• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BAMBOO DANCING PADA MURID KELAS IV SD NEGERI 1 LOPOK KABUPATEN SUMBAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BAMBOO DANCING PADA MURID KELAS IV SD NEGERI 1 LOPOK KABUPATEN SUMBAWA"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Dewi Silvana 105401121316

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(2)
(3)
(4)

iv

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132. Fax. (0411)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Dewi Silvana

Nim : 10540 11213 16

Jurusan : Pendidikan Guru SekolahDasar S1 Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi :Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Bamboo Dancing pada Murid Kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan atau buatan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassarr, Oktober 2020 Yang Membuat Permohonan

Dewi Silvana

(5)

v

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132. Fax. (0411)

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dewi Silvana

Nim : 10540 11213 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1 Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi :Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Bamboo Dancing pada Murid Kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, 2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan selalu melakukan (plagiat) dalam penyusunan skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3, saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku. Demikan Perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

Makassarr, Oktober 2020 Yang Membuat Perjanjian

Dewi Silvana

(6)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Jangan Harus tapi Ingin.

Terasa sulit ketika kau merasa harus melakukan sesuatu. Tetapi, menjadi mudah ketika kau menginginkannya.

(Dewi Silvana)

Kupersembahkan karya ini untuk: Kedua orang tua, kedua kakakku Karena tanpa doa dan dukungan mereka Saya tidak mampu mewujudkan harapan menjadi kenyataan

(7)

vii ABSTRAK

Dewi Silvana, 2020. Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Bamboo Dancing pada Murid Kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Hidayah Quraisy dan Syarifah Aeni Rahman.

Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran bamboo dancing dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa. Subyek penelitian 25 murid. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap setiap siklusnya, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Indikator hasil belajar pada penelitian ini berupa tercapainya ketuntasan belajar klasikal. Adapun pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik: dokumentasi, observasi dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat dilihat dengan perolehan aktivitas murid, yaitu pada siklus I aktivitas murid adalah 62,5% mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 81,25%. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 79,44 dengan ketuntasan belajar 72%. Padasiklus II meningkat nilai rata-rata menjadi 83 dengan ketuntasan 92%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II dan tidak perlu dilakukan siklus III.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model bamboo dancing dapat meningkatkan hasil belajar IPS murid kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa dari 40% meningkat menjadi 92%. Kata kunci : model pembelajaran bamboo dancing,IPS, hasil belajar

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala limpahan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga penulisan ini terselesaikan. Salawat dan taslim penulis haturkan kepada junjungan tercinta, Nabiullah, Muhammad saw yang telah meletakkan fondasi ketauhidan yang syarat dengan risalah keselamatan dunia dan akhirat di muka bumi ini. Semoga kita menjadi hamba yang selalau dalam limpahan rahmat Allah swt dan termasuk golongan umat yang mendapatkan safa’at Muhammad saw di akhirat kelak. Amin. Skripsi ini berjudul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Bamboo Dancing pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penulisan skripsi penelitian ini bukanlah hal yang mudah terwujud. Banyak aral dan rintangan yang dialami penulis. Namun selalu ada kemudahan jika kita selalu berusaha dan berdoa. Bantuan dari berbagai pihak telah menuntun penulis sehingga skripsi penelitian ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Syafruddin, S.Pd dan Ibunda Asmawati yang telah

(9)

ix

mengorbankan segala do’a, cinta, kasih sayang dan perhatian kepada penulis dalam segala hal.

Ucapan terima kasih yang penuh penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan banyak sumbangsih, khususnya Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya yang telah memberikan pengajaran, pembinaan dan perhatian kepada penulis selama menimba ilmu di Universitas Muahmmadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd, Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan beserta yang telah membimbing dalam penyelesaian skripsi ini. Aliem Bahri, S.Pd, M.Pd. ketua Prodi Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar beserta jajarannya yang telah bersedia membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Dr. Hj Hidayah Quraisy,M.Pd Pembimbing I dan Syarifah Aeni Rahman,S.Pd.,M.Pd Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Bapak / Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.

Kepada teman-teman seangkatan penulis, pengurus Hima Prodi S1 PGSD, pengurus LAB IPA PGSD. Terkhusus kepada saudaraku kakak Kiki Yulianti, S.Farm.,Apt dan Yuni Ade Putri,S.Farm terima kasih atas semua saran dan motivasi selama penyelesaian penulisan ini. Semoga saran dan motivasi yang diberikan bernilai di sisi Allah swt. Amin.

(10)

x

Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kemungkinan hilaf, penulis sangat mengharapkan berbagai kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan hasil penulisan ini serta dapat dijadikan sebagai panduan untuk penulisan-penulisan selanjutnya.

