• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together pada pembelajaran materi peluang di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe Number Heads Together pada pembelajaran materi peluang di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2012/2013."

Copied!
242
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER PADA PEMBELAJARAN MATERI PELUANG DI KELAS XI IPS 1 SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN

2012/2013 Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

 

 

OLEH :

Florentina Savic Erna Setyaningrum 081414004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEADS TOGETHER PADA PEMBELAJARAN MATERI PELUANG DI KELAS XI IPS 1 SMA PANGUDI LUHUR SEDAYU TAHUN AJARAN

2012/2013 Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

 

 

OLEH :

Florentina Savic Erna Setyaningrum 081414004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

Ap

Apa ya

susah p

Hasil ka

ƒ

T

u

ƒ

K

ƒ

M

ƒ

S

d

pa yang

m

ang baik

payah, t

aryaku ini

Tuhan Ye

ntukku

Kedua Ora

Mas Gerry

Sahabat

ukungan

-

M

baik har

payah,

mendapa

k sering

tetapi ap

i ku perse

esus yan

angtua ku

y dan Adik

– sahab

untuk seg

iv

MOTTO

rus serin

tetapi a

atkanny

hanya d

pa yang b

tanpa d

embahkan

ng telah

yang sela

k – adikku

batku ya

gera meny

O -

ng dicar

apa yang

ya walau

dapat dia

buruk d

diajarkan

n untuk:

member

alu mendo

(Agung d

ang sela

yelesaika

ri dengan

g buruk

ia tidak

ajarkan d

dapat dip

n. (Demo

rikan be

oakanku

dan Putri)

alu mem

n skripsi i

(6)
(7)

vi ABSTRAK

Florentina Savic Erna Setyaningrum. 2013. Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang di Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012 / 2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui: (1) seberapa tinggi keaktifan siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together; (2) seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together.

Penelitian ini termasuk penelitian campuran (kualitatif deskriptif dan kuantitatif), Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 37 siswa. Materi yang diambil dalam penelitian ini adalah peluang pada topik aturan perkalian, permutasi dan kombinasi. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Number Heads Together. Pengumpulan data diperoleh melalui lembar pengamatan dan wawancara untuk mengetahui keaktifan siswa dengan diterapkannya metode Number Heads Together dan tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan diterapkanya metode Number Heads Together. Alat ukur untuk keaktifan siswa adalah lembar pengamatan keaktifan siswa yang terdiri dari 18 kriteria yaitu 10 kriteria keaktifan siswa selama diskusi kelompok dan 8 kriteria keaktifan siswa selama diskusi kelas, sedangkan data hasil belajar siswa diperoleh dengan menggunakan tes akhir yang sesuai. Data keaktifan siswa dianalisis dengan cara penskoran, dimana skor tertinggi adalah 46, skor tersebut diolah untuk menentukan jumlah maupun jenis frekuensi untuk setiap pertemuan dan rata – rata untuk seluruh pertemuan. Data hasil belajar siswa dianalisis untuk menentukan tingkat ketuntasan siswa, rata – rata kelas, nilai tertinggi dan terendah.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan: (1) Rata-rata keaktifan siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut: 0% kriteria sangat tinggi, 4,06% kriteria tinggi, 34,24% kriteria cukup, 31,53% kriteria rendah dan 30,18% masuk dalam kriteria sangat rendah; (2) Hasil belajar siswa setelah proses penelitian dengan diterapkanya metode Number Heads Together dikatakan tidak tuntas secara klasikal. Nilai rata – rata yang diperoleh siswa hanya sebesar 69,5 dari acuan KKM yang digunakan untuk pembelajarann matematika adalah 77. Prosentase ketuntasan siswa hanya sebesar 37,8% dari yang ditargetkan 80%. Dari data hasil belajar juga diperoleh siswa dengan nilai tertinggi yaitu 97,9 dan nilai terendahnya sebesar 33,3.

(8)

ABSTRACT

Florentina Savic Erna Setyaningrum. 2013. Utilization Cooperative Learning Models Type of Numbered Heads Together On Learning Content Opportunities in Class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Academic Year 2012/2013. Thesis. Mathematic Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The research in this thesis aims to find out: (1) how high the activity of the students in class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu on learning opportunities on topics with material rules of multiplication, permutations, and combinations using Number Heads Together; (2) how high the learning outcomes of students in class XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu on learning opportunities on topics with material rules of multiplication, permutations, and combinations using Number Heads Together.

This research includes research of mixed (qualitative and quantitative descriptive). The subject of this research is the students of XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2012/2013 which amounted to 37 students. The material is taken in this research is an opportunity on the topics of rules of multiplication, permutations and combinations. The data collected for this research is the activity of students and student learning outcomes by using the method Number Heads Together. The collection of data obtained through observation and interview sheet to find out the activity of the students with implementing the method Number Heads Together and the final test to determine student learning outcomes with used method Number Heads Together. Measuring instrument for student observation sheet is the liveliness of the liveliness of students consists of 18 criteria i.e. 10 criteria for students activity in discussion group and 8 criteria for students activity discussion class, while data on student learning results obtained using the end of the test. The Data may be analyzed by means of students scoring, where the highest score is 46, the score is processed to determine the amount and type of frequency for any meeting, and the median income for all meetings. Student learning outcome data are analyzed to determine the level of students mastery, an average classroom, the highest value and lowest.

From the results of the analysis can be concluded: (1) the average student overall activity is as follows: 0% very high criteria, 4.06% high criteria, 34.24% criteria enough, 31,53% low criteria and 30,18% enter in very low criteria; (2) Student learning outcomes after the process of research with used Number Heads Together method in a classical space. The averages value obtained students only of 69.5 of the KKM reference used to mathematics learning is 77. Percentage of students mastery of only 37.8% of the targeted 80%. From the results of the study data also obtained the student with the highest value of 97,9 and the lowest value of 33.3.

(9)
(10)

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan RahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang Di Kelas XI IPS SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012/2013”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M. Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Th. Sugiarto, M.T. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama pembuatan skripsi ini.

5. Para dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun untuk penyusunan skripsi ini.

6. Segenap dosen Prodi Pendidikan Matematika yang telah membimbing saya selama saya menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma

7. Bapak Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin kepada saya sehingga saya dapat melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu

8. Bapak Agus Subroto, S.Pd. selaku guru matematika kelas XI IPS 1 yang telah membantu selama saya melakukan penelitian

(11)

x

Andikawati, dan Agustina Windarwanti terimakasih untuk bantuan selama observasi, dukungan, sarana, semangat dan kebersamaan yang telah kalian berikan untukku sehingga skripsi ini cepat selesai

12. Teman – teman kost Putri Palem dan semua pihak yang tanpa sengaja tidak saya sebutkan di sini yang telah memberikan doa, bantuan dan semangat agar skripsi ini cepat selesai

Penulis terbuka terhadap saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

(12)

HALAMAN JUDUL .. ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... ... vi

ABSTARCT ... ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah . ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Batasan Istilah ... ... 7

