• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match 1. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”1

Menurut Clifford T. Morgan yang dikutip Mustaqim dalam buku Ilmu Jiwa Pendidikan dijelaskan “learning is any relatively

permanent change in behaviour that is a result of past experience “

(Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu).2

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.3

Menurut Howard L. Kingskey dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa learning is the process by which

behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training (belajar adalah proses di mana

1Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Kraetif dan Inovatif, (Jakarta: AV Publisher, 2009), cet.I, hlm. 2.

2 Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Semarang: CV. Andalan Kita, 2007), hlm. 37 3Catharina Tri Anni, dkk, Psikologi Belajar, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2006), Cet. 3, hlm. 2.

tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau dirubah melalui praktek atau latihan).4

Sedangkan belajar sendiri menurut Dr. Musthofa Fahmi, memberikan pengertian sebagai berikut:

Artinya :Sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktivitas yang menghasilkan

perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman"5.

Sedangkan menurut Slameto “ belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”6

.

Menurut Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Majid menjelaskan tentang definisi belajar:

7

Artinya :Sesungguhnya belajar adalah merubah pemahaman siswa dari pengalaman yang lama, maka di dalamnya membahas perubahan yang baru.

Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik secara pribadi atau sepihak. Sementara pembelajaran itu melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus yaitu

4Syaeful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), cet. II, hlm. 13.

5

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo , 2001), hlm. 34.

6

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 2.

7Sholeh Abdul Azis, At Tarbiyah wa Turuqut at Tadriis, (Mesir: Darul Ma’arif, tt), juz I, hlm. 169.

mengajar dan belajar (teaching and learning). Jadi pembelajaran telah mencakup belajar.8

Belajar sebagai perubahan relatife permanen dalam tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari praktek,” learning is a

relatively permanent change is behavior that occurs as a result of

practice”. 9

Dari beberapa definisi dan pendapat para ahli tentang pengertian belajar, secara umum pengertian belajar adalah sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dalam surat Al Quran juga disebutkan bawa perubahan keadaan berawal dari diri masing-masing individu dengan adanya proses belajar maka perubahan keadaan akan tebentuk.

Allah berfirman dalam AlQur’an surat Al Ra’du: 11

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan

sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Qs.

Al-Ra’du : 11).10

Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Allah itu tidak akan merubah keadaan kita (pengetahuan), selagi kita tidak berusaha untuk merubahnya sendiri.

Al Qur’an adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran. Sebagai khalifah, manusia

8Ismail SM, Strategi Pembelajar Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran

Aktif, Inovatif, kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: RaSAIL Media Group,

2008), hlm. 8-9.

9 Mutadi, Pendekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Balai Diklat Propinsi Jawa Tengah, 2007 ). hlm. 12.

harus mencerminkan sifat-sifat Ilahiah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini, dan untuk dapat memerankannya manusia harus mengembangkan potensinya. Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat An-Nahl ayat 78:

         

      

Artinya :“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu

dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan

hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S An Nahl: 78).11

Jadi untuk mengemban tugasnya sebagai hamba Allah SWT dan sekaligus khalifah-Nya, manusia telah dilengkapi Allah SWT dengan potensi yang selaras dan serasi. Potensi tersebut hanya akan berfungsi secara maksimal apabila dikembangkan melalui proses bimbingan secara bertahap, terarah, terprogram, dan berkesinambungan. Dalam mengembangkan potensi peserta didik diperlukan proses pembelajaran yang mampu menggairahkan suasana belajar mengajar

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Make a match adalah teknik mengajar dengan mencari

pasangan. Salah satu keunggulannya adalah siswa belajar sambil menguasai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Pembelajaran model Make a match yaitu pembelajaran yang teknik mengajarnya dengan mencari pasangan melalui kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang harus ditemukan dan didiskusikan oleh pasangan siswa tersebut.12

Hal-hal yang perlu disiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

11

Departemen Agama R.I., Al-qur’an dan Terjemah (Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm. 375.

