memperbaiki model manajemen yang selama ini dilaksanakan.
Manajemen kegiatan ekstrakurikuler yang
setidaknya memuat 4 prinsip manajemen yaitu perencanaan (planing), pengorganisasian (orgonizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling) harus benar-benar dilaksanakan di setiap satuan pendidikan, dengan dukungan dan partisipasi aktif dari orang tua dan peserta didik.
Pelaksanaan prinsip-prinsip manajemen dalam kegiatan ekstrakurikuler yang efektif mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
model manajemen ekstrakurikuler yang peneliti kembangkan. Mengacu pada Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang terdapat dalam
Permendikbud No.62 Tahun 2014, penulis
menyimpulkan bahwa diperlukan beberapa tambahan
guna menyempurnakan pedoman pelaksanaan
tersebut.
Berdasarkan hasil focus group discussion (FGD) peneliti, praktisi dan ahli yaitu Dr. Bambang Ismanto, M.Si. yang juga dilakukan dengan teknik Delphi, teknik tersebut dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi Masalah.
Masalah yang muncul adalah belum maksimalnya peran serta baik peserta/siswa maupun orang tua
dan masyarakat dalam kegiatan manajemen
ekstrakurikuler.
2. Memilih Praktisi/partisipan dan Ahli.
Agar diperoleh hasil yang valid, dipilih partisipan yang berasal dari unsur manajemen sekolah antara
lain kepala sekolah, wakasek bidang
kesiswaan/urusan kesiswaan, pembina
ekstrakurikuler, dan pelatih/instruktur. Beberapa siswa sebagai perwakilan peserta dan orang tua. Di mana identitas para partisipan tidak dipublikasikan untuk mengurangi kemungkinan hambatan sosial.
3. Menyusun Kuisioner.
Untuk mendapatkan data, disusun daftar
pertanyaan/kuisioner terkait dengan kelengkapan administrasi, keterlibatan siswa, orang tua, dan
masyarakat, dan efektivitas model yang
4. Menyerahkan kuisioner dan menganalisanya.
Daftar kuisioner tersebut, diserahkan kepada partisipan/praktisi yang berpengalaman di bidang manajemen ekstrakurikuler, jawabannya kemudian dianalisis.
5. Menyusun Kesimpulan Awal.
Hasil rekap jawaban dari partisipan kemudian
dijadikan sebagai dasar dalam menyusun
kesimpulan awal dalam menyusun draft model yang akan dikembangkan, sebagai acuan adalah model manajemen ekstrakurikuler yang terdapat dalam Permendikbud No. 62 Tahun 2014.
6. Menyelenggarakan Pertemuan Kelompok partisipan.
Diadakan FGD peneliti dengan praktisi/partisipan, kemudian dengan ahli manajemen pendidikan yang dipilih yaitu Dr. Bambang Ismanto, M.Si.
7. Menyiapkan Laporan Akhir.
FGD baik dengan partisipan/praktisi maupun dengan ahli untuk mengetahui efektivitas model, selanjutnya dijadikan komponen utama dalam penyusunan model final.
Adapun model final yang dikembangkan oleh penulis hanya sebatas memberikan tambahan berupa lebih dimaksimalkannya peran serta baik peserta didik maupun orang tua/wali dan masyarakat dalam proses manajemen kegiatan ekstrakurikuler.
Model manajemen kegiatan ekstrakurikuler yang efektif dengan mempertimbangkan partisipasi
aktif baik dari orang tua/masyarakat maupun siswa/peserta
(Model Final) No Prinsip manajemen dalam kegiatan ekstrakurikuler Usulan Perbaikan Model Keterangan dan Tindak Lanjut 1 Planning (Perencanaan) Tahapan Pengembangan: 1.Analisis sumber daya yang diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan ekstra kurikurikuler, 2. Identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik,
3.Menetapkan bentuk kegiatan yang
diselenggarakan, 4.Mengupayakan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan pendidikan atau lembaga lainnya 5. Menyusun program kegiatan ekstrakurikuler. Sistematika program:rasional dan tujuan umum, deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler, pengelolaan, pendanaan, evaluasi. Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Permendikbud No.62 Th.2014 Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Permendikbud No.62 Th.2014 2 Organizing (Pengorganisasian) Pada prinsip pengorganisasian, pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang terdiri dari: 1.pihak sekolah (Kepala sekolah, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, pembina
ekstrakurikuler), 2.Komite sekolah, 3.Orang tua. Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Permendikbud No.62 Th.2014 Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Permendikbud No.62 Th.2014 1. Partisipasi aktif baik peserta didik, orang tua dan masyarakat dalam proses manajemen ekstrakurikuler 2. Jenis kegiatan ekstrakurikuler, setiap satuan pendidikan memiliki program unggulan sesuai potensi yang ada pada siswa dan masyarakat 3. Tindak lanjut: 3 Actuating (Pelaksanaan) Proses pelaksanaan manajemen ekstrakurikuler berupa penjadwalan baik waktu maupun penggunaan sarana dan prasarana, dengan tujuan agar tidak saling menghambat baik dengan kegiatan intra, kokurikuler maupun dengan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. 4 Controlling (Pengawasan) Proses pengawasan dilakukan dengan memonitor kehadiran peserta melalui presensi/daftar hadir maupun daftar nilai dilakukan baik oleh pihak manajemen sekolah (kepala sekolah atau pembina),
maupun oleh orang tua/masyarakat. Juga dapat dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan pencapaian target kegiatan.
5 Partisipasi aktif
dari peserta, orang tua dan masyarakat Dalam tahapan- tahapan atau pelaksanaan prinsip- prinsip manajemen yang diimplementasikan pada kegiatan ekstrakurikuler yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan,perlu lebih ditingkatkan peran aktif peserta, orang tua dan masyarakat. Yang dimaksud peserta adalah siswa yang menjadi anggota dalam suatu kegiatan
ekstrakurikuler, yang dimaksud orang tua adalah orang tua atau wali siswa baik secara kelembagaan yang diwakili oleh pengurus komite maupun secara individu, sedangkan yang dimaksud masyarakat adalah orang-orang yang berada di sekitar lingkungan suatu satuan pendidikan yang tidak termasuk pada orang tua peserta maupun anggota komite dan mempunyai kepeduliaan yang tinggi terhadap kegiatan di suatu satuan pendidikan.
A) proses
perencanaan, peserta dan orang tua dapat dilibatkan dalam penyusunan program, khususnya jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dan target yang hendak dicapai.
B) proses
pengorganisasian, orang tua dan masyarakat dapat diajak berpartisipasi baik secara langsung menjadi
pembina/pelatih kegiatan
ekstrakurikuler maupun secara tidak langsung dengan memberikan informasi/masukan mengenai pemilihan pembina/pelatih. C) proses pelaksanaan, peserta didik lebih dioptimalkan dengan memberikan Sosialisasi pedoman kegiatan ekstrakurikuler secara rutin oleh dinas terkait kepada satuan pendidikan,men gadakan evaluasi secara rutin terhadap kegiatan ekstrakurikuler.
kepercayaan kepada siswa yang lebih senior dalam mengatur jadwal maupun pelaksanaan kegiatan latihan.
D) pengawasan
dilakukan secara internal oleh kepala sekolah/pembina melalui daftar hadir dan daftar nilai, dapat juga dilakukan secara eksternal oleh orang tua maupun
masyarakat.
Pengawasan juga dapat ditindaklanjuti dengan evaluasi, baik
pelaksanaan program kegiatan maupun pencapaian target, hasil evaluasi tersebut dijadikan masukan/input untuk perbaikan kegiatan tersebut di waktu berikutnya.
4.3.3 Menguji efektivitas model manajemen
kegiatan kstrakurikuler di SMP Negeri sub
rayon Boja yang efektif dengan
mempertimbangkan partisipasi aktif dari orang tua maupun peserta
Orang tua siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan sekolah diharapkan untuk berperan serta
aktif dalam pelaksanaan manajemen kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah. Tujuannya adalah agar orang tua dan masyarakat lebih mengetahui apa yang terjadi di lingkungan sekolah dan lebih lanjut dapat
memberikan dukungan maupun bantuan secara optimal.
George R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya (Herujito, 2001: 3). Pengertian tersebut menunjukkan bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
atau pendelegasian (actuating/directing), serta
pengawasan atau supervisi (controlling).
Kelengkapan administrasi ekstrakurikuler
mempresentasikan prinsip-prinsip manajemen mulai dari perencanaan ditunjukan dengan adanya program kerja yang setidaknya memuat tujuan umum, deskripsi
setiap kegiatan ekstrakurikuler, pengelolaan,
pendanaan dan evaluasi, Pengorganisasian kegiatan dengan penjadwalan waktu, tempat/prasarana, dengan tujuan agar waktu pelaksanaan kegiatan tidak saling bersamaan antara atau kegiatan ekstrakurikuler dengan kegiatan yang lainnya baik intra maupun kokurikuler. Pelaksanaan program ditunjukkan dengan jurnal latihan dan daftar hadir, jurnal latihan setidaknya berisi tentang waktu pelaksanaan, materi, jumlah peserta. Pengawasan ditunjukkan dengan daftar
nilai peserta yang dapat dilakukan sekurang-
kurangnya sekali dalam satu semester atau dua kali dalam satu semester yaitu pada tengah semester dan akhir semester Evaluasi dilaksanakan dengan melakukan diskusi antara pihak sekolah yang diwakili
oleh kepala sekolah atau pembina dengan pelatih dan peserta, hasil evaluasi adalah berupa perbaikan- perbaikan untuk siklus kegiatan berikutnya.