Makassar, Oktober 2020

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... .xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Alternative Pemecahan Masalah ... 6

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

(12)

xii

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Teori ... 8

1. Hakikat Belajar... 8

2. Hakikat Pembelajaran ... 12

3. Model Cooperative Learning ... 17

4. Model Pembelajaran Bamboo Dancing ... 19

5. Hakikat Pembelajaran IPS ... 23

6. Hasil Belajar ... 27

7. Penelitian yang Relevan ... 29

B. Kerangka Pikir ... 31

C. Hipotesis Tindakan... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35

C. Defenisi Operasional ... 36

D. Prosedur Penelitian... 36

E. Instrument Penelitian ... 39

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 41

H. Indikator Keberhasilan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

(13)

xiii

1. Hasil siklus I ... 44

2. Hasil siklus II ... 48

B. Pembahasan ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 60

(14)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Langkah-langkah kegiatan guru dan murid... 21

3.1 Kriteria ketentuan minimal ... 42

3.2 Skala/nilai ... 43

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 32 3.1 Bagan siklus PTK ... 39

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 61

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 67

3. Soal Siklus I ... 73

4. Soal Siklus II ... 76

5. Lembar Observasi murid Siklus I ... 79

6. Lembar Observasi murid Siklus II ... 81

7. Daftar Hasil Belajar Siklus I ... 83

8. Daftar Hasil Belajar Siklus II ... 84

9. Dokumentasi ... 85

10. Surat Pengantar Penelitian ... 88

11. Surat Izin Penelitian ... 89

12. Kartu Kontrol Penelitian ... 90

(17)
(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam upaya menata dan membangun generasi bangsa ke arah yang lebih baik, maju dan berkualitas. Sebagaimana sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan Pendidikan Nasional tersebut harus diwujudkan, maka Indonesia harus mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas. Karena pada dasarnya bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas, terutama pada bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan sebuah proses atau sebuah aktifitas yang diarahkan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku manusia yang diinginkan. Pendidikan juga dapat dilihat sebagai proses sosial; proses yang mana anak ditempatkan ke dalam adat istiadat di mana dia tinggal. Pendidikan dapat diperoleh dengan cara belajar, baik belajar di tempat formal maupun informal. Belajar informal dapat dilakukan di rumah, tempat bermain dan tempat lain yang tidak berhubungan dengan lembaga pendidikan. Belajar formal dilakukan di lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi.

(19)

Belajar merupakan suatu proses perubahan dalam membentuk dan mengarahkan kepribadian manusia. Perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas seseorang. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan memengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

Menurut Siska (2016:7) “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya”. Sedangkan menurut Susanto (2019:151),

IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan, IPS merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada siswa di tingkat sekolah dasar dan menengah yang mengkaji mengenai kehidupan manusia dalam masyarakat yang bersumber dari disiplin ilmu sosial dan humaniora (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).

Tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada murid untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkunganya, serta berbagai bekal bagi murid untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pola

(20)

pembelajaran IPS bukan sebatas upaya memberi murid materi dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat di lingkunganya.

Upaya mewujudkan pola pembelajaran yang bukan hanya sebatas hafalan belaka, maka diperlukan adanya model pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran. Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang murid lebih bergairah dalam belajar. Menurut Rahman (2019:283) “Model pembelajaran kooperatif adalah suatu pola pembelajaran yang berbentuk kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan adanya kerjasama antar siswa dalam memahami materi pembelajaran”.

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan pada pembelajaran IPS adalah model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing. Menurut Desmawati (2014) bamboo dancing adalah model dengan membagi murid menjadi dua kelompok besar yang berhadapan berpasangan mendiskusikan topik tertentu. Murid dapat memahami pokok bahasan yang diberikan oleh guru dengan cara bergantian pasangan diskusi secara berkala sehingga adanya pertukaran pikiran antara murid yang satu dengan lainnya. Dengan menggunakan model bamboo dancing ini, pemikiran siswa akan semakin terbuka untuk merespon materi dari guru.

Fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPS dari hasil wawancara dengan bapak Syafruddin, S.Pd. wali kels IV di SD Negeri 1 Lopok Kabupaten

(21)

Sumbawa pada tanggal 15 desember 2019 bahwa rata-rata hasil belajar murid masih kurang. Karena pembelajaran IPS yang didapat dalam kelas terlalu monoton tanpa adanya variasi dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa, menunjukkan kurang optimalnya hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS. Hal ini disebabkan dalam pembelajaran guru belum menggunakan model pembelajaran variatif yang mengakibatkan minat belajar IPS menjadi kurang sehingga berdampak pada kualitas dan penguasaan murid terhadap materi sekaligus berdampak pada hasil belajar murid itu sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan pencapaian hasil belajar murid berdasarkan data yang didapatkan dari guru kelas yaitu sebanyak 10 murid (40%) dari 25 siswa kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa mendapat nilai di atas KKM sedangkan 15 ( 60%) murid lainnya belum mampu mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75 pada mata pelajaran IPS. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh metode atau model pembelajaran yang digunakan.

Tari bamboo merupakan modifikasi dari Lingkaran Kecil Lingkaran Besar. Model bamboo dancing dikembangkan oleh Spencer Kagan. Pembelajaran tipe bamboo dancing sering juga disebut tari bambu,karena murid berjajar dan saling berhadapan dengan strategi yang mirip dua potong bamboo yang digunakan dalam tari bamboo Filipina yang juga popular dibeberapa daerah di Indonesia. Model ini cocok diguanakan untuk bahan ajar yang memerlukan petukaran pengalaman dan pengetahuan siswa. Maka dari itu, diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing akan meningkatkan hasil belajar murid, karena banyak aktifitas murid seperti tukar pikiran dengan murid lain,

(22)

mempersetasiakan hasil tukar pikiran, dan menuangkan hasil tukar pikiran dalam bentuk tulisan.

