• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

i

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah

Jurusan Tadris Fisika

Oleh :

VITRIYA HAMIDA

NIM: 073611031

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

Assalamual’aikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas VII Pada Materi Pokok Besaran Dan Satuan MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa Tahun Pelajaran 2011/2012.

Nama : Vitriya Hamida NIM : 073611031 Jurusan : Tadris Fisika Program Studi : S1

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I

Joko Budi Poernomo, M.Pd

(5)

v Di Semarang

Assalamual’aikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas VII Pada Materi Pokok Besaran Dan Satuan MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa Tahun Pelajaran 2011/2012.

Nama : Vitriya Hamida NIM : 073611031 Jurusan : Tadris Fisika Program Studi : S1

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diajukan dalam Sidang Munaqosah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing II

Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A NIP. 19640308 199303 1 002

(6)

vi Tahun Pelajaran 2011/2012. Penulis : Vitriya Hamida

NIM : 073611031

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif Make A Match efektif terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII pada materi pokok besaran dan satuan MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa. Pada penggunaan sampel menggunakan cluster random

sampling, diperoleh kelas VII A sebagai kelas eksperimen, VII B sebagai kelas

kontrol, sedangkan VIII sebagai kelas uji coba. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, pada desain eksperimen peneliti dapat membandingkan kelompok subyek yang mendapatkan perlakuan (treatment) pada proses pembelajaran adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol pada proses pembelajaran dengan metode konvensional (ceramah atau klasikal).

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan berupa metode dokumentasi dan metode tes. Dari metode wawancara diperoleh data-data mengenai kelas eksperimen, kelas kontrol dan kelas uji coba. Pada tes akhir

(post-test) diberikan setelah peserta didik kelas eksperimen diberi perlakuan

pembelajaran dengan model kooperatif tipe Make A Match dan tes tersebut juga diberikan pada kelas kontrol. Sebelum tes tersebut diberikan, terlebih dahulu tes diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda pada kelas uji coba.

Sebelum hasil penelitian dianalisis dengan uji-t, lebih dahulu tes tersebut diuji prasyarat dengan uji normalitas dan uji homogenitas. Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t di peroleh t hitung = 2,390 dan dari tabel

distribusi t diperoleh t tabel = 1.67 dengan α = 0.05 dan dk = 30+30-2 = 58. Hal ini

menunjukan bahwa t hitung > t tabel, jadi Ha : μ1 > μ2 diterima. Artinya, bahwa

rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada materi pokok besaran dan satuan berbeda secara nyata dengan rata-rata hasil belajar peserta didik kelas kontrol. Dari hasil penelitian diperoleh niai rata-rata kelas eksperimen X = 75,50 dan rata-rata kelas kontrol X = 69,50 Hal tersebut nampak bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran tipe Make A Match pada materi besaran dan satuan lebih baik dari pada rata-rata hasil belajar yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match efektif terhadap hasil belajar peserta didik pada materi besaraan dan satuan.

(7)

vii

berjudul, Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas VII Pada Materi Pokok Besaran Dan Satuan MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa Tahun Pelajaran 2011/2012. Sholawat serta salam senantiasa tersanjung kepada Nabi Agung Muhammad SAW Sang penuntun umat, beserta keluarganya, sahabat, dan umatnya.

Pada kesempatan ini, perkenankan penulis sampaikan rasa terima kasih yang tiada hingga kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam proses penyusunan skripsi penulis, terutama kepada :

1. Dr. Suja’i, M.Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik. 2. Drs. Wahyudi, M.Pd, Ketua Jurusan Tadris dan Bapak Andi Fadlan, S.Si,

M.Sc selaku Ketua Prodi Tadris fisika yang telah memberikan arahan dengan baik.

3. Joko Budi Poernomo, M.Pd, pembimbing I yang telah berkenan memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Drs. Achmad Hasmi Hashona, M.A , pembimbing II yang telah berkenan memberikan waktu, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Dosen pengajar di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis.

6. Khoirul Anam, S.H.I. selaku kepala MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa, beserta staf yang telah mengijinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Chofit Nasul Ichrom, A.Ma , selaku guru fisika kelas VII dan keluarga besar MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa, yang berkenan membantu dan mengarahkan penulis dalam proses penelitian.

