BAB II Penyusunan Kerangka Teoretik Dan Pengajuan Hipotesis
F. Model Pembelajaran Konvensional
Model pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah metode ekspositori. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu seperti definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran yang mengarah kepada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Syamsudin Makmun mengemukakan bahwa guru menyajikan bahan dalam bentuk yang lebih dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teatur dan tertib.37 Guru memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Guru lebih banyak melakukan aktivitas dibandingkan siswa-siswanya. Sebaliknya, “para
37
siswa berperan lebih pasif, tanpa banyak melakukan kegiatan pengolahan bahan, karena menerima bahan ajaran yang disampaikan guru”.38 Dalam metode ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan guru.
Metode ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi. Pada metode ekspositori siswa belajar lebih efektif dari pada metode ceramah. Siswa mengerjakan latihan soal sendiri, mungkin juga saling bertanya dan mengerjakan bersama dengan temannya atau disuruh membuatnya di papan tulis, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan menjelaskan kembali secara klasikal. ”Metode mengajar yang biasa digunakan dalam pengajaran ekspositori, adalah metode ceramah dan demonstrasi”.39
Terdapat beberapa karakteristik dan ciri-ciri dari metode ekspositori, yaitu:
1. Srtategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentifikasikannya dengan ceramah.
2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, onsep-konsep tertentu yang harus dihapal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan maeri pelajaran itu
sendiri, artinya setelah proses pembelajaran berakhir, siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.40
Ciri umum dari metode ekspositori adalah definisi dan teorema disajikan oleh pengajar, contoh soal diberikan oleh pengajar dan kemudian latihan soal. Secara garis besar, pelaksanaannya kurang menekankan aktivitas fisik siswa, yang diutamakan adalah aktivitas mental siswa, sehingga banyak
38
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta:Rineka Cipta, 2003), Cet. I, h.43
39
R. Ibrahim dan nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran,… h.43. 40
http://www.papantulisku.com/2010/02/strategi-pembelajaran-ekspositori_08.html/11 november 2010
orang beranggapan bahwa metode ekspositori menghasilkan belajar menghafal dan kurang efektif belajar bermakna.
Secara umum metode ekspositori sama dengan cara mengajar biasa (tradisional), “namun di dalam metode ekspositori demonstrasi guru berkurang, guru tidak terus berbicara, guru hanya menjelaskan pada bagian-bagian yang diperlukan saja”.41 Seperti di awal pembelajaran, “menjelaskan konsep-konsep dan prinsip baru, pada saat memberikan contoh kasus di lapangan dan sebagainya”.42
Secara garis besar prosedurnya pembelajaran dengan ekspositori sebagai berikut:
1) Persiapan (preparation) yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematik dan rapi.
2) Pertautan (apperception) bahan terdahulu.
3) Penyajian (presentation) terhadap bahan yang baru.
4) Evaluasi (resitation) yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari.43
Pada metode pengajaran terdapat keunggulan dan kelemahan dalam tiap jenisnya. Begitu juga dalam pembelajaran menggunakan metode ekspositori, terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan.
Beberapa keunggulan metode ekspositori adalah: 1. Guru mudah menguasai kelas.
2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk kelas. 3. Dapat didikuti oleh jumlah siswa yang besar. 4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakanya. 5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.44 Sedangkan beberapa kelemahan dari metode ekspositori adalah:
1. Metode ini hanya mungkin dapat dilakuakan pada siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. 2. Tidak dapat melayani perbedaan setiap individu baik dalam
kemampuan, pengetahuan, minat, bakat, serta gaya belajar.
41
Erman suherman, et.al, Strategi Pembelajaran…,h.203. 42Syaiful Sagala, Konsep dan…,h.79.
43Syaiful Sagala, Konsep dan…,h.79. 44
3. Sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4. Guru memegang peran yang dominan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran.
5. Pembelajaran bersifat satu arah yaitu berasal dari apa yang disampaikan guru saja sehingga akan sulit untuk mengetahui sudah sejauh apa pemahaman siswa terhadap bahan ajar, juga dapat membatasi pengetahuan siswa hanya sebatas apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas.45
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode ekspositori yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengkombinasikan metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi dan pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara individual atau kelompok.
G. Penelitian yang Relevan
1. Hasil penelitian Risqi Kurnia Budiati (2009) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Make A Match (PTK pembelajaran matematika siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Kudus)” diperoleh kesimpulan bahwa: a) kemampuan mengajukan pertanyaan sebelum tindakan sebesar 9,52% dan setelah tindakan sebesar 69,05%, b) kemampuan menjawab pertanyaan sebelum tindakan sebesar 21,43% dan setelah tindakan sebesar 73,80%, c) kemampuan mengemukakan ide tau pendapat sebelum tindakan sebesar 14,28% dan setelah tindakan sebesar 52,38%, d) kemampuan mengerjakan soal di depan kelas sebelum tindakan sebesar 35,71% dan setelah tindakan sebesar 83,33%, dan e) kemampuan menyanggah atau menyetujui ide teman sebelum tindakan sebesar 16,67% dan setelah tindakan sebesar 61,90%.