Dengan menggunakan model bamboo dancing dalam pembelajaran IPS dengan permainan tari bamboo ini, murid tidak akan merasa bosan dengan pembelajaran sehingga diharapkan murid mampu lebih aktif, kreatif dalam pemelajaran IPS tersebut agar hasil belajar murid tercapai.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SD Negeri Bawakaraeng II Makassar dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Bamboo Dancing pada Murid Kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa”.

B. Masalah Penelitian 1. Identitas Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

a) Guru hanya menjelaskan materi pelajaran dengan mengandalkan satu model tanpa di variasikan dengan model lainnya.

b) Masih rendahnya tingkat pemahaman murid terhadap pelajaran IPS

c) Murid bermalas-malasan karena kurang tertarik dengan pembelajaran IPS yang disampaikan oleh guru.

d) Perlu adanya model pembelajaran yang bervariasi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar murid, salah satunya model pembelajaran kooperatif bamboo dancing.

(23)

2. Alternative Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan masalah tentang rendahnya hasil belajar IPS murid kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa, penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing.

3. Rumusan Masalah

Masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu: “Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran Bamboo Dancing pada murid kelas IV di SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang dicapai pada pelajaran IPS yang dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran bamboo dancing pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa”.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Dengan penerapan model bamboo dancing dalam pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru dan tim peneliti dalam melaksanakan pembelajaran, menambah referensi untuk penelitian-penelitian yang akan dilaksanakan selanjutnya, sehingga nantinya dapat mengembangkan praktik pembelajaran IPS di SD.

(24)

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi murid

Melalui penerapan model kooperatif bamboo dancing maka murid akan lebih aktif mengikuti pembelajaran, karena mereka menerima pengalaman belajar yang bervariasi. Dengan model kooperatif bamboo dancing murid tidak akan merasa bosan dan pasif, sehingga hasil belajar murid dalam pembelajaran IPS akan meningkat.

b. Manfaat bagi guru

Penerapan model kooperatif bamboo dancing pada pembelajaran di SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa ini dapat memberikan wawasan mengenai model-model pembelajaran inovatif sehingga guru memperoleh inovasi baru dalam pembelajaran. Selain itu juga dengan menggunakan model ini dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran yang dapat menciptakan interaksi, sehingga permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dapat diminimalisirkan.

c. Manfaat bagi sekolah

Adapun manfaat bagi sekolah dengan menerapkan model kooperatif bamboo dancing pada pembelajaran IPS di SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa ini dapat menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran IPS di sekolah, dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam perbaikan pembelajaran, serta dapat digunakan sebagai acuan untuk memberikan perlakuan atau kebijakan guna meningkatkan mutu pendidikan dan mencapai tujuan yang ingin dicapai sekolah.

(25)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar

Menurut Gagne (Susanto, 2019:1) “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Menurut Hamalik (Susanto, 2019), belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Menurut teori Behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi stimulus dan respon.

Dari beberapa teori belajar yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses dimana otak mencari suatu pemahaman mengenai fenomena dan pengetahuan seputar kehidupan, sehingga akan membawa

(26)

perubahan pada perkembangan diri seseorang. Individu yang telah mengalami proses belajar akan lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Ia akan lebih bahagia dalam kehidupannya bila dibandingkan dengan individu yang tidak pernah mengalami proses belajar.

Dalam teorinya yang disebut The domains of learning, Gagne (Susanto 2019:2) menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori, yaitu:

a. Ketarampilan motoris

Keterampilan motoris adalah keterampilan yang diperlihatkan dari berbagai gerakan badan, misalnya menulis, menendang bola, bertepuk tangan, berlari, dan meloncat.

b. Informasi verbal

Informasi ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan otak atau inteligensi seseorang, misalnya seseorang dapat memahami sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar, dan sebagainya yang berupa simbol yang tampak (verbal).

c. Kemampuan intelektual

Selain menggunakan simbol verbal, manusia juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar melalui kemampuan inteleknya, misalnya mampu membedakan warna, bentuk dan ukuran.

d. Strategi kognitif

Gagne menyebutkannya sebagai organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill), yang sangat diperlukan untuk belajara mengingat dan berpikir. Kemampuan kognitif ini lebih ditujukan ke dunia luar, dan

(27)

tidak dapat dipelajari dengan sekali saja memerlukan perbaikan dan latihan terus-menerus.

e. Sikap (attitude)

Sikap merupakan faktor penting dalam belajar, karena tanpa kemampuan ini belajar tidak akan berhasil dengan baik. Sikap seseorang dalam belajar akan sangat memengaruhi hasil yang diperoleh dari belajar tersebut. Sikap akan sangat tergantung pada pendirian, kepribadian, dan keyakinan yang tidak dapat dipelajari atau dipaksakan, tetapi perlu kesadaran diri yang penuh.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Dalyono (2012:55) adalah:

a. Faktor internal (dalam diri)

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Kesehatan rohani (jiwa) kurang baik, misalnya mengalami gangguan pikiran, perasaan kecewa karena konflik dengan orang tua atau karena sebab lainnya, ini dapat menggangu atau mengurangi semangat belajar. Seseorang yang memiliki inteligensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang inteligensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar. Misalnya, belajar main piano, apabila

(28)

diamemiliki bakat musik, akan lebih mudah dan cepat pandai dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat itu.

Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

Motivasi berbeda dengan minat. Motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu. Atau dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru, teman, dan anggota masyarakat.

Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali. Belajar disekolah memiliki teknik atau cara-cara tertentu, antara lain harus sarapan pagi terlebih dahulu, hadir di sekolah 15 menit sebelum masuk, duduk di tempat yang sesuai dengan kondisi tubuh dan sebagainya. Belajar di rumah perlu memperhatikan kondisi dan lingkungannya. Ada sebagian orang belajar, harus hidup radio atau tape recorder. Alasannya kalau sepi pikirannya jadi menghayal. Kebiasaan belajar seperti ini kurang baik. Bagi otak tentu lebih baik sedikit gangguan daripada banyak, agar dapat bekerja dengan lancar. Karena itu, perlu diusahakan

(29)

setiap belajar dijauhkan semua yang dapat mengganggu otak supaya bahan yang dipelajari dapat diterima dan disimpan dengan baik.

b. Faktor eksternal (dari luar diri)

Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, akrab atau tidaknya hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.

Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib di sekolahdan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suara hiruk-pikuk orang di sekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.

(30)

2. Hakikat Pembelajaran

Menurut Suprijono (2014) pembelajaran berdasarkan makna leksisial berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran merupakan dialog interaktif, proses organic dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran. Sementara Menurut Trianto (2011:17):

pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjtan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Pada hakikatnya.

Trianto (2011) mengungkapkan bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswa (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lain) dengan maksud agar tujuannya dapat tercapai. Dari uraiannya tersebut, maka terlihat jelas bahwa pembelajaran itu adalah interaksi dua arah dari guru dan siswa, diantara keduanya terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada target yang telah ditetapkan.

Bedasarkan pendapat mengenai hakikat pembelajaran, pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar. Peran dari guru sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya siswa yang bermasalah. Dalam belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya siswa yang mampu mencerna materi pelajaran, ada pula siswa yang lamban dalam mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaan inilah yang menyebabkan guru mampu mengatur strategi dalam pembelajaran yang sesuai

(31)

dengan keadaan setiap siswa. Oleh karena itu, jika hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat pembelajaran adalah “pengaturan”.

a. Komponen-komponen pembelajaran

Adapun komponen-komponen pembelajaran menurut Pane (2017) adalah: 1) Guru.

2) Murid.

3) Tujuan Pembelajaran. 4) Materi pembelajaran. 5) Metode pembelajaran.

6) Alat atau media pembelajaran 7) Evaluasi.

b. Prinsip-prinsip pembelajaran

Beberapa prinsip-prinsip pembelajaran di sekolah dasar menurut Susanto (2019:102-104) yaitu:

1) Prinsip motivasi

Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik dari diri anak maupun dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2) Prinsip latar belakang

Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar memerhatikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.

(32)

3) Prinsip pemusatan perhatian

Prinsip pemusatan perhatian merupakan usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. 4) Prinsip keterpaduan

Prinsip ini merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lainnya, atau subpokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.

5) Prinsip pemecahan masalah

Merupakan situasi belajar yang dihadapkan pada masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga mendorong mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya.

6) Prinsip menemukan

Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi anak tidak akan menyebabkan kebosanan. 7) prinsip belajar sambil bekerja

prinsip ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh melalui bekerja tidak mudah

(33)

dilupakan oleh anak. Dengan demikian, proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada anak untuk bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira, puas karena kemampuannya tersalur dengan hasil kerjanya.

8) Prinsip belajar sambil bermain

Belajar sambil bermain merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dengan bermin pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkemban, suasana demikian akan mendorong anak aktif dalam belajar. 9) Prinsip perbedaan individu

Prinsip perbedaan individu merupakan upaya guru dalam proses belajar mengajar yang memperhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak seolah-olah sama semua.

10) Prinsip hubungan sosial

Hubungan sosial adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk melatih anak menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama lainnya.

c. Tujuan pembelajaran

Menurut gagne (Susanto, 2019:) tujuan pembelajaran terdiri dari 5 komponen yaitu:

(34)

2) Strategi kognitif 3) Informasi verbal 4) Keterampilan motorik 5) Sikap

Tujuan pembelajaran di sekolah adalah untuk memberikan bekal kempuan dasar baca, tulis hitung, pengetahuan, dan kerampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SMP.

3. Model Cooperative Learning

Suprijo (2014) berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Sedangkan Menurut Joyce and Will (dalam Rusman, 2013: 133)

Model Pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang murid lebih bergairah dalam belajar.

(35)

Beberapa ciri dari cooperative learning menurut Isjoni (2013:20)

adalah setiap anggota memiliki peran masing-masing, adanya hubungan interaksi langsung yang terjadi di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan untuk mencapai hasil yang maksimal. Lima unsur tersebut adalah (Suprijono,2014) yaitu: Positive interdependence atau saling ketergantungan positif, Personal responsibility atau tanggung jawab perseorangan, Face to face promotive interaction atau interaksi promotif, Interpersonal skill atau komunikasi antar anggota, dan Group processing atau pemrosesan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Sedangkan dalam bukunya Suprijono (2014) juga menyebutkan sintak model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu present goals and set, present information, organize students into learning teams, assist team work and study, test on the materials danprovide recognition.

