• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kurikulum 2013

3. Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, yang notabene menitik beratkan pada keaktifan peserta didik atau siswa (student centered approach), maka beberapa model pembelajaran yang dipandang sejalan dan cocok dengan prinsip- prinsip pendekatan saintifik/ilmiah anatara lain model pembelajaran Discovery Learning, Problem Based Learning, Project Based Learning, dan model pembelajaran Kooperatif. Berikut ini akan dijelaskan tentang model-model di atas:

(1)Discovery Learning(Model Pembelajaran Penemuan)

Suwangsih dan Tiurlina (2006: 203) menyatakan bahwa “metodediscoveryadalah metode menagajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri”.

Sementara itu, Sani (2013: 220) menyatakan bahwa, discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajaran doiscovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru untuk lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penulis menyimpulkan bahwa metode discovery merupakan proses belajar dimana siswa berperan aktif untuk menemukan informasi dan memperoleh pengetahuannya sendiri dengan pengamatan atau diskusi dalam rangka mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.

47

Suryosubroto (2009: 184-185) mengemukakan langkah-langkah metode discoverysebagai berikut:

1. Identifikasi kebutuhan siswa.

2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep generalisasi yang akan dipelajari.

3. Seleksi bahan, dan problema atau tugas-tugas. 4. Membantu memperjelas

a. Tugas atau problema yang akan dipelajari. b. Peranan masing-masing siswa.

5. Mempersiapkansettingkelas dan alat-alat yang diperlukan.

6. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.

7. Memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penemuan.

8. Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan oleh siswa. 9. Memimpin analisis sendiri (self anlysis) dengan pertanyaan yang

mengarahkan dan mengidentifikasi proses.

10. Merangsang terjadinya interaksi antarsiswa dengan siswa.

11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan. 12. Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil

penemuannya.

Menurut Bruner dalam Winataputra (2008:3.19), tahap-tahap penerapan belajar penemuan, yaitu: (1) stimulus (pemberian perangsang/stimuli), (2) problem statement(mengidentifikasi masalah), (3) data collection(pengumpulan data), (4) dataprocessing(pengolahan data), (5) verifikasi, dan (6) genaralisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa metode discovery dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (1) stimulus (memberikan pertanyaan atau menganjurkan siswa untuk mengamati gambar maupun membaca buku mengenai materi), (2) problem statement (memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis), (3) data collection (memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi), (4) data processing (mengolah data yang telah diperoleh oleh siswa), (5) verifikasi (mengadakan pemeriksaaan secara cermat

untuk membuktian benar tidaknya hipotesis), dan (6) generalisasi (mengadakan penarikan kesimpulan).

(2)Problem Based Learning(Pembelajaran Berbasis Masalah)

Arends (2008 : 57) “pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model

pembelajaran dengan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik pada masalah autentik peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi, inkuiri dan

memandirikan peserta didik”.

Sejalan dengan itu Suyatno (2009: 58) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge)untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru.

Berdasarkan para ahli, penulis menyimpukan pembelajaran problem based learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkan keterampilan berpikir kritis, inkuiri, pemecahan masalah dan mandiri.

Langkah-langkah dalam pembelajaran PBL dirumuskan oleh Nurhadi, dkk (2004: 60) yang terdiri dari 5 tahapan utama sebagai berikut:

1. Tahap orientasi siswa pada masalah: pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa aktif, dan memecahkan masalah.

2. Tahap mengorganisasi siswa untuk belajar: Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3. Tahap membimbing penyelidikan individual dan kelompok: Mendorong siswa mengumpulkan informasi dan berekspresi untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4. Tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya: Membantu siswa menyiapkan presentasi dan hasil karya siswa berupa laporan,model atau karya visual yang lainnya

49

5. Tahap menganalisis dan mengevaluasi proses: Membantu mengevaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikanserta proses pemecahan masalah

(3)Project Based Learning(Pembelajaran Berbasis Proyek)

Kemendikbud (2013) “pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar

yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengelamannya dalam

beraktifitas secara nyata”.

Kurniasih (2014: 93) menjelaskan “pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) atau yang sering disingkat dengan PjBL adalah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar”.

Dari pendapat-pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

The George Lucas Educational Foundation 2005 menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dalam model pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: 1) Start With the Essential Question (pembelajaran dimulai dengan pertanyaan

essensial, yaitu pertanyaan dapat mengeksplorasi pengetahuan awal siswa serta memberi penugasan dalam melakukan suatu aktivitas.

2) Design a Plan for the Project (perencanaan proyek yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa, guru membantu siswa untuk menentukan judul proyek yang sesuai engan materi).

3) Create a Schedule (tahap ketika guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek).

4) Monitor the Students and the Progress og the Project (guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek).

5) Assessthe Outcome (penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar tujuan belajar).

6) Evaluasi the Experience (guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil akhir proyek yang sudah dijalankan).

(4)Cooperative Learning(Pembelajaran kooperatif)

Suprijono (2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih

luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran

Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.

Sementara itu Salvin dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan bahwa “In cooperative learning methods, students work together in four member teams

to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar.

51

Dari beberapa pengertian menurut para ahli penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Ibrahim (2000: 10) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu:

1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. 2) Menyajikan informasi

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar. 4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

5) Evaluasi

6) Memberikan penghargaan

Dokumen terkait