PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER PADA PEMBELAJARAN MATERI PELUANG DI KELAS XI IPS 1 SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN
2012/2013 Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH :
Florentina Savic Erna Setyaningrum 081414004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER PADA PEMBELAJARAN MATERI PELUANG DI KELAS XI IPS 1 SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN
2012/2013 Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
OLEH :
Florentina Savic Erna Setyaningrum 081414004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Ap
Apa ya
susah p
Hasil ka
T
u
K
M
S
d
pa yang
m
ang baik
payah, t
aryaku ini
Tuhan Ye
ntukku
Kedua Ora
Mas Gerry
Sahabat
ukungan
-
M
baik har
payah,
mendapa
k sering
tetapi ap
i ku perse
esus yan
angtua ku
y dan Adik
– sahab
untuk seg
ivMOTTO
rus serin
tetapi a
atkanny
hanya d
pa yang b
tanpa d
embahkan
ng telah
yang sela
k – adikku
batku ya
gera meny
O -
ng dicar
apa yang
ya walau
dapat dia
buruk d
diajarkan
n untuk:
member
alu mendo
(Agung d
ang sela
yelesaika
ri dengan
g buruk
ia tidak
ajarkan d
dapat dip
n. (Demo
rikan be
oakanku
dan Putri)
alu mem
n skripsi i
vi ABSTRAK
Florentina Savic Erna Setyaningrum. 2013. Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang di Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012 / 2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui: (1) seberapa tinggi keaktifan siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together; (2) seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together.
Penelitian ini termasuk penelitian campuran (kualitatif deskriptif dan kuantitatif), Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 37 siswa. Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah peluang pada topik aturan perkalian, permutasi dan kombinasi. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Number Heads Together. Pengumpulan data diperoleh melalui lembar pengamatan dan wawancara untuk mengetahui keaktifan siswa dengan diterapkannya metode Number Heads Together dan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan diterapkanya metode Number Heads Together. Alat ukur untuk keaktifan siswa adalah lembar pengamatan keaktifan siswa yang terdiri dari 18 kriteria yaitu 10 kriteria keaktifan siswa selama diskusi kelompok dan 8 kriteria keaktifan siswa selama diskusi kelas, sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes akhir yang sesuai. Data keaktifan siswa dianalisis dengan cara penskoran, dimana skor tertinggi adalah 46, skor tersebut diolah untuk menentukan jumlah maupun jenis frekuensi untuk setiap pertemuan dan rata – rata untuk seluruh pertemuan. Data hasil belajar siswa dianalisis untuk menentukan tingkat ketuntasan siswa, rata – rata kelas, nilai tertinggi dan terendah.
Dari hasil analisis dapat disimpulkan: (1) Rata-rata keaktifan siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 0% kriteria sangat tinggi, 4,06% kriteria tinggi, 34,24% kriteria cukup, 31,53% kriteria rendah dan 30,18% masuk dalam kriteria sangat rendah; (2) Hasil belajar siswa setelah proses penelitian dengan diterapkanya metode Number Heads Together dikatakan tidak tuntas secara klasikal. Nilai rata – rata yang diperoleh siswa hanya sebesar 69,5 dari acuan KKM yang digunakan untuk pembelajarann matematika adalah 77. Prosentase ketuntasan siswa hanya sebesar 37,8% dari yang ditargetkan 80%. Dari data hasil belajar juga diperoleh siswa dengan nilai tertinggi yaitu 97,9 dan nilai terendahnya sebesar 33,3.
ABSTRACT
Florentina Savic Erna Setyaningrum. 2013. Utilization Cooperative Learning Models Type of Numbered Heads Together On Learning Content Opportunities in Class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Academic Year 2012/2013. Thesis. Mathematic Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The research in this thesis aims to find out: (1) how high the activity of the students in class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu on learning opportunities on topics with material rules of multiplication, permutations, and combinations using Number Heads Together; (2) how high the learning outcomes of students in class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu on learning opportunities on topics with material rules of multiplication, permutations, and combinations using Number Heads Together.
This research includes research of mixed (qualitative and quantitative descriptive). The subject of this research is the students of XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2012/2013 which amounted to 37 students. The material is taken in this research is an opportunity on the topics of rules of multiplication, permutations and combinations. The data collected for this research is the activity of students and student learning outcomes by using the method Number Heads Together. The collection of data obtained through observation and interview sheet to find out the activity of the students with implementing the method Number Heads Together and the final test to determine student learning outcomes with used method Number Heads Together. Measuring instrument for student observation sheet is the liveliness of the liveliness of students consists of 18 criteria i.e. 10 criteria for students activity in discussion group and 8 criteria for students activity discussion class, while data on student learning results obtained using the end of the test. The Data may be analyzed by means of students scoring, where the highest score is 46, the score is processed to determine the amount and type of frequency for any meeting, and the median income for all meetings. Student learning outcome data are analyzed to determine the level of students mastery, an average classroom, the highest value and lowest.
From the results of the analysis can be concluded: (1) the average student overall activity is as follows: 0% very high criteria, 4.06% high criteria, 34.24% criteria enough, 31,53% low criteria and 30,18% enter in very low criteria; (2) Student learning outcomes after the process of research with used Number Heads Together method in a classical space. The averages value obtained students only of 69.5 of the KKM reference used to mathematics learning is 77. Percentage of students mastery of only 37.8% of the targeted 80%. From the results of the study data also obtained the student with the highest value of 97,9 and the lowest value of 33.3.
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan RahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang Di Kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012/2013”
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama pembuatan skripsi ini.
