• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) pada Jurusan Tadris Fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) pada Jurusan Tadris Fisika"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA KELAS VIII SMP N 3 BATUSANGKAR

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) pada Jurusan Tadris Fisika

LAILANI AZARI NIM: 14 107 016

JURUSAN TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR 2019

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Lailani Azari. NIM. 14 107 016. Judul Skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Kelas VIII SMP N 3 Batusangkar”. Jurusan Tadris Fisika Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar 2019.

Masalah yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kemampuan pemahaman konsep fisika siswa disebabkan oleh pendekatan mengajar guru yang kurang dapat membuat siswa menjadi aktif dalam pembelajaran dan siswa masih terbiasa belajar dengan model penghafalan rumus bukan dengan pemahaman konsep. Dalam penelitian ini untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa ada tujuh kriteria yang perlu diperhatikan yaitu (1) menyatakan ulang sebuah konsep, (2) mengklasifikasikan objek, (3) memberikan contoh dan non contoh dari konsep, (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, (5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, (6) memanfaatkan dan menggunakan prosedur atau operasi tertentu, dan (7) mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, dengan teknik pengambilan sampel yaitu teknik Probability sampling yaitu teknik simple random sampling.Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling yang menghasilkan dua kelas sampel yaitu kelas VIII.3 sebagai kelas eksperimen dan VIII.4 sebagai kelas kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep fisika siswa kelas VIII SMP N 3 Batusangkar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check.

Pengumpulan data menggunakan tes uraian dengan soal sebanyak 7 butir.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa kemampuan pemahaman konsep fisika siswa kelas eksperimen lebih baik dari siswa kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 79,93 dengan persentase ketuntasan 77%, sedangkan pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata sebesar 68,86 dengan persentase ketuntasan 54%. Pada penelitian ini juga dilakukan uji hipotesis dengan uji-t. Pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh t tabel sebesar 1,684 dan thitung sebesar 2,4724, karena atau (2,4724 1,684) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa “kemampuan pemahaman konsep fisika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check lebih baik dari kemampuan pemahaman konsep fisika siswa dengan pembelajaran konvensional”.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Pair Check, Pemahaman Konsep

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Kelas VIII SMP N 3 Batusangkar”. Shalawat beriringan salam peneliti ucapkan agar disampaikan pada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah sampai ke zaman yang berilmu pengetahuan dan penuh kebaikan seperti saat sekarang ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Tadris Fisika Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapat bantuan, dorongan, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku pembimbing I dan Ibunda Dewi Sasmita, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing, membina dan mengarahkan dengan sabar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibunda Venny Haris, M.Si selaku penguji I dan Ibunda Novia Lizelwati, M.Pfis selaku penguji II yang telah mengarahkan dan memberikan masukan-masukan yang berharga dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibunda Venny Haris, M.Si selaku ketua jurusan Tadris Fisika IAIN Batusangkar.

4. Penasehat akademik, Ibunda Kuntum Khaira, M.Si yang selalu memberikan semangat dan motivasi demi selesainya skripsi ini.

5. Bapak Dr. Kasmuri, M.A selaku Rektor IAIN Batusangkar.

(7)

iii

6. Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar.

7. Bapak Syafrizal, M.Pd dan Ibunda Yeni Marnis, S.Pd selaku validator instrumen penelitian.

8. Bapak dan Ibu dosen Fisika IAIN Batusangkar yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama mengikuti proses perkuliahan di IAIN Batusangkar.

9. Keluarga besar SMP N 3 Batusangkar khususnya seluruh anggota kelas VIII.3 dan VIII.4 yang telah membantu dan mendukung peneliti selama melaksanakan penelitian.

10. Orang tua peneliti yang senantiasa memberikan dukungan, do’a dan motivasi agar mampu menyelesaikan skripsi ini.

11. Rekan-rekan mahasiswa Tadris Fisika angkatan 2014 yang senantiasa membantu dan menemani peneliti dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi.

12. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak mungkin peneliti tuliskan satu persatu.

Semoga Allah membalas segala bantuan yang telah diberikan dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda. Peneliti menyadari bahwa pada skripsi ini masih terdapat kelemahan-kelemahan, oleh sebab itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dalam upaya menyelenggarakan proses pembelajaran yang sebaik-baiknya.

Batusangkar, 1 Februari 2019 Peneliti

Lailani Azari NIM. 14 107 016

(8)

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Definisi Operasional... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

1. Pembelajaran Fisika ... 10

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 13

d. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif . 14 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check ... 15

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check 15 b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check ... 16

c. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check ... 18

(9)

v

4. Pembelajaran Fisika ... 19

a. Kompetensi Inti ... 19

b. Kompetensi Dasar (KD) Dan Indikator Pencapaian Kompetensi ... 20

5. Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa ... 21

a. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa ... 21

b. Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa ... 21

6. Pembelajaran Konvensional ... 25

7. Hubungan Kemampuan Pemahaman Konsep Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check ... 26

B. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 27

C. Kerangka Berpikir ... 28

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Rancangan Penelitian ... 31

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

D. Populasi dan Sampel ... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 32

E. Prosedur Penelitian... 37

1. Tahap Persiapan ... 37

2. Tahap Pelaksanaan ... 38

3. Tahap Penyelesaian ... 42

F. Pengembangan Instrumen ... 42

1. Menyusun Tes ... 42

2. Analisis Butir Tes ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 49

H. Teknik Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 53

(10)

vi

1. Menyatakan Ulang Sebuah Konsep ... 54

2. Mengklasifikasikan Objek ... 56

3. Memberikan Contoh Dan Non Contoh Dari Konsep ... 58

4. Menyajikan Konsep Dalam Berbagai Representasi Matematis .... 60

5. Mengembangkan Syarat Perlu Atau Syarat Cukup Suatu Konsep ... 62

6. Memanfaatkan Dan Menggunakan Prosedur Atau Operasi Tertentu ... 63

7. Mengaplikasikan Konsep Atau Algoritma Dalam Pemecahan Masalah ... 65

B. Analisis Data Secara Statistik ... 67

1. Uji Normalitas ... 67

2. Uji Homogenitas ... 68

3. Uji Hipotesis ... 69

C. Pembahasan ... 70

D. Kendala yang Dihadapi ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil Materi Pesawat Sederhana Kelas VIII SMP N 3 Batusangkar Tahun Ajaran 2017/2018