12 Anita Lie, Cooperatif learning Mempraktikan Cooperatif learning di ruang-ruang

Dalam pembelajaran ini pendidik harus mempersiapkan kartu-kartu pertanyaan/soal dan kartu-kartu-katu jawaban dari pertanyaan/soal tersebut. Pembagian kartu-kartu dikelompokkan pada kelompok siswa mendapat kartu pertanyaan/soal dan pada kelompok siswa mendapat kartu jawaban.13

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya. Begitu juga dengan model Make a match, adapun kelebihan dan kelemahannya adalah sebagai berikut:

a) Kelebihan

1) Siswa dapat belajar dengan aktif karena guru hanya berperan sebagai pembimbing, sehingga siswa yang mendominasi dalam aktifitas pembelajaran.

2) Siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam kartu yang ditemukannya.

3) Dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

4) Dengan penyelesaian soal (masalah), maka otak siswa akan bekerja lebih baik, sehingga proses belajarpun akan menjadi lebih baik.

5) Siswa dapat mengenal siswa lainnya, karena dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa untuk membahas soal dan jawaban yang dihadapi. b) Kelemahan

1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan. 2) Guru memerlukan waktu untuk mempersiapkan alat dan

bahan pembelajaran yang memadahi. Memerlukan waktu yang lebih banyak, sehingga waktu yang tersedia harus

13 Menurut Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 94.

dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.14 Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Jadi hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur seberapa jauh seorang peserta didik menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (Product) menunjuk pada sebuah perolehan akibat dilakukannya sebuah aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional.15 Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami proses belajar peserta didik berubah perilakunya dibanding sebelumnya.

a) Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal).16

1) Faktor Internal

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya penglihatan, pendengaran, stuktur tubuh dan sebagainya.

14Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), cet. XV , hlm. 22.

15 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet.I, hlm. 44. 16 Ahmadi, Abu, dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. II, hlm. 138.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas:

1. Faktor intelektif yang meliputi:

Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. Faktor kecakapan yaitu prestasi yang dimiliki. 2. Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun spikis 2) Faktor Eksternal

a. Faktor sosial yang terdiri atas: 1. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi

2. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah merupakan merupakan tempat seorang siswa mendapatkan ilmu secara formal. Belajar melaui proses interaksi sesama siswa, guru, karyawan, kondisi sekolah, kegiatan belajar mengajar, dan sebagainya.

b. Lingkungan masyarakat

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia yang lain, karena sesama manusia saling membutuhkan.

c. Lingkungan kelompok

Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. Interaksi yang dilakukan siswa akan menyebabkan pengelompokkan siswa baik secara Terorganisir maupun hanya kelompok berteman. Terbentuknya kelompok biasanya

disebabkan adanya moral, sosial ekonomi, kesamaan bakat dan kemampuan.

d. Faktor budaya

Seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

b) Nana Sudjana berpendapat bahwa belajar adalah yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor. Sependapat dengan Sudjana. Sumardi Suryabrata mengemukakah faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:17

1) Faktor dari dalam diri siswa (internal). Ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor sosiologis dan faktor psikologis.

2) Faktor dari luar diri siswa (eksternal), digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor non sosial dan faktor sosial

Untuk lebih jelasnya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar akan penulis jabarkan sebagai berikut:

1) Faktor Internal

a. Faktor fisiologis (jasmaniyah).

b. Faktor psikologis yang mempengaruhi aktivitas belajar mencakup banyak faktor, ini dipandang sebagai cara berpikir dan fungsi pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang akan disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian proses pembelajaran akan berhasil dengan baik. Faktor psikologis meliputi: bakat, minat, sikap, intelegensi, motivasi, perhatian dan pemahaman.

2) Faktor eksternal

17

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2009), Cet XIV, hlm. 30

a. Faktor non sosial berasal dari luar diri manusia, tempat, waktu, buku, alat peraga, keadaan alam.

b. Faktor sosial manusia hubungannya dengan manusia 1. Faktor dalam lingkungan keluarga

2. Faktor dalam lingkungan pendidikan formal (sekolah)

3. Faktor dari lingkungan masyarakat

4. Materi Pokok Besaran dan Satuan

a) Besaran fisika

Mempelajari fisika sebenarnya mempelajari sifat dan prilaku besaran-besaran fisika. Besaran fisika adalah sifat atau gejala alam yang dapat diukur.misalnya kita mengukur panjang sebuah meja. Pajang disebut besaran karena ia dapat diukur.