5. Para dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun untuk penyusunan skripsi ini.
6. Segenap dosen Prodi Pendidikan Matematika yang telah membimbing saya selama saya menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma
7. Bapak Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin kepada saya sehingga saya dapat melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu
8. Bapak Agus Subroto, S.Pd. selaku guru matematika kelas XI IPS 1 yang telah membantu selama saya melakukan penelitian
x
Andikawati, dan Agustina Windarwanti terimakasih untuk bantuan selama observasi, dukungan, sarana, semangat dan kebersamaan yang telah kalian berikan untukku sehingga skripsi ini cepat selesai
12. Teman – teman kost Putri Palem dan semua pihak yang tanpa sengaja tidak saya sebutkan di sini yang telah memberikan doa, bantuan dan semangat agar skripsi ini cepat selesai
Penulis terbuka terhadap saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
HALAMAN JUDUL .. ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... ... vi
ABSTARCT ... ... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR TABEL ... ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Batasan Masalah . ... 5
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
G. Batasan Istilah ... ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif ... 10
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 10
2. Unsur – Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 12
3. Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif ... 13
4. Model – Model Pembelajaran Kooperatif ... 14
5. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 23
B. Number Heads Together (NHT) ... 25
xii
3. Kelebihan dan Kekurangan Number Heads Together ... 28
C. Peluang ... ... 28
D. Pembelajaran Peluang ... 29
1. Aturan perkalian ... 30
2. Notasi Faktorial ... 31
3. Permutasi ... ... 31
4. Permutasi dengan Beberapa Unsur yang Sama ... 33
5. Permutasi Siklis ... 34
6. Kombinasi ... ... 36
E. Keaktifan Siswa .. ... 37
F. Hasil Belajar Matematika ... 41
G. Kerangka Berpikir ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .... ... 45
B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 45
C. Subjek Penelitian . ... 45
D. Bentuk Data ... ... 46
E. Metode Pengumpulan Data ... 47
F. Instrumen Pembelajaran ... 48
G. Instrumen Pengumpulan Data ... 49
H. Metode Analisis Data ... 52
I. Prosedur Perencanaan Penelitian ... 62
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, HASIL ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 63
1. Perencanaan .. ... 63
2. Pelaksanaan dan Pengamatan Hasil Penelitian ... 64
a. Sebelum Penelitian ... 64
b. Kegiatan Pembelajaran ... 67
ii.Wawancara ... 103
B. Tabulasi Data ... ... 81
C. Hasil Analisis Data ... 93
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105
1. Keaktifan ... ... 105
2. Hasil Belajar .. ... 107
3. Hasil Wawancara ... 110
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 112
B. Saran ... ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 115
xiv
2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 24
2.2 Langkah – Langkah Penggunaan Metode NHT dalam Penelitian ... 27
3.1 Kisi – Kisi Instrumen Pengamatan Sesi Diskusi Kelompok ... 49
3.2 Kisi – Kisi Instrumen Pengamatan Sesi Diskusi Kelas ... 50
3.3 Kisi – Kisi Soal Tes Akhir ... 51
3.4 Distribusi Keaktifan Setiap Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 58
3.5 Tabel Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 58
3.6 Kriteria Keaktifan Siswa ... 58
3.7 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa ... 59
3.8 Klasifikasi Reabilitas Soal ... 61
3.9 Hasil Analisis Belajar ... 61
4.1 Perhitungan Validitas dan Reabilitas ... 65
4.2 Hasil Belajar Setiap Siswa Pada Tes Penempatan ... 66
4.3 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Pertama ... 67
4.4 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Kedua ... 69
4.5 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga ... 72
4.6 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Kempat ... 74
4.7 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Kelima ... 77
4.8 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Keenam ... 79
4.9 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 81
4.10 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 83
4.11 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 85
4.12 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Keempat ... 87
4.13 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Kelima ... 89
4.14 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Keenam ... 92
4.15 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 94
4.16 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 94
4.17 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 95
4.18 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 96
4.19 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 97
4.22 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Keempat ... 98
4.23 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kelima ... 99
4.24 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Kelima ... 100
4.25 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Keenam ... 100
4.26 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Keenam ... 101
4.27 Hasil Belajar Setiap Siswa Pada Tes Akhir ... 102
4.28 Hasil Wawancara Peneliti Dengan Siswa ... 103
4.29 Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 105
xvi
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 118
A.2 Soal Tes Penempatan ... 156
A.3 Soal Tes Akhir .... ... 157
A.4 Lembar Kerja Siswa ... 159
A.5 Kunci Jawaban Tes Penempatan ... 165
A.6 Kunci Jawaban Tes Akhir ... 168
B.1 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa Sesi Diskusi Kelompok ... 172
B.2 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa Sesi Diskusi Kelas ... 174
B.3 Tabel Distribusi Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 176
B.4 Hasil Validitas Soal Ujicoba ... 189
B.5 Tabel Hasil Belajar Siswa Pada Tes Penempatan ... 200
B.5 Tabel Hasil Belajar Siswa Pada Tes Akhir ... 202
C.1 Tabel Pembagian Kelompok ... 204
C.2 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Saat Tes Uji Coba ... 206
C.3 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Saat Tes Penempatan ... 209
C.4 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Saat Tes Akhir ... 212
C.5 Presensi Kehadiran Siswa Setiap Pertemuan ... 216
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, pembelajaran di sekolah seringkali dikaitkan dengan sebuah metode pembelajaran yang baru kemudian dipraktekkan di dalam kelas dengan tujuan untuk menunjang proses belajar mengajar di kelas sehingga pembelajaran di kelas menjadi kreatif dan menyenangkan. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian (Suyono,dkk 2012: 9) sedangkan pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Syaiful Bahri Djamarah, dkk 2010: 46). Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Sekarang ini telah banyak ditemukan metode – metode pembelajaran yang baru untuk pembelajaran di kelas. Hal ini bertujuan agar pembelajaran di kelas menjadi menarik dan menyenangkan sehingga siswa tidak lagi bosan belajar di kelas.
25 Februari 2012 di sekolah tersebut guru mengalami kesulitan menyampaikan materi kepada siswa. Di kelas XI IPS 1 ini, guru sering merasa tidak diperhatikan oleh siswa terutama siswa perempuan. Menurut penuturan guru, siswa di kelas XI IPS 1 ini cenderung lebih ingin mencari perhatian guru, diantaranya dengan mengganggu temannya di kelas, bermain Hp sendiri, bersolek di kelas pada saat jam pelajaran, mereka seperti itu karena ada yang memiliki masalah pribadi di rumah, ada juga yang memang pembawaan mereka yang seperti itu. Ketika guru menyampaikan materi tentang peluang, guru merasa sangat kesulitan dan pada saat itu guru hampir menyerah. Guru ketika itu menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran topik peluang. Dengan metode ini, murid di kelas malah semakin tidak mendengarkan guru, mereka ramai sendiri, dan ketika guru meminta siswa maju ke depan untuk mengerjakan soal, mereka tidak ada yang mau maju sehingga guru harus menunjuk mereka satu persatu sehingga mereka mau mengerjakan soal latihan yang diberikan. Di kelas XI IPS 1 ini, guru cenderung lebih bersikap keras agar siswa mau memperhatikan dan guru harus mendatangi siswa satu persatu agar siswa mau mencatat atau mau mengerjakan soal latihan.
melanjutkan materi yang berikutnya. Bagaimana guru dapat melanjutkan materi bila materi sebelumnya belum dikuasai oleh siswa. Karena beberapa faktor di atas tersebut, seringkali banyak siswa di kelas XI IPS 1 yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM sehingga kadang guru harus memberikan remidi supaya nilai matematika mereka mencapai KKM.
Dengan dasar tersebut di atas kemudian peneliti ingin melakukan penelitian di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu. Melakukan pembelajaran pada materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together. Peneliti ingin menyelidiki apakah penggunaan metode Number Heads Together ini dapat memberikan perubahan untuk keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu. Melalui alasan tersebut, kemudian peneliti mengambil judul tentang “Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang Di Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012/2013”
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti mendapatkan sejumlah dugaan masalah yang terjadi pada pembelajaran matematika di kelas XI IPS 1, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Guru sering merasa tidak diperhatikan oleh siswa saat pembelajaran di kelas 2. Siswa cenderung lebih ingin mencari perhatian guru dengan cara – cara yang
negatif diantaranya: mengganggu temannya di kelas, bermain Hp, bahkan ada yang bersolek pada saat pelajaran matematika berlangsung.