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif ... 10

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 10

2. Unsur – Unsur Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif ... 13

4. Model – Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

5. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 23

B. Number Heads Together (NHT) ... 25

(13)

xii

3. Kelebihan dan Kekurangan Number Heads Together ... 28

C. Peluang ... ... 28

D. Pembelajaran Peluang ... 29

1. Aturan perkalian ... 30

2. Notasi Faktorial ... 31

3. Permutasi ... ... 31

4. Permutasi dengan Beberapa Unsur yang Sama ... 33

5. Permutasi Siklis ... 34

6. Kombinasi ... ... 36

E. Keaktifan Siswa .. ... 37

F. Hasil Belajar Matematika ... 41

G. Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .... ... 45

B. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 45

C. Subjek Penelitian . ... 45

D. Bentuk Data ... ... 46

E. Metode Pengumpulan Data ... 47

F. Instrumen Pembelajaran ... 48

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 49

H. Metode Analisis Data ... 52

I. Prosedur Perencanaan Penelitian ... 62

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, HASIL ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 63

1. Perencanaan .. ... 63

2. Pelaksanaan dan Pengamatan Hasil Penelitian ... 64

a. Sebelum Penelitian ... 64

b. Kegiatan Pembelajaran ... 67

(14)

ii.Wawancara ... 103

B. Tabulasi Data ... ... 81

C. Hasil Analisis Data ... 93

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 105

1. Keaktifan ... ... 105

2. Hasil Belajar .. ... 107

3. Hasil Wawancara ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 112

B. Saran ... ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(15)

xiv

2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 24

2.2 Langkah – Langkah Penggunaan Metode NHT dalam Penelitian ... 27

3.1 Kisi – Kisi Instrumen Pengamatan Sesi Diskusi Kelompok ... 49

3.2 Kisi – Kisi Instrumen Pengamatan Sesi Diskusi Kelas ... 50

3.3 Kisi – Kisi Soal Tes Akhir ... 51

3.4 Distribusi Keaktifan Setiap Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 58

3.5 Tabel Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 58

3.6 Kriteria Keaktifan Siswa ... 58

3.7 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa ... 59

3.8 Klasifikasi Reabilitas Soal ... 61

3.9 Hasil Analisis Belajar ... 61

4.1 Perhitungan Validitas dan Reabilitas ... 65

4.2 Hasil Belajar Setiap Siswa Pada Tes Penempatan ... 66

4.3 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Pertama ... 67

4.4 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Kedua ... 69

4.5 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Ketiga ... 72

4.6 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Kempat ... 74

4.7 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Kelima ... 77

4.8 Rincian Kegiatan Pembelajaran pada Pertemuan Keenam ... 79

4.9 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 81

4.10 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 83

4.11 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 85

4.12 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Keempat ... 87

4.13 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Kelima ... 89

4.14 Tabel Keterlibatan Siswa Pada Pertemuan Keenam ... 92

4.15 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 94

4.16 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Pertama ... 94

4.17 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 95

4.18 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Kedua ... 96

4.19 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Ketiga ... 97

(16)

4.22 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Keempat ... 98

4.23 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Kelima ... 99

4.24 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Kelima ... 100

4.25 Kriteria Keaktifan Siswa Pada Pertemuan Keenam ... 100

4.26 Kriteria Keaktifan Seluruh Siswa Pada Pertemuan Keenam ... 101

4.27 Hasil Belajar Setiap Siswa Pada Tes Akhir ... 102

4.28 Hasil Wawancara Peneliti Dengan Siswa ... 103

4.29 Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan ... 105

(17)

xvi

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 118

A.2 Soal Tes Penempatan ... 156

A.3 Soal Tes Akhir .... ... 157

A.4 Lembar Kerja Siswa ... 159

A.5 Kunci Jawaban Tes Penempatan ... 165

A.6 Kunci Jawaban Tes Akhir ... 168

B.1 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa Sesi Diskusi Kelompok ... 172

B.2 Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa Sesi Diskusi Kelas ... 174

B.3 Tabel Distribusi Keaktifan Siswa Pada Setiap Pertemuan ... 176

B.4 Hasil Validitas Soal Ujicoba ... 189

B.5 Tabel Hasil Belajar Siswa Pada Tes Penempatan ... 200

B.5 Tabel Hasil Belajar Siswa Pada Tes Akhir ... 202

C.1 Tabel Pembagian Kelompok ... 204

C.2 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Saat Tes Uji Coba ... 206

C.3 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Saat Tes Penempatan ... 209

C.4 Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Pada Saat Tes Akhir ... 212

C.5 Presensi Kehadiran Siswa Setiap Pertemuan ... 216

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, pembelajaran di sekolah seringkali dikaitkan dengan sebuah metode pembelajaran yang baru kemudian dipraktekkan di dalam kelas dengan tujuan untuk menunjang proses belajar mengajar di kelas sehingga pembelajaran di kelas menjadi kreatif dan menyenangkan. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian (Suyono,dkk 2012: 9) sedangkan pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Syaiful Bahri Djamarah, dkk 2010: 46). Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Sekarang ini telah banyak ditemukan metode – metode pembelajaran yang baru untuk pembelajaran di kelas. Hal ini bertujuan agar pembelajaran di kelas menjadi menarik dan menyenangkan sehingga siswa tidak lagi bosan belajar di kelas.

(19)

   

25 Februari 2012 di sekolah tersebut guru mengalami kesulitan menyampaikan materi kepada siswa. Di kelas XI IPS 1 ini, guru sering merasa tidak diperhatikan oleh siswa terutama siswa perempuan. Menurut penuturan guru, siswa di kelas XI IPS 1 ini cenderung lebih ingin mencari perhatian guru, diantaranya dengan mengganggu temannya di kelas, bermain Hp sendiri, bersolek di kelas pada saat jam pelajaran, mereka seperti itu karena ada yang memiliki masalah pribadi di rumah, ada juga yang memang pembawaan mereka yang seperti itu. Ketika guru menyampaikan materi tentang peluang, guru merasa sangat kesulitan dan pada saat itu guru hampir menyerah. Guru ketika itu menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran topik peluang. Dengan metode ini, murid di kelas malah semakin tidak mendengarkan guru, mereka ramai sendiri, dan ketika guru meminta siswa maju ke depan untuk mengerjakan soal, mereka tidak ada yang mau maju sehingga guru harus menunjuk mereka satu persatu sehingga mereka mau mengerjakan soal latihan yang diberikan. Di kelas XI IPS 1 ini, guru cenderung lebih bersikap keras agar siswa mau memperhatikan dan guru harus mendatangi siswa satu persatu agar siswa mau mencatat atau mau mengerjakan soal latihan.

(20)

melanjutkan materi yang berikutnya. Bagaimana guru dapat melanjutkan materi bila materi sebelumnya belum dikuasai oleh siswa. Karena beberapa faktor di atas tersebut, seringkali banyak siswa di kelas XI IPS 1 yang mendapatkan nilai matematika di bawah KKM sehingga kadang guru harus memberikan remidi supaya nilai matematika mereka mencapai KKM.

(21)

   

Dengan dasar tersebut di atas kemudian peneliti ingin melakukan penelitian di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu. Melakukan pembelajaran pada materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together. Peneliti ingin menyelidiki apakah penggunaan metode Number Heads Together ini dapat memberikan perubahan untuk keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu. Melalui alasan tersebut, kemudian peneliti mengambil judul tentang “Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together Pada Pembelajaran Materi Peluang Di Kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2012/2013”

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti mendapatkan sejumlah dugaan masalah yang terjadi pada pembelajaran matematika di kelas XI IPS 1, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Guru sering merasa tidak diperhatikan oleh siswa saat pembelajaran di kelas 2. Siswa cenderung lebih ingin mencari perhatian guru dengan cara – cara yang

negatif diantaranya: mengganggu temannya di kelas, bermain Hp, bahkan ada yang bersolek pada saat pelajaran matematika berlangsung.

