Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas maupun dalam bentuk tutorial, pemberian materi-materi pembelajaran termasuk buku-buku, program media komputer dan studi jangka panjang Rusman (2011). Jadi menurut penulis model pembelajaran adalah bentuk atau pola perencanaan pembelajaran yang digunakan sebagai fasilitas dalam memediasi anak belajar sehingga anak dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Rusaman (2011) mengatakan model pembelajaran terdiri atas lima model, yaitu model interaksi sosial, model pemrosesan informasi, model personal, model modifikasi tingkahlaku dan model pembelajaran kontekstual. Dalam hal ini, penulis akan membahas tiga model pembelajaran yang dianggap penulis mendukung tulisan ini. yaitu:
Pertama, model pembelajaran interaksi sosial. Model ini didasari oleh teori belajar Gestlt. Dimana model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis
bermakna bila materi diberikan secara utuh. Aplikasi Teori Gestlt dalam pembelajaran adalah:
1. Pengalaman insight/ Tilikan. Dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya memiliki kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek.
2. Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya yang akan datang.
3. Perilaku bertujuan. Pembelajaran terjadi karena siswa memiliki harapan tertentu. Sebab itu pembelajaran akan berhasil bila siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
4. Prinsip ruang hidup. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan di mana siswa berada.
Model perlengkapan interaksi sosial memiliki enam strategi pembelajaran, namun penulis hanya memaparkan tiga strategi yang menurut penulissejalan dengan tulisan ini yaitu:
Pertama kerja kelompok bertujuan untuk mengembangkan keterampilan, berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan skills dalam bidang akademik. Kedua, pertemuan kelas yang bertujuan untuk mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok. Ketiga, pemecahan
masalah sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis.
Kedua, model pembelajaran personal. Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan diri individu. Perhatian utamannya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan perbadi siswa yang mampu membantuk hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.
Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual dan berperan sebagai pendorong.
Suciati dan Prasetya (2001) dalam Asri Budiningsi (2012) mengemukakan acuan langkah-langkah pembelajarannya yaitu: menentukan tujuan-tujuan pembelajaran, menentukan materi pembelajaran, mengidentifikasi kemampuan awal siswa, mengidentifikasi topik-topik pembelajaran yang memungkinkan siswa secara efektif melibatkan diri atau memahami dalam belajar. Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran,
siswa untuk memahami hakekat makna dari pengalaman belajarnya dan membimbing siswa dalam mengaplikasi konsep-konsep baru ke situasi nyata serta mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Ketiga, yaitu model pembelajaran kontekstual (CTL). Pendekatan CTL adalah keterikatan setiap materi atau pembelajaran dengan kehidupan nyata. Di mana teoritik dan kemampuan aplikatif yang bersifat prakstis berjalan beriringan. Oleh sebab itu pendekatan CTL dalam mengajar bukan mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata. Akan tetapi, lebih ditekankan pada memfasilitasi siswa untuk mecari kemampuan untuk hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 komponan pokok yang harus dikembangkan guru Hamurni (2012) yaitu:
1. Konstruksivisme
Konstuksivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasar pada pengalaman.
2. Inkuiri
Inkuiri berarti proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukan sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Balajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seorang dalam berpikir.
4. Masyarakat belajar
Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik melalui kelompok belajar secara formal maupun secara alamiah. Hasil belajar dapat diperoleh dari sharing dengan orang lain, antar teman, antar kelompok; saling memberi masukan dan berbagi pengalaman.
Masyarakat belajar dalam pendekatan CTL sangat memungkinkan memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas.
5. Pemodelan
Modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.
6. Refleksi
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Serta dapat mengambil makna dari setiap kejadian yang dialami.
7. Penilaian nyata
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan intelektual maupun mental siswa.
Penelitian Inra Arfianto (2011) menemukan bahwa pemanfaatan internet telah diterapkan oleh pamong belajar dan siswa SKB. Siswa mulai menggunakan internet secara sehat untuk mencari reverensi tugas, dan bagi para pegewai juga memanfaatkan untuk menunjang pekerjaan mereka.
Hasil penelitian Raharjo dkk (2010) menemukan bahwa kemampuan tutor dalam mengelola pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam mencapat standar kompetensi yang diharapkan. Peran tutor dalam pendidikan kesetaraan adalah sangat strategis untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.
Penelitian Fahmi (2008) di pendidikan berbasis masyarakat Rumah Pengetahuan Atmartya, Bantul menemukan konsep pendidikan brebasis masyarakat RPA untuk menghilangkan diskriminasi dalam pendidikan, memanfatkan kesempatan memperoleh pendidikan bagi kalangan masyarakat miskin dan mendekatkan proses pendidikan denggan realitas kehidupan. Dua pengertian tentang pendidikan berbasis masyarakat yang berjalan di RPA yaitu pertama pendidikan yang bertumbuh, digerakkan dan dikelola oleh masyarakat dan kedua pendidikan berangkat dari kebutuhan ril masyarakat. Tujuan pendidikan berbasis masyatakat RPA adalah mendaya
gunakan akses memperoleh pendidikan bagi masyarakat miskin secara gratis, menumbuhkan pemahaman dan kesadaran bagi masyarakat akan realitas sosial, politik dan ekonomi dengan melibatkan mereka pada proses pendidikan.
Perubahan kurikulum oleh pendidikan non formal dapat didasarkan oleh beberapa pertimbangan. Berdasarkan riset para ahli kurikulum (Fullan 1982, 1987; Miles 1987; Smith & Lovat 1991; Print 1988) dalam Nasir (2009) bahwa terdapat empat tahap dasar proses perubahan kurikulum yaitu pertama kebutuhan, kedua adopsi, ketiga implementasi dan keempat pelembagaan berkesinambungan. Perubahan kurikulum berdasarkan kebutuhan (need), dikarenakan adanya perhatian, ketidakpuasan atau kebutuhan dengan kurikulum yang sudah berjalan. Bisa dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan non formal bersumber pada guru, orang tua, siswa, pengurus-pengurus, sistem bidang pendidikan atau didasarkan pada penggabungan sumber-sumber.