• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

4. Model Pembelajaran Bamboo Dancing

Suprijono (2014:98) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe bamboo dancing merupakan Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki murid agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru. Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu lima belas orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 12 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas.

Usai diskusi, 25 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap murid akan mendapat pasangan baru dan berbagai informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap murid kembali ke pasangan asal. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian di presentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif , tanya jawab dan sebagainya.

Menurut Rizqa (2017) model pembelajaran tari bambu merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa dengan siswa lainnya atau pasangannya dalam berbagi informasi, bertukar pengalaman, sehingga melatih anak dalam berkomunikasi, model pembelajaran tari bambu dapat di gunakan untuk semua mata pelajaran dan pada semua tingkatan usia anak didik. Sedangkan menurut Harianto (2018) Model pembelajaran Bamboo Dancing atau tari bambu merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan murid untuk saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini tepat untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antarsiswa.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai model pembelajaran bamboo dancing dapat disimpulkan bahwa model bamboo dancing adalah suatu teknik pengembangan model inside outside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang diketahui siswa mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.

Model pembelajaran bamboo dancing ini diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang kondusif. Model pembelajaran bamboo dancing ini bertujuan agar murid saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. Strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar murid.

Konsep dari model damboo dancing ini meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bamboo yaitu murid yang berjajaran yang di ibaratkan sebagai bambu.

a. Langkah-langkah pembelajaran bamboo dancing

Adapun langkah-langkah pembelajaran bamboo dancing menurut Aqib (2014:35) adalah sebagai berikut:

1) Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang mereka bias berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.

2) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama. 3) Dua sisi yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.

4) Kemudian satu atau dua murid yang berdiri diujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing murid mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran dapat dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.

Adapun langkah-langkah kegiatan guru dan kegiatan murid dalam model pembelajaran bamboo dancing adalah sebagai berikut :

No Kegiatan Guru Kegiatan Murid

1 Guru menjelaskan proses diskusi dengan model bamboo dancing

Murid mendengarkan penjelasan guru.

2 Guru mengarahkan murid membentuk kelompok

murid membagi dirinya menjadi dua kelompok besar, berdiri

berjajar saling berhadapan satu sama lain.

3 Memberikan artikel atau penjelasan materi

Menerima artikel atau penjelasan materi yang diberikan guru 4 Mengkoordinasi kelompok

sesuai prosedur

murid saling berhadapan bertukar informasi dengan pesangannya yaitu murid di sruh berdiri berjejer dan berhadapan satu sama lain ( berpasangan)

5 Guru mengarahkan murid pindah pasangan.

murid melakuakan apa yang diperintahkan oleh guru yaitu salah satu murid yang berdiri diujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing murid mendapat pasangan yang baru untuk berbagi informasi. 6 Guru dan murid mengkoreksi

secara bersama-sama jawaban teman-teman mereka yang telah maju dan memebenarkan bila ada yang salah

Guru dan murid mengkoreksi secara bersama-sama jawaban teman-teman mereka yang telah maju dan memebenarkan bila ada yang salah

Tabel 2.1

Langkah-langkah kegiatan guru dan siswa b. Tujuan model pembelajaran bamboo dancing

Tujuan model pembelajaran menurut Aqib (2014) adalah:

1) Agar murid saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar murid.

2) Memberikan kesempatan bagi murid untuk berperan aktif dan berinteraksi dengan murid lainnya secara maksimal.

c. Kelebihan model pembelajaran bambo dancing

Keunggulan model bamboo dancing adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan murid untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur serta memberi kesempatan pada murid untuk mengolah informasi.

Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar murid. Oleh karena itu kelebihan model ini menurut Hifdziyah (2015)adalah:

1) Murid dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses pembelajaran.

2) Meningkatkan kerja sama diantara murid. 3) Meningkatkan toleransi antarsesama murid. d. Kelemahan model pembelajaran bamboo dancing

Adapun kelemahan dalam model pembelajaran bamboo dancing menurut Shoimin (2014) adalah:

1) Kelompok belajarnya terlalu besar sehingga menyulitkan dalam proses belajar mengajar.

2) Memerlukan periode waktu yang panjang. 5. Hakikat pembelajaran IPS

a. Pengertian pembelajaran IPS

Istilah IPS dan keberadaannya dalam kurikulum persekolahan di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan dan keberadaan Studi Sosial (social studies) di Amerika Serikat. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris social studies yang telah dikembangkan di Amerika Serikat.

Dokumen kurikulum IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

Menurut Sumaatmadja dalam Siska (2019:6-7) IPS tidak lain adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. Dengan kata lain, kajian-kajian IPS sangat luas melalui berbagai macam pendekatan-pendekatan, interdisipliner yang saling berkaitan dengan kehidupan sosial manusia (humaniora).

Menurut Susanto (2014) IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial tersebut.

Dari beberapa pendapat diatas ips merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial dari berbagai cabang-cabang ilmu sosial dan humaniora untuk mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner.

b. Tujuan pembelajaran IPS

Tujuan pendidikan IPS di Indonesia pada dasarnya mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang

dapat dipergunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan berpaertisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga Negara yang baik.

Menurut Soematri dalam Siska (2019:9) tujuan pengajaran IPS di sekolah sebagai berikut:

1) Pembelajaran IPS ialah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hokum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya, sehingga harus terpisah-pisah sesuai dengan body of knowledge masing-masing disiplin ilmu sosial tersebut.

2) Pembelajaran IPS ialah untuk menumbuhkan warga Negara yang baik. Sifat warga Negara yang baik akan lebih mudah ditumbuhkan pada siswa apabila guru mendidik mereka dengan jalan menempatkannya dalam konteks kebudayaan daripada memusatkan perhatian pada disiplin ilmu sosial yang terpisah-pisah.

3) Pendapat ketiga adalah bentuk kompromi dari pendapat pertama dan kedua yang menekankan pada organisasi bahan pelajaran harus dapat menampung tujuan para siswa yang meneruskan pendidikan maupun yang terjun langsung ke masyarakat.

4) Pembelajaran IPS dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran closed area agar mampu menyelesaikan masalah interpersonal maupun antarpersonal.

c. Karakteristik mata pelajaran IPS

Trianto (2010) menjelaskan ciri-ciri yang terdapat dalam pembelajaran IPS adalah:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agamaMencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar juga menyangkut berbagai masalah social yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah social serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. d. Nilai-nilai dalam pembelajaran IPS

1) Nilai teoritis

Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta, dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari itu yakni menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial dengan yang lain. Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya kearah dorongan mengetahui sendiri kenyataan dan dorong menggali sendiri di lapangan.

2) Nilai praktis

Pokok bahasan IPS jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual teoritis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari. Pengetahuan praktis bermanfaat dalam mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca cerita, menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari. 3) Nilai edukatif

Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih mewarnai aspek kemanusiaan. Melalui pembelajaran IPS, perasaan, penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Kepedulian dan tanggung jawab sosial, secara nyata dikembangkan dalam pembelajaran IPS untuk mengubah perilaku peserta didik bekerja sama, gotong-royong, dan membantu pihak-pihak yang membutuhkan.

4) Nilai ketuhanan

Kekaguman kita sebagai manusia kepada segala ciptaan-Nya baik berupa fenomena fisikal, alamiah maupun fenomena kehidupan, merupakan nilai kertuhanan yang strategis sebagai bangsa yang berfalsafah pancasila. Pendidikan IPS dengan ruang lingkup cakupan yang sangat luas, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita, baik lahir maupun batin. Nilai ketuhanan ini menjadi landasan moralitas SDM masa kini dan masa yang akan datang.

Dokumen terkait