3. Guru mengalami kesulitan ketika mengajar tentang materi peluang

4. Metode ceramah yang diterapkan guru di dalam kelas, tidak membuat siswa aktif dalam pembelajaran matematika di kelas.

(22)

6. Ketika guru memberikan latihan soal, tidak semua siswa mau untuk mencoba mengerjakan, ketika ada yang bisa mengerjakan soal latihan tersebut, siswa hanya mengerjakan saja dan tidak mau menerangkan jawabannya di kelas. 7. Karena hal – hal tersebut di atas nilai matematika siswa kelas XI IPS 1 menjadi

di bawah KKM sehingga seringkali guru harus mengadakan remidi agar nilai siswa memenuhi KKM.

C. Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu dan dana dari peneliti, maka peneliti membatasi penelitian ini pada topik 4, 6, 7 yaitu:

1. Metode ceramah yang diterapkan guru di dalam kelas, tidak membuat siswa aktif dalam pembelajaran matematika di kelas.

2. Ketika guru memberikan latihan soal, tidak semua siswa bisa menjawab, ketika ada yang bisa mengerjakan soal latihan tersebut, siswa hanya mengerjakan saja dan tidak mau menerangkan jawabannya di kelas.

3. Karena hal – hal tersebut di atas nilai matematika siswa kelas XI IPS 1 menjadi di bawah KKM sehingga seringkali guru harus mengadakan remidi agar nilai siswa memenuhi KKM.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas peneliti merangkum masalah tersebut yang dirumuskan sebagai berikut:

(23)

   

perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together?

2. Seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui seberapa tinggi keaktifan siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi

Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together.

2. Mengetahui seberapa tinggi hasil belajar siswa di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Sedayu pada pembelajaran dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dengan menggunakan metode Number Heads Together

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

(24)

2. Bagi Guru dan Sekolah

Bagi guru bermanfaat untuk pengembangan strategi pengajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yaitu Number Heads Together. Guru mendapatkan alternatif strategi pengajaran yang dapat memaksimalkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat menjadikan masukan bagi sekolah dan guru matematika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan serta diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan mengenai pendidikan matematika untuk siswa Sekolah Menengah Atas. G. Batasan Istilah

Pembatasan istilah dalam perumusan masalah di atas bertujuan agar tidak terjadi penafsiran ganda terhadap judul skripsi. Skripsi ini dibatasi untuk penelitian di kelas XI IPS 1 dengan materi peluang pada topik aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi dan pembelajarannya menggunakan metode Number Heads Together dan penelitian dilakukan di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Berikut pembatasan istilah yang digunakan oleh peneliti:

1. Keaktifan

(25)

   

sebagai segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas.

2. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar merupakan keseluruhan kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau yang diukur dengan angka – angka. Dengan demikian hasil belajar matematika yang dimaksud adalah keseluruhan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar matematika di sekolah yang dinyatakan atau yang diukur dengan angka – angka.

3. Metode Number Heads Together

(26)

soal nomor 3 dan seterusnya. Kemudian diadakan diskusi secara bersama – sama untuk membahas soal yang telah dikerjakan oleh siswa tersebut.

(27)

10  

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran yang

mengandalkan kekuatan kelompok, namun tidak semua pembelajaran

kelompok bisa dikategorikan sebagai pembelajaran kooperatif. Menurut

Anita Lie (2010: 12) pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran

yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama

dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lain dengan

pendapat Slavin (dalam Tukiran, dkk 2011: 55) yang menerangkan

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana

siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil yang

berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa

untuk lebih bergairah dalam belajar. Hal ini serupa dengan pendapat dari

Tukiran, dkk (2011: 56) tentang pembelajaran kooperatif yaitu model

pembelajaran dengan setting kelompok – kelompok kecil dengan

memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa

bekerja sama dan memecahkan masalah melalui interaksi sosial dengan

teman sebayanya, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan siswa

(28)

Metode belajar kooperatif lebih menekankan pada pembelajaran

kelompok yang heterogen. Heterogen yang dimaksud di sini adalah

campuran yang tidak membedakan kemampuan, jenis kelamin, ras, dan

sebagainya. Pembelajaran kooperatif sangat sesuai dengan hakikat

manusia sebagai mahkluk sosial dimana selalu membutuhkan orang lain

dalam kehidupannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dalam

kelompok yang heterogen diminta untuk bertanggung jawab

menyelesaikan persoalan atau permasalahan yang dihadapi dalam

pembelajaran di kelas. Siswa dituntut untuk memiliki tanggung jawab

baik secara pribadi maupun secara sosial (tanggung jawab kelompok).

Keberhasilan dari kelompoknya tersebut sangat bergantung pada

bagaimana kerjasama siswa masing – masing anggota kelompok untuk

membawa kelompoknya menuju tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Melalui penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa

belajar dan bekerjasama dalam kelompok kecil yang heterogen untuk

mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif ini, siswa

harus berproses secara sosial dengan anggota kelompoknya dan

mempunyai tanggung jawab yang besar baik secara individu maupun

bertanggung jawab secara kelompok untuk mendapatkan hasil yang

(29)

2. Unsur – Unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie: 2010: 31-35)

mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai

pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima

unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu:

a. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap

anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar

perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok

harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Setiap siswa mendapat nilai

individu dan nilai kelompok. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang

unik yaitu dengan sistem “sumbangan”, sehingga mereka akan semakin

terpacu untuk meningkatkan nilai mereka dan dapat memberikan

sumbangan nilai untuk kelompoknya.

b. Tanggung Jawab Perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran kooperatif, maka setiap siswa akan bertanggung jawab

untuk melakukan yang terbaik. Setiap siswa harus bertanggung jawab

dengan tugasnya masing – masing agar tugas selanjutnya dalam

kelompok bisa dilaksanakan.

c. Tatap Muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan

(30)

menguntungkan. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,

memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing – masing.

d. Komunikasi antar Anggota

Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada kesediaan para

anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka

mengutarakan pendapat. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok

ini merupakan proses panjang. Proses ini sangat bermanfaat dan perlu

ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan

perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi Proses Kelompok

Evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja

kelompok dan hasil kerja mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama

dengan lebih baik.

3. Ciri – Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Arends (2008: 5), pembelajaran yang menggunakan

model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar

b. tim – tim terdiri atas siswa – siswa yang berprestasi rendah, sedang

dan tinggi.

c. bilamana mungkin, tim – tim itu terdiri atas campuran ras, budaya,

dan gender,

(31)

Ciri – ciri pembelajaran kooperatif tersebut di atas serupa dengan

yang disampaikan oleh Tukiran, dkk ( 2011: 57 ) yaitu:

a. untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok

secara kooperatif,

b. kelompok dibentuk dari siswa – siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang dan rendah

c. jika dalam kelas terdapat siswa – siswa yang terdiri dari beberapa ras,

suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar

dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, dan jenis kelamin

yang berbeda pula.

d. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada

perorangan.

4. Model - Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak model dan variasi,

dimana setiap model pembelajarannya juga memuat kekhasan masing –

masing yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga sesuai

dengan unsur – unsur yang ada dalam pembelajaran kooperatif. Model –

model pembelajaran kooperatif tersebut diantaranya sebagai berikut:

a. Student Teams - Achievement Division (STAD)

STAD atau Tim Siswa Kelompok Prestasi merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model pembelajaran

STAD ini cocok diterapkan oleh guru yang baru memulai menerapkan

(32)

2011: 64) Pembelajaran kooperatif model STAD menekankan adanya

aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan

saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna

mencapai prestasi yang maksimal. Dalam STAD siswa dikelompokkan

menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 – 5 orang, dan setiap

kelompok haruslah heterogen.