Keunggulan dari model cooperative learning menurut Isjoni (2013) adalah: Saling ketergantungan yang positif, Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu, Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan, Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru, dan Memiliki banyak kesempatan untuk men-ekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

(36)

Tujuan penting dari cooperative learning ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting (Isjoni 2013), yaitu: Hasil belajar akademik; Penerimaan terhadapperbedaan individu; dan Pengembangan keterampilan sosial.

4. Model Pembelajaran Bamboo Dancing

Suprijono (2014:98) menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe bamboo dancing merupakan Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki murid agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru. Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu lima belas orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 12 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas.

Usai diskusi, 25 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap murid akan mendapat pasangan baru dan berbagai informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap murid kembali ke pasangan asal. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian di presentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif , tanya jawab dan sebagainya.

(37)

Menurut Rizqa (2017) model pembelajaran tari bambu merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa dengan siswa lainnya atau pasangannya dalam berbagi informasi, bertukar pengalaman, sehingga melatih anak dalam berkomunikasi, model pembelajaran tari bambu dapat di gunakan untuk semua mata pelajaran dan pada semua tingkatan usia anak didik. Sedangkan menurut Harianto (2018) Model pembelajaran Bamboo Dancing atau tari bambu merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan murid untuk saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini tepat untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antarsiswa.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai model pembelajaran bamboo dancing dapat disimpulkan bahwa model bamboo dancing adalah suatu teknik pengembangan model inside outside circle. Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut di papan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang diketahui siswa mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.

Model pembelajaran bamboo dancing ini diharapkan dapat tercipta pembelajaran yang kondusif. Model pembelajaran bamboo dancing ini bertujuan agar murid saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. Strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar murid.

(38)

Konsep dari model damboo dancing ini meskipun namanya Tari Bambu tetapi tidak menggunakan bamboo yaitu murid yang berjajaran yang di ibaratkan sebagai bambu.

a. Langkah-langkah pembelajaran bamboo dancing

Adapun langkah-langkah pembelajaran bamboo dancing menurut Aqib (2014:35) adalah sebagai berikut:

1) Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar. Jika ada cukup ruang mereka bias berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.

2) Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama. 3) Dua sisi yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.

4) Kemudian satu atau dua murid yang berdiri diujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing murid mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran dapat dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan.

Adapun langkah-langkah kegiatan guru dan kegiatan murid dalam model pembelajaran bamboo dancing adalah sebagai berikut :

No Kegiatan Guru Kegiatan Murid

1 Guru menjelaskan proses diskusi dengan model bamboo dancing

Murid mendengarkan penjelasan guru.

2 Guru mengarahkan murid membentuk kelompok

murid membagi dirinya menjadi dua kelompok besar, berdiri

(39)

berjajar saling berhadapan satu sama lain.

3 Memberikan artikel atau penjelasan materi

Menerima artikel atau penjelasan materi yang diberikan guru 4 Mengkoordinasi kelompok

sesuai prosedur

murid saling berhadapan bertukar informasi dengan pesangannya yaitu murid di sruh berdiri berjejer dan berhadapan satu sama lain ( berpasangan)

5 Guru mengarahkan murid pindah pasangan.

murid melakuakan apa yang diperintahkan oleh guru yaitu salah satu murid yang berdiri diujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing murid mendapat pasangan yang baru untuk berbagi informasi. 6 Guru dan murid mengkoreksi

secara bersama-sama jawaban teman-teman mereka yang telah maju dan memebenarkan bila ada yang salah

Guru dan murid mengkoreksi secara bersama-sama jawaban teman-teman mereka yang telah maju dan memebenarkan bila ada yang salah

Tabel 2.1

Langkah-langkah kegiatan guru dan siswa b. Tujuan model pembelajaran bamboo dancing

Tujuan model pembelajaran menurut Aqib (2014) adalah:

1) Agar murid saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur. strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar murid.

2) Memberikan kesempatan bagi murid untuk berperan aktif dan berinteraksi dengan murid lainnya secara maksimal.

(40)

c. Kelebihan model pembelajaran bambo dancing

Keunggulan model bamboo dancing adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan murid untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur serta memberi kesempatan pada murid untuk mengolah informasi.

Model pembelajaran ini cocok atau baik digunakan untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar murid. Oleh karena itu kelebihan model ini menurut Hifdziyah (2015)adalah:

1) Murid dapat bertukar pengalaman dengan sesamanya dalam proses pembelajaran.

2) Meningkatkan kerja sama diantara murid. 3) Meningkatkan toleransi antarsesama murid. d. Kelemahan model pembelajaran bamboo dancing

Adapun kelemahan dalam model pembelajaran bamboo dancing menurut Shoimin (2014) adalah:

1) Kelompok belajarnya terlalu besar sehingga menyulitkan dalam proses belajar mengajar.