3. Guru mengalami kesulitan ketika mengajar tentang materi peluang
4. Metode ceramah yang diterapkan guru di dalam kelas, tidak membuat siswa aktif dalam pembelajaran matematika di kelas.
6. Ketika guru memberikan latihan soal, tidak semua siswa mau untuk mencoba mengerjakan, ketika ada yang bisa mengerjakan soal latihan tersebut, siswa hanya mengerjakan saja dan tidak mau menerangkan jawabannya di kelas. 7. Karena hal – hal tersebut di atas nilai matematika siswa kelas XI IPS 1 menjadi
di bawah KKM sehingga seringkali guru harus mengadakan remidi agar nilai siswa memenuhi KKM.
C. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu dan dana dari peneliti, maka peneliti membatasi penelitian ini pada topik 4, 6, 7 yaitu:
1. Metode ceramah yang diterapkan guru di dalam kelas, tidak membuat siswa aktif dalam pembelajaran matematika di kelas.
2. Ketika guru memberikan latihan soal, tidak semua siswa bisa menjawab, ketika ada yang bisa mengerjakan soal latihan tersebut, siswa hanya mengerjakan saja dan tidak mau menerangkan jawabannya di kelas.
3. Karena hal – hal tersebut di atas nilai matematika siswa kelas XI IPS 1 menjadi di bawah KKM sehingga seringkali guru harus mengadakan remidi agar nilai siswa memenuhi KKM.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas peneliti merangkum masalah tersebut yang dirumuskan sebagai berikut:
perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together?
2. Seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui seberapa tinggi keaktifan siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi
Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together.
2. Mengetahui seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together
F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti
2. Bagi Guru dan Sekolah
Bagi guru bermanfaat untuk pengembangan strategi pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yaitu Number Heads Together. Guru mendapatkan alternatif strategi pengajaran yang dapat memaksimalkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat menjadikan masukan bagi sekolah dan guru matematika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan serta diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan mengenai pendidikan matematika untuk siswa Sekolah Menengah Atas. G. Batasan Istilah
Pembatasan istilah dalam perumusan masalah di atas bertujuan agar tidak terjadi penafsiran ganda terhadap judul skripsi. Skripsi ini dibatasi untuk penelitian di kelas XI IPS 1 dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dan pembelajarannya menggunakan metode Number Heads Together dan penelitian dilakukan di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Berikut pembatasan istilah yang digunakan oleh peneliti:
1. Keaktifan
sebagai segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas.
2. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar merupakan keseluruhan kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau yang diukur dengan angka – angka. Dengan demikian hasil belajar matematika yang dimaksud adalah keseluruhan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar matematika di sekolah yang dinyatakan atau yang diukur dengan angka – angka.
3. Metode Number Heads Together
soal nomor 3 dan seterusnya. Kemudian diadakan diskusi secara bersama – sama untuk membahas soal yang telah dikerjakan oleh siswa tersebut.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran yang
mengandalkan kekuatan kelompok, namun tidak semua pembelajaran
kelompok bisa dikategorikan sebagai pembelajaran kooperatif. Menurut
Anita Lie (2010: 12) pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran
yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama
dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lain dengan
pendapat Slavin (dalam Tukiran, dkk 2011: 55) yang menerangkan
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil yang
berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa
untuk lebih bergairah dalam belajar. Hal ini serupa dengan pendapat dari
Tukiran, dkk (2011: 56) tentang pembelajaran kooperatif yaitu model
pembelajaran dengan setting kelompok – kelompok kecil dengan
memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa
bekerja sama dan memecahkan masalah melalui interaksi sosial dengan
teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan siswa
Metode belajar kooperatif lebih menekankan pada pembelajaran
kelompok yang heterogen. Heterogen yang dimaksud di sini adalah
campuran yang tidak membedakan kemampuan, jenis kelamin, ras, dan
sebagainya. Pembelajaran kooperatif sangat sesuai dengan hakikat
manusia sebagai mahkluk sosial dimana selalu membutuhkan orang lain
dalam kehidupannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dalam
kelompok yang heterogen diminta untuk bertanggung jawab
menyelesaikan persoalan atau permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran di kelas. Siswa dituntut untuk memiliki tanggung jawab
baik secara pribadi maupun secara sosial (tanggung jawab kelompok).
Keberhasilan dari kelompoknya tersebut sangat bergantung pada
bagaimana kerjasama siswa masing – masing anggota kelompok untuk
membawa kelompoknya menuju tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Melalui penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil yang heterogen untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif ini, siswa
harus berproses secara sosial dengan anggota kelompoknya dan
mempunyai tanggung jawab yang besar baik secara individu maupun
bertanggung jawab secara kelompok untuk mendapatkan hasil yang
2. Unsur – Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie: 2010: 31-35)
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai
pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu:
a. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Setiap siswa mendapat nilai
individu dan nilai kelompok. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang
unik yaitu dengan sistem “sumbangan”, sehingga mereka akan semakin
terpacu untuk meningkatkan nilai mereka dan dapat memberikan
sumbangan nilai untuk kelompoknya.
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model
pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan bertanggung jawab
untuk melakukan yang terbaik. Setiap siswa harus bertanggung jawab
dengan tugasnya masing – masing agar tugas selanjutnya dalam
kelompok bisa dilaksanakan.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan
menguntungkan. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing – masing.
d. Komunikasi antar Anggota
Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
mengutarakan pendapat. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok
ini merupakan proses panjang. Proses ini sangat bermanfaat dan perlu
ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan
perkembangan mental dan emosional para siswa.
e. Evaluasi Proses Kelompok
Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama
dengan lebih baik.
3. Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends (2008: 5), pembelajaran yang menggunakan
model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar
b. tim – tim terdiri atas siswa – siswa yang berprestasi rendah, sedang
dan tinggi.
c. bilamana mungkin, tim – tim itu terdiri atas campuran ras, budaya,
dan gender,
Ciri – ciri pembelajaran kooperatif tersebut di atas serupa dengan
yang disampaikan oleh Tukiran, dkk ( 2011: 57 ) yaitu:
a. untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok
secara kooperatif,
b. kelompok dibentuk dari siswa – siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah
c. jika dalam kelas terdapat siswa – siswa yang terdiri dari beberapa ras,
suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar
dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin
yang berbeda pula.
d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada
perorangan.