Model pembelajaran STAD diawali dengan pembagian

kelompok, kemudian guru menyajikan materi pelajaran yang sesuai

dengan topik yang akan dipelajari. Setelah guru selesai menyampaikan

materi, kemudian siswa bekerja di dalam kelompok, hal ini bertujuan

untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai

materi pelajaran yang telah disampaikan guru. Setelah diberi waktu

yang cukup untuk bekerja di dalam kelompok maka oleh guru masing

– masing siswa diberikan kuis dan dalam pelaksanaan kuis tersebut

masing – masing siswa tidak boleh saling membantu. Kuis tersebut

nantinya akan dinilai untuk menentukan skor individu maupun skor

kelompok. Skor individu yang mereka dapatkan digunakan untuk

memperbaiki nilai individu yang dilakukan dengan cara

membandingkan terhadap rata – rata nilai yang telah mereka peroleh

sebelumnya. Nilai perbaikan dari setiap individu dalam kelompok

kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk menentukan nilai

kelompok. Kemudian yang harus dilakukan guru selanjutnya adalah

(33)

Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu dapat mendapatkan

penghargaan berupa sertifikat atau hadiah – hadiah yang lainnya.

b. Teams Games Tournaments (TGT)

TGT atau Pertandingan Permainan Tim merupakan jenis

pembelajaran kooperatif yang serupa dengan STAD. Jika dalam STAD

penilaian dilakukan melalui test individu atau kuis, lain halnya dengan

TGT yang menggunakan turnamen untuk menentukan nilai, ini juga

menjadi ciri khas dari TGT bila dibandingkan dengan model

pembelajaran kooperatif yang lain.

Langkah awal dalam pelaksanaan TGT adalah siswa

dikelompokkan secara heterogen dalam kelompok kecil yang

bernggotakan 4-5 orang. Kemudian guru memulai pembelajaran

dengan menyampaikan materi yang sesuai dengan topik yang akan

dipelajari. Kemudian siswa mempelajari dan mendalami lebih lanjut

materi yang telah disampaikan oleh guru sebagai persiapan dalam

menghadapi turnamen. Setelah dirasa cukup untuk belajar dalam

kelompok selanjutnya siswa dengan kemampuan yang sama dari

masing – masing kelompok yang berbeda bertanding dalam turnamen.

Dari turnamen tersebut setiap siswa memperoleh skor yang akan

disumbangkan untuk kelompok. Skor yang telah diperoleh tersebut,

kemudian di rata – rata dan nantinya skor tersebut digunakan sebagai

penentuan penghargaan kelompok.

Menurut Slavin ( dalam Tukiran 2011: 67) ada lima komponen

(34)

Penyajian Kelas, dilakukan oleh guru dengan fokus kepada materi

yang dibahas saja. Siswa sudah berada dalam kelompok dan

mereka harus serius dalam tahap ini, karena setelah ini mereka

harus mengikuti turnamen dengan sebaik – baiknya agar dapat

menyumbangkan skor maksimal untuk kelompoknya.

Kelompok, disusun dengan anggota 4-5 orang secara heterogen.

Tahap ini bertujuan agar mereka bisa saling meyakinkan satu sama

lain bahwa mereka dapat bekerja sama dalam belajar dan dalam

mengerjakan lembar kerja juga untuk menyiapkan semua anggota

dalam menghadapi turnamen.

Permainan, disusun dan dirancang sesuai dengan materi yang telah

dipelajari untuk menguji pengetahuan yang diperoleh wakil masing

– masing kelompok. Setiap siswa mengambil sebuah kartu yang

diberi nomor dan kemudian menjawab pertanyaan yang sesuai

dengan nomor pada kartu tersebut.

Turnamen adalah susunan beberapa game yang dipertandingkan.

Biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok

bahasan. Di sinilah akan diadakan penilaian sesuai dengan hasil

yang telah masing – masing siswa peroleh untuk kelompoknya.

Turnamen ini memungkinkan bagi siswa sesuai dengan

tingkatannya untuk menyumbangkan skor maksimal yang diperoleh

(35)

Pengakuan Kelompok, dilakukan dengan memberikan hadiah atau

penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama

belajar, sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati bersama.

c. Jigsaw

Dalam bukunya, Suyatno (2009: 54) menyebutkan ciri – ciri dari

pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut:

• Setiap kelompok terdiri dari 5 – 6 anggota terdiri dari siswa yang

heterogen dan kelompok ini disebut sebagai kelompok asal

• Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli

• Kelompok ahli dari masing – masing kelompok asal berdiskusi

sesuai dengan keahliannya

• Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk saling bertukar

informasi.

Dalam penerapan Jigsaw, siswa dengan kemampuan yang

heterogen dibagi dalam kelompok dengan anggota kelompok 5 – 6

siswa. Kemudian, maateri pelajaran diberikan kepada siswa dalam

bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok

bahasan, dalam hal ini diasumsikan siswa menjadi pakar dalam topic

materi tersebut. Selanjutnya, siswa dipertemukan dengan siswa lain

(kelompok asal) dalam topik yang sama untuk saling berdiskusi dan

saling belajar lebih lanjut sehingga dapat menguasai topik yang

menjadi tanggung jawabnya. Setelah diberi waktu yang cukup,

(36)

untuk kembali ke kelompok asalnya masing – masing. Siswa tersebut

kemudian membelajarkan topik yang telah dipelajari ke anggota

kelompok yang mempelajari topik lain. Dengan langkah ini

diharapkan setiap siswa masing – masing kelompok telah menguasai

topik materi yang diberikan guru. Langkah selanjutnya yang harus

dilakukan oleh guru adalah memberikan test individual atau kuis

tentang semua topik materi yang telah dipelajari oleh siswa. Kuis

tersebut nantinya akan dinilai untuk menentukan skor individu

maupun skor kelompok. Skor individu yang mereka dapatkan

digunakan untuk memperbaiki nilai individu yang dilakukan dengan

cara membandingkan terhadap rata – rata nilai yang telah mereka

peroleh sebelumnya. Nilai perbaikan dari setiap individu dalam

kelompok kemudian dikumpulkan dan digunakan untuk menentukan

nilai kelompok. Kemudian yang harus dilakukan guru selanjutnya

adalah mengakumulasi dan merata – rata nilai masing – masing

kelompok. Kelompok yang dapat mencapai kriteria tertentu

mendapatkan penghargaan berupa sertifikat atau hadiah – hadiah yang

lainnya. Cara penilaian ini serupa dengan yang terjadi pada model

pembelajaran kooperatif STAD.

d. Numbered Heads Together (NHT)