Kita juga mengenal besaran lain yang tidak berkaitan dengan gejala alam, seperti laju pertumbuhan penduduk, produktivitas ternak, produk kotor nasional (GNP), dan tingkat kecerdasan. Besaran-besaran ini tidak termasuk dalam besaran fisika.Besaran dibagi menjadi dua diantaranya:

1) Besaran pokok

Besaran fisika di alam sangat banyak sehingga kita sulit menghafalnya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, ahli fisika mencoba merumuskan beberapa besaran yang ditetapkan sebagai besaran pokok.18 Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan terlebih dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran lain, sesuai Tabel 2.1.

18

Tabel. 2.1. Besaran-Besaran Pokok

Besaran Satuan Lambang satuan

Panjang Meter M

Massa Kilogram Kg

Waktu Sekon S

Suhu Kelvin K

Kuat arus Ampere A

Intensitas cahaya Kandela Cd

Jumlah zat Mol Mol

2) Besaran turunan

Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari satuan-satuan pokok. Sesuai Table. 2.2.

Tabel. 2.2. Besaran Turunan:

Besaran Satuan Lambang

satuan

Luas Meter persegi m2

Volume Meter kubik, liter m3, L Kecepatan Meter per sekon m/s

Gaya Newton (kg m/s2) N

Massa jenis Kilogram permeter kubik Kg/m3

Daya Watt W

3) Satuan

Pada zaman dahulu, suatu besaran diukur dengan menggunakan satuan yang berbeda-beda. Misalnya dalam mengukur panjang, ada yang menggunakan satuan hasta, jengkal, kaki, atau langkah. Penggunaan satuan yang berbeda-beda tersebut menimbulkan perbedaan nilai hasil pengukuran, sehingga satuan tersebut tidak diakui secara internasional. Satuan yang tidak diakui internasional disebut satuan tidak baku

Agar hasil pengukuran antara orang yang satu dengan yang lain hasilnya sama, maka adanya perlu keseragaman dalam menggunakan satuan. Berarti satuan yang digunakan harus bersifat baku, satuan yang baku yaitu satuan yang diakui secara internasional, seperti meter atau sentimeter untuk satuan panjang, kilogram atau gram untuk satuan massa, dan sekon (detik) untuk satuan waktu.

Penggunaan satuan yang beraneka ragam dapat menimbulkan beberapa kesulitan. Kesulitan pertama adalah kesulitan dalam menentukan faktor konversi apalagi ingin beralih dari suatu satuan kesatuan lain. Kesulitan kedua adalah memerlukan banyak alat ukur yang sesuai dengan satuan yang akan digunakan. Oleh karena itu, pada tahun 1960 suatu perjanjian internasional menerapakan system metrik sebagai satuan system internasional (SI). System metric menggunakan meter untuk satuan panjang, kilogram untuk satuan massa, dan sekon untuk satuan waktu.

Kelebihan satuan SI adalah kemudahan dalam pemakaiannya karena menggunakan sistem desimal (kelipatan 10) dan hanya ada satu satuan pokok untuk setiap besaran dengan

penambahan awalan untuk satuan yang lebih besar atau yang lebih kecil.19

5. Penerapan model Make A Match pada pelajaran fisika materi besaran dan satuan

Adapun karakteristik model pembelajaran Make a Match maka seorang guru mata pelajaran fisika dapat menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut:

a) Proses Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match

1) Guru menyampaikan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya adalah kartu jawaban.

2) Siswa dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok soal, jawaban dan penilai.

3) Setiap siswa mendapatkan kartu yang bertuliskan soal untuk kelompok soal dan kartu jawaban untuk kelompok jawaban. 4) Setiap siswa memikirkan jawaban dari kartu soal/ jawaban

yang dipegangnya.

5) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya.

6) Setiap siswa dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

7) Ditunjukkan ke siswa kelompok penilai.

8) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman ysng telah disepakati bersama.

19 Budi Prasodjo dkk, Teori dan Aplikasi Fisika untuk Kelas 1 Sltp, (Bogor: Yudistira, 2003), hlm. 9.

9) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

10) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

11) Penutup. b) Sistem Sosial

1) Siswa berinteraksi dengan sesamanya melalui permainan mencocokkan kartu sehingga terbentuk situasi kompetisi yang menyenangkan.

2) Guru sebagai fasilitator mengontrol isi dan proses pembelajaran dari sudut interaksi antara peserta belajar satu dengan yang lainnya.

c) Prinsip Reaksi

1) Guru sebagai fasilitator atau pemberi kemudahan. Dalam proses pembelajaran guru bertugas dan tanggung jawab atas terpeliharanya suasana belajar dengan cara memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelesaikan masalah. 2) Siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman

menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada permainan yang bersifat kompetitif itu.

d) Sistem Pendukung

1) Guru berkepribadian hangat dan terampil dalam mengelola hubungan interpersonal dan diskusi kelompok, mampu menciptakan iklim kelas yang terbuka.

2) Media berupa kartu soal dan jawaban yang berisi beberapa konsep atau topik yang sudah dipelajari dibuat sebagus mungkin sehingga dapat menarik perhatian siswa.

e) Dampak Intruksional dan dampak pengiring 1) Dampak intruksional:

a. Konsep dan keterampilan.

b. Berfikir kritis dan membuat keputusan. c. Ketelitian, kecermatan, serta kecepatan. 2) Dampak pengiring:

a. Pencapaian tujuan dan evaluasi. b. Kesadaran tentang efektifitas. c. Menghadapi konsekuensi.

B. KERANGKA BERFIKIR

Salah satu upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan model pembelajaran yang tepat, di dalam pemilihan model diperlukan pemikiran serta persiapan serta persiapan yang matang.

Proses belajar mengajar yang terjadi harus mampu melatih siswa untuk terlihat sacara aktif untuk proses belajar mengajar. Setiap siswa mempunyai peran untuk mengarahkan, merangkum, bertanya, mengkritik, menerangkan, mencatat dan sebagai penengah dalam kelompok belajarnya.

Dengan demikian siswa akan memperoleh pengetahuan konsep yang bermakna sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang maksimal. Alternatif pengajaran yang sesuai dengan maksud tersebut diantaranya model Make a match. Dengan model ini diharapkan siswa akan lebih untuk mengerti dalam mengatasi kesulitan belajar.

Beberapa guru mengungkapkan bahwa siswa sangat senang bila bermain sambil belajar. Selama ini guru sering menerapkan metode ceramah dalam proses pembelajaran fisika. Banyak macam media pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan suatu materi pelajaran. Salah satu cara penyajian materi pelajaran yang diharapkan

dapat meningkatkan prestasi belajar efektif siswa adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif. Dengan demikian pembelajaran fisika menuntut keaktifan peserta didik sedangkan guru hanya sebagai fasilitator untuk membantu peserta didik dalam pembelajaran.

Kajian pustaka merupakan penelusuran pustaka yang berupa buku, hasil penelitian, karya ilmiah, ataupun sumber lain yang digukan peneliti sebagai rujukan atau pembanding terhadap penelitian yang peneliti lakukan.

Adapun karya Ilmia yang membahas tentang model pembelajaran kooperatif, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Asis Widiyaningrum dengan judul “Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Siswa antara yang

Mendapatkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match, dan Teams Games Tournaments (TGT) dengan Menggunakan Media PowerPoint pada Pokok Bahasan Logika Matematika Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Mranggen tahun 2010/2011.”

C. RUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah, akan ditolak jika salah dan diterima kalau fakta-fakta membenarkannya. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.20

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

Ho : Tidak adanya efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe

Make a match terhadap hasil belajar peserta didik pada pokok

bahasan besaran dan satuan kelas VII MTs Safinatul Huda Karimunjawa Tahun pelajaran 2011/2012.

20

Ha : Adanya efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Make a

match terhadap hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan

besaran dan satuan kelas VII MTs Safinatul Huda Karimunjawa Tahun pelajaran 2011/2012.

Dokumen terkait