• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa:

14

Somakim, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendidikan Matematika Realistik, (http://eprints.unsri.ac.id/1526/), diakses tanggal 27 mei 2013.

“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang

matang oleh guru”.15

Menurut Nurulhayati pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinterksi. 16 Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen, untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).17

Model pembelajaran kooperatif ini guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Sihaan mengutarakan lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) saling ketergantungan yang positif, (b) interaksi berhadapan (face to-face interaction), (c) tanggung jawab individu (individual responsibility), (d) keterampilan sosial (social skills), (e) terjadi proses dalam kelompok (group processing).18 Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana siswa dapat bekerjasama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari

15

Amri, dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 89. 16 Rusman, op cit., h. 203. 17 Ibid. 18 ibid, h. 205.

siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.

Terdapat empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (1) adanya peserta belajar dalam kelompok, (2) adanya aturan-aturan kelompok yang telah disepakati, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran.19

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu:20

a. Penjelasan materi, yaitu sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.

b. Belajar dalam kelompok, yaitu pengelompokan dalam strategi pembelajaran kooperatif yang bersifat heterogen.

c. Penilaian, yaitu penilaian dalam strategi pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan cara tes atau kuis.

d. Pengakuan Tim, yaitu penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Beberapa manfaat model pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar antara lain adalah:21

a. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.

b. Dapat mengembangkan berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.

19

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 241.

20

Rusman, op cit., h. 212-213.

21

c. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan social untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.

d. Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan sebagai subjek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menerapkanpembelajaran kooperatif, yaitu terdapat pada tabel 2.1 berikut:22

Tabel 2.1. Tabel Tahapan dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Tahap 2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi ataulewat bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajariatau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

22

Tahap 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan slavin dinyatakan bahwa: 23

“Penggunaaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, dan pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Sehingga strategi pembelajaran kooperatif diharapkan

mampu meningkatkan kualitas pembelajaran”.

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, struktur pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh kagan antara lain:

Roundrobin, Corners, Paraphrase Passport, Spend-a-buck, Group Processing, Numbered Heads together, Send-a-Problem, Cooperative Review, Three-Step-Interview, Brainstorming, Group Discussion, Roundtable, Partners, Co-Op Co-Op, dan Group Investigation.24

b. Group Investigation (GI)

Strategi belajar kooperatif Group Investigation (GI) dikembangkan oleh Sharan dan Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel.25Group Investigation

adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang,26 setiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk

23

Ibid, h. 205-206.

24

Miftahul Huda, Cooperative learning metode, teknik, struktur dan model penerapan, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2011), h. 212-213.

25

Rusman, op cit., h. 220.

26

berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Sedangkan menurut Sharan dan sharan, investigasi kelompok merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pernyataan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.27Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasari atas minat anggotanya. Pembelajaran dengan metode GI menuntut melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi.Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah lembar kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimodifikasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

Tiga konsep utama dalam Group Investigation, yaitu: penelitian atau

enquiri, pengetahuan atau knowledge dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group.28Penelitian disini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukan suasana yang mengambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

Menurut slavin, strategi kooperatif GI sebenarnya dilandasi oleh filosofi belajar John Dewey. Yaitu teknik kooperatif ini telah secara meluas digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan keberhasilannya terutama untuk program-program pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik.29 Belajar kooperatif dengan teknik GI sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi yang mengarahkan pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya

27

Made Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 195-196

28

Trianto. Mendisain Pembelajaran Inovatif- Progresif (Jakarta: Prenada Media, 2009), h.79.