Number Heads Together (NHT) adalah salah satu model

pembelajaran kooperatif yang sangat menekankan keaktifan dan

(37)

tanggung jawab secara kelompok. Dalam NHT siswa akan

dikelompokkan secara heterogen yaitu masing – masing kelompok

dapat beranggotakan 4-6 orang siswa. Pengelompokkan yang disusun

ini berdasarkan nilai pre test yang dilakukan guru sebelum memulai

masuk dalam materi pembelajaran. Maksud dari pengelompokkan ini

adalah agar siswa dapat belajar dan atau menyelesaikan persoalan

yang di berikan oleh guru kepada siswa. Setelah dibentuk kelompok,

kemudian guru melanjutkan pembelajaran dengan menyampaikan

materi kepada siswa. Setelah materi selesai disampaikan kepada

siswa, kemudian guru mengajak siswa untuk bergabung ke dalam

kelompoknya masing – masing, dan setelah siswa duduk dalam

kelompoknya, masing – masing siswa diberikan nomor secara undi (

setiap kelompok mempunyai nomor yang sama, namun setiap anggota

kelompok memiliki nomor yang berbeda – beda ). Nomor tersebut

berfungsi sebagai nomor soal yang akan diberikan oleh guru

selanjutnya. Setelah soal yang sesuai dengan nomor masing – masing

siswa dibagikan kepada masing – masing kelompok, maka guru

memberikan waktu kepada siswa untuk melaksanakan diskusi dan

pembelajaran bersama dalam kelompok tersebut. Di sini guru

berperan sebagai fasilitator juga sebagai motivator untuk proses

pembelajaran di kelas. Dalam proses diskusi kelompok ini ditekankan

bahwa, masing – masing siswa tiap – tiap kelompok menyatukan

(38)

persoalan yang diberikan guru, (Agus Suprijono: 2009: 92). Dalam

NHT siswa mempunyai tanggung jawab baik secara individu maupun

secara kelompok. Tanggung jawab secara individu adalah ketika dia

harus menyelesaikan nomor soal yang telah menjadi tanggung

jawabnya, bila siswa tidak dapat mengerjakan soal tersebut siswa

dapat meminta bantuan kepada teman lain dalam kelompoknya untuk

bersama – sama memecahkan persoalan yang diberikan guru. Di

sinilah akan terjadi proses interaksi sosial antara siswa dan teman –

teman sekelompoknya, dimana proses tersebut sesuai dengan

kekhasan dari pembelajaran kooperatif. Tanggung jawab secara

kelompok, dimaksudkan di sini adalah ketika masing – masing siswa

maju mempresentasikan jawabannya di depan kelas. Masing – masing

siswa tersebut membawa nama baik kelompoknya, dan apa yang di

presentasikan siswa di depan, bagaimana siswa tersebut menanggapi

pertanyaan dari kelompok lain juga akan menentukan hasil penilaian

kelompok dan penilaian individu.

Langkah selanjutnya adalah diskusi kelas. Guru memanggil

salah satu nomor yang telah dibagikan, misalnya: guru memanggil

nomor 2 dari salah satu kelompok kemudian siswa dari kelompok

yang namanya disebutkan yang mempunyai nomor 2 maju ke depan

kelas untuk mempresentasikan hasil yang telah dikerjakan dalam

kelompok. Dalam diskusi kelas ini, siswa yang memiliki tanggung

(39)

jawabannya kepada semua siswa di kelas, dan pada saat itu juga siswa

dari kelompok lain juga dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa

yang ada di depan. Langkah ini mendorong siswa menjadi aktif di

kelas, bertanya bila tidak mengerti dan siswa yang di depan

menjelaskan kepada teman – temannya sampai siswa yang bertanya

tersebut mengerti dengan penyelesaian soal yang diberikan. Setelah

selesai membahas soal nomor 2 tersebut guru dan siswa kemudian

bersama – sama menarik kesimpulan dari soal tersebut. Begitu

seterusnya sampai nomor soal yang diberikan guru telah habis dibahas

dalam pembelajaran di kelas.

Proses diskusi kelas selesai dan dilanjutkan dengan tes individu

atau kuis. Tes ini digunakan sebagai alat ukur dalam penilaian secara

individu dan secara kelompok juga digunakan sebagai alat ukur

apakah siswa telah memahami materi tersebut atau belum. Dalam

pelaksanaan tes ini, masing – masing siswa tidak boleh saling

membantu satu sama lain. Penilaian ini sebenarnya tidak didasarkan

pada hasil tes saja melainkan juga dari hasil keaktifan siswa dalam

kelompok dan hasil keaktifan siswa pada saat proses diskusi kelas.

Nilai tersebut nantinya akan dijumlah dan dirata – rata oleh guru. Nilai

kelompok yang telah mencapai kriteria tertentu, maka kelompok

tersebut akan mendapatkan penghargaan berupa point atau hadiah –

(40)

pemenang kelompok pada akhir pertemuan atau pada awal pertemuan

selanjutnya.

5. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ditnaga Dikti (dalam Tukiran, dkk 2011: 60 – 63)

menyebutkan bahwa pada dasarnya, kegiatan pembelajaran kooperatif

dibagi menjadi empat langkah yang dikembangkan sebgai berikut:

a. Orientasi, kegiatan pembelajaran diawali dengan orientasi untuk

memahami dan menyepakati bersama – sama tentang apa yang akan

dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru

menyampaikan tujuan, materi, waktu, langkah – langkah serta hasil

akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa serta bagaimana sistem

penilaiannya. Dalam kesempatan ini siswa diberi waktu untuk

berpendapat tentang apa saja yang menyangkut pembelajaran di kelas,

sehingga diharapkan pada akhir orientasi sudah terjadi kesepakatan

antara guru dengan siswa di kelas.

b. Kerja Kelompok, dalam kegiatan ini, siswa melakukan kerja kelompok

sebagai inti dari kegiatan pembelajaran. Kerja kelompok dapat dalam

bentuk kegiatan memecahkan masalah atau memahami dan

menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Dalam kerja kelompok guru

berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa.

c. Kuis / Test, pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa

telah memahami topik / materi yang dipelajari. Kemudian dalam tahap

(41)

guru dan mereka tidak boleh saling membantu dalam pengerjaan kuis

ini. Penilaian individu mencakup pada penguasaan ranah kognitif,

afektif dan keterampilan.

d. Penghargaan Kelompok, langkah ini dimaksudkan untuk pemberian

penghargaan kepada kelompok yang memperoleh kenaikan skor dalam

test individu. Ketika kelompok tersebut telah mencapai kriteria tertentu

maka kelompok tersebut mendapatkan poin atau penghargaan yang

lain berupa sertifikat atau hadiah.

Secara umum menurut Agus Suprijono (2009: 65) sintak model

pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, diantaranya adalah

[image:41.612.71.539.240.660.2]

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif

FASE – FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goal and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students info learning

teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim – tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim – tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok – kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

(42)

B. Number Heads Together (NHT)

Telah sedikit dijelaskan di atas bahwa metode Number Heads Together

adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan kekompakkan

siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Tanggung jawab dan

keaktifan siswa juga merupakan salah satu aspek yang dapat dijadikan acuan

untuk mengukur berhasil atau tidaknya metode NHT ini. Metode NHT ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan (1998). Metode NHT ini dapat digunakan

sebagai salah satu alternatif untuk pendekatan tanya jawab seluruh – kelompok

yang lebih tradisional (Arends: 2008)

1. Langkah – Langkah Metode Number Heads Together

Dalam pelaksanaannya, metode NHT terbagi atas beberapa langkah,

seperti yang dikemukakan oleh Arends (2008: 16) yang terdiri dari:

Numbering

Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggota 3-5 orang dan

memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing – masing tim

memiliki nomor antara 1-5

Questioning

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Bentuk pertanyaan

merupakan variasi dari guru.

Heads Together

Siswa menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawabannya dan

(43)

Answering

Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing – masing

kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan

memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.