4. Model - Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak model dan variasi,
dimana setiap model pembelajarannya juga memuat kekhasan masing –
masing yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan unsur – unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif. Model –
model pembelajaran kooperatif tersebut diantaranya sebagai berikut:
a. Student Teams - Achievement Division (STAD)
STAD atau Tim Siswa Kelompok Prestasi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model pembelajaran
STAD ini cocok diterapkan oleh guru yang baru memulai menerapkan
2011: 64) Pembelajaran kooperatif model STAD menekankan adanya
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan
saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna
mencapai prestasi yang maksimal. Dalam STAD siswa dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 – 5 orang, dan setiap
kelompok haruslah heterogen.
Model pembelajaran STAD diawali dengan pembagian
kelompok, kemudian guru menyajikan materi pelajaran yang sesuai
dengan topik yang akan dipelajari. Setelah guru selesai menyampaikan
materi, kemudian siswa bekerja di dalam kelompok, hal ini bertujuan
untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai
materi pelajaran yang telah disampaikan guru. Setelah diberi waktu
yang cukup untuk bekerja di dalam kelompok maka oleh guru masing
– masing siswa diberikan kuis dan dalam pelaksanaan kuis tersebut
masing – masing siswa tidak boleh saling membantu. Kuis tersebut
nantinya akan dinilai untuk menentukan skor individu maupun skor
kelompok. Skor individu yang mereka dapatkan digunakan untuk
memperbaiki nilai individu yang dilakukan dengan cara
membandingkan terhadap rata – rata nilai yang telah mereka peroleh
sebelumnya. Nilai perbaikan dari setiap individu dalam kelompok
kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk menentukan nilai
kelompok. Kemudian yang harus dilakukan guru selanjutnya adalah
Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu dapat mendapatkan
penghargaan berupa sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya.
b. Teams Games Tournaments (TGT)
TGT atau Pertandingan Permainan Tim merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang serupa dengan STAD. Jika dalam STAD
penilaian dilakukan melalui test individu atau kuis, lain halnya dengan
TGT yang menggunakan turnamen untuk menentukan nilai, ini juga
menjadi ciri khas dari TGT bila dibandingkan dengan model
pembelajaran kooperatif yang lain.
Langkah awal dalam pelaksanaan TGT adalah siswa
dikelompokkan secara heterogen dalam kelompok kecil yang
bernggotakan 4-5 orang. Kemudian guru memulai pembelajaran
dengan menyampaikan materi yang sesuai dengan topik yang akan
dipelajari. Kemudian siswa mempelajari dan mendalami lebih lanjut
materi yang telah disampaikan oleh guru sebagai persiapan dalam
menghadapi turnamen. Setelah dirasa cukup untuk belajar dalam
kelompok selanjutnya siswa dengan kemampuan yang sama dari
masing – masing kelompok yang berbeda bertanding dalam turnamen.
Dari turnamen tersebut setiap siswa memperoleh skor yang akan
disumbangkan untuk kelompok. Skor yang telah diperoleh tersebut,
kemudian di rata – rata dan nantinya skor tersebut digunakan sebagai
penentuan penghargaan kelompok.
Menurut Slavin ( dalam Tukiran 2011: 67) ada lima komponen
• Penyajian Kelas, dilakukan oleh guru dengan fokus kepada materi
yang dibahas saja. Siswa sudah berada dalam kelompok dan
mereka harus serius dalam tahap ini, karena setelah ini mereka
harus mengikuti turnamen dengan sebaik – baiknya agar dapat
menyumbangkan skor maksimal untuk kelompoknya.
• Kelompok, disusun dengan anggota 4-5 orang secara heterogen.
Tahap ini bertujuan agar mereka bisa saling meyakinkan satu sama
lain bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan dalam
mengerjakan lembar kerja juga untuk menyiapkan semua anggota
dalam menghadapi turnamen.
• Permainan, disusun dan dirancang sesuai dengan materi yang telah
dipelajari untuk menguji pengetahuan yang diperoleh wakil masing
– masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang
diberi nomor dan kemudian menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan nomor pada kartu tersebut.
• Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan.
Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok
bahasan. Di sinilah akan diadakan penilaian sesuai dengan hasil
yang telah masing – masing siswa peroleh untuk kelompoknya.
Turnamen ini memungkinkan bagi siswa sesuai dengan
tingkatannya untuk menyumbangkan skor maksimal yang diperoleh
• Pengakuan Kelompok, dilakukan dengan memberikan hadiah atau
penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama
belajar, sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.
c. Jigsaw
Dalam bukunya, Suyatno (2009: 54) menyebutkan ciri – ciri dari
pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut:
• Setiap kelompok terdiri dari 5 – 6 anggota terdiri dari siswa yang
heterogen dan kelompok ini disebut sebagai kelompok asal
• Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli
• Kelompok ahli dari masing – masing kelompok asal berdiskusi
sesuai dengan keahliannya
• Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar
informasi.
Dalam penerapan Jigsaw, siswa dengan kemampuan yang
heterogen dibagi dalam kelompok dengan anggota kelompok 5 – 6
siswa. Kemudian, maateri pelajaran diberikan kepada siswa dalam
bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok
bahasan, dalam hal ini diasumsikan siswa menjadi pakar dalam topic
materi tersebut. Selanjutnya, siswa dipertemukan dengan siswa lain
(kelompok asal) dalam topik yang sama untuk saling berdiskusi dan
saling belajar lebih lanjut sehingga dapat menguasai topik yang
menjadi tanggung jawabnya. Setelah diberi waktu yang cukup,
untuk kembali ke kelompok asalnya masing – masing. Siswa tersebut
kemudian membelajarkan topik yang telah dipelajari ke anggota
kelompok yang mempelajari topik lain. Dengan langkah ini
diharapkan setiap siswa masing – masing kelompok telah menguasai
topik materi yang diberikan guru. Langkah selanjutnya yang harus
dilakukan oleh guru adalah memberikan test individual atau kuis
tentang semua topik materi yang telah dipelajari oleh siswa. Kuis
tersebut nantinya akan dinilai untuk menentukan skor individu
maupun skor kelompok. Skor individu yang mereka dapatkan
digunakan untuk memperbaiki nilai individu yang dilakukan dengan
cara membandingkan terhadap rata – rata nilai yang telah mereka
peroleh sebelumnya. Nilai perbaikan dari setiap individu dalam
kelompok kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk menentukan
nilai kelompok. Kemudian yang harus dilakukan guru selanjutnya
adalah mengakumulasi dan merata – rata nilai masing – masing
kelompok. Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu
mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau hadiah – hadiah yang
lainnya. Cara penilaian ini serupa dengan yang terjadi pada model
pembelajaran kooperatif STAD.