2) Memerlukan periode waktu yang panjang. 5. Hakikat pembelajaran IPS

a. Pengertian pembelajaran IPS

Istilah IPS dan keberadaannya dalam kurikulum persekolahan di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan dan keberadaan Studi Sosial (social studies) di Amerika Serikat. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(41)

merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris social studies yang telah dikembangkan di Amerika Serikat.

Dokumen kurikulum IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

Menurut Sumaatmadja dalam Siska (2019:6-7) IPS tidak lain adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosial dan humaniora. Dengan kata lain, kajian-kajian IPS sangat luas melalui berbagai macam pendekatan-pendekatan, interdisipliner yang saling berkaitan dengan kehidupan sosial manusia (humaniora).

Menurut Susanto (2014) IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial tersebut.

Dari beberapa pendapat diatas ips merupakan mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial dari berbagai cabang-cabang ilmu sosial dan humaniora untuk mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner.

b. Tujuan pembelajaran IPS

Tujuan pendidikan IPS di Indonesia pada dasarnya mempersiapkan para peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang

(42)

dapat dipergunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan berpaertisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga Negara yang baik.

Menurut Soematri dalam Siska (2019:9) tujuan pengajaran IPS di sekolah sebagai berikut:

1) Pembelajaran IPS ialah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hokum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya, sehingga harus terpisah-pisah sesuai dengan body of knowledge masing-masing disiplin ilmu sosial tersebut.

2) Pembelajaran IPS ialah untuk menumbuhkan warga Negara yang baik. Sifat warga Negara yang baik akan lebih mudah ditumbuhkan pada siswa apabila guru mendidik mereka dengan jalan menempatkannya dalam konteks kebudayaan daripada memusatkan perhatian pada disiplin ilmu sosial yang terpisah-pisah.

3) Pendapat ketiga adalah bentuk kompromi dari pendapat pertama dan kedua yang menekankan pada organisasi bahan pelajaran harus dapat menampung tujuan para siswa yang meneruskan pendidikan maupun yang terjun langsung ke masyarakat.

4) Pembelajaran IPS dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran closed area agar mampu menyelesaikan masalah interpersonal maupun antarpersonal.

c. Karakteristik mata pelajaran IPS

Trianto (2010) menjelaskan ciri-ciri yang terdapat dalam pembelajaran IPS adalah:

(43)

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agamaMencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar juga menyangkut berbagai masalah social yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah social serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan. d. Nilai-nilai dalam pembelajaran IPS

1) Nilai teoritis

Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta, dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari itu yakni menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial dengan yang lain. Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya kearah dorongan mengetahui sendiri kenyataan dan dorong menggali sendiri di lapangan.

(44)

2) Nilai praktis

Pokok bahasan IPS jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual teoritis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari. Pengetahuan praktis bermanfaat dalam mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca cerita, menghadapi permasalahan kehidupan sehari-hari. 3) Nilai edukatif

Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih mewarnai aspek kemanusiaan. Melalui pembelajaran IPS, perasaan, penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Kepedulian dan tanggung jawab sosial, secara nyata dikembangkan dalam pembelajaran IPS untuk mengubah perilaku peserta didik bekerja sama, gotong-royong, dan membantu pihak-pihak yang membutuhkan.

4) Nilai ketuhanan

Kekaguman kita sebagai manusia kepada segala ciptaan-Nya baik berupa fenomena fisikal, alamiah maupun fenomena kehidupan, merupakan nilai kertuhanan yang strategis sebagai bangsa yang berfalsafah pancasila. Pendidikan IPS dengan ruang lingkup cakupan yang sangat luas, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita, baik lahir maupun batin. Nilai ketuhanan ini menjadi landasan moralitas SDM masa kini dan masa yang akan datang.

(45)

6. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja yang diperoleh setelah kegiatan belajar (Suprijono, 2014). Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif. Sedangkan menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai hasil belajar diatas, dapat disimpulkan, hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Penelitian ini berfokus pada hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Dalam penelitian ini meliputi indikator memahami, menjelaskan serta mengumpulkan contoh kegiatan ekonomi dan hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan serta kehidupan sosial dan budaya di lingkungan sekitar sampai provinsi dengan benar.

Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hirarkhi yang berentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan, penanggapan, penilaian,

(46)

pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. Ranah afektif dalam penelitian ini meliputi afektif spiritial dengan indikator berdoa dan salam, serta afektif sosial dengan indikator berani, percaya diri, bertanggung jawab, dan disiplin.

Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasisyaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth simpson adalah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas. Indikator ranah psikomotorik dalam penelitian ini adalah menyanyikan lagu “ayo menabung” dengan benar dan penuh semangat, baris berjajar sesuai kelompoknya, berpindah mengikuti alur Bamboo Dancing(Rifa’i dan Anni, 2011 : 86-89).