4

Tabel 2.1 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa

22

Tabel 2.2 : Kajian Penelitian Yang Relevan 27

Tabel 3.1 : Rancangan Penelitian 31

Tabel 3.2 : Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran 32

Tabel 3.3 : Jumlah Siswa Kelas VIII SMP N 3 Batusangkar 32

Tabel 3.4 : Hasil Uji Normalitas Populasi 34

Tabel 3.5 : Analisis Kesamaan Rata-Rata Populasi 36 Tabel 3.6 : Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Populasi 37

Tabel 3.7 : Hasil Validasi Rpp 38

Tabel 3.8 : Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen Dan Kontrol

38 Tabel 3.9 : Hasil Daya Pembeda Soal Uji Coba 45

Tabel 3.10 : Kriteria Indeks Kesukaran Soal 46

Tabel 3.11 : Hasil Indeks Kesukaran Soal 46

Tabel 3.12 : Klasifikasi Soal Uji Coba 47

Tabel 3.13 : Kriteria Reliabilitas Soal 48

Tabel 4.1 : Nilai Rata-Rata Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol Pada Masing- Masing Indikator

53

Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas Sampel 68

Tabel 4.3 : Hasil Uji Homogen Sampel 69

Tabel 4.4 : Hasil Uji Hipotesis Sampel 69

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Berpikir 29

Gambar 4.1 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol (MMF) Indikator Satu Soal Nomor Satu

55

Gambar 4.2 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen (YP) Indikator Satu Soal Nomor Satu

55

Gambar 4.3 : Persentase Penskoran Menyatakan Ulang Sebuah Konsep Soal No 1 Kelas Eksperimen Dan Kontrol

55

Gambar 4.4 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen (AS) Indikator Dua Soal Nomor Dua

56

Gambar 4.5 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol (DR) Indikator Dua Soal Nomor Dua

57

Gambar 4.6 : Persentase Penskoran Mengklasifikasikan Objek Soal No 2 Kelas Eksperimen Dan Kontrol

57

Gambar 4.7 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen (RDS) Indikator Tiga Soal Nomor Tiga

58

Gambar 4.8 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol (MR) Indikator Tiga Soal Nomor Tiga

58

Gambar 4.9 : Persentase Penskoran Memberikan Contoh Dan Non Contoh Dari Konsep Soal No 3 Kelas Eksperimen Dan Kontrol

59

Gambar 4.10 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol (TN) Indikator Empat Soal Nomor Empat

60

Gambar 4.11 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen (LJP) Indikator Empat Soal Nomor Empat

60

Gambar 4.12 : Persentase Penskoran Menyajikan Konsep Dalam Berbagai Konsep Representasi Matematis Soal No 4 Kelas Eksperimen Dan Kontrol

61

(13)

ix

Gambar 4.13 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol (RI) Indikator Lima Soal Nomor Enam

62

Gambar 4.14 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen (AA) Indikator Lima Soal Nomor Enam

62

Gambar 4.15 : Persentase Penskoran Mengembangkan Syarat Perlu Atau Syarat Cukup Suatu Konsep Soal No 6 Kelas Eksperimen Dan Kontrol

63

Gambar 4.16 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen (VDS) Indikator Enam Soal Nomor Lima

64

Gambar 4.17 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol (MZ) Indikator Enam Soal Nomor Lima

64

Gambar 4.18 : Persentase Penskoran Memanfaatkan Dan Menggunakan Prosedur Atau Operasi Tertentu Soal No 5 Kelas Eksperimen Dan Kontrol

65

Gambar 4.19 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Eksperimen (ZQ) Indikator Tujuh Soal Nomor Tujuh

66

Gambar 4.20 : Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol (SN) Indikator Tujuh Soal Nomor Tujuh

66

Gambar 4.21 : Persentase Penskoran Mengaplikasikan Konsep Atau Algoritma Dalam Pemecahan Masalah Soal No 7 Kelas Eksperimen Dan Kontrol

67

Gambar 4.22 : Nilai Rata-Rata, Nilai Maksimal, Nilai Minimal dan Simpangan Baku Kelas Sampel pada Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika

70

Gambar 4.23 : Persentase Ketuntasan Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Pada Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen

71

(14)

x

Lampiran I : Rekapitulasi Nilai UH I Kelas VIII SMP N 3 Batusangkar Tahun Ajaran 2018/2019

78

Lampiran II : Hasil Uji Normalitas Kelas Populasi 79 Lampiran III : Hasil Uji Homogenitas Kelas Populasi 80 Lampiran IV Hasil Uji Kesamaan rata-rata Kelas Populasi 81 Lampiran V : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 82 Lampiran VI : Hasil Validasi RPP Dan Instrumen Soal 83

Lampiran VII : Lembar Kerja Siswa (LKS) 84

Lampiran VIII : Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba Dan Kisi-Kisi Soal Posttest

85

Lampiran IX : Soal Uji Coba Dan Soal Posttest 86

Lampiran X : Skor Hasil Tes Uji Coba 87

Lampiran XI : Hasil Daya Pembeda 88

Lampiran XII Hasil Indeks Kesukaran 89

Lampiran XIII Hasil Reliabilitas 90

Lampiran XIV : Skor Hasil Posttest 91

Lampiran XV : Hasil Uji Normalitas Kelas Sampel 92 Lampiran XVI : Hasil Uji Homogenitas Kelas Sampel 93 Lampiran XVII : Hasil Uji Hipotesis Kelas Sampel 94

Lampiran XVIII : Surat Penelitian 95

Lampiran XIX : Dokumentasi 96

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada Kurikulum 2013 ini adalah peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan Fadlillah (2014: 16).

Sejalan dengan pendapat di atas kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menuntut siswa agar aktif dan ikut serta berperan dalam pembelajaran.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific yang merupakan pendekatan pembelajaran yang terdiri dari proses mengamati, menanya, mengolah informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Adapun tujuan dari kurikulum 2013 adalah : 1) Menyeimbangkan soft skill dan hard skill, 2) Membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif, 3) Meringankan tugas guru dalam menyampaikan materi dan dalam menyiapkan komponen pembelajaran.