Tidak jauh berbeda dengan langkah yang dikembangkan oleh Suyatno

(2009: 53) dalam bukunya yang menyebutkan bahwa ada beberapa

langkah dalam pelaksanaan metode NHT yaitu sebagai berikut:

• Mengarahkan

• Membuat kelompok heterogen dan setiap siswa memiliki nomor

tertentu

• Memberikan persoalan materi bahan ajar ( soal untuk setiap kelompok

sama tapi untuk setiap siswa tidak sama, soal sesuai dengan nomor

siswa, setiap siswa dengan nomor yang sama mendapatkan tugas dan

soal yang sama ).

• Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang

sama sesuai dengan tugas masing – masing sehingga terjadi diskusi

kelas.

• Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap

siswa.

• Mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan

Dari beberapa langkah yang dikemukakan oleh beberapa ahli, peneliti

(44)

untuk penelitian ini. Langkah – langkah penggunaan metode NHT yang

dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Langkah – Langkah Penggunaan Metode NHT dalam Penelitian

No. LANGKAH – LANGKAH PERILAKU GURU

1. Pembukaan Mengawali pembelajaran, guru menjelaskan kepada

siswa tentang prosedur kegiatan pembelajaran.

2. Pembagian Kelompok

(Numbering)

Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen dan memberikan nama kepada masing – masing kelompok.

Masing – masing siswa diberikan nomor, sehingga setiap siswa memiliki nomor nomor keala yang berbeda - beda

3. Penjelasan Materi Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa

sesuai dengan KD yang sedang dibahas.

4. Pembagian Soal

(Questioning)

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa sesuai dengan nomor siswa dalam setiap lembar kerja

Siswa bertanggung jawab terhadap bentuk pertanyaan yang sesuai dengan nomor siswa masing - masing

5. Diskusi Kelompok

(Heads Together)

Diskusi ini dimaksudkan agar masing – masing siswa tiap kelompok dapat menyatukan kepalanya “Heads together” agar kelompok tersebut saling bertukar pikiran dengan masing – masing anggotanya untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru.

6. Pemanggilan Nomor

Guru memanggil salah satu nomor dari salah satu kelompok, kemudian siswa yang memiiliki nomor tersebut harus maju ke depan untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas dan menerangkan kepada kelompok lain. Siswa lain juga dapat bertanya jika dirasa belum mengerti terhadap penjelasan siswa. Di sini akan diadakan penilaian keaktifan secara individu dan penilaian secara kelompok. Penilaian nanti akan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti sebelumnya.

7. Penarikan Kesimpulan

Guru bersama – sama dengan siswa menarik kesimpulan tentang soal dan materi yang telah di bahas di depan

8. Test Individu

(Tes Akhir)

Dilaksanakan setelah semua materi selesai dan siswa tidak boleh saling membantu

9. Pemberian Nilai Guru menjumlah dan merata – rata nilai yang telah

(45)

10. Pemberian Penghargaan

Guru mengumumkan kepada siswa kelompok mana yang telah memenuhi kriteria dalam penilaian. Kelompok tersebut kemudian diberikan penghargaan berupa tambahan poin atau hadiah – hadiah yang lain.

2. Manfaat Metode Number Heads Together

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT

terhadap siswa yang hasil belajar rendah hal ini dikemukakan oleh

Lundgren (dalam Herdian: “Metode Pembelajaran NHT” : 2009), antara

lain adalah sebagai berikut:

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

b. Memperbaiki kehadiran dalam kelas

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antar pribadi berkurang

f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

h. Hasil belajar lebih tinggi

3. Kelebihan dan Kekurangan Number Heads Together

a. Kelebihan:

• Setiap siswa menjadi siap semua.

• Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

• Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.

b. Kelemahan:

(46)

• Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

C. Peluang

Peluang adalah suatu nisbah yang digunakan untuk menyatakan

besarnya kemungkinan bahwa suatu kejadian akan terjadi. Contohnya adalah

peluang bahwa angka tertentu akan muncul bila kita melempar sebuah dadu.

Nisbah dinyatakan dengan bilangan pecahan, yaitu jumlah kemungkinan

bahwa kejadian tertentu akan terjadi dibagi dengan jumlah semua kejadian

yang mungkin terjadi. Hitung peluang dikenal juga dengan nama Probabilitas.

Probabilitas ini mulai dikenal dan dikembangkan pada permulaan abad ke 17.

D. Pembelajaran Peluang

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang digunakan untuk

pembelajaran peluang adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi : 1. Menggunakan aturan statistika, kaidah pencacahan,

dan sifat – sifat peluang dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar : 1.4 Menggunakan aturan perkalian, permutasi dan

kombinasi dalam pemecahan masalah

Materi:

Aturan Perkalian, Permutasi dan Kombinasi

Indikator:

• Mampu menyusun aturan perkalian dan menggunakannya dalam

pemecahan soal

• Mampu mendefinisikan permutasi dan menggunakannya dalam

(47)

• Mampu mendefinisikan kombinasi dan menggunakannya dalam pemecahan soal

Penjelasan Materi dimbil dari buku Matematika untuk SMA Kelas XI Semester 1

oleh Sartono Wirodikromo (2003; 63 – 93)

1. Aturan perkalian

Contoh:

Jika Putri mempunyai 2 baju dan 3 celana. Berapa banyaknya pilihan untuk memasangkan baju dan celana itu?

Jawab:

Soal tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa cara sebagai berikut:

Misalkan B adalah baju dan C adalah celana

• Dengan Tabel Silang

C

C1 C2 C3

B

B1 B1 C1 B1 C2 B1 C3

B2 B2 C1 B2 C2 B2 C3

• Pasangan Berurutan

Himpunan baju : B = { B1, B2 }

Himpunan celana : C = { C1, C2, C3 }

Pasangan berurutan himpunan B dan C ditulis :

{( B1, C1), (B1, C2), (B1, C3), (B2, C1), (B2, C2), (B2, C3)}

• Dari beberapa uraian di atas, kita dapat langsung menentukan banyaknya

pasangan baju dan celana, yaitu :

A x B

n ( A x B ) = n (A) x n (B)

(48)

sehingga banyaknya pilihan untuk memasangkan baju dan celana ada 6 cara.

• Jika kejadian pertama dapat terjadi dengan n1 cara yang berbeda, kejadian

kedua terjadi dalam n2 cara yang berbeda dan kejadian ketiga dapat terjadi

dengan n3 cara yang berbeda, dst sampai kejadian ke - k, maka seluruh

kejadian tersebut dapat terjadi dalam

n1 x n2 x n3 x …x nk cara yang berbeda.

Aturan ini disebut sebagai aturan pengisian tempat dan sering disebut sebagai

aturan perkalian.

2. Notasi Faktorial

Untuk setiap bilangan asli n, didefinisikan:

n! = n x (n-1) x (n-2) x … x 3 x 2 x 1

untuk n = 0 maka n! didefinisikan sebagai 0! = 1

Lambang atau notasi n! dibaca sebagai n faktorial

Contoh:

4! = 4 x 3 x 2 x 1 = 24 !

!

3. Permutasi

Misalkan dari 3 buah angka 1, 2, dan 3 akan disusun suatu bilangan yang

terdiri atas 3 angka dengan bilangan – bilangan itu tidak mempunyai angka

yang sama. Susunan yang dapat dibentuk adalah sebagai berikut:

123 132 213 231 312 321

(49)

Jadi, dari 3 angka yang ada jika diambil 3 angka maka dapat dibentuk 6

macam susunan yang berbeda.

