahwa pendidikan merupakan reorganisasi dan rekonstruksi yang konstan dari pengemalaman (Nana Syaodih Sukmadinata, 1998 : 40-41).

b. Landasan Sosial Budaya

Kurikulum merupakan suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan akan menggambarkan apa yang hendak dilakukan dalam pendidikan tersebut dan apa tujuan yang hendak dicapai. Landasan sosial budaya sangat berkaitam dengan konsep pendidikan dan masyarakat.Ada tiga sifat penting pendidikan, pertama pendidikan mengandung nilai dan memberikan pertimbangan nilai. Hal itu disebabkan karena pendidikan diarahkan pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan diharapkan masyarakat. Karena tujuan pendidikan mengandung nilai, maka isi pendidikan harus memuat nilai. Kedua, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan, tetapi menyiapkan anak untuk kehidupan dalam masyarakat. Generasi muda perlu mengenal memahami apa yang ada dalam masyarakat, memiliki kecakapan-kecakapan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat sebagai warga maupun karyawan. Ketiga pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung. Kehidupan masyarakat berpengaruh terhadap proses pendidikan, karena pendidikan sangat melekat dengan kehidupan masyarakat.

42 Dalam konteks`pengembangan kurikulum pendidikan pada masyarakat pesisir harus lah menjadikan nilai-nilai sosial budaya yang hidup dalam masyarakat pesisir dijadikan landasan kurikulum. Nilai-nilai budaya yang terbentuk berdasarkan hubungan sosial yang menciptakan pola hubungan dan strata social sehingga membentuk suatu hubungan yang patron client.Hal lain yang berkenaan dengan nilai-nilai social budaya adalah system kepercayaan dan religi yang dimiliki masyarakat. Sistem kepercayaan biasanya terbentuk dalam kaitan antara hubungan manusia dengan alam. Dalam hubungan ini akan membentuk pengetahuan manusia terhadap gejala alam. Misalnya pada masyarakat nelayan berdasarkan pada pengetahuan terhadap alam, dia akan mengetahui kapan saatnya musim ikan.

c. Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Model kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran interaksional. Menurut aliran ini pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dan guru, tetapi antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerjasama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik (Nana Syaodih Sukmadinata, 1998 : 91).

Masyarakat pesisir merupakan suatu komunitas yang terbangun atas kesamaan nilai-nilai sosial kultural. Mereka hidup dalam berbagai kesamaan yang memungkinkan untuk berinteraksi dan bekerjasama di antara mereka dalam membangun kehidupannya. Khususnya pada masyarakat nelayan, memiliki masalah bersama yaitu kemiskinan dan ketertinggalan akses pendidikan. Pengembangan kurikulum rekontruksi social adalah bagaimana masyarakat nelayan tersebut dengan pendidikan yang diberikan kepada mereka harus mampu mengubah kehidupan mereka secara lebih baik. Cara pertama yang harus dilakukan untuk mengubah mereka adalah mengubah pola berfikir mereka terlebih dahulu. Pendidikan harus memberikan suatu kesadaran kritis bagi mereka untuk mau berubah. Mareka harus menyadari bahwa perubahan itu hanya bias dilakukan oleh mereka sendiri melalui kersama di antara mereka. Selain itu pendidikan harus menyadarkan mereka bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengubah diri.

43 DAFTAR PUSTAKA

Hasanudin, Basri.1985. ”Beberapa Hal Mengenai Struktur Ekonomi Masyarakat Pantai”, dalam A.S. Achmad dan S.S. Acip (Peny.). Komunikasi dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, hal. 105-110.

Kluckhon, Clyde 1984. “Cermin bagi Manusia”, dalam Parsudi Suparlan (Ed.).

Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya. Jakarta: Rajawali Pers, hal. 69-109.

Kusnadi. 2009. Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Legg, Keith R. 1983. Tuan, Hamba, dan Politisi. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan. Mubyarto, & Loekman Soetrisno, Michael Dove, Nelayan dan Kemiskinan, Studi

Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai (Jakarta: Rajawali Press, 1984). Scott, James C. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Arends, R. I. (1989) Learning to Teach, New York, McGraw-Hill Internasional

Editions.

Daradjat, Z. (1994). Metodologi Pengajaran Islam. Jakarta: Bumi aksara.

Hasan, Said Hamid. (1996) . Pendidikan Ilmu Sosial . Jakarta: Dirjendikti, Depdikbud Republik Indonesia.

---(1999) “Pendidikan Sejarah Untuk Membangun Manusia Baru Indonesia”, dalam Mimbar Pendidikan, Nomor 2 Tahun XVIII, Bandung IKIP Bandung, hlm.4-11.

---(2008). Arah dan Perubahan Kurikulum di Indonesia, Suatu Tinjauan Historis: Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan Sejarah, Balai Pertemuan UPI, 3 April 2008

Idi, A.(2009). Pengembangan Kurikulum; teori & praktek. Yogyakarta: Ar Ruzz Media Klein, M.F. (1989). Curriculum Reform in The Elementary School, Creating Your

Own Agenda, New York & London: Teachers Colledge Press-Columbia University.

Lapp, D. et. All. (1975) Teaching and Learning, Philosophical, Psycological, Curicular Applications, New York, Macmillan Publshing Co. Inc.

Mc. Neil, J. D. (1990) Curriculum a Comprehensive Introduction, Glenview-Illinois, Scott Foresman/Little Brown Higher Education.

Nana Syaodih S. (1988), Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, Jakarta, P2LPTK.

Nana Syaodih S. (1997), Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

44 Nana Syaodih S. (1988). Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, Jakarta:

P2LPTK.

Oemar Hamalik (1990) Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan, Bandung: Mandar Maju

--- (1991) Perencanaan Pengajaran, Pendekatan Kompetensi, Bandung: Aditya Bakti.

--- (1992) Pendidikan Tenaga Kerja Nasional : Kejuruan, Kewiraswastaan, Manajemen, Bandung: Aditya Bakti.

--- (1993) Pengelolaan Sistem Informasi, Bandung: Trigenda Karya --- (1993) Psikologi Manajemen, Bandung: Trigenda Karya.

Oliva, Peter F., 1991, Developing the Curriculum, third edition. New York. Harper Collins Publishers,

Patrick (1995) Curriculum Development in The Postmodern Era, New York and London: Garland Publishing Inc

Pratt, D. (1980). Curriculum Design and Development, New York-San Diego: Harcourt Brace Jovanovich Publisher.

Price, K. (1965) Education and Philosophical Thought, Boston, Allyn and Bacon Inc. --- (1992) Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

Peraturan Pelaksanaannya, Jakarta, Sinar Grafika. Rokhim. (2012). Pengertian kurikulum dalam Pendidikan.

http://www.rokhim.net/2012/02/pengertian-kurikulum-dalam-pendidikan.html.

(online) diakses 2 Mei 2012

Romiszowski, (1981) Designing Instructional System, New York: Kogan Page, Noals Publishing

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran teori dan praktik pengembangan Tingkatang Satuan Pendidikan. Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Schaffarzick, J.and Hampson D.H. (1975). Strategies for Curriculum Development,

Berkeley-California: Mc Cutchan Publishing Corporation.

Sudjana, N.(2002). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Disekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Sumantri, M. (1988). Kurikulum dan Pengajaran , Jakarta: P2LPTK. Syarif, H. (1996). Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu

Unruh, G.G. dan Unruh, A. (1984). Curriculum Development: Problems, Processes, and Progress. Berkeley, California: McCutchan Publishing Corporation Zais R. S. (1976). Curriculum Principles and Foundation, New York-London: Harper

Dalam dokumen Pengertian 1. Kurikulum (Halaman 41-46)

Dokumen terkait