7. Penelitian yang relevan

Penelitian ini dilatabelakangi oleh penelitian yang dilakukan peneliti-peneliti terdahulu yang hasilnya telah dibuktikan kesahihannya. Di antaranya adalah:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Indah Purnamasari (2015), yang berjudul “Penerapan Metode Bamboo Dancing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Daur Air”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep daur air dengan menerapkan metode Bamboo Dancing. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), terdiri dari dua siklus.. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumen, observasi, tes, dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi sumber

(47)

data dan triangulasi metode. Menggunakan model analisis interaktif (Miles & Huberman), yang terdiri dari tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi) untuk menganalisis data. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menerapkan metode Bamboo Dancing dapat meningkatkan pemahaman konsep daur air.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Aryani (2014) yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Tari Bambu (Bamboo Dancing) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sejarah Kelas XI Sma Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Ajaran 2013 –2014”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode bamboo dancing sebagai berikut: hasil belajar kognitif siswa pada pencapaian jenjang kognitif tertinggi adalah pemahaman (C2) dengan persentase 72,78% masuk pada kategori baik dan hasil belajar kognitif siswa yang paling tinggi adalah kategori nilai 60-69 (cukup) 50% diperoleh dari jumlah keseluruhan 20 siswa yang telah diklasifikasikan ke dalam 4 kategori sesuai nilainya yaitu memuaskan, baik, cukup, dan kurang cukup. Hasil akhirnya yang tertinggi pada kategori Cukup dengan jumlah 10 siswa.

Ketiga, Peneliti yang dilakukan oleh Laili (2013) yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Bamboo Dancing dengan Penilaian Portofolio untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Persegi Panjang dan Persegi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran Bamboo Dancing dengan penilaian portofolio untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok bahasan persegi panjang dan persegi pada siswa kelas VII MTs Yaspuri Malang tahun ajaran 2012/2013.

(48)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Berbeda dengan penelitian di atas, penilitian ini memfokuskan pada penerapan model Bamboo Dancing untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui Model Pembelajaran Bamboo Dancing pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa.

B. Kerangka Pikir

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. IPS juga bertujuan untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang baik serta dapat mengembangkan cara berpikir siswa untuk lebih kritis dan kreatif dalam hubungan bermasyarakatnya. Oleh karena itu, guru harus dapat memberikan dukungan serta bimbingan sebagai pemecahan masalah yang ada di kelas agar siswa lebih aktif, kritis dan kreatif.

Berdasarkan pencapaian hasil belajar murid, hasil belajar tersebut masih tergolong rendah, karena dipengaruhi oleh metode atau model pembelajaran yang digunakan, selain itu, pada proses pembelajaran IPS di kelas masih menggunakan ceramah dan belum menerapkan model pembelajaran yang bervariasi, guru masih mendominasi aktivitas di dalam kelas, sehingga murid kurang aktif selama proses pembelajaran dan masih melakukan aktivitas lain dari perintah guru.

Melihat kondisi tersebut, peneliti bersama guru kelas dan peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe bamboo dancing yang diharapkan dapat

(49)

membantu guru mengaktifkan kegiatan murid sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPS. Selanjutnya dapat memberikan masukan dan saran bagi guru untuk selalu menerapkan pembelajaran yang bervariatif dan menyenangkan agar murid lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Alur kerangka berpikir secara lebih rinci dapat dilihat dalam peta konsep di bawah ini:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

1. Guru: belum menerapkan model pembelajaran yang bervariasi untuk menarik minat siswa

2. Murid: masih melakukan aktivitas lain dari perintah guru.

3. Hasil Belajar : belum optimal, hanya 10 siswa dari 25 siswa di kelas IV yang memenuhi KKM, sedangkan 15 lainnya belum mencapai KKM (75)

Tindakan

Penerapan model Bamboo Dancing dengan langkah-langkah: 1. Pembagian kartu materi yang berisi materi diskusi kelompok. 2. Separuh kelas baris berjajar di depan kelas.

3. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran pertama. 4. Dua murid yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.

5. Kemudian satu atau dua murid yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung jajaran lainnya di kelompoknya. Jajaran ini kemudian bergeser.

Kondisi Akhir 1. Ketuntasan klasikal hasil belajar ranah kognitif sebesar ≥85 %.

Hasil belajar ranah afektif spiritual meningkat dengan kriteria baik. Afektif sosial meningkat dengan kriteria baik. Dan ranah

psikomotorik meningkat dengan kriteria baik. Kondisi awal

(50)

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori, kajian empirisdan kerangka berfikir yang telah dikemukakan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Jika model kooperatif bamboo dancing diterapkan maka hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa pada mata pelajaran IPS dapat menigkat.

(51)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merpakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2016:1)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang memaparkan sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut”. Menurut Aqib (2011) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar murid meningkat.

Jadi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan jenis penelitian yang menjelaskan proses dan hasil guna meningkatkan kualitas pembelajaran. Pada penelitian tindakan kelas ini, digunakan analisis kuantitatif. Menurut Sugiono (2015:13) “ metode kuantitatif merupakan metode penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik”.

Menurut Arikunto (2016:1) tahapan penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahap, secara rinci sebagai berikut:

1. Perencanaan

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pada PTK dimana peneliti dan guru adalah orang yang berbeda, dalam tahap menyusun rancangan harus ada kesepakatan antara guru yang akan melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan.

(52)

2. Tindakan (pelaksanaan)

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas.

3. Observasi (pengamatan)

Obsevasi adalah kegiatan pengamatan ( pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pengamatan ini dapat dilaksanakan dengan pedoman pengamatan, catatan lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas di kelas, penggambaran interaksi dalam kelas, atau alat perekam elektronik. Pengamatan sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas, dan proses lainnya.