Sekarang kalau dari 3 angka di atas akan disusun suatu bilangan yang

terdiri atas dua angka dengan bilangan – bilangan itu tidak mempunyai angka

yang sama, maka susunan yang dapat dibentuk adalah:

12 13 21 23 31 32

Banyak cara untuk membuat susunan seperti itu adalah 3 x 2 = 6 cara

Jadi, dari 3 angka yang ada jika hanya diambil 2 angka maka dapat

dibentuk 6 macam susunan yang berbeda.

Kemungkinan susunan – susunan tersebut disebut permutasi.

Permutasi adalah susunan berbeda yang dapat dibentuk dari unsur –

unsur yang tersedia dengan aturan – aturan tertentu.

Banyak permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia adalah

dilambangkan dengan notasi:

atau nPr

ditentukan dengan aturan sebagai berikut: !

!

Dengan syarat dimana r ≤ n

Ket:

n = banyaknya unsur yang tersedia

(50)

4. Permutasi dengan Beberapa Unsur yang Sama

Misalkan ingin diketahui berapa banyak permutasi 3 huruf yang diambil dari

huruf-huruf a, a, dan b?

Jawab:

Dengan cara permutasi sebelumnya kita peroleh susunan yakni

aab aba aab aba baa baa

sehingga dari 3 huruf dapat dipermutasikan 6 macam cara.

Namun terlihat bahwa hasil permutasi tersebut ada yang sama, yaitu:

aab = aab

aba = aba sehingga dalam hal ini kita dapat tuliskan sekali (aab, aba, baa)

baa = baa

Jadi, permutasi 3 huruf dengan 2 unsur yang sama hanya dapat disusun dengan

3 macam cara yaitu aab, aba, baa.

Dengan demikian banyak permutasi 3 unsur yang memuat 2 unsur yang sama

ditentukan sebagai berikut:

P = 3 =

! !

Berdasarkan deskripsi di atas, dapat diambil kesimpulan secara umum sebagai

berikut:

• Misalkan dari n unsur yang tersedia terdapat k unsur yang sama (k ≤ n),

maka banyak permutasi dari n unsur itu ditentukan dengan aturan:

! !

Banyak unsur yang tersedia

(51)

• Misalkan dari n unsur yang tersedia terdapat k unsur yang sama, l unsur

yang sama, dan m unsur yang sama (k+l+m ≤ n) , maka banyak permutasi

dari n unsur itu ditentukan dengan aturan:

! ! ! !

Keterangan:

n = unsur yang tersedia

k, l, m = unsur yang sama

5. Permutasi Siklis

Misalkan tiga orang sahabat Gerry, Agung, Putri akan menempati tiga buah

kursi. Berapa kemungkinan mereka dapat menempati kursi tersebut jika kursi

tersebut disusun secara melingkar?

Jawab:

Susunan penempatan 3 orang dapat diperlihatkan pada bagan berikut:

Gambar A Gambar B

¾ Susunan pada gambar A dapat dibaca sebagai berikut (urutan

membacanya searah dengan perputaran jarum jam):

• Jika Agung sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Agung,

Gerry, Putri

Putri Gerry 

Agung  Agung 

(52)

• Jika Gerry sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Gerry,

Putri, Agung

• Jika Putri sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Putri,

Agung, Gerry

Perhatikan bahwa susunan tersebut sama, seperti diperlihatkan Gambar A.

¾ Susunan pada gambar B dapat dibaca sebagai berikut:

• Jika Agung sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Agung,

Putri, Gerry

• Jika Putri sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Putri, Gerry,

Agung

• Jika Gerry sebagai urutan pertama, maka diperoleh susunan Gerry,

Agung, Putri

Perhatikan bahwa susunan tersebut juga sama, seperti diperlihatkan Gambar B

Jadi banyak susunan 3 unsur yang ditempatkan pada sebuah kurva tertutup

berbentuk lingkaran seluruhnya ada 2 kemungkinan susunan.

Susunan unsur-unsur secara melingkar disebut permutasi siklis atau

permutasi sirkuler (circular permutation)

Secara Umum,

Misalkan tersedia n unsur yang berbeda.

Banyak permutasi siklis dari n unsur itu ditentukan dengan aturan:

(53)

6. Kombinasi

Jika kita memiliki sekumpulan data S = {a, b, c} akan diambil dua huruf tanpa

memperhatikan urutan. Bagaimana cara penyusunannya?

Jawab:

Oleh karena urutan tidak diperhatikan maka susunan yang dapat dibentuk:

ab = ba, ac = ca, dan bc = cb,

dengan demikian hanya terdapat 3 susunan yaitu

ab ac bc

pilihan yang dilakukan dengan cara seperti itu disebut kombinasi 2 unsur yang

diambil dari 3 unsur yang tersedia.

Jadi, kombinasi dapat didefinisikan sebagai berikut:

Kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia (tiap unsur

berbeda) adalah suatu pilihan dari r unsur tanpa memperhatikan

urutannya ( r ≤ n )

Secara umum,

untuk menentukan banyak kombinasi r unsur yang diambil dari n unsur yang

tersedia ditentukan dengan rumus:

!

! !

Dengan syarat dimana r ≤ n

Ket:

n = banyaknya unsur yang tersedia

(54)

E. Keaktifan Siswa

Keaktifan belajar siswa merupakan salah satu unsur yang penting dalam

proses pembelajaran di kelas. Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang

berarti giat ( bekerja, berusaha) yang kemudian mendapatkan awalan Ke –

dan akhiran –an kemudian menjadi kata keaktifan yang artinya kegiatan,

kesibukan. Keaktifan di sini dimaksudkan sebagai segala aktifitas atau

kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas.

Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu

yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Erna F. Aries (2009) indikator keaktifan siswa yang dapat

dijadikan penilaian dalam penelitian adalah sebagai berikut:

• Perhatian siswa terhadap penjelasan guru

• Kerjasama dalam kelompok

• Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli

• Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal

• Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok

• Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat

• Memberikan gagasan yang cemerlang

• Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang

• Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain

• Memanfaatkan potensi anggota kelompok

(55)

Dalam metode Number Heads Together, keaktifan juga sangat

ditekankan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar siswa tidak selalu bergantung

kepada penjelasan guru sehingga siswa dapat juga mencari sumber belajar

dari teman – temannya di kelas atau mencari sumber belajar lain yang

relevan. Keaktifan yang ditekankan dalam metode Number Heads Together

adalah sebagai berikut:

• Siswa aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas

• Memberikan kesempatan bertanya dan berpendapat kepada teman baik

dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas.

• Mendengarkan dengan baik ketika teman bertanya atau berpendapat dalam

diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas

• Menanggapi ketika ada teman yang bertanya baik dalam diskusi kelas

maupun dalam diskusi kelompok.

• Mengerjakan soal latihan atau pertanyaan yang diberikan oleh guru atau

yang ada di lembar kerja siswa.

Penilaian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

• Keaktifan siswa dalam kelompok, meliputi aspek - aspek sebagai berikut:

1. Bertanya yaitu siswa anggota kelompok bertanya kepada guru atau

bertanya kepada siswa lain dalam kelompoknya tentang materi atau

(56)

2. Berpendapat yaitu siswa anggota kelompok mengajukan ide atau

gagasan kepada teman sekelompoknya dalam menjawab soal atau

memahami materi

3. Mendengarkan yaitu siswa anggota kelompok mendengarkan siswa

lain dalam kelompoknya pada saat bertanya atau pada saat

mengungkapkan pendapat

4. Menanggapi yaitu siswa anggota kelompok menanggapi pertanyaan

atau pendapat yang telah disampaikan siswa lain dalam kelompoknya.

