• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

4. Model – Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak model dan variasi, dimana setiap model pembelajarannya juga memuat kekhasan masing – masing yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan unsur – unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif. Model – model pembelajaran kooperatif tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Student Teams - Achievement Division (STAD)

STAD atau Tim Siswa Kelompok Prestasi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model pembelajaran STAD ini cocok diterapkan oleh guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (dalam Tukiran, dkk

2011: 64) Pembelajaran kooperatif model STAD menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam STAD siswa dikelompokkan

menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 – 5 orang, dan setiap

kelompok haruslah heterogen.

Model pembelajaran STAD diawali dengan pembagian kelompok, kemudian guru menyajikan materi pelajaran yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Setelah guru selesai menyampaikan materi, kemudian siswa bekerja di dalam kelompok, hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan guru. Setelah diberi waktu yang cukup untuk bekerja di dalam kelompok maka oleh guru masing – masing siswa diberikan kuis dan dalam pelaksanaan kuis tersebut masing – masing siswa tidak boleh saling membantu. Kuis tersebut nantinya akan dinilai untuk menentukan skor individu maupun skor kelompok. Skor individu yang mereka dapatkan digunakan untuk memperbaiki nilai individu yang dilakukan dengan cara membandingkan terhadap rata – rata nilai yang telah mereka peroleh sebelumnya. Nilai perbaikan dari setiap individu dalam kelompok kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk menentukan nilai kelompok. Kemudian yang harus dilakukan guru selanjutnya adalah mengakumulasi dan merata – rata nilai masing – masing kelompok.

Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu dapat mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya. b. Teams Games Tournaments (TGT)

TGT atau Pertandingan Permainan Tim merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang serupa dengan STAD. Jika dalam STAD penilaian dilakukan melalui test individu atau kuis, lain halnya dengan TGT yang menggunakan turnamen untuk menentukan nilai, ini juga menjadi ciri khas dari TGT bila dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif yang lain.

Langkah awal dalam pelaksanaan TGT adalah siswa

dikelompokkan secara heterogen dalam kelompok kecil yang bernggotakan 4-5 orang. Kemudian guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan materi yang sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Kemudian siswa mempelajari dan mendalami lebih lanjut materi yang telah disampaikan oleh guru sebagai persiapan dalam menghadapi turnamen. Setelah dirasa cukup untuk belajar dalam kelompok selanjutnya siswa dengan kemampuan yang sama dari masing – masing kelompok yang berbeda bertanding dalam turnamen. Dari turnamen tersebut setiap siswa memperoleh skor yang akan disumbangkan untuk kelompok. Skor yang telah diperoleh tersebut, kemudian di rata – rata dan nantinya skor tersebut digunakan sebagai penentuan penghargaan kelompok.

Menurut Slavin ( dalam Tukiran 2011: 67) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif model TGT diantaranya:

Penyajian Kelas, dilakukan oleh guru dengan fokus kepada materi

yang dibahas saja. Siswa sudah berada dalam kelompok dan mereka harus serius dalam tahap ini, karena setelah ini mereka harus mengikuti turnamen dengan sebaik – baiknya agar dapat menyumbangkan skor maksimal untuk kelompoknya.

Kelompok, disusun dengan anggota 4-5 orang secara heterogen.

Tahap ini bertujuan agar mereka bisa saling meyakinkan satu sama lain bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan dalam mengerjakan lembar kerja juga untuk menyiapkan semua anggota dalam menghadapi turnamen.

Permainan, disusun dan dirancang sesuai dengan materi yang telah

dipelajari untuk menguji pengetahuan yang diperoleh wakil masing – masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang diberi nomor dan kemudian menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor pada kartu tersebut.

Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan.

Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan. Di sinilah akan diadakan penilaian sesuai dengan hasil yang telah masing – masing siswa peroleh untuk kelompoknya. Turnamen ini memungkinkan bagi siswa sesuai dengan tingkatannya untuk menyumbangkan skor maksimal yang diperoleh pada saat pelaksanaan turnamen.

Pengakuan Kelompok, dilakukan dengan memberikan hadiah atau

penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar, sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama. c. Jigsaw

Dalam bukunya, Suyatno (2009: 54) menyebutkan ciri – ciri dari pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut:

• Setiap kelompok terdiri dari 5 – 6 anggota terdiri dari siswa yang

heterogen dan kelompok ini disebut sebagai kelompok asal

• Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli

• Kelompok ahli dari masing – masing kelompok asal berdiskusi

sesuai dengan keahliannya

• Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar

informasi.

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dengan kemampuan yang heterogen dibagi dalam kelompok dengan anggota kelompok 5 – 6 siswa. Kemudian, maateri pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan, dalam hal ini diasumsikan siswa menjadi pakar dalam topic materi tersebut. Selanjutnya, siswa dipertemukan dengan siswa lain (kelompok asal) dalam topik yang sama untuk saling berdiskusi dan saling belajar lebih lanjut sehingga dapat menguasai topik yang menjadi tanggung jawabnya. Setelah diberi waktu yang cukup, kemudian siswa yang tadi berada dalam kelompok ahli dipersilahkan

untuk kembali ke kelompok asalnya masing – masing. Siswa tersebut kemudian membelajarkan topik yang telah dipelajari ke anggota kelompok yang mempelajari topik lain. Dengan langkah ini diharapkan setiap siswa masing – masing kelompok telah menguasai topik materi yang diberikan guru. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh guru adalah memberikan test individual atau kuis tentang semua topik materi yang telah dipelajari oleh siswa. Kuis tersebut nantinya akan dinilai untuk menentukan skor individu maupun skor kelompok. Skor individu yang mereka dapatkan digunakan untuk memperbaiki nilai individu yang dilakukan dengan cara membandingkan terhadap rata – rata nilai yang telah mereka peroleh sebelumnya. Nilai perbaikan dari setiap individu dalam kelompok kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk menentukan nilai kelompok. Kemudian yang harus dilakukan guru selanjutnya adalah mengakumulasi dan merata – rata nilai masing – masing kelompok. Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya. Cara penilaian ini serupa dengan yang terjadi pada model pembelajaran kooperatif STAD.

