• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur pada kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Tukiran (2012: 55) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur.

“Strategi pembelajaran kooperatif memiliki dua komponen utama yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur intensif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk saling bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok Sanjaya (2016: 243)”.

Slavin mengemukakan dua alasan; (1) Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus

12

dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. (2) Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan Sanjaya (2016: 242)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaraan kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok yang menuntut kerjasama antar anggota kelompok dalam proses belajar mengajar.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik model pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2016: 244) antara lain:

1) Pembelajaran Secara Tim

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, dimana akan membuat setiap siswa belajar saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara bersama-sama.

Pembelajaran secara tim dapat melatih siswa untuk bersikap lebih aktif, lebih bersosialisasi dan lebih mementingkan kepertingan tim dari kepentingan diri sendiri.

2) Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki fungsi manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan organisasi, dan kontrol. Dalam fungsi perencanaan, fungsi perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, fungsi organisasi menunjukkan bahwa dalam kelompok perlu adanya pembagian tugas dan wewenang masing-masing anggota kelompok, fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran

harus sesuai dengan perencanaan yang dibuat melalui langkah-langkah pembelajaran yang disepakati bersama. Fungsi yang terakhir yaitu fungsi kontrol yang memiliki tujuan agar dalam pembelajaran kooperatif dapat ditentukan kriteria keberhasilan yang dicapai.

Didasarkan pada manajemen kooperatif artinya segala sesuatu baik dari perencanaan, pelaksanaan organisasi dan kontrol dilakukan atas keputusan bersama anggota kelompok.

3) Kemauan Untuk Bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh kelompok. Oleh karena itu, dalam kelompok perlu adanya kerjasama, saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pokok utama dari pembelajaran kooperatif adalah kemauan bekerjasama, apabila siswa tidak memiliki kemauan untuk bekerjasama maka pembelajaran kooperatif tidak akan tercapai.

4) Keterampilan Bekerja sama

Keinginan untuk bekerjasama dalam kelompok kemudian akan digambarkan dengan keterampilan. Siswa akan terdorong untuk memiliki kemampuan komunikasi melalui berbagai masalah yang dihadapi ketika berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Dengan adanya keinginan untuk saling bekerjasama maka akan timbul keterampilan sosial pada siswa.

c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Tukiran (2012: 60) tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran.

14

Menurut Depdiknas tujuan pembelajaran kooperatif yang pertama yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. sedangkan tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya (2016: 249) dalam pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu : 1) Kelebihan

a) Siswa tidak bergantung hanya kepada guru, akan tetapi dapat menambah kemampuan berpikir dari berbagai sumber serta belajar dari siswa lain.

b) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan secara verbal.

c) Pembelajaran kooperatif akan mendorong siswa untuk respek terhadap orang lain dengan menyadari akan segala keterbatasannya dan mau menerima segala perbedaaan.

d) Pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.

f) Dengan pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri.

g) Pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi lebih nyata.

h) Interaksi yang timbul dalam pembelajaran kooperatif dapat memicu peningkatan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

2) Kelemahan

a) Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk memahamkan kepada siswa tujuan dari pembelajaran kooperatif.

b) Perlunya peer teaching yang efektif agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik.

c) Prestasi yang diraih dari pembelajaran kooperatif adalah prestasi kelompok, sedangkan diharapkan pula prestasi individu siswa juga meningkat.

d) Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran kooperatif diperlukan lebih dari satu kali penerapan metode ini.

e) Selain kemampuan bekerjasama, kemampuan individual merupakan hal penting bagi seseorang. Oleh karena itu, tidak mudah untuk membangun kedua hal tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan, pemahaman, dan kemampuan sosial siswa di samping itu pembelajaran kooperatif juga memutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaannya.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check

Model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan tahun 1993.