5. Penugasan yaitu siswa anggota kelompok dapat mengerjakan,

menyelesaikan dan mengumpulkan tugas tepat pada waktunya.

• Keaktifan siswa dalam diskusi kelas, meliputi aspek - aspek sebagai

berikut:

1. Presentasi yaitu salah satu siswa dalam kelompok mempresentasikan

hasil diskusi dengan teman sekelompoknya

2. Mendengarkan yaitu siswa mendengarkan dengan seksama ketika ada

siswa dari kelompok lain bertanya atau mengutarakan pendapat dalam

diskusi kelas

3. Menanggapi yaitu siswa menanggapi pertanyaan atau pendapat siswa

kelompok lain yang bertanya atau berpendapat saat diskusi kelas

4. Bertanya yaitu siswa bertanya kepada siswa kelompok lain yang

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, juga bertanya kepada

guru jika ada kesalahan penyelesaian LKS yang dilakukan oleh

(57)

5. Berpendapat yaitu siswa mengutarakan pendapat saat kelompok lain

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Dalam penelitian ini, ada beberapa aspek yang diambil peneliti untuk

menentukan keaktifan siswa di kelas baik itu dalam diskusi kelompok

maupun dalam diskusi kelas. Aspek ini harus muncul ketika pembelajaran

dikelas, sehingga nanti akan dapat digunakan untuk penentuan keaktifan

siswa di kelas. Aspek - aspek yang diambil untuk penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Berpendapat yaitu siswa anggota kelompok dapat mengajukan ide atau

gagasan baik pada saat diskusi kelompok maupun saat diskusi kelas

dalam menjawab soal atau memahami materi. Aspek ini diperlukan

karena dengan siswa berpendapat dalam diskusi kelompok ataupun

diskusi kelas, maka siswa cenderung akan dapat menemukan strategi

baru dalam pemecahan masalah.

2. Mendengarkan yaitu siswa anggota kelompok mendengarkan siswa

lain baik saat diskusi kelompok maupun saat diskusi kelas pada saat

bertanya atau pada saat mengungkapkan pendapat. Aspek ini

diperlukan karena dengan mendengarkan, siswa dapat memberikan

respon positif kepada temannya untuk menanggapi apa yang

diutarakan oleh temannya dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas.

Mendengarkan juga melatih siswa untuk menghargai dan menghormati

temannya yang menyampaikan pendapat atau pertanyaan saat diskusi

(58)

3. Menanggapi yaitu siswa anggota kelompok menanggapi pertanyaan

atau pendapat yang telah disampaikan siswa lain saat diskusi

kelompok atau saat diskusi kelas. Aspek ini diperlukan karena dengan

menanggapi pertanyaan atau pendapat yang disampaikan oleh siswa

lain, maka siswa dapat belajar bagaimana memberikan respon positif

untuk menjawab pertanyaan maupun pendapat yang diutarakan oleh

temannya sekelompok. Misalnya, apakah pendapat yang diutarakan

oleh temannya tersebut cocok untuk diterapkan dalam pemecahan

masalah.

F. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar adalah merupakan suatu alat ukur, untuk mengukur

keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran. Menurut Sudjana (

2010:3 ) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang timbul misalnya

dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar

adalah berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan

disadari. Tingkat pencapaian hasil belajar oleh siswa disebut hasil belajar.

Menurut Mudjiono dan Dimyati (2006:200-201) hasil belajar pada

akhirnya akan ditujukan dan difungsikan untuk keperluan berikut:

a. Untuk diagnostik dan pengembangan yaitu hasil belajar digunakan sebagai

dasar pendiagnosisan kelemahan dan keunggulan siswa beserta sebab –

(59)

b. Untuk seleksi yaitu hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar untuk

menentukan siswa – siswa yang paling cocok dengan jenis jabatan atau

jenis pendidikan tertentu.

c. Untuk kenaikan kelas yaitu hasil belajar dapat digunakan guru untuk

membuat keputusan kenaikan kelas berdasarkan aturan yang berlaku.

d. Untuk penempatan yaitu hasil belajar dapat digunakan sebagai

pertimbangan untuk penempatan siswa dalam kelompok.

Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar siswa atau

kemampuan siswa dalam suatu pokok bahasan, guru biasanya mengadakan

test hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang telah

diperoleh siswa setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan

setelah selesai program pengajaran. Skor tersebut harus sesuai dengan batas

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh masing –

masing sekolah.

Dalam penelitian ini, batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang

digunakan oleh SMA Pangudi Luhur Sedayu adalah sebagai berikut:

• Siswa dinyatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor ≥ 77 atau

77 %

• Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar, jika di kelas tersebut terdapat ≥ 80

% siswa telah mencapai nilai ≥ 77

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar matematika

adalah suatu alat ukur yang dihasilkan dari perubahan siswa dari yang tidak

(60)

diukur dengan menggunakan test dan dinyatakan dalam bentuk skor yang

sesuai dengan batas kriteria ketuntasan minimal.

G. Kerangka Berpikir

Ciri khas dari NHT adalah penomoran yang diberikan kepada siswa

masing – masing anggota kelompok, yang mana nomor tersebut merupakan

nomor soal yang menjadi tanggung jawab masing – masing individu. NHT

sangat menekankan keaktifan siswa dan tanggung jawab siswa secara

individu dan secara kelompok. Metode NHT mengajak siswa masing –

masing anggota kelompok untuk bekerja sama dan saling membantu dalam

proses pembelajaran dan juga dalam proses menyelesaikan permasalahan

yang diberikan guru. Keaktifan siswa akan muncul di sini, karena pada saat

diskusi kelompok siswa dituntut untuk menyatukan kepala (pemikiran)

“Heads together” bersama dengan teman-temannya sesama anggota

kelompok. Keaktifan juga muncul ketika diskusi kelas, mereka dapat

mengajukan pertanyaan kepada siswa (dengan nomor tertentu) yang maju di

depan dan siswa yang ada di depan menjelaskan kepada siswa yang belum

je

Gambar

Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 3.1
Tabel 3.2
 Tabel 3.3 Kisi – Kisi Soal Tes Akhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Tenaga Penjual .... Kinerja Tenaga

Meski demikian, upaya mencapai pro-poor growth, tidak dapat dilepaskan dari kandungan unsur strategi pembangunan yang pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro- environment,

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mandey, (2012) yaitu Analisis Penerapan Akuntansi untuk Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Berdasarkan perhitungan skor servqual, diperoleh skor tertinggi pada dimensi tangibles adalah kerapihan dan kebersihan penampilan Teller, pada dimensi responsiveness, atribut

Pemberian vitamin A, B 12 , C dan kombinasi ketiganya melalui drinking water menunjukkan hasil berbeda tidak nyata antara kontrol dan perlakuan pada tulang

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan lamanya hemodialisis, baik penilaian status gizinya dengan Skinfold maupun LILA

Pada unsur kualitas pelayanan kenyamanan lingkungan dan ketersediaan sarana prasarana pelayanan didapatkan hasil bahwa tingkat kinerja yang dilakukan oleh pihak

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Analisis Sektor Basis dan Pusat