Suparno (dalam Mbatono, 2016: 46) pelajaran fisika adalah pelajaran yang mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat mengembangkan daya nalar, analisa, sehingga hampir semua persoalan yang berkaitan dengan alam dapat dimengerti. Untuk dapat mengerti fisika secara luas, maka harus dimulai dengan kemampuan pemahaman konsep dasar yang ada pada pelajaran fisika.

Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam memahami tentang pelajaran fisika sangat ditentukan oleh pemahaman konsep, kesalahan konsep yang dialami oleh siswa dapat disebabkan oleh pemahaman awal dan pengalaman

(16)

2

siswa, guru tidak menguasai bahan ajar, penjelasan yang keliru dari buku siswa, serta metode mengajar yang hanya berisi ceramah dan menulis.

Fisika adalah ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan berperan penting dalam era globalisasi dan merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala fisis. Fisika terdiri dari sekumpulan fakta, konsep, prinsip, rumus, teori serta fenomena-fenomena. Fisika sering kali dianggap sulit oleh siswa hal ini mungkin disebabkan oleh pemilihan model pembelajaran oleh guru yang cenderung menuntut siswa untuk mengerti materi-materi fisika tanpa memperhatikan bagaimana cara membuat siswa menjadi senang dalam pembelajaran fisika itu sendiri.

“Nurhaeni (2011: 78) tujuan mata pelajaran fisika yang terdapat dalam standar isi adalah para siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk:

1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain.

3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan tertulis.

4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berfikir analisis untuk induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.”

Berdasarkan tujuan mata pelajaran fisika yang hendak dicapai, kemampuan pemahaman konsep menjadi kompetensi yang penting. Menurut Rosser (dalam Hamdani, 2012: 82) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Selanjutnya Bloom (dalam

(17)

Hamdani, 2012: 82) juga mengatakan pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.

Berkaitan dengan pentingnya pemahaman konsep dalam fisika, kemampuan pemahaman konsep fisika penting dimiliki siswa untuk dapat menyelesaikan permasalahan fisika dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan konsep bukan sesuatu yang mudah, tetapi tumbuh setahap demi setahap.

Pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan fisik, dimana siswa mampu untuk menguasai konsep dalam rumus-rumus fisika. Siswa dapat dikatakan telah memahami konsep apabila telah mampu menyatakan serta menjelaskan fenomena-fenomena, rumus-rumus, hukum-hukum dan prinsip- prinsip kedalam bahasa mereka sendiri.

Menurut Cakir (dalam Jannah, 2016: 410) penguasaan konsep merupakan hal yang sangat penting dan harus menjadi fokus perhatian dalam proses pembelajaran sains, serta lebih diutamakan dibandingkan menghafal.

Proses pembelajaran yang baik tidak hanya menyampaikan informasi tentang konsep, tetapi juga memperhatikan proses penyampaian konsep.

Pengorganisasian proses pembelajaran yang baik dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan sasaran pembelajaran menurut Gagne (dalam Purwoko, 2003: 4) yaitu kemampuan, dimana kemampuan yang dimaksudkan adalah kemampuan untuk membedakan, menguasai konsep, aturan dan memecahkan masalah yang bisa dianalisis melalui hasil belajar. Sasaran pembelajaran menurut Gagne mengacu pada hasil pembelajaran yang diharapkan, berarti tujuan pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu.

Permasalahan yang sering muncul dalam proses belajar mengajar fisika adalah pemilihan dan penerapan model pembelajaran dimana guru cenderung menggunakan metode ceramah (menulis dipapan tulis dan memberi soal diakhir pembelajaran) sehingga membuat siswa tidak aktif dan merasa bosan.

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di SMP N 3

(18)

4

Batusangkar, diketahui bahwa model pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Dividions) yang menuntut siswa untuk belajar secara kelompok, bekerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pelaksanaannya model pembelajaran ini masih memiliki kekurangan yaitu masih adanya siswa yang tidak berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga menyebabkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif masih rendah bahkan masih banyak siswa yang tidak tuntas (lihat Tabel 1.1).

Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil Mata Pelajaran IPA materi Pesawat Sederhana kelas VIII SMP N 3 Batusangkar Tahun Ajaran 2017/2018.

No Kelas Jumlah Siswa

Rata-

rata Tuntas Tidak Tuntas

% Tuntas

% Tidak Tuntas 1 VIII.1 21 orang 49,67 3 18 14,28 85,71 2 VIII.2 20 orang 54,25 4 16 20,00 80,00 3 VIII.3 20 orang 47,10 5 15 25,00 75,00 4 VIII.4 20 orang 40,55 2 18 10,00 90,00

(Sumber: Guru IPA kelas VIII SMP N 3 Batusangkar)

Berdasarkan Tabel 1.1, menunjukkan bahwa nilai ulangan harian pada materi pesawat sederhana pada tahun ajaran 2017/2018 cukup rendah, karena terlihat jelas bahwa siswa yang tuntas tidak sampai separuh dari siswa yang ada di kelas VIII SMP N 3 Batusangkar. Dari permasalahan di atas, perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Data di atas juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran fisika pada saat sekarang ini lebih fokus terhadap penghafalan rumus tanpa didasari dengan adanya pemahaman konsep fisika. Proses pemahaman konsep fisika siswa akan menunjukkan seberapa jauh siswa memahami pembelajaran fisika itu sendiri. Sehingga hal yang harus ditekankan oleh pendidik adalah pemahaman konsep fisika siswa.

(19)

Proses pembelajaran lebih menekankan kepada proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa (teacher center), sehingga tidak menempatkan siswa sebagai pengonstruk pengetahuan. Hal ini menyebabkan pada proses pembelajaran siswa menjadi pasif dan kurang dapat berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Serta siswa juga kurang berinteraksi dengan lingkungan sekitar, padahal pembelajaran fisika sangat erat kaitannya dengan alam dan fenomena-fenomenanya. Akibatnya siswa tidak memaknai apa yang telah mereka pelajari, siswa cenderung untuk menghafal rumus, hanya sebagian dari siswa yang bisa mengungkapkan gagasan-gagasan dengan lancar, kurangnya keterlibatan dan motivasi untuk belajar, hal ini akan berdampak kepada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa cenderung rendah, dapat dilihat pada tabel persentase ketuntasan nilai ulangan harian semester ganjil mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana kelas VIII SMP N 3 Batusangkar tahun ajaran 2017/2018 (Tabel 1.1).

Agar kemampuan pemahaman konsep fisika siswa dapat meningkat menjadi lebih baik diharapkan guru untuk menggunakan metode, strategi dan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran kooperatif (Sanjaya, 2009: 240) adalah strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan, salah satunya yaitu dalam pembelajaran fisika. Sejalan dengan hal itu pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu untuk memecahkan masalah- masalah yang kompleks Trianto (2009: 56).

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengatasi kondisi pembelajaran fisika di atas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check. Model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check merupakan tipe pembelajaran berkelompok, dengan harapan siswa belajar bekerja sama dan saling membantu untuk memecahkan masalah. Berkelompok akan dapat melatih siswa untuk saling bertukar informasi dengan siswa yang lain untuk

(20)

6

memecahkan masalah. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check, secara langsung akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi karena siswa diberi kesempatan untuk membimbing temannya, melatih untuk bersikap terbuka terhadap kritikan atau saran yang membangun, belajar menjadi pelatih, serta memiliki tanggung jawab yang besar untuk diri sendiri ataupun kelompoknya.

Untuk menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman konsep fisika, guru harus mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang tepat sehingga dapat mendorong siswa untuk melatih kemampuan pemahaman konsep fisika siswa. Menyadari pentingnya pemahaman konsep dalam pembelajaran fisika maka guru dituntut untuk dapat melakukan perubahan dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Pada Materi Pesawat Sederhana Kelas VIII SMP N 3 Batusangkar”.

B. Identifikasi Masalah

1. Pendekatan mengajar guru yang kurang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran.

2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep fisika siswa.

3. Model pembelajaran yang digunakan guru masih pembelajaran.

konvensional

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti membatasi penelitian ini pada kemampuan pemahaman konsep fisika siswa kelas VIII SMP N 3 Batusangkar pada materi pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check.

(21)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

Apakah kemampuan pemahaman konsep fisika siswa kelas VIII SMP N 3 Batusangkar pada materi pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep fisika dengan pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep fisika siswa kelas VIII SMP N 3 Batusangkar pada materi pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep dengan pembelajaran konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Bagi siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah agar siswa dapat mengembangkan dan meningkatkan keaktifan serta kemampuan pemahaman konsep fisika sehingga hasil belajar siswa meningkat.

2. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah sebagai saran untuk memperluas wawasan tentang pengembangan model pembelajaran yang tepat. Yakni dengan diterapkannya model yang tepat dalam pembelajaran tersebut yang bertujuan untuk peningkatan pemahaman konsep fisika.

(22)

8

3. Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan sebagai calon guru fisika agar dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep fisika siswa dan dijadikan masukan untuk mengembangkan model pembelajaran yang tepat.

G. Definisi Operasional

Menghindari adanya kesalahan dalam pemahaman mengenai judul skripsi ini maka perlu dijelaskan istilah-istilah berikut:

1. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check

Model Pair Check merupakan model pembelajaran berkelompok antar dua orang atau berpasangan. Model ini menerapkan pembelajaran kooperatif yang menuntut kemandirian dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Model pembelajaran Pair Check juga melatih siswa untuk bertanggung jawab, bersosial, bekerja sama, dan meningkatkan kemampuan memberi penilaian. Guru memberikan pertanyaan kepada kelas. Siswa diminta untuk memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban. Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah mereka sepakati dengan seluruh kelas. Jadi Model Pair Check adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang disusun dalam kegiatan berpasangan agar tujuan yang disusun tercapai secara optimal.

2. Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika

Pemahaman diartikan dari kata understanding. Dikatakan memahami konsep fisika jika siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep, mengembangkan kemampuan koneksi antar berbagai ide, memahami bagaimana ide-ide saling terkait satu sama lain sehingga terbangun

(23)

pemahaman menyeluruh. Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) menyatakan ulang sebuah konsep; 2) mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; 3) memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep; 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5) mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; 6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu; 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Dividions) yang merupakan pembelajaran kelompok yang diawali dengan penjelasan materi dari guru kemudian melakukan kegiatan diskusi untuk dapat menyelesaikan permasalahan.

(24)

10

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Fisika

Fisika merupakan ilmu yang terdiri dari rangkaian proses untuk menghasilkan produk. Proses berarti dalam fisika prosedur untuk menemukan produk fisika (fakta, konsep, prinsip, teori atau hukum) yang dilakukan melalui langkah/ proses ilmiah Indrawati (2011: 5).

Fisika juga terdiri atas konsep-konsep yang mengkategorisasikan sesuatu ke dalam penyajian non-verbal, sehingga konsep cenderung bersifat abstrak. Suatu konsep memiliki suatu organisasi kognitif yang berguna untuk memecahkan masalah baru yang ditemukan.

Konsep-konsep fisika dapat dikuasai dengan baik oleh siswa maka seorang guru dalam pembelajaran tidak hanya memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran saja, melainkan harus dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Konsep belajar mengajar yang efektif hanya akan terjadi jika siswa terlibat secara aktif dalam proses persepsi terhadap hal atau masalah yang memberikan stimulus pelajarannya.

Dengan mengembangkan kreativitas pada diri siswa itu sendiri maka akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, serta pemecahan masalah Bajongga (2014: 68).

Fisika merupakan ilmu yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, teori, hukum dan fenomena. Pembelajaran fisika ditekankan pada pemahaman konsep. Siswa dapat dikatakan telah memahami konsep apabila telah mampu menyatakan serta menjelaskan fakta, konsep, prinsip, teori, hukum dan fenomena kedalam bahasa mereka sendiri.

Artut (dalam Irawati, 2015: 755) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif menggunakan keterampilan sosial yakni mendengarkan secara aktif, senang berbicara serta semua siswa ikut

(25)

berpartisipasi. Pendapat ini didukung dengan penelitian Tran (2014) yang menunjukkan bahwa “The students who were instructed using cooperative learning achieved significantly higher scores on the achievement” dengan kata lain setelah dilakukan pembelajaran koooperatif, skor yang dicapai siswa berubah signifikan menjadi lebih tinggi.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran kelompok yang menuntut siswa untuk menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran yang monoton dapat dihindarkan.

2. Model pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur pada kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih. Tukiran (2012: 55) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang terstruktur.

“Strategi pembelajaran kooperatif memiliki dua komponen utama yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur intensif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk saling bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok Sanjaya (2016: 243)”.

Slavin mengemukakan dua alasan; (1) Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus

(26)

12

dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. (2) Pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan Sanjaya (2016: 242)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaraan kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok yang menuntut kerjasama antar anggota kelompok dalam proses belajar mengajar.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik model pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2016: 244) antara lain:

1) Pembelajaran Secara Tim

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, dimana akan membuat setiap siswa belajar saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran secara bersama-sama.

Pembelajaran secara tim dapat melatih siswa untuk bersikap lebih aktif, lebih bersosialisasi dan lebih mementingkan kepertingan tim dari kepentingan diri sendiri.

2) Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki fungsi manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan organisasi, dan kontrol. Dalam fungsi perencanaan, fungsi perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, fungsi organisasi menunjukkan bahwa dalam kelompok perlu adanya pembagian tugas dan wewenang masing-masing anggota kelompok, fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran

(27)

harus sesuai dengan perencanaan yang dibuat melalui langkah- langkah pembelajaran yang disepakati bersama. Fungsi yang terakhir yaitu fungsi kontrol yang memiliki tujuan agar dalam pembelajaran kooperatif dapat ditentukan kriteria keberhasilan yang dicapai.

Didasarkan pada manajemen kooperatif artinya segala sesuatu baik dari perencanaan, pelaksanaan organisasi dan kontrol dilakukan atas keputusan bersama anggota kelompok.

3) Kemauan Untuk Bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh kelompok. Oleh karena itu, dalam kelompok perlu adanya kerjasama, saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pokok utama dari pembelajaran kooperatif adalah kemauan bekerjasama, apabila siswa tidak memiliki kemauan untuk bekerjasama maka pembelajaran kooperatif tidak akan tercapai.

4) Keterampilan Bekerja sama

Keinginan untuk bekerjasama dalam kelompok kemudian akan digambarkan dengan keterampilan. Siswa akan terdorong untuk memiliki kemampuan komunikasi melalui berbagai masalah yang dihadapi ketika berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Dengan adanya keinginan untuk saling bekerjasama maka akan timbul keterampilan sosial pada siswa.

c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Tukiran (2012: 60) tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran.

(28)

14

Menurut Depdiknas tujuan pembelajaran kooperatif yang pertama yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang. sedangkan tujuan yang ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya (2016: 249) dalam pembelajaran kooperatif memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yaitu : 1) Kelebihan

a) Siswa tidak bergantung hanya kepada guru, akan tetapi dapat menambah kemampuan berpikir dari berbagai sumber serta belajar dari siswa lain.

b) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan secara verbal.

c) Pembelajaran kooperatif akan mendorong siswa untuk respek terhadap orang lain dengan menyadari akan segala keterbatasannya dan mau menerima segala perbedaaan.

d) Pembelajaran kooperatif dapat melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

e) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.

f) Dengan pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri.

g) Pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi lebih nyata.

h) Interaksi yang timbul dalam pembelajaran kooperatif dapat memicu peningkatan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

(29)

2) Kelemahan

a) Diperlukan waktu yang tidak sebentar untuk memahamkan kepada siswa tujuan dari pembelajaran kooperatif.

b) Perlunya peer teaching yang efektif agar pembelajaran kooperatif dapat terlaksana dengan baik.

c) Prestasi yang diraih dari pembelajaran kooperatif adalah prestasi kelompok, sedangkan diharapkan pula prestasi individu siswa juga meningkat.

d) Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran kooperatif diperlukan lebih dari satu kali penerapan metode ini.

e) Selain kemampuan bekerjasama, kemampuan individual merupakan hal penting bagi seseorang. Oleh karena itu, tidak mudah untuk membangun kedua hal tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan, pemahaman, dan kemampuan sosial siswa di samping itu pembelajaran kooperatif juga memutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaannya.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check

Model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan tahun 1993.

Pada model ini siswa dilatih bekerja sama untuk mengerjakan soal-soal atau memecahkan masalah secara berpasangan, kemudian saling mengecek pekerjaan masing-masing pasangannya. Model pembelajaran Pair Check menuntut siswa untuk memiliki jiwa kritis yang tinggi dan tingkat ketelitian yang mendalam. Apabila kedua komponen ini bisa berjalan dengan baik, siswa akan lebih mudah dalam mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk memahami suatu pelajaran Irawati (2015: 755).

Sasmita (dalam Ahmad, 2016: 138) salah satu model yang melibatkan keaktifan siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Pair

(30)

16

Checks ini merupakan salah satu cara untuk membantu siswa yang pasif dalam kegiatan kelompok, mereka melakukan kerjasama secara berpasangan dan menerapkan susunan pengecekan berpasangan.

Menurut Herdian (dalam Aris, 2016: 45) model Pair Check (pasangan mengecek) merupakan model pembelajaran dimana siswa saling berpasangan dan menyelesaikan masalah yang diberikan. Begitu juga penelitian dari Pamukkale (2008) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Pair Checks dapat meningkatkan tingkat pemahaman siswa dalam kursus.

Shoimin (2014) juga menyebutkan bahwa model pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan ide, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan benar. Sejalan dengan itu menurut Anita Lie (2004: 56) teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, model Pair Check merupakan model pembelajaran pengecekkan berpasangan yang dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan ide, pikiran, pengalaman dan pemahaman dan juga membuat siswa menjadi lebih aktif, dan mampu bekerja sama.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Menurut Shoimin Cooperative Learning tipe Pair Check mempunyai beberapa langkah sebagai berikut Edy (2016: 47).

1) Bagilah siswa di kelas ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 siswa

2) Bagi lagi kelompok-kelompok siswa tersebut menjadi berpasang-pasang. Jadi, akan ada partner A dan partner B pada kedua pasangan

(31)

3) Berilah setiap pasangan sebuah LKS untuk dikerjakan. LKS terdiri dari beberapa soal atau permasalahan (jumlahnya genap) 4) Berikan kesempatan pada partner A untu mengerjaan soal nomor 1, sementara partner B mengamati, memberi motivasi, membimbing (bila diperlukan) partner A selama mengerjakan soal nomor 1.

5) Bertukar peran, partner B mengerjakan soal nomor 2, dan partner A mengamati, memberi motivasi, membimbing (bila diperlukan) partner B selama mengerjakan soal nomor 2

6) Setelah 2 soal diselesaikan, pasangan tersebut mengecek hasil pekerjaan mereka berdua dengan pasangan lain yang satu kelompok dengan mereka

7) Setiap kelompok yang memperoleh kesepakatan (kesamaan pendapat/cara memecahkan masalah/menyelesaikan soal) 8) Guru memberikan reward pada kelompok yang berhasil

menjawab, guru juga dapat memberikan bimbingan bila kedua pasangan dalam kelompok mengalami kesulitan.

9) Langkah nomor 4, 5, dan 6 diulang lagi untuk menyelesaikan soal nomor 3 dan 4, demikian seterusnya sampai semua soal pada LKS selesai dikerjakan setiap kelompok.

Menurut Depdiknas Sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Pair Chekcs yang telah dimodivikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check adalah sebagai berikut Nurhidayah (2016: 78-79).

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

2) Guru membagi kelompok yang terdiri dari 2 siswa berpasangan, dengan peran seorang siswa sebagai patner (bertugas menjawab soal) dan seorang lagi berperan sebagai pelatih (bertugas mengecek jawaban patner).

3) Guru membagikan soal kepada patner, kemudian patner menjawab soal (setiap pasangan mengerjakan soal yang pas sebab semua itu akan membantu pelatih untuk mengecek jawaban patner).

4) Pelatih mengecek jawaban patner (siswa yang menjawab soal).

5) Guru menukar peran (patner menjadi pelatih dan pelatih menjadi patner).

6) Guru memberikan soal kepada patner yang kedua, patner menjawab soal.

7) Pelatih mengecek jawaban patner.

8) Guru memberikan kesempatan kepada setiap pasangan untuk membandingkan dan mendiskusikan jawabannya.

(32)

18

9) Guru mengarahkan jawaban soal yang telah dikerjakan sesuai konsep.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pair Check 1) Kelebihan

Menurut Nurhidayah (2016: 79) kelebihan model pembelajaran Pair Check yaitu dengan model pembelajaran ini siswa dapat (a) dipandu belajar melalui bantuan rekan, (b) menciptakan saling kerjasama antar siswa, (c) dapat meningkatkan pemahaman konsep atau proses, (d) dapat melatih kemampuan berkomunikasi.

Menurut Shoimin kelebihan model pembelajaran tipe Pair Check antara lain :

a) Melatih siswa untuk bersabar, yaitu memberikan waktu pasangannya untuk berfikir dan tidak langsung memberikan jawaban (menjawabkan) soal yang bukan tugasnya.

b) Melatih siswa memberikan dan menerima motivasi dari pasangan secara tepat dan efektif.

c) Melatih siswa untuk bersikap terbuka terhadap kritikan atau saran yang membangun dari pasangannya atau pasangan lainnya dalam kelompoknya

d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membimbing orang lain (pasangannya)

e) Melatih siswa untuk bertanya dan meminta bantuan kepada orang lain (pasangannya) dengan cara yang baik, bukan langsung meminta jawaban, tetapi lebih kepada cara-cara mengerjakan soal/

menyelesaikan masalah

f) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menawarkan bantuan atau bimbingan pada orang lain dengan cara yang baik

g) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menjaga ketertiban kelas (menghindari keributan yang mengganggu suasana belajar)

h) Belajar menjadi pelatih dengan pasangannya i) Menciptakan saling kerja sama diantara siswa j) Melatih komunikasi (Aris, 2016: 45)

(33)

2) Kelemahan

Disamping memiliki kelebihan model pembelajaran Pair Check juga memiliki kelemahan. Shoimin mengemukakan bahwa kelemahan model pembelajaran Pair Check adalah: a) membutuhkan waktu yang lebih lama;

b) membutuhkan keterampilan siswa untuk menjadi pembimbing pasangannya Edy (2016: 47). Sejalan dengan hal itu Nurhidayah (2016: 79) mengemukakan bahwa kekurangan model pembelajaran Pair Check adalah : (a) memerlukan banyak waktu untuk melaksanakan model pembelajaran ini, (b) siswa memerlukan pemahaman yang tinggi terhadap konsep untuk menjadi pelatih (mengecek jawaban).

4. Pembelajaran Fisika

Pada penelitian ini pokok pembahasan yang diambil adalah pesawat sederhana pada tingkat SMP kelas VIII. Berikut Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator berdasarkan kurikulum 2013 edisi revisi 2017 yang digunakan pada penelitian ini :

a. Kompetensi Inti

KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong) santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

KI-3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajarinya disekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori

(34)

20

b. Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi 3.3 Menjelaskan

konsep usaha, pesawat sederhana, dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari termasuk kerja otot dan pada struktur rangka manusia

3.3.1 Menjelaskan konsep usaha 3.3.2 Memberi contoh usaha 3.3.3 Menghitung besar usaha

3.3.4 Menghitung besar jarak benda yang dikenai usaha

3.3.5 Menghitung besar daya

3.3.6 Mengidentifikasi jenis-jenis pesawat sederhana

3.3.7 Menjelaskan jenis-jenis katrol 3.3.8 Menjelaskan penggunaan katrol

dalam kehidupan sehari-hari 3.3.9 Menjelaskan pengertian roda

berporos

3.3.10 Menjelaskan penggunaan roda berporos dalam kehidupan sehari- hari

3.3.11 Menjelaskan pengertian bidang miring.

3.3.12 Menghitung keuntungan mekanik pada bidang miring

3.3.13 Menjelaskan jenis-jenis pengungkit

3.3.14 Menjelaskan penggunaan pengungkit jenis pertama, kedua dan ketiga dalam kehidupan sehari-hari

4.3 Menyajikan hasil penyelidikan atau pemecahan masalah tentang manfaat

penggunaan

pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari

4.3.1 Mengidentifikasi permasalahan di lingkungan sekitar yang dapat diatasi dengan menggunakan pesawat sederhana

4.3.2 Mengajukan suatu usulan penerapan pesawat sederhana untuk memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari yang belum diatasi dengan menggunakan pesawat sederhana

(Sumber: Buku Guru IPA kelas VIII SMP/MTs kurikulum 2013 edisi revisi 2017)

(35)

5. Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa

a. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Purwanto (dalam Suhendar, 2018: 16) pemahaman adalah tingkat kemampuan seseorang untuk menangkap arti atau makna dari sesuatu yang dipelajari dan terlihat. Ada tiga tingkatan kategori pemahaman menurut Sudrajat antara lain:

1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya

2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok

3) Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

Pemahaman konsep fisika adalah kemampuan siswa untuk mengetahui, mendefenisikan dan membahasakan sendiri konsep fisika yang telah dipelajarinya tanpa mengurangi maknanya Hidayat (dalam Mbatono,2016: 46).

Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa kemampuan pemahaman konsep fisika menginginkan siswa mampu memanfaatkan atau mengaplikasikan apa yang telah dipahaminya ke dalam kegiatan belajar.

b. Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Menurut Depdiknas (dalam Mawadah, 2016: 78) diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep adalah mampu:

1) Menyatakan ulang sebuah konsep.

2) Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

3) Memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep.

4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

(36)

22

5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

6) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.

7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan maka peneliti menggunakan indikator kemampuan pemahaman konsep fisika siswa sesuai Depdiknas (lihat Tabel 2.1).

Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Siswa (Mawaddah, 2016: 79-80) No Indikator

Pemahaman Konsep

Keterangan Skor 1. Menyatakan ulang

sebuah konsep Jawaban kosong 0

Tidak dapat menyatakan ulang sebuah konsep 1 Dapat menyatakan ulang sebuah konsep tetapi masih banyak kesalahan.

2 Dapat menyatakan ulang sebuah konsep tetapi belum tepat

3 Dapat menyatakan ulang sebuah konsep dengan tepat 4 2. Mengklasifikasikan

objek

Jawaban kosong 0

Tidak dapat

menglasifikasikan objek sesuai dengan konsepnya.

1 Dapat mengklasifikasian objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya tetapi masih banyak kesalahan.

2

Dapat mengklasifikasian objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya tetapi belum tepat.

3 Dapat mengklasifikasian objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

4

(37)

konsepnya tetapi tepat.

3. Memberikan

contoh dan non contoh dari konsep

Jawaban kosong 0

Tidak dapat memberikan contoh dan non contoh dari konsep

1 Dapat memberikan contoh dan non contoh dari konsep tetapi masih banyak kesalahan.

2 Dapat memberikan contoh dan non contoh dari konsep tetapi belum tepat.

3 Dapat memberikan contoh dan non contoh dari konsep dengan tepat.

4 4. Menyajikan konsep

dalam berbagai konsep representasi matematis

Jawaban kosong 0

Tidak menyajikan sebuah konsep dalam bentuk representasi matematis (gambar) dan jawaban menunjukkan salah paham yang mendasar.

1

Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk representasi matematis (gambar) dan jawaban masih banyak kesalahan.

2

Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk representasi matematis (gambar) tetapi jawaban belum tepat.

3

Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk representasi matematis (gambar) dengan jawaban yang benar dan tepat.

4

5. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep

Jawaban kosong 0

Tidak dapat mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

1 Dapat mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep tetapi masih

2

(38)

24

banyak kesalahan.

Dapat mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep tetapi masih belum tepat.

3 Dapat mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep dengan tepat.

4 6. Memanfaatkan dan

menggunakan prosedur atau operasi tertentu

Jawaban kosong 0

Tidak dapat menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi

1 Dapat menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tetapi masih banyak kesalahan

2 Dapat menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tetapi belum tepat

3 Dapat menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi dengan tepat

4 7. Mengaplikasikan

konsep atau algoritma dalam pemecahan

masalah

Jawaban kosong 0

Tidak dapat mengaplikasikan rumus sesuai prosedur dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah

1 Dapat mengaplikasikan rumus sesuai prosedur dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah tetapi masih banyak kesalahan.

2

Dapat mengaplikasikan rumus sesuai prosedur dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah tetapi belum tepat.

3

Dapat mengaplikasikan rumus sesuai prosedur dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dengan tepat.

4

(39)

Pada penelitian ini dari ketujuh pedoman penskoran tes kemampuan pemahaman konsep fisika dipakai semuanya yang sejalan juga dengan indikator tes.

6. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan model yang digunakan guru dalam pembelajaran sehari-hari dengan menggunakan model yang bersifat umum. Pembelajaran konvensional yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Dividions).

“Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diberikan kepada peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok agar saling membantu satu sama lain. Metode pembelajaran STAD diawali dengan penjelasan materi pembelajaran dari guru secara klasikal. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari dan memahami materi tersebut dengan berdiskusi. Saat peserta didik berdiskusi dalam kelompok guru memantau dan mengelilingi tiap kelompok untuk melihat adanya kemungkinan peserta didik yang memerlukan bantuan guru Rusman (2010: 214)”.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Trianto (2009: 71) yaitu sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan dan pemberian motivasi pada pesera didik b. Guru menyajikan/menyampaikan pelajaran dengan bantuan alat

peraga atau media pembelajaran lainnya

c. Pengorganisasian peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar d. Membimbing kelompok untuk bekerja dan belajar

e. Guru memberikan evauasi secara langsung apa yang telah dikerjakan peserta didik

f. Guru memberikan penghargaan berupa tambahan nilai ulangan harian.

(40)

26

7. Hubungan Kemampuan Pemahaman Konsep dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check

Depdiknas (2003, 2) mengungkapkan bahwa, pemahaman konsep merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Implikasinya adalah bagaimana guru merancang pembelajaran dengan baik, sehingga mampu membantu siswa membangun pemahamannya secara bermakna. Dengan begitu salah satu solusi yang cocok untuk permasalahan ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check, sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dan didiskusi dan diharapkan bisa meningkatkan kemampuan pemahaman siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check adalah model yang proses pembelajaran ditekankan pada siswa sebagai aktor utama.

Mereka harus aktif mengembangkan kemampuan mereka, bukan guru atau orang lain. Mereka harus bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam mendapatkan kemampuan kognitifnya.

Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Maka berdasarkan pendapat diatas tersebut peneliti menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan pemahaman konsep fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check sehingga kemampuan pemahaman konsep fisika siswa bisa dilatih dan ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check dalam proses pembelajaran.

(41)

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut disajikan penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan diantara lain (lihat Tabel 2.2).

Tabel 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan No Nama Peneliti,

Nama Journal, Volume, Tahun

Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 R. Lestari, Jurnal

Pendidikan Fisika Indonesia, 8 (2012)

Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Pair Checks Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Social Skill Siswa

Terdapat peningkatan social skill siswa dan aspek kognitif menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Pair Check dari pada pembelajaran

konvensional

2 Jumarni, Jurnal

Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 2 No. 1 (2013)

Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Square Terhadap Pemahaman Konsep Pada Pokok Bahasan Usaha Dan Energi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Palu

Dengan model

pembelajaran

kooperatif tipe Think

Pair Square

kemampuan berfikir

siswa dalam

mengeluarkan ide-ide untuk menyelesaikan

masalah yang

dihadapi baik itu pada soal tes pemahaman konsep

maupun pada

kehidupan nyata itu menjadi lebih baik 3 Karnia Yaberdak

Gintoe, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 4 (2015)

Pengaruh Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Ipa Fisika Pada Siswa Kelas V11 SMP Negeri 9 Palu

menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran ketika guru mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick siswa lebih bersemangat

(42)

28

dalam belajar sehingga hasil belajar siswa meningkat

C. Kerangka Berfikir

Pemahaman yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran fisika bukan hanya sekedar hapal rumus dan hitungan sederhana, namun juga dapat mengaplikasikannya dalam berbagai kasus dan paham bagaimana konsep atau rumus tersebut diperoleh, sehingga kedua pemahaman tersebut sangat dibutuhkan dalam setiap pembelajaran fisika baik instrumental maupun relasional. masih kurangnya kesempatan bagi siswa untuk membangun sendiri kognitifnya.

Proses pembelajaran yang kurang maksimal akan menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa dan pemahaman siswa terhadap konsep fisika. Untuk meningkatkan hal tersebut pembelajaran yang baik digunakan menurut peneliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check yang memfokuskan pembelajaran pada siswa dengan cara diskusi. Model ini memberikan ruang pada siswa untuk mengungkapkan pemikiran yang dimiliki siswa. Model pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check agar siswa lebih memahami konsep fisika, dimana secara individual siswa diminta lebih aktif (lihat gambar bagan seperti pada Gambar 2.1).

(43)

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpkir Siswa

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Pair

Check

Penerapan Model Pembelajaran Konvensional

Tes Kemampuan

Pemahaman Konsep Fisika

Siswa Tes

Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika

Siswa

Hasil Tes Kemampuan

Pemahaman Konsep Fisika

Siswa

Hasil Tes Kemampuan

Pemahaman Konsep Fisika

Siswa

(44)

30

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah kemampuan pemahaman konsep fisika siswa kelas VIII SMP N 3 Batusangkar pada materi pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep fisika dengan pembelajaran konvensional.

(45)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen atau eksperimen semu. Penelitian kuasi eksperimen merupakan suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih yang sengaja ditimbulkan tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen karena sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian Sugiono (2012: 115).

B. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest Only Control Group. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol Sugiono (2012: 112). Untuk kelas eksperimen peneliti memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check, sedangkan untuk kelas kontrol peneliti menerapkan model pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian yang peneliti gunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Rancangan Penelitan

Kelompok Perlakuan Test

kelompok eksperimen X T

kelompok kontrol - T

Keterangan :

X = Perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Pair Check

- = Perlakuan dengan model pembelajaran konvensional T = Tes Akhir

Gambar

Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil  Mata  Pelajaran  IPA  materi  Pesawat  Sederhana  kelas  VIII  SMP N 3 Batusangkar Tahun Ajaran 2017/2018
Tabel  2.1. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman  Konsep Fisika Siswa (Mawaddah, 2016: 79-80)  No   Indikator
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpkir Siswa Kelas Eksperimen  Kelas Kontrol Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Pair Check Penerapan Model Pembelajaran Konvensional Tes Kemampuan Pemahaman  Konsep Fisika Siswa Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika Sis
Tabel  3.4  Hasil  Uji  Normalitas  Populasi  Kelas  VIII  SMP  Negeri 3 Batusangkar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Tugas Akhir dengan judul “Perancangan dan

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil aktivitas antioksidan fraksi etil asetat daun wungu (Graptophyllum pictum (Linn) Griff) dengan

1 KORELASI CARA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIPA SMA N 1 BATUSANGKAR SKRIPSI Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelas Sarjana (S 1) Jurusan Tadris Fisika

Yaitu kemampuan siswa dalam memecahkan soal. Aktivitas siswa dalam memecahkan soal yang diberikan guru merupakan aktivitas yang penting ditekankan karena dalam

Berdasarkan hasil analisis angket respon siswa terhadap kemudahan pembelajaran menggunakan modul penemuan terbimbing, diperoleh bahwa : 1 Siswa sangat setuju bahwa modul

Ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu (1) Penilaian autentik memiliki hubungan yang signifikan dengan pemahaman siswa,

Kapasitas serap ipteks tersebut dapat ditingkatkan melalui, antara lain: (i) penelitian dan pengembangan ipteks secara kolaboratif antara perguruan tinggi dan

Abstrak: Sepatu saat ini tidak hanya dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian besar masyarakat menganggap sepatu merupakan icon penting daIam kehidupan. Darmawan Wash