Sarana dan prasarana penunjang harus tersedia sesuai dengan kebutuhan masing-masing kegiatan ekstrakurikuler. Yang dimaksud sarana adalah segala kebutuhan baik fisik, sosial maupun kultural yang
diperlukan untuk mewujudkan proses kegiatan
pendidikan khususnya kegiatan ekstrakurikuler.
Kebutuhan fisik dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan akan barang atau benda yang digunakan untuk memperlancar proses kegiatan ekstrakurikuler.
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan akan
manusia/personal yang menjalankan kegiatan
ekstrakurikuler, bahwa suatu kegiatan ekstrakurikuler akan dapat terlaksana jika ada peserta yang berasal dari peserta didik/siswa dan pelatih/pembina yang dapat berasal dari guru di satuan pendidikan tersebut
atau pelatih yang berasal dari lembaga
lain/masyarakat. Sedang kebutuhan kultural adalah berupa daya dukung lingkungan masyarakat di mana suatu kegiatan ekstrakurikuler pada suatu satuan pendidikan terlaksana, tanpa dukungan lingkungan masyarakat maka kegiatan ekstrakurikuler tidak akan maksimal hasilnya/pencapaiannya.
Prasarana yang dapat berupa lahan,
gedung/bangunan, prasarana olahraga, prasarana kesenian atau prasarana lainnya. Dalam hal inilah partisipasi aktif baik peserta didik maupun orang
tua/masyarakat dapat dioptimalkan. Sehingga
sarana dan prasarana kegiatan ekstrakurikuler juga dapat ditingkatkan.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler juga sangat dipengaruhi oleh
tersedianya pembina maupun pelatih yang kompeten di
bidangnya masing-masing. Sekolah semaksimal
mungkin memberdayakan potensi sumber daya
manusia yang ada di dalam satua pendidikan masing- masing. Apabila dipandang perlu, dapat melibatkan
partisipasi pembina/pelatih dari lembaga lain,
masyarakat atau bahkan orang tua siswa. Pola yang sekarang dianggap paling efektif adalah dengan menggabungkan pembina dalam dari unsur guru yang mempunyai tugas pembinaan ke dalam antara lain perekrutan, keaktifan dan loyalitas anggota. Sedangkan pelatih atau instruktur dari luar mendapatkan tugas lebih pada pembinaan kemampuan ketrampilan dan teknik kegiatan ekstrakurikuler. Dewasa ini kolaborasi antara kedua unsur tersebut dianggap paling berhasil dan mendapatkan pencapaian yang lebih maksimal. Tentu saja pemilihan orang yang tepat sesuai dengan
bidang kemampuannya menjadi prioritas dalam
menentukan pembina maupun pelatih dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler.
Optimalisasi peranan masyarakat melalui orang tua siswa dalam pendanaan kegiatan ekstrakurikuler menjadi hal yang sangat mungkin dilakukan dalam rangka mencapai target kegiatan ekstrakurikuler yang lebih baik. Pendanaan tidak hanya menjadi tanggung jawab pihak sekolah, dapat juga melibatkan orang tua pada kegiatan-kegiatan tertentu. Hal yang dapat
dilakukan adalah dengan melibatkan orang tua pada pembicaraan perencanaan suatu program kegiatan, sehingga kesadaran orang tua akan kebutuhan pendanaan suatu bidang kegiatan akan terbentuk dan
sebagai hasilnya mereka akan secara sukarela
membantu dalam hal pendanaan.
Sebagai jalan keluar akibat dari kurang
tersedianya kompetisi yang menjadi wadah untuk mengukur sekaligus mengevaluasi berbagai kegiatan pembinaan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sebuah sekolah dalam kurun waktu tertentu di regional di mana satuan pendidikan berada, sekolah dapat mencarikan kompetisi yang sejenis yang sesuai kebutuhan masing-masing kegiatan ekstrakurikuler di daerah lain. Atau setidaknya memprogram kegiatan
perlombaan/kompetisi di dalam masing-masing
kegiatan ekstrakurikuler, karena kompetisi atau perlombaan dan pertandingan dapat menjadi tempat mengaktualisasi peserta kegiatan ekstrakurikuler sekaligus mengukur kemampuan mereka.
Tahapan yang paling jarang dilaksanakan pada kegiatan ekstrakurikuler adalah tahapan perencanaan program dan evaluasi, oleh karena itu peran serta peserta didik dan orang tua tidak hanya pada
pelaksanaan kegiatan saja, namun juga dapat
diikutsertakan dalam perencanaan program dan
evaluasinya.
Di dalam model manajemen kegiatan
ekstrakurikuler yang peneliti kembangkan, peran aktif peserta didik dan orang tua menjadi komponen yang sangat menentukan. Keterlibatan peserta didik dan
orang tua dalam manajemen kegiatan ekstrakurikuler dapat dimulai dari proses perencanaan suatu kegiatan
ekstrakurikuler. Suatu program kegiatan
ekstrakurikuler harus rasional dan memiliki tujuan yang jelas, maknanya adalah bahwa kegiatan tersebut masuk akal jika dilaksanakan, juga memiliki target yang hendak dicapai baik oleh organisasi maupun oleh peserta. Setiap kegiatan ekstrakurikuler dideskripsikan dengan mudah agar dapat diikuti oleh peserta. Kegiatan pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler juga harus secara jelas disebutkan dalam program, siapa yang melaksanakan, siapa pesertanya, siapa yang mengawasi dan siapa yang bertanggung jawab.
Pendanaan yang hendak digunakan dalam
kegiatan ekstrakurikuler harus secara terinci
disebutkan, baik sumbernya, bagaimana
penggunaannya,dan bagaimana pertanggung
jawabannya. Apakah sumber dana hanya berasal dari satuan pendidikan/sekolah, atau dapat berasal dari
sumber-sumber lainnya misalnya iuran peserta
maupun partisipasi orang tua atau pihak-pihak lainnya. Penggunaan dana tersebut juga harus diatur, apa saja yang boleh dibiayai dan apa saja yang tidak boleh. Pertanggung jawaban penggunaan dana juga
harus dilaporkan melalui mekanisme laporan
pertanggung jawaban yang benar.
Evaluasi yang dilaksanakan harus secara
periodik dan menyeluruh, maknanya adalah bahwa evaluasi suatu program kegiatan ekstrakurikuler harus dilaksanakan secara rutin sekurang-kurangnya setiap tahun sekali di akhir tahun pelajaran. Sehingga hasil
evaluasi tersebut dapat dijadikan input bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan tersebut di masa mendatang.
Pengorganisasian kegiatan ekstrakurikuler dapat pula melibatkan orang tua/masyarakat, di samping tentu saja siswa sebagai peserta kegiatan. Peranan orang tua tidak hanya memberikan kepedulian dan komitmen penuh terhadap keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler, namun harus lebih aktif lagi bahkan dapat pula dilibatkan menjadi pembina atau pelatih kegiatan ekstrakurikuler tersebut, setidaknya dapat memberikan masukan kepada satuan pendidikan berkaitan dengan pemilihan dan penentuan posisi pelatih/instruktur yang akan menjalankan kegiatan ekstrakurikuler.
Pada pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler,
peran serta siswa/peserta dilibatkan lebih jauh dalam menjalankan roda organisasi, dengan mengoptimalkan siswa yang lebih tinggi tingkatannya menjadi senior atau pengurus organisasi ekstrakurikuler dan siswa yang lebih rendah tingkat kelasnya menjadi yunior, tentu saja dalam batasan pengawasan pelatih atau pembina. Sedangkan orang tua dapat pula dilibatkan khususnya pada saat tertentu dalam menghadapi suatu kegiatan lomba/kompetisi.
Orang tua peserta didik dapat melakukan pengawasan secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan langsung dapat dilakukan dengan melihat pelaksanaan kegiatan/latihan. Pembina atau pelatih dapat berdiskusi pada saat orang tua mengunjungi putra putri mereka saat melakukan kegiatan atau latihan maupun lomba. Pengawasan secara tidak
langsung dapat dikerjakan dengan bertanya kepada
putra putri mereka sebagai peserta kegiatan
ekstrakurikuler, untuk selanjutnya orang tua dapat memberikan nasihat atau saran kepada pembina atau pelatih.
Hasil penelitian dan pembahasan di atas mendeskripsikan tentang model manajemen kegiatan
ekstrakurikuler yang efektif dengan
mempertimbangkan partisipasi aktif baik dari peserta didik, orang tua maupun masyarakat.