Pada model ini siswa dilatih bekerja sama untuk mengerjakan soal-soal atau memecahkan masalah secara berpasangan, kemudian saling mengecek pekerjaan masing-masing pasangannya. Model pembelajaran Pair Check menuntut siswa untuk memiliki jiwa kritis yang tinggi dan tingkat ketelitian yang mendalam. Apabila kedua komponen ini bisa berjalan dengan baik, siswa akan lebih mudah dalam mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk memahami suatu pelajaran Irawati (2015: 755).

Sasmita (dalam Ahmad, 2016: 138) salah satu model yang melibatkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Pair

16

Checks ini merupakan salah satu cara untuk membantu siswa yang pasif dalam kegiatan kelompok, mereka melakukan kerjasama secara berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan.

Menurut Herdian (dalam Aris, 2016: 45) model Pair Check (pasangan mengecek) merupakan model pembelajaran dimana siswa saling berpasangan dan menyelesaikan masalah yang diberikan. Begitu juga penelitian dari Pamukkale (2008) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa dalam kursus.

Shoimin (2014) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan ide, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan benar. Sejalan dengan itu menurut Anita Lie (2004: 56) teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, model Pair Check merupakan model pembelajaran pengecekkan berpasangan yang dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan ide, pikiran, pengalaman dan pemahaman dan juga membuat siswa menjadi lebih aktif, dan mampu bekerja sama.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Menurut Shoimin Cooperative Learning tipe Pair Check mempunyai beberapa langkah sebagai berikut Edy (2016: 47).

1) Bagilah siswa di kelas ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 siswa

2) Bagi lagi kelompok-kelompok siswa tersebut menjadi berpasang-pasang. Jadi, akan ada partner A dan partner B pada kedua pasangan

3) Berilah setiap pasangan sebuah LKS untuk dikerjakan. LKS terdiri dari beberapa soal atau permasalahan (jumlahnya genap) 4) Berikan kesempatan pada partner A untu mengerjaan soal nomor 1, sementara partner B mengamati, memberi motivasi, membimbing (bila diperlukan) partner A selama mengerjakan soal nomor 1.

5) Bertukar peran, partner B mengerjakan soal nomor 2, dan partner A mengamati, memberi motivasi, membimbing (bila diperlukan) partner B selama mengerjakan soal nomor 2

6) Setelah 2 soal diselesaikan, pasangan tersebut mengecek hasil pekerjaan mereka berdua dengan pasangan lain yang satu kelompok dengan mereka

7) Setiap kelompok yang memperoleh kesepakatan (kesamaan pendapat/cara memecahkan masalah/menyelesaikan soal) 8) Guru memberikan reward pada kelompok yang berhasil

menjawab, guru juga dapat memberikan bimbingan bila kedua pasangan dalam kelompok mengalami kesulitan.

9) Langkah nomor 4, 5, dan 6 diulang lagi untuk menyelesaikan soal nomor 3 dan 4, demikian seterusnya sampai semua soal pada LKS selesai dikerjakan setiap kelompok.

Menurut Depdiknas Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Pair Chekcs yang telah dimodivikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check adalah sebagai berikut Nurhidayah (2016: 78-79).

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Guru membagi kelompok yang terdiri dari 2 siswa berpasangan, dengan peran seorang siswa sebagai patner (bertugas menjawab soal) dan seorang lagi berperan sebagai pelatih (bertugas mengecek jawaban patner).

3) Guru membagikan soal kepada patner, kemudian patner menjawab soal (setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu pelatih untuk mengecek jawaban patner).

4) Pelatih mengecek jawaban patner (siswa yang menjawab soal).

5) Guru menukar peran (patner menjadi pelatih dan pelatih menjadi patner).

6) Guru memberikan soal kepada patner yang kedua, patner menjawab soal.

7) Pelatih mengecek jawaban patner.

8) Guru memberikan kesempatan kepada setiap pasangan untuk membandingkan dan mendiskusikan jawabannya.

18

9) Guru mengarahkan jawaban soal yang telah dikerjakan sesuai konsep.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pair Check 1) Kelebihan

Menurut Nurhidayah (2016: 79) kelebihan model pembelajaran Pair Check yaitu dengan model pembelajaran ini siswa dapat (a) dipandu belajar melalui bantuan rekan, (b) menciptakan saling kerjasama antar siswa, (c) dapat meningkatkan pemahaman konsep atau proses, (d) dapat melatih kemampuan berkomunikasi.

Menurut Shoimin kelebihan model pembelajaran tipe Pair Check antara lain :

a) Melatih siswa untuk bersabar, yaitu memberikan waktu pasangannya untuk berfikir dan tidak langsung memberikan jawaban (menjawabkan) soal yang bukan tugasnya.

b) Melatih siswa memberikan dan menerima motivasi dari pasangan secara tepat dan efektif.

c) Melatih siswa untuk bersikap terbuka terhadap kritikan atau saran yang membangun dari pasangannya atau pasangan lainnya dalam kelompoknya

d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membimbing orang lain (pasangannya)

e) Melatih siswa untuk bertanya dan meminta bantuan kepada orang lain (pasangannya) dengan cara yang baik, bukan langsung meminta jawaban, tetapi lebih kepada cara-cara mengerjakan soal/

menyelesaikan masalah

f) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menawarkan bantuan atau bimbingan pada orang lain dengan cara yang baik

g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menjaga ketertiban kelas (menghindari keributan yang mengganggu suasana belajar)

h) Belajar menjadi pelatih dengan pasangannya i) Menciptakan saling kerja sama diantara siswa j) Melatih komunikasi (Aris, 2016: 45)

2) Kelemahan

Disamping memiliki kelebihan model pembelajaran Pair Check juga memiliki kelemahan. Shoimin mengemukakan bahwa kelemahan model pembelajaran Pair Check adalah: a) membutuhkan waktu yang lebih lama;

b) membutuhkan keterampilan siswa untuk menjadi pembimbing pasangannya Edy (2016: 47). Sejalan dengan hal itu Nurhidayah (2016: 79) mengemukakan bahwa kekurangan model pembelajaran Pair Check adalah : (a) memerlukan banyak waktu untuk melaksanakan model pembelajaran ini, (b) siswa memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih (mengecek jawaban).

4. Pembelajaran Fisika

Pada penelitian ini pokok pembahasan yang diambil adalah pesawat sederhana pada tingkat SMP kelas VIII. Berikut Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2017 yang digunakan pada penelitian ini :

a. Kompetensi Inti

KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong) santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

KI-3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajarinya disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori

20

b. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.3 Menjelaskan

3.3.1 Menjelaskan konsep usaha 3.3.2 Memberi contoh usaha 3.3.3 Menghitung besar usaha

3.3.4 Menghitung besar jarak benda yang dikenai usaha

3.3.5 Menghitung besar daya

3.3.6 Mengidentifikasi jenis-jenis pesawat sederhana

3.3.7 Menjelaskan jenis-jenis katrol 3.3.8 Menjelaskan penggunaan katrol

dalam kehidupan sehari-hari 3.3.9 Menjelaskan pengertian roda

berporos

3.3.10 Menjelaskan penggunaan roda berporos dalam kehidupan sehari-hari

3.3.11 Menjelaskan pengertian bidang miring.

3.3.12 Menghitung keuntungan mekanik pada bidang miring

3.3.13 Menjelaskan jenis-jenis pengungkit

3.3.14 Menjelaskan penggunaan pengungkit jenis pertama, kedua dan ketiga dalam kehidupan

4.3.1 Mengidentifikasi permasalahan di lingkungan sekitar yang dapat diatasi dengan menggunakan pesawat sederhana

4.3.2 Mengajukan suatu usulan penerapan pesawat sederhana untuk memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari yang belum diatasi dengan menggunakan pesawat sederhana

(Sumber: Buku Guru IPA kelas VIII SMP/MTs kurikulum 2013 edisi revisi 2017)

Dokumen terkait