29

memecahakan suatu masalah. Oleh karenannya, kesuksesan teknik kooperatif GI sangat tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-tugas akademik harus diarahkan kepada pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusinya, bukan hanya sekedar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat faktual (apa, siapa, dimana, atau sejenisnya).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat dijelaskan bahwa meningkatnya informasi dalam pembelajaran juga bisa meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa. Tujuan dari investigasi kelompok yang dilakukan bersama-sama adalah untuk menggabungkan sisi akademik dan sosial dalam meningkatkan pembelajaran akademik maupun sosial. Jika sistem ini diterapkan sebagaimana mestinya maka akan memudahkan jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran.Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dalam kegiatan dikelas yang mengembangkan diskusi kelas berbagai kemungkinan jawaban itu berimplikasi pada berbagai alternatif jawaban dan argumentasi berdasarkan pengalaman siswa.Mereka akan belajar dari kesalahan sendiri dengan bertanya, mengapa orang lain memperoleh jawaban yang berbeda dengan jawabannya. Keterbukaan yang dikembangkan dalam sikap investigasi, yaitu siswa belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban permasalahan, tetapi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal.

Menurut Sharan, karakteristik unik GI ada pada integrasi dari empat fitur dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran dan motivasi intrinsik, seperti berikut:30

30

Andi Nurdiansyah, Metode Pembelajaran Tipe Group Investigation, diakses pada 2 februari 2013 dari http://andinurdiansah.blogspot.com/2012/11/metode-pembelajaran-tipe-group_14.html

a. Investigasi

Investigasi dimulai ketika pendidik memberikan masalah yang menantang dan rumit kepada peserta didik di kelas. Proses investigasi menekankan inisiatif peserta didik, dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dengan sumber-sumber yang mereka temukan, dan jawaban yang mereka rumuskan. Pada proses investigasi ini peserta didik membangun pengetahuan yang mereka peroleh, bukan menerima apa yang diberikan pendidik kepada mereka.

b. Interaksi

Interaksi sosial dan intelektual merupakan cara yang digunakan peserta didik untuk mengolah pengetahuan personal mereka di hadapan pengetahuan baru yang didapatkan oleh kelompok, selama berlangsungnya penyelidikan. Berdasarkan hal itu, dapat disimpulkan bahwa interaksi dalam GI sangat penting bagi peserta didik. Interaksi dalam GI diibaratkan sebagai suatu kendaraan yang dengannya peserta didik saling memberikan dorongan, mengembangkan gagasan satu sama lain, membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas, dan bahkan saling mempertentangkan gagasan dengan menggunakan sudut pandang yang berseberangan.

c. Penafsiran

Penafsiran merupakan proses sosial-intelektual yang sesungguhnya. Peserta didik pada saat menjalankan penelitian, mengumpulkan banyak sekali informasi dari berbagai sumber berbeda. Mereka saling bertukar informasi dan gagasan pada teman lain. Bersama-sama mereka membuat penafsiran atas hasil penelitian mereka.

d. Motivasi Intrinsik

Proses penyelidikan akan mendatangkan motivasi yang kuat yang muncul akibat interaksi antara peserta didik, maupun pendidik. Keterlibatan peserta didik dalam menghubungkan masalah-masalah yang diselidiki berdasarkan keingintahuan, pengetahuan dan perasaan mereka, sehingga

investigasi kelompok akan meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari informasi yang mereka perlukan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Menurut Marfune model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.31 Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode GI dimulai dengan pembagian kelompok kemudian pendidik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik itu. Langkah selanjutnya adalah peserta didik beserta pendidik menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah dirumuskan, dimana siswa mengumpulakan informasi, menganalisis data dan menarik kesimpulan . Pada tahap ini diharapkan terjadi interaksi antara peserta didik yaitu, berupa saling bertukar pikiran, berdiskusi dan menjelaskan. Langkah selanjutnya yaitu menyiapkan laporan akhir, dalam rencana laporan, setiap kelompok memutuskan peran yang akan dilakukan oleh setiap anggotakelompok dalam laporan akhir.Langkah berikutnya adalah tahap menyajikan laporan akhir atau presentasi hasil oleh masing-masing kelompok dilanjutkan dengan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan penilaian individu maupun kelompok, pada tahap evaluasi ini guru juga harus mengevaluasi tingkat pemikiran siswa yaitu, bagaimana siswa meneliti aspek-aspek dari pokok penelitian, bagaimana mereka menerapkan ilmu pengetahuan mereka dalam memecahkan masalah dan bagaimana mereka menggunakan kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.