2. Hasil penelitian Amanatus Sholihah (2009) yang berjudul “Penerapan Based Learning (PBL) dan Make A Match Untuk Meningkatkan Aktivitas
45
Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP Wahid Hasyim Malang Pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Satu Variabel” penelitian ini menemukan bahwa hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa siklus 1 banyak siswa yang tuntas belajar dengan subpokok bahasan membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan PLSV adalah 73,4%. Berdasarkan kekurangan-kekurangan pada siklus 1, maka dilakukan beberapa perbaikan pada siklus 2 yaitu meningkatkan pengelolaan kelas dan pemberian motivasi belajar yang lebih. Pada siklus 2 banyaknya siswa yang tuntas belajar dengan subpokok bahasan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan PLSV menjadi 82,3%. Menrut ketuntasan pembelajaran yang di tetapkan pada SMP Wahid Hasyim Malang, pelaksanaan pembelajaran dikatakan emndukung atau berhasil apabila sekurang-kurangnya 80% siswa mendapat nilai minimal 65 sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan Problem Based Learning dan Make A Match dalam penelitian ini berhasil. Hal ini dapat diperkuat dengan hasil observasi aktivitas yang masuk dalam kategori sedang pada siklus 1 dan masuk pada kategori baik pada siklus 2.
H. Kerangka Berpikir
Salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika adalah siswa paham konsep/materi pembelajaran yang diberikan. Pemahaman terhadap suatu konsep dapat mempermudah siswa untuk memahami konsep yang akan dia pelajari selanjutnya. Hal ini disebabkan karena konsep dalam matematika memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan memahami konsep, siswa akan mudah memahami matematika.
Pada kenyataannya, tujuan penting dalam pembelajaran matematika tersebut belum sepenuhnya tercapai. Siswa belum sepenuhnya memahami konsep yang dipelajari atau siswa salah dalam memahami konsep-konsep tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep-konsep siswa belum maksimal.
Kesalahan konsep yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh faktor guru atau siswa. Faktor guru, di antaranya adalah karena guru tidak menguasai pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi. Selain itu, yang menyebabkan kesalahan konsep dalam pembelajaran matematika adalah guru kurang menguasai inti materi yang diberikan. Sedangkan dari faktor siswa, di antaranya adalah karena siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika sehingga siswa tidak memperhatikan materi dan akhirnya tidak memahami konsep. Penyebab lainnya adalah karena siswa hanya menghapal rumus atau konsep, bukan memahaminya. Akibatnya, siswa tidak dapat menggunakan konsep tersebut dalam situasi yang berbeda.
Selama ini metode pembelajaran yang biasa digunakan guru adalah metode konvensional, guru mendominasi kegiatan siswa yang menyebabkan siswa selalu pasif sedangkan guru aktif bahkan segala inisiatif dari guru. Sedangkan bentuk masalah yang diberikan kepada siswa adalah masalah pemberian tugas atau pekerjaan rumah (PR). Hal ini menyebabkan kurangnya perhatian siswa dalam belajar sehingga siswa kurang memahami atau menarik kesimpulan dari informasi konsep yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan penjelasan tersebut, perlu diterapkan suatu metode yang berbeda dalam pemberian masalah/soal untuk mencapai hasil yang maksismum dalam pembelajaran matematika. Metode yang dapat digunakan adalah metode make a match yaitu metode yang bisa dibilang beda dengan metode yang lain. Metode ini selain bermanfaat memperdalam pemahaman materi atau konsep matematika, metode make a match juga bisa dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan permainan, sehingga ketika metode ini diterapkan, suasana proses pembelajaran akan terkesan menyenangkan, dan metode ini dilakukan secara berulang-ulang, setelah satu sesi berjalan, kartu akan dikocok kembali sehingga siswa akan mendapatkan jenis soal yang berbeda dari sebelumnya, sehingga siswa akan memahami berbagai jenis soal. Penerapan metode make a match diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran matematika. Model
pembelajaran kooperatif metode make a maatch digunakan untuk menjadikan siswa aktif dan lebih dapat mengkonstruksi belajarnya secara mandiri, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep matematika.
I. Pengajuan Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan pemilihan pokok masalah yang diajukan dan kerangka teori yang melandasi penelitian ini, maka perumusan hipotesis penelitian ini adalah pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif metode make a match lebih tinggi daripada pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori.