• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Manfaat Penelitian

5. Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam kegiatan belajar mengajar guru sebagai pihak yang menentukan jalannya pembelajaran, mempunyai kebebasan dalam memilih model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelasnya. Dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih bervariasi yang dapat melibatkan peran serta siswa dalam proses pembelajaran, guru dapat merancang dan menciptakan suasana kelas yang sedemikian rupa, sehingga siswa dapat berinteraksi satu dengan yang lain untuk memperoleh pengetahuan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe, diantaranya yaitu: Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Gamse Turnamen (TGT), Jigsaw, Grup Investigation, Cooperative integrated Reading Composition, Number Heads Together (NHT), Teams Assisted Individualization (TAI), dan lain sebagainya.

Kooperatif memiliki arti mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Terdapat beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh para ahli. Robert E. Slavin (2008: 4) menyatakan bahwa, dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang yang heterogen untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dengan kelompok yang heterogen maka dibutuhkan sikap

30

yang saling menghargai dan menghormati antaranggota dalam satu kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Sikap tersebut harus dimiliki oleh setiap anggota kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Etin dan Raharjo (2007: 4) mengemukakan bahwa:

Cooperative learning merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri atau dengan kata lain suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.”

Dapat dilihat bahwa dalam pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara siswa dalam kelompok dan sekaligus masing-masing siswa bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran dengan baik. Dengan demikian pembelajaran kooperatif dirangkai bertujuan untuk melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil untuk dapat meningkatkan kecakapan individu.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa. Model pembelajaran ini dapat membantu guru mengatasi permasalahan seperti kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa tidak dapat bekerjasama, siswa tidak peduli dengan temannya, dan siswa yang kurang menghargai temannya. Penggunaan model pembelajaran ini menekankan pada kerja sama antarsiswa dalam proses pembelajaran untuk

31

mempelajari suatu materi pelajaran. Dengan belajar bersama-sama selain dapat memperoleh pengetahuan, siswa juga diharapkan dapat mengembangkan sikap sosial dengan baik melalui model pembelajaran trsebut.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif pada hakikatnya adalah mewujudkan kerja sama kelompok dan interaksi antarsiswa dalam kelompok tersebut, sehingga dapat meningkatkan kecapakan individu. Pembelajaran kooperatif menyangkut pengelompokan siswa untuk dapat belajar secara aktif dalam kelompok sehingga dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pembelajaran kooperatif terdiri dari beberapa kelompok kecil, yang dalam satu kelompok kecil tersebut terdiri dari 4-6 orang dan anggota kelompoknya bersifat heterogen.

a. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif di dalam kelas. Adapun prinsip dasar dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif menurut Sthal (Etin & Raharjo, 2007: 7-9) adalah sebagai berikut. 1) Perumusan tujuan belajar harus jelas

Tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas dan spesifik dan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Tujuan harus dirumuskan dengan bahasa dan konteks kalimat yang mudah dimengerti oleh siswa secara keseluruhan.

32

2) Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar

Tujuan pembelajaran dapat diterima secara menyeluruh oleh siswa dari sudut pandang kepentingan diri dan kepentingan kelas. Oleh karena itu, peserta didik dikondisikan untuk mengetahui dan menerima kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerjasama dalam memperlajari seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan untuk dipelajari.

3) Ketergantungan yang bersifat positif

Setiap siswa belajar untuk mengevaluasi dirinya dan teman kelompoknya dalam penguasaan dan kemampuan memahami materi pelajaran, hal ini memungkinkan siswa merasa tergantung secara positif terhadap anggota kelompok lainnya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

4) Interaksi yang bersifat terbuka

Kegiatan pembelajaran dirancang agar siswa berinteraksi secara langsung dan terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Siswa saling memberi dan menerima masukan, ide, saran, dan kritik dari temannya secara positif dan terbuka.