d. Numbered Heads Together (NHT)
Number Heads Together (NHT) adalah salah satu model
pembelajaran kooperatif yang sangat menekankan keaktifan dan
tanggung jawab secara kelompok. Dalam NHT siswa akan
dikelompokkan secara heterogen yaitu masing – masing kelompok
dapat beranggotakan 4-6 orang siswa. Pengelompokkan yang disusun
ini berdasarkan nilai pre test yang dilakukan guru sebelum memulai
masuk dalam materi pembelajaran. Maksud dari pengelompokkan ini
adalah agar siswa dapat belajar dan atau menyelesaikan persoalan
yang di berikan oleh guru kepada siswa. Setelah dibentuk kelompok,
kemudian guru melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan
materi kepada siswa. Setelah materi selesai disampaikan kepada
siswa, kemudian guru mengajak siswa untuk bergabung ke dalam
kelompoknya masing – masing, dan setelah siswa duduk dalam
kelompoknya, masing – masing siswa diberikan nomor secara undi (
setiap kelompok mempunyai nomor yang sama, namun setiap anggota
kelompok memiliki nomor yang berbeda – beda ). Nomor tersebut
berfungsi sebagai nomor soal yang akan diberikan oleh guru
selanjutnya. Setelah soal yang sesuai dengan nomor masing – masing
siswa dibagikan kepada masing – masing kelompok, maka guru
memberikan waktu kepada siswa untuk melaksanakan diskusi dan
pembelajaran bersama dalam kelompok tersebut. Di sini guru
berperan sebagai fasilitator juga sebagai motivator untuk proses
pembelajaran di kelas. Dalam proses diskusi kelompok ini ditekankan
bahwa, masing – masing siswa tiap – tiap kelompok menyatukan
persoalan yang diberikan guru, (Agus Suprijono: 2009: 92). Dalam
NHT siswa mempunyai tanggung jawab baik secara individu maupun
secara kelompok. Tanggung jawab secara individu adalah ketika dia
harus menyelesaikan nomor soal yang telah menjadi tanggung
jawabnya, bila siswa tidak dapat mengerjakan soal tersebut siswa
dapat meminta bantuan kepada teman lain dalam kelompoknya untuk
bersama – sama memecahkan persoalan yang diberikan guru. Di
sinilah akan terjadi proses interaksi sosial antara siswa dan teman –
teman sekelompoknya, dimana proses tersebut sesuai dengan
kekhasan dari pembelajaran kooperatif. Tanggung jawab secara
kelompok, dimaksudkan di sini adalah ketika masing – masing siswa
maju mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Masing – masing
siswa tersebut membawa nama baik kelompoknya, dan apa yang di
presentasikan siswa di depan, bagaimana siswa tersebut menanggapi
pertanyaan dari kelompok lain juga akan menentukan hasil penilaian
kelompok dan penilaian individu.
Langkah selanjutnya adalah diskusi kelas. Guru memanggil
salah satu nomor yang telah dibagikan, misalnya: guru memanggil
nomor 2 dari salah satu kelompok kemudian siswa dari kelompok
yang namanya disebutkan yang mempunyai nomor 2 maju ke depan
kelas untuk mempresentasikan hasil yang telah dikerjakan dalam
kelompok. Dalam diskusi kelas ini, siswa yang memiliki tanggung
jawabannya kepada semua siswa di kelas, dan pada saat itu juga siswa
dari kelompok lain juga dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa
yang ada di depan. Langkah ini mendorong siswa menjadi aktif di
kelas, bertanya bila tidak mengerti dan siswa yang di depan
menjelaskan kepada teman – temannya sampai siswa yang bertanya
tersebut mengerti dengan penyelesaian soal yang diberikan. Setelah
selesai membahas soal nomor 2 tersebut guru dan siswa kemudian
bersama – sama menarik kesimpulan dari soal tersebut. Begitu
seterusnya sampai nomor soal yang diberikan guru telah habis dibahas
dalam pembelajaran di kelas.
Proses diskusi kelas selesai dan dilanjutkan dengan tes individu
atau kuis. Tes ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian secara
individu dan secara kelompok juga digunakan sebagai alat ukur
apakah siswa telah memahami materi tersebut atau belum. Dalam
pelaksanaan tes ini, masing – masing siswa tidak boleh saling
membantu satu sama lain. Penilaian ini sebenarnya tidak didasarkan
pada hasil tes saja melainkan juga dari hasil keaktifan siswa dalam
kelompok dan hasil keaktifan siswa pada saat proses diskusi kelas.
Nilai tersebut nantinya akan dijumlah dan dirata – rata oleh guru. Nilai
kelompok yang telah mencapai kriteria tertentu, maka kelompok
tersebut akan mendapatkan penghargaan berupa point atau hadiah –
pemenang kelompok pada akhir pertemuan atau pada awal pertemuan
selanjutnya.
5. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ditnaga Dikti (dalam Tukiran, dkk 2011: 60 – 63)
menyebutkan bahwa pada dasarnya, kegiatan pembelajaran kooperatif
dibagi menjadi empat langkah yang dikembangkan sebgai berikut:
a. Orientasi, kegiatan pembelajaran diawali dengan orientasi untuk
memahami dan menyepakati bersama – sama tentang apa yang akan
dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru
menyampaikan tujuan, materi, waktu, langkah – langkah serta hasil
akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa serta bagaimana sistem
penilaiannya. Dalam kesempatan ini siswa diberi waktu untuk
berpendapat tentang apa saja yang menyangkut pembelajaran di kelas,
sehingga diharapkan pada akhir orientasi sudah terjadi kesepakatan
antara guru dengan siswa di kelas.
b. Kerja Kelompok, dalam kegiatan ini, siswa melakukan kerja kelompok
sebagai inti dari kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam
bentuk kegiatan memecahkan masalah atau memahami dan
menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Dalam kerja kelompok guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.
c. Kuis / Test, pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa
telah memahami topik / materi yang dipelajari. Kemudian dalam tahap
guru dan mereka tidak boleh saling membantu dalam pengerjaan kuis
ini. Penilaian individu mencakup pada penguasaan ranah kognitif,
afektif dan keterampilan.
d. Penghargaan Kelompok, langkah ini dimaksudkan untuk pemberian
penghargaan kepada kelompok yang memperoleh kenaikan skor dalam
test individu. Ketika kelompok tersebut telah mencapai kriteria tertentu
maka kelompok tersebut mendapatkan poin atau penghargaan yang
lain berupa sertifikat atau hadiah.
Secara umum menurut Agus Suprijono (2009: 65) sintak model
pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, diantaranya adalah
[image:41.612.71.539.240.660.2]sebagai berikut:
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
FASE – FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goal and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: Organize students info learning
teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim – tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok – kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
B. Number Heads Together (NHT)
Telah sedikit dijelaskan di atas bahwa metode Number Heads Together
adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan kekompakkan
siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Tanggung jawab dan
keaktifan siswa juga merupakan salah satu aspek yang dapat dijadikan acuan
untuk mengukur berhasil atau tidaknya metode NHT ini. Metode NHT ini
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998). Metode NHT ini dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif untuk pendekatan tanya jawab seluruh – kelompok
yang lebih tradisional (Arends: 2008)
1. Langkah – Langkah Metode Number Heads Together
Dalam pelaksanaannya, metode NHT terbagi atas beberapa langkah,
seperti yang dikemukakan oleh Arends (2008: 16) yang terdiri dari:
• Numbering
Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggota 3-5 orang dan
memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing – masing tim
memiliki nomor antara 1-5
• Questioning
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Bentuk pertanyaan
merupakan variasi dari guru.
• Heads Together
Siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawabannya dan
• Answering
Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing – masing
kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan
memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.
Tidak jauh berbeda dengan langkah yang dikembangkan oleh Suyatno
(2009: 53) dalam bukunya yang menyebutkan bahwa ada beberapa
langkah dalam pelaksanaan metode NHT yaitu sebagai berikut:
• Mengarahkan
• Membuat kelompok heterogen dan setiap siswa memiliki nomor
tertentu
• Memberikan persoalan materi bahan ajar ( soal untuk setiap kelompok
sama tapi untuk setiap siswa tidak sama, soal sesuai dengan nomor
siswa, setiap siswa dengan nomor yang sama mendapatkan tugas dan
soal yang sama ).
• Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang
sama sesuai dengan tugas masing – masing sehingga terjadi diskusi
kelas.
• Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap
siswa.
• Mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan
Dari beberapa langkah yang dikemukakan oleh beberapa ahli, peneliti
untuk penelitian ini. Langkah – langkah penggunaan metode NHT yang
dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Langkah – Langkah Penggunaan Metode NHT dalam Penelitian
No. LANGKAH – LANGKAH PERILAKU GURU
1. Pembukaan Mengawali pembelajaran, guru menjelaskan kepada
siswa tentang prosedur kegiatan pembelajaran.
2. Pembagian Kelompok
(Numbering)
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen dan memberikan nama kepada masing – masing kelompok.
Masing – masing siswa diberikan nomor, sehingga setiap siswa memiliki nomor nomor keala yang berbeda - beda
3. Penjelasan Materi Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa
sesuai dengan KD yang sedang dibahas.
4. Pembagian Soal
(Questioning)
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai dengan nomor siswa dalam setiap lembar kerja
Siswa bertanggung jawab terhadap bentuk pertanyaan yang sesuai dengan nomor siswa masing - masing
5. Diskusi Kelompok
(Heads Together)
Diskusi ini dimaksudkan agar masing – masing siswa tiap kelompok dapat menyatukan kepalanya “Heads together” agar kelompok tersebut saling bertukar pikiran dengan masing – masing anggotanya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru.
6. Pemanggilan Nomor
Guru memanggil salah satu nomor dari salah satu kelompok, kemudian siswa yang memiiliki nomor tersebut harus maju ke depan untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas dan menerangkan kepada kelompok lain. Siswa lain juga dapat bertanya jika dirasa belum mengerti terhadap penjelasan siswa. Di sini akan diadakan penilaian keaktifan secara individu dan penilaian secara kelompok. Penilaian nanti akan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti sebelumnya.
7. Penarikan Kesimpulan
Guru bersama – sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang soal dan materi yang telah di bahas di depan
8. Test Individu
(Tes Akhir)
Dilaksanakan setelah semua materi selesai dan siswa tidak boleh saling membantu
9. Pemberian Nilai Guru menjumlah dan merata – rata nilai yang telah
10. Pemberian Penghargaan
Guru mengumumkan kepada siswa kelompok mana yang telah memenuhi kriteria dalam penilaian. Kelompok tersebut kemudian diberikan penghargaan berupa tambahan poin atau hadiah – hadiah yang lain.
2. Manfaat Metode Number Heads Together
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasil belajar rendah hal ini dikemukakan oleh
Lundgren (dalam Herdian: “Metode Pembelajaran NHT” : 2009), antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran dalam kelas
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antar pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
3. Kelebihan dan Kekurangan Number Heads Together
a. Kelebihan:
• Setiap siswa menjadi siap semua.
• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan:
• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
C. Peluang
Peluang adalah suatu nisbah yang digunakan untuk menyatakan
besarnya kemungkinan bahwa suatu kejadian akan terjadi. Contohnya adalah
peluang bahwa angka tertentu akan muncul bila kita melempar sebuah dadu.
Nisbah dinyatakan dengan bilangan pecahan, yaitu jumlah kemungkinan
bahwa kejadian tertentu akan terjadi dibagi dengan jumlah semua kejadian
yang mungkin terjadi. Hitung peluang dikenal juga dengan nama Probabilitas.
Probabilitas ini mulai dikenal dan dikembangkan pada permulaan abad ke 17.
D. Pembelajaran Peluang
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan untuk
pembelajaran peluang adalah sebagai berikut:
Standar Kompetensi : 1. Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan,
dan sifat – sifat peluang dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : 1.4 Menggunakan aturan perkalian, permutasi dan
kombinasi dalam pemecahan masalah
Materi:
Aturan Perkalian, Permutasi dan Kombinasi
Indikator:
• Mampu menyusun aturan perkalian dan menggunakannya dalam
pemecahan soal
• Mampu mendefinisikan permutasi dan menggunakannya dalam
• Mampu mendefinisikan kombinasi dan menggunakannya dalam pemecahan soal
Penjelasan Materi dimbil dari buku Matematika untuk SMA Kelas XI Semester 1
oleh Sartono Wirodikromo (2003; 63 – 93)
1. Aturan perkalian
Contoh:
Jika Putri mempunyai 2 baju dan 3 celana. Berapa banyaknya pilihan untuk memasangkan baju dan celana itu?
Jawab:
Soal tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara sebagai berikut:
Misalkan B adalah baju dan C adalah celana
• Dengan Tabel Silang
C
C1 C2 C3
B
B1 B1 C1 B1 C2 B1 C3
B2 B2 C1 B2 C2 B2 C3
• Pasangan Berurutan
Himpunan baju : B = { B1, B2 }
Himpunan celana : C = { C1, C2, C3 }
Pasangan berurutan himpunan B dan C ditulis :
{( B1, C1), (B1, C2), (B1, C3), (B2, C1), (B2, C2), (B2, C3)}
• Dari beberapa uraian di atas, kita dapat langsung menentukan banyaknya
pasangan baju dan celana, yaitu :
A x B
n ( A x B ) = n (A) x n (B)
sehingga banyaknya pilihan untuk memasangkan baju dan celana ada 6 cara.
• Jika kejadian pertama dapat terjadi dengan n1 cara yang berbeda, kejadian
kedua terjadi dalam n2 cara yang berbeda dan kejadian ketiga dapat terjadi
dengan n3 cara yang berbeda, dst sampai kejadian ke - k, maka seluruh
kejadian tersebut dapat terjadi dalam
n1 x n2 x n3 x …x nk cara yang berbeda.
Aturan ini disebut sebagai aturan pengisian tempat dan sering disebut sebagai
aturan perkalian.
2. Notasi Faktorial
Untuk setiap bilangan asli n, didefinisikan:
n! = n x (n-1) x (n-2) x … x 3 x 2 x 1
untuk n = 0 maka n! didefinisikan sebagai 0! = 1
Lambang atau notasi n! dibaca sebagai n faktorial
Contoh:
4! = 4 x 3 x 2 x 1 = 24 !
!
3. Permutasi
Misalkan dari 3 buah angka 1, 2, dan 3 akan disusun suatu bilangan yang
terdiri atas 3 angka dengan bilangan – bilangan itu tidak mempunyai angka
yang sama. Susunan yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:
123 132 213 231 312 321
Jadi, dari 3 angka yang ada jika diambil 3 angka maka dapat dibentuk 6
macam susunan yang berbeda.
Sekarang kalau dari 3 angka di atas akan disusun suatu bilangan yang
terdiri atas dua angka dengan bilangan – bilangan itu tidak mempunyai angka
yang sama, maka susunan yang dapat dibentuk adalah:
12 13 21 23 31 32
Banyak cara untuk membuat susunan seperti itu adalah 3 x 2 = 6 cara
Jadi, dari 3 angka yang ada jika hanya diambil 2 angka maka dapat
dibentuk 6 macam susunan yang berbeda.
Kemungkinan susunan – susunan tersebut disebut permutasi.
Permutasi adalah susunan berbeda yang dapat dibentuk dari unsur –
unsur yang tersedia dengan aturan – aturan tertentu.
Banyak permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia adalah
dilambangkan dengan notasi:
atau nPr
ditentukan dengan aturan sebagai berikut: !
!
Dengan syarat dimana r ≤ n
Ket:
n = banyaknya unsur yang tersedia
4. Permutasi dengan Beberapa Unsur yang Sama
Misalkan ingin diketahui berapa banyak permutasi 3 huruf yang diambil dari
huruf-huruf a, a, dan b?
Jawab:
Dengan cara permutasi sebelumnya kita peroleh susunan yakni
aab aba aab aba baa baa
sehingga dari 3 huruf dapat dipermutasikan 6 macam cara.
Namun terlihat bahwa hasil permutasi tersebut ada yang sama, yaitu:
aab = aab
aba = aba sehingga dalam hal ini kita dapat tuliskan sekali (aab, aba, baa)
baa = baa
Jadi, permutasi 3 huruf dengan 2 unsur yang sama hanya dapat disusun dengan
3 macam cara yaitu aab, aba, baa.
Dengan demikian banyak permutasi 3 unsur yang memuat 2 unsur yang sama
ditentukan sebagai berikut:
P = 3 =
! !Berdasarkan deskripsi di atas, dapat diambil kesimpulan secara umum sebagai
berikut:
• Misalkan dari n unsur yang tersedia terdapat k unsur yang sama (k ≤ n),
maka banyak permutasi dari n unsur itu ditentukan dengan aturan:
! !
Banyak unsur yang tersedia
• Misalkan dari n unsur yang tersedia terdapat k unsur yang sama, l unsur
yang sama, dan m unsur yang sama (k+l+m ≤ n) , maka banyak permutasi
dari n unsur itu ditentukan dengan aturan:
! ! ! !
Keterangan:
n = unsur yang tersedia
k, l, m = unsur yang sama
5. Permutasi Siklis
Misalkan tiga orang sahabat Gerry, Agung, Putri akan menempati tiga buah
kursi. Berapa kemungkinan mereka dapat menempati kursi tersebut jika kursi
tersebut disusun secara melingkar?
Jawab:
Susunan penempatan 3 orang dapat diperlihatkan pada bagan berikut:
Gambar A Gambar B
¾ Susunan pada gambar A dapat dibaca sebagai berikut (urutan
membacanya searah dengan perputaran jarum jam):
• Jika Agung sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Agung,
Gerry, Putri
Putri Gerry
Agung Agung
• Jika Gerry sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Gerry,
Putri, Agung
• Jika Putri sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Putri,
Agung, Gerry
Perhatikan bahwa susunan tersebut sama, seperti diperlihatkan Gambar A.
¾ Susunan pada gambar B dapat dibaca sebagai berikut:
• Jika Agung sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Agung,
Putri, Gerry
• Jika Putri sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Putri, Gerry,
Agung
• Jika Gerry sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Gerry,
Agung, Putri
Perhatikan bahwa susunan tersebut juga sama, seperti diperlihatkan Gambar B
Jadi banyak susunan 3 unsur yang ditempatkan pada sebuah kurva tertutup
berbentuk lingkaran seluruhnya ada 2 kemungkinan susunan.
Susunan unsur-unsur secara melingkar disebut permutasi siklis atau
permutasi sirkuler (circular permutation)
Secara Umum,
Misalkan tersedia n unsur yang berbeda.
Banyak permutasi siklis dari n unsur itu ditentukan dengan aturan:
6. Kombinasi
Jika kita memiliki sekumpulan data S = {a, b, c} akan diambil dua huruf tanpa
memperhatikan urutan. Bagaimana cara penyusunannya?
Jawab:
Oleh karena urutan tidak diperhatikan maka susunan yang dapat dibentuk:
ab = ba, ac = ca, dan bc = cb,
dengan demikian hanya terdapat 3 susunan yaitu
ab ac bc
pilihan yang dilakukan dengan cara seperti itu disebut kombinasi 2 unsur yang
diambil dari 3 unsur yang tersedia.
Jadi, kombinasi dapat didefinisikan sebagai berikut:
Kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia (tiap unsur
berbeda) adalah suatu pilihan dari r unsur tanpa memperhatikan
urutannya ( r ≤ n )
Secara umum,
untuk menentukan banyak kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang
tersedia ditentukan dengan rumus:
!
! !
Dengan syarat dimana r ≤ n
Ket:
n = banyaknya unsur yang tersedia
E. Keaktifan Siswa
Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu unsur yang penting dalam
proses pembelajaran di kelas. Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang
berarti giat ( bekerja, berusaha) yang kemudian mendapatkan awalan Ke –
dan akhiran –an kemudian menjadi kata keaktifan yang artinya kegiatan,
kesibukan. Keaktifan di sini dimaksudkan sebagai segala aktifitas atau
kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas.
Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu
yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Erna F. Aries (2009) indikator keaktifan siswa yang dapat
dijadikan penilaian dalam penelitian adalah sebagai berikut:
• Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
• Kerjasama dalam kelompok
• Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli
• Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal
• Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok
• Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat
• Memberikan gagasan yang cemerlang
• Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang
• Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain
• Memanfaatkan potensi anggota kelompok
Dalam metode Number Heads Together, keaktifan juga sangat
ditekankan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa tidak selalu bergantung
kepada penjelasan guru sehingga siswa dapat juga mencari sumber belajar
dari teman – temannya di kelas atau mencari sumber belajar lain yang
relevan. Keaktifan yang ditekankan dalam metode Number Heads Together
adalah sebagai berikut:
• Siswa aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas
• Memberikan kesempatan bertanya dan berpendapat kepada teman baik
dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas.