31

Slavin mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe GI yang diilustrasikan pada gambar berikut.32

Gambar 2.1. Bagan Tahap Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation

Berdasarkan gambar 1 dapat diuraikan keterangan sebagai berikut:

Tahap I Mengidentifikasikan Topik dan Pengorganisasian ke dalam Kelompok-Kelompok Penelitian (Grouping).

a. Siswa diberi permasalahan mengenai materi yang akan dipelajari. Kemudiansiswa menyampaikan pendapat dan aspek-aspek masalah yang akandiinvestigasi.

b. Adanya diskusi kelas antara siswa-siswa dan guru membahas tentang aspek-aspekmasalah yang disampaikan siswa.

c. Siswa membentuk kelompok diskusi sesuai dengan kesamaan pendapat yangdisampaikan. (untuk 1 kelompok dibatasi 5 atau 6 siswa).

Tahap II Merencanakan Penelitian Kelompok (Planning)

a. Tiap kelompok dapat memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti.

b. Tiap kelompok dapat memutuskan bagaimana melaksanakan diskusi.

32

Erna Suwangsih dan Tiurlina, op cit, h 164-166. Tahapan

pembelajaran

Mengidentifikasi topik dan pengorganisasian siswa kedalam kelompok-kelompok penelitian Merencanakan penelitian kelompok

Menyiapkan laporan akhir Menyajikan laporan akhir Evaluasi

c. Tiap kelompok dapat menentukan sumber-sumber mana yang akandibutuhkan.

Tahap III Melaksanakan Penelitian (Investigation)

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuatkesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang akan dilakukankelompoknya.

c. Para siswa saling berdiskusi.

Tahap IV Menyiapkan Laporan Akhir (Organizing)

a. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, danbagaimana mereka akan presentasi.

b. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara (presentasi) untukmengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap V Menyajikan Laporan Akhir (Presenting) a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas.

b. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasiberdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Tahap VI Evaluasi (Evaluating)

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut danmengenai tugas yang telah mereka kerjakan.

b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. Berdasarkan penjelasan tahapan pembelajaran kooperatif

GroupInvestigation menurut Slavin di atas. Tahapan pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation yang diterapkan pada penelitian ini sama dengan tahapanpembelajaran kooperatif yang dipaparkan oleh Slavin.

Pembelajaran kooperatif tipe GroupInvestigation sangat tepat diaplikasikan pada pembelajaran matematika dalampemecahan masalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis sertamemungkinkan siswa menyelesaikan tugas-tugas berdasarkan permasalahan nyatadalam kehidupan sehari-hari.Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai pendukung dilaksanakannya Penelitian ini. Penelitian tersebut adalah penelitian yang berjudul

“Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Dipadukan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Pada Siswa SMP N 2

Sentolo Kelas IX A”. pada tahun 2012, oleh Niluh Sulistyani. Meskipun penelitian pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis ini diterapkan kepada siswa SMP namun, penelitian ini masih relevan. Hasil dari penelitian tersebut bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa meningkat melalui model pembelajaran berbasis masalah yang dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. pada setiap siklusnya termasuk dalam kualifikasi tinggi (>80%). Hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis matematis siswa dari hasil tes pratindakan sebesar 14,06% dengan kategori sangat rendah, pada tes siklus I menjadi 54,36% dengan kategori sedang, dan pada tes siklus meningkat menjadi 84,13% dengan kategori tinggi. 33 yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh Niluh Sulistyani dengan penelitian ini adalah model yang diterapkan oleh Niluh Sulistyani menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI sedangkan pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI, dan subjek penerima tindakan pada penelitian yang dilakukan Niluh yaitu siswa SMP sedangkan yang dilakukan pada penelitian ini adalah siswa SD. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

33

Niluh Sulistiani, Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dipadukan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI, (http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/8521), diakses pada tanggal 2 februari 2013.

Dokumen terkait