5) Tanggung jawab individu

Dalam belajar secara kooperatif siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan juga bagi keberhasilan anggota kelompoknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

33 6) Kelompok bersifat heterogen

Anggota kelompok terdiri dari siswa yang memiliki berbagai karakteristik yang berbeda. Dalam suasana yang demikian akan tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral, dan perilaku siswa. Kondisi yang demikian dapat mengembangkan dan melatih keterampilan dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

7) Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif

Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerjasama dalam kelompok. Dalam interaksi yang seperti ini, siswa tidak begitu saja menerapkan dan memaksakan sikap dan pendiriannya pada anggota kelompok yang lain, melainkan, siswa harus belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interksinya dalam memimpin, berdiskusi, bernegosiasi, dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok.

8) Tindak lanjut

Adanya evaluasi dan masukan terhadap hasil dan aktivitas belajar, seperti: (a) bagaimana hasil kerja yang dihasilkan; (b) bagaimana mereka membantu anggota kelompoknya dalam mengerti dan memahami materi dan masalah yang dibahas; (c) bagaimana sikap dan perilaku mereka dalam interkasi kelompok belajar bagi keberhasilan kelompok belajarnya; dan (d) apa yang mereka butuhkan untuk meningkatkan keberhasilan kelompoknya dikemudian hari. Dalam hal ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide dan saran, baik

34

kepada sesama siswa maupun guru dalam rangka perbaikan belajar dari hasil belajarnya dikemudian hari.

9) Kepuasan dalam belajar

Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya.

Sedangkan Nur Azma (2006: 14) mengemukakan bahwa, belajar kooperatif setidaknya mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut.

1) Belajar siswa aktif

pembelajaran berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih dominan dilakukan oleh siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama anggota kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi.

2) Belajar bekerjasama

Proses belajar dengan model pembelajaran kooperatif dilalui dengan bekerjasama dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang dipelajari. Seluruh siswa terlibat aktif dalam diskusi untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama tersebut.

3) Pembelajaran partisipatorik

Siswa belajar dengan melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk menemukan dan membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran.

35 4) Mengajar reaktif

Guru menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswa akan manfaat mempelajari pelajaran yang berlangsung untuk masa depannya.

5) Pembelajaran yang menyenangkan

Suasana belajar yang menyenangkan harus dimulai dari sikap dan perilaku guru baik di luar maupun di dalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang ramah dengan tutur bahasa yang membuat siswa merasa disayangi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan adanya kerjasama kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Oleh karena itu, prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif perlu diperhatikan dalam proses pelaksanaannya, agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai secara optimal.

b. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Tidak semua kerja kelompok dapat dianggap sebagai cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan. Adapun unsur-unsur tersebut menurut Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2004: 31-35) yaitu sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Begitu juga dalam kegiatan pembelajaran kelompok, keberhasilan

36

kelompok dalam mencapai tujuan sangat bergantung pada usaha setiap anggota kelompok. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka. Sehingga setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. Hal ini akan menciptakan kondisi yang saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok agar tujuan kelompok dapat tercapai. Penilaian tidak hanya didasarkan pada nilai individu melainkan juga nilai kelompok, di mana nilai kelompok merupakan sumbangan dari setiap anggota. Dengan demikian setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan sumbangan nilai.

2) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari adanya unsur saling ketergantungan yang positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya sendiri dan kelompoknya.kunci dari keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan. Dengan demikian, rekan-rekan dalam satu kelompok akan

37

menuntut masing-masing anggota untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lain.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Interaksi ini akan memberikan sinergi yang menguntungkan pada semua anggota. Hasil pemikiran beberapa siswa akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu siswa saja. Inti dari kegiatan ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap kelompok memiliki latar belakang yang berbeda, perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok.

4) Komunikasi antaranggota

Tidak setiap siswa memiliki keahlian mendengarkan dan berbicara, maka dari itu, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada kesediaan anggotanya untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses yang panjang, siswa tidak dapat diharapkan langsung menjadi komunikator yang baik. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan membina perkembangan mental dan emosional siswa.

38 5) Evaluasi proses kelompok

Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini dapat dilaksanakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran, tidak harus diadakan setiap kali ada kerja kelompok.

Dokumen terkait