d. Numbered Heads Together (NHT)

Number Heads Together (NHT) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang sangat menekankan keaktifan dan tanggung jawab siswa baik tanggung jawab secara individu maupun

tanggung jawab secara kelompok. Dalam NHT siswa akan dikelompokkan secara heterogen yaitu masing – masing kelompok dapat beranggotakan 4-6 orang siswa. Pengelompokkan yang disusun ini berdasarkan nilai pre test yang dilakukan guru sebelum memulai masuk dalam materi pembelajaran. Maksud dari pengelompokkan ini adalah agar siswa dapat belajar dan atau menyelesaikan persoalan yang di berikan oleh guru kepada siswa. Setelah dibentuk kelompok, kemudian guru melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan materi kepada siswa. Setelah materi selesai disampaikan kepada siswa, kemudian guru mengajak siswa untuk bergabung ke dalam kelompoknya masing – masing, dan setelah siswa duduk dalam kelompoknya, masing – masing siswa diberikan nomor secara undi ( setiap kelompok mempunyai nomor yang sama, namun setiap anggota kelompok memiliki nomor yang berbeda – beda ). Nomor tersebut berfungsi sebagai nomor soal yang akan diberikan oleh guru selanjutnya. Setelah soal yang sesuai dengan nomor masing – masing siswa dibagikan kepada masing – masing kelompok, maka guru memberikan waktu kepada siswa untuk melaksanakan diskusi dan pembelajaran bersama dalam kelompok tersebut. Di sini guru berperan sebagai fasilitator juga sebagai motivator untuk proses pembelajaran di kelas. Dalam proses diskusi kelompok ini ditekankan bahwa, masing – masing siswa tiap – tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas

persoalan yang diberikan guru, (Agus Suprijono: 2009: 92). Dalam NHT siswa mempunyai tanggung jawab baik secara individu maupun secara kelompok. Tanggung jawab secara individu adalah ketika dia harus menyelesaikan nomor soal yang telah menjadi tanggung jawabnya, bila siswa tidak dapat mengerjakan soal tersebut siswa dapat meminta bantuan kepada teman lain dalam kelompoknya untuk bersama – sama memecahkan persoalan yang diberikan guru. Di sinilah akan terjadi proses interaksi sosial antara siswa dan teman – teman sekelompoknya, dimana proses tersebut sesuai dengan kekhasan dari pembelajaran kooperatif. Tanggung jawab secara kelompok, dimaksudkan di sini adalah ketika masing – masing siswa maju mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Masing – masing siswa tersebut membawa nama baik kelompoknya, dan apa yang di presentasikan siswa di depan, bagaimana siswa tersebut menanggapi pertanyaan dari kelompok lain juga akan menentukan hasil penilaian kelompok dan penilaian individu.

Langkah selanjutnya adalah diskusi kelas. Guru memanggil salah satu nomor yang telah dibagikan, misalnya: guru memanggil nomor 2 dari salah satu kelompok kemudian siswa dari kelompok yang namanya disebutkan yang mempunyai nomor 2 maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil yang telah dikerjakan dalam kelompok. Dalam diskusi kelas ini, siswa yang memiliki tanggung jawab terhadap nomor soal yang dipegangnya wajib menjelaskan

jawabannya kepada semua siswa di kelas, dan pada saat itu juga siswa dari kelompok lain juga dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa yang ada di depan. Langkah ini mendorong siswa menjadi aktif di kelas, bertanya bila tidak mengerti dan siswa yang di depan menjelaskan kepada teman – temannya sampai siswa yang bertanya tersebut mengerti dengan penyelesaian soal yang diberikan. Setelah selesai membahas soal nomor 2 tersebut guru dan siswa kemudian bersama – sama menarik kesimpulan dari soal tersebut. Begitu seterusnya sampai nomor soal yang diberikan guru telah habis dibahas dalam pembelajaran di kelas.

Proses diskusi kelas selesai dan dilanjutkan dengan tes individu atau kuis. Tes ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian secara individu dan secara kelompok juga digunakan sebagai alat ukur apakah siswa telah memahami materi tersebut atau belum. Dalam pelaksanaan tes ini, masing – masing siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain. Penilaian ini sebenarnya tidak didasarkan pada hasil tes saja melainkan juga dari hasil keaktifan siswa dalam kelompok dan hasil keaktifan siswa pada saat proses diskusi kelas. Nilai tersebut nantinya akan dijumlah dan dirata – rata oleh guru. Nilai kelompok yang telah mencapai kriteria tertentu, maka kelompok tersebut akan mendapatkan penghargaan berupa point atau hadiah – hadiah yang lainnya. Guru wajib mengumumkan hasil tes atau hasil

pemenang kelompok pada akhir pertemuan atau pada awal pertemuan selanjutnya.

Dokumen terkait