4. Refleksi

Refleksi ialah perbuatan merenung atau memikirkan sesuatu atau upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator yang terkait dengan suatu PTK. Refleksi ini dilakukan secara kolaboratif, yaitu adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Dengan demikian refleksi dapat itentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasilobservasi. Berdasarkan refleksi ini pula suatu perbaikan tindakan (replanning) selanjutnya ditentukan.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa. Jl. Lintas Sumbawa-Bima KM.22 Desa Lopok, Kecematan Lopok, Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat.

(53)

2. Subjek penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah 25 orang murid kelas IV SD Negeri 1 Lopok Kabupaten Sumbawa tahun pelajaran 2020/2021.

C. Defenisi Operasional

Adapun faktor-faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran Bamboo Dancing, yaitu suatu model yang di desain dari sebuah tarian yaitu tari bambu yang berasal dari Negara fhilphina yang kemudian dikembangkan menjadi sebuah model pembelajaran yaitu bamboo dancing.

2. Hasil belajar, merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.

3. IPS, merupakan suatu mata pelajaran yang mempelajari kehidupan social yang mengintegrasikan bidang-bidang ilmu sosialdan humaniora.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan,pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada penelitian ini peneliti bersama guru mengupayakan 2 siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan.

Adapun langkah-langkah atau prosedur penelitian tindakan kelas yaitu: 1. Siklus Pertama

a. Tahap perencanaan

Dalam tahapan perencanaan ini peneliti melakukan identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah yaitu:

(54)

1) Menelaah Kurikulum IPS kelas IV yang sedang berjalan.

2) Merencanakan pembelajaran IPS yang akan diterapkan dalam PBM dengan menerapkan model pembelajaran Bamboo Dancing.

3) Menentukan pokok bahasan.

4) Menyusun RPP dengan menerapkan model pembelajaran Bamboo Dancing.

5) Menyiapkan sumber belajar. 6) Membuat lembar kerja murid.

7) Membuat format evaluasi untuk melihat apakah hasil belajar IPS murid kelas IV dapat meningkat.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Dalam tahapan pelaksanaan, peneliti dalam memberikan materi pembelajaran selalu berpedoman pada RPP yang telah dibuat. Adapun tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah:

1) Melaksanakan tahapan-tahapan pembelajaran ( kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir).

2) Mengumpulkan data pengetahuan awal dan mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi peneliti dalam pembelajaran IPS di kelas.

3) Guru kelas sebagai obsever mengklasifikasi kesulitan-kesulitan peneliti dalam pembelajaran IPS di kelas dan pengembangan konsep murid dengan menerapkan model pembelajaran bamboo dancing.

c. Observasi

1) Melakukan observasi dengan memakai format observasi. 2) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format RPP.

(55)

d. Refleksi

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilkukan yang meliputi evaluasi hasil belajar murid.

2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi bersama dengan murid.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

4) Evaluasi tindakan pertama. 2. Siklus kedua

Berdasarkan hasilevaluasi pada pada siklus pertama, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar, aktivitas peneliti maupun aktivitas murid. Seperti halnya pada siklus pertama, pada siklus kedua diawali dengan menyusun rencana perbaikan yang nantinya akan diimplementasikan dalam pelaksanaan kegiatan pada siklus kedua. Dalam pelaksanaannya peneliti bersama guru selaku observer melakukan refleksi, menganalisis hasil tes siklus pertama dan menrancang ulang scenario pembelajran pada siklus kedua.

Tahapan siklus kedua ini peneliti membuat rencana perbaikan pembelajaran dan lembar observasi. Setelah kegiatan pembelajaran pada tahap siklus kedua ini selesai, seperti biasan peneliti melakukan tes ulang dengan materi yang sama terhadap murid.

Hasil yang diperoleh dari siklus ini, diharapkan akan lebih baik dari siklus sebelumnya. Selanjutnya akan diadakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan pembelajaran IPS dengan menggunakan keterampilan proses.

(56)

Gambar 3.1

Siklus PTK (Arikunto:2016)

E. Instrument Penelitian 1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar diambil dengan menggunakan tes akhir pada setiap akhir siklus. Terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda dan 5 butir soal isian.

2. Lembar Observasi

Tahap observasi perlu dilakukan karena adanya data- yang mendukung penelitian yang diambil dengan menggunakan lembar observasi. Penggunaan

Gambar

Gambar           Halaman
Gambar 2.1  Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 KKM  Sumber: Data Sekolah
Tabel 4.1  Hasil Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan pendekatan Jigsaw pada siswa kelas IV SD Negeri 01 Sidomukti

Berdasarkan hasil tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Bamboo Dancing dapat meningkatkan minat belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri

Berdasarkan hasil tersebut, penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Bamboo Dancing dapat meningkatkan minat belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada guru wali kelas IV SD Negeri Pandak 1 Sidoharjo, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa terhadap mata

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV dengan metode Think Pair Share (TPS).Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SDN

Pada pelaksanaan tindakan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPS di kelas IV SD terdiri dari 6

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa, keterampilan guru, dan hasil belajar IPS Kelas IV SD Mintobasuki 02 melalui Model

Hambali & Raiyana| Upaya meningkatkan hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri 2 Nisam pada materi penggolongan hewan 11 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 2