• Mendengarkan dengan baik ketika teman bertanya atau berpendapat dalam
diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas
• Menanggapi ketika ada teman yang bertanya baik dalam diskusi kelas
maupun dalam diskusi kelompok.
• Mengerjakan soal latihan atau pertanyaan yang diberikan oleh guru atau
yang ada di lembar kerja siswa.
Penilaian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
• Keaktifan siswa dalam kelompok, meliputi aspek - aspek sebagai berikut:
1. Bertanya yaitu siswa anggota kelompok bertanya kepada guru atau
bertanya kepada siswa lain dalam kelompoknya tentang materi atau
2. Berpendapat yaitu siswa anggota kelompok mengajukan ide atau
gagasan kepada teman sekelompoknya dalam menjawab soal atau
memahami materi
3. Mendengarkan yaitu siswa anggota kelompok mendengarkan siswa
lain dalam kelompoknya pada saat bertanya atau pada saat
mengungkapkan pendapat
4. Menanggapi yaitu siswa anggota kelompok menanggapi pertanyaan
atau pendapat yang telah disampaikan siswa lain dalam kelompoknya.
5. Penugasan yaitu siswa anggota kelompok dapat mengerjakan,
menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat pada waktunya.
• Keaktifan siswa dalam diskusi kelas, meliputi aspek - aspek sebagai
berikut:
1. Presentasi yaitu salah satu siswa dalam kelompok mempresentasikan
hasil diskusi dengan teman sekelompoknya
2. Mendengarkan yaitu siswa mendengarkan dengan seksama ketika ada
siswa dari kelompok lain bertanya atau mengutarakan pendapat dalam
diskusi kelas
3. Menanggapi yaitu siswa menanggapi pertanyaan atau pendapat siswa
kelompok lain yang bertanya atau berpendapat saat diskusi kelas
4. Bertanya yaitu siswa bertanya kepada siswa kelompok lain yang
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, juga bertanya kepada
guru jika ada kesalahan penyelesaian LKS yang dilakukan oleh
5. Berpendapat yaitu siswa mengutarakan pendapat saat kelompok lain
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Dalam penelitian ini, ada beberapa aspek yang diambil peneliti untuk
menentukan keaktifan siswa di kelas baik itu dalam diskusi kelompok
maupun dalam diskusi kelas. Aspek ini harus muncul ketika pembelajaran
dikelas, sehingga nanti akan dapat digunakan untuk penentuan keaktifan
siswa di kelas. Aspek - aspek yang diambil untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Berpendapat yaitu siswa anggota kelompok dapat mengajukan ide atau
gagasan baik pada saat diskusi kelompok maupun saat diskusi kelas
dalam menjawab soal atau memahami materi. Aspek ini diperlukan
karena dengan siswa berpendapat dalam diskusi kelompok ataupun
diskusi kelas, maka siswa cenderung akan dapat menemukan strategi
baru dalam pemecahan masalah.
2. Mendengarkan yaitu siswa anggota kelompok mendengarkan siswa
lain baik saat diskusi kelompok maupun saat diskusi kelas pada saat
bertanya atau pada saat mengungkapkan pendapat. Aspek ini
diperlukan karena dengan mendengarkan, siswa dapat memberikan
respon positif kepada temannya untuk menanggapi apa yang
diutarakan oleh temannya dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas.
Mendengarkan juga melatih siswa untuk menghargai dan menghormati
temannya yang menyampaikan pendapat atau pertanyaan saat diskusi
3. Menanggapi yaitu siswa anggota kelompok menanggapi pertanyaan
atau pendapat yang telah disampaikan siswa lain saat diskusi
kelompok atau saat diskusi kelas. Aspek ini diperlukan karena dengan
menanggapi pertanyaan atau pendapat yang disampaikan oleh siswa
lain, maka siswa dapat belajar bagaimana memberikan respon positif
untuk menjawab pertanyaan maupun pendapat yang diutarakan oleh
temannya sekelompok. Misalnya, apakah pendapat yang diutarakan
oleh temannya tersebut cocok untuk diterapkan dalam pemecahan
masalah.
F. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah merupakan suatu alat ukur, untuk mengukur
keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Menurut Sudjana (
2010:3 ) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang timbul misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar
adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan
disadari. Tingkat pencapaian hasil belajar oleh siswa disebut hasil belajar.
Menurut Mudjiono dan Dimyati (2006:200-201) hasil belajar pada
akhirnya akan ditujukan dan difungsikan untuk keperluan berikut:
a. Untuk diagnostik dan pengembangan yaitu hasil belajar digunakan sebagai
dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab –
b. Untuk seleksi yaitu hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar untuk
menentukan siswa – siswa yang paling cocok dengan jenis jabatan atau
jenis pendidikan tertentu.
c. Untuk kenaikan kelas yaitu hasil belajar dapat digunakan guru untuk
membuat keputusan kenaikan kelas berdasarkan aturan yang berlaku.
d. Untuk penempatan yaitu hasil belajar dapat digunakan sebagai
pertimbangan untuk penempatan siswa dalam kelompok.
Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau
kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan, guru biasanya mengadakan
test hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang telah
diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan
setelah selesai program pengajaran. Skor tersebut harus sesuai dengan batas
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh masing –
masing sekolah.
Dalam penelitian ini, batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
digunakan oleh SMA Pangudi Luhur Sedayu adalah sebagai berikut:
• Siswa dinyatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor ≥ 77 atau
77 %
• Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar, jika di kelas tersebut terdapat ≥ 80
% siswa telah mencapai nilai ≥ 77
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar matematika
adalah suatu alat ukur yang dihasilkan dari perubahan siswa dari yang tidak
diukur dengan menggunakan test dan dinyatakan dalam bentuk skor yang
sesuai dengan batas kriteria ketuntasan minimal.
G. Kerangka Berpikir
Ciri khas dari NHT adalah penomoran yang diberikan kepada siswa
masing – masing anggota kelompok, yang mana nomor tersebut merupakan
nomor soal yang menjadi tanggung jawab masing – masing individu. NHT
sangat menekankan keaktifan siswa dan tanggung jawab siswa secara
individu dan secara kelompok. Metode NHT mengajak siswa masing –
masing anggota kelompok untuk bekerja sama dan saling membantu dalam
proses pembelajaran dan juga dalam proses menyelesaikan permasalahan
yang diberikan guru. Keaktifan siswa akan muncul di sini, karena pada saat
diskusi kelompok siswa dituntut untuk menyatukan kepala (pemikiran)
“Heads together” bersama dengan teman-temannya sesama anggota
kelompok. Keaktifan juga muncul ketika diskusi kelas, mereka dapat
mengajukan pertanyaan kepada siswa (dengan nomor tertentu) yang maju di
depan dan siswa yang ada di depan menjelaskan kepada siswa yang belum
je