(8)

viii

kasih atas do’a dan dukungannya baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

10. Mbah putri yang selalu mendo’akan dan mendukung penulis.

11. Kakak-kakakku (Kak Edi, Kak Idang dan Mbk Ragil) dan adik-adikku (Nurul, Mifta) yang selalu memberikan inspirasi dan motivasi.

12. Kakak sepupuku mbak Murti yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

13. Sahabat-sahabat terbaikku seperjuangan (Sair, Qoyum, Rahma, Fitri, Fahrudin, Nisma, dan uki) yang selalu setia menemani penulis dalam suka dan duka menumbuhkan semangat dihati penulis.

14. Teman-temanku senasip seperjuangan Tadris Fisika angkatan 2007.

Tak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka selain untaian kata terima kasih dan iringan do’a, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan sebaik-baiknya balasan. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Semarang, 30 Nopember 2011 Penulis,

Vitriya Hamida

(9)

ix

PERNYATAAN KEASLIAN ……... ii

PENGESAHAN ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

ABSTRAK ………... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian... ... 7

E. Manfaat Penelitian.. ... 7

BAB II : MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match... 9

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match... 9

2. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 10

3. Materi Pokok Besaran dan Satuan... 14

4. Penerapan Model Make A Match Pada Pembelajaran Fisika Materi Pokok Besaran dan Satuan... 17

B. Kerangka Berfikir ………... 19

C. Rumusan Hipotesis ………..…………. 20

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 22

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 23

(10)

x

1. Metode Dokumentasi... 25

2. Metode Tes... 26

F. Analisis Data Penelitian 1. Analisis Pendahuluan a. Validitas ……….……... 28

b. Reliabilitas ……….……... 29

c. Taraf Kesukaran …....……….……... 29

d. Daya Beda ………...…. 30

2. Analisis Uji Hipotesis a. Analisis Data Keadaan Awal 1) Uji Normalitas ……….…….... 31

2) Uji Homogenitas ……….…... 32

3) Uji Kesamaan Rata-Rata Data ………….……... 33

b. Analisis Data Keadaan Akhir 1) Uji Normalitas ……….……… 35

2) Uji Homogenitas ……….………. 35

3) Uji Perbedaan Rata-rata Data…….…….……….. 36

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian……….………... 38

B. Analisis Uji Coba Instrumen ……….………... 39

a. Analisis Validitas Tes ... 40

b. Analisis Reliabilitas Tes ... 40

c. Taraf Kesukaran Tes ... 40

d. Analisis Daya Beda Soal ... 40

C. Analisis Perhitungan Data Nilai Awal (Pre-test) a. Uji Normalitas ………...……….…….... 41

(11)

xi

c. Uji Perbedaan Rata-rata Data ..……...…….…….... 44 E. Pembahasan Hasil Penelitian ……….………. 45 F. Keterbatasan Penelitian ... 46

BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan... 48 B. Saran... 48 C. Penutup... 49 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan di Indonesia ternyata memang sangat kompleks. Keberagaman ini oleh karena perbedaan yang mencolok antar daerah khususnya perbedaan antara pulau Jawa dengan yang lainnya. Hal inilah yang perlu dipahami pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas di antaranya faktor kebijakan, manajemen sekolah dan pendidikan, fasilitas, sarana dan prasarana, tenaga kependidikan dan pelayanan pendidikan.

Pendidikan memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, maka dari itu sudah sepantasnya jika pendidikan harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah maupun elemen masyarakat. Seorang tokoh pendidikan Jepang mengatakan bahwa pembaruan yang menyeluruh terjadi di Jepang karena adanya pengaruh investasi pendidikan. Seorang tokoh pendidikan lain dari Jerman setelah perang dunia II mengatakan bahwa pembaharuan adalah berkat investasi sistem pendidikan. Tokoh dari Jepang dan Jerman tersebut selaku anggota komisi internasional pengembangan pendidikan akhirnya menyimpulkan peran pendidikan yaitu sebagai berikut :

“ for all those who want to make the world as it is to day a better place, and

to prepare for the future, education is a capital, universal subject.1 (untuk

semua orang yang ingin menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik, dan untuk mempersiapkan masa depan, pendidikan adalah modal yang mencakup semua subjek).

Pemerintah Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang sangat penting dalam konteks pengembangan bangsa menjadi lebih maju dari sebelumnya. Keberadaan tersebut dapat dilihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinea ke-IV yang menyebutkan bahwa:

1Sam M. Chan Tuti T. Sam, Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006 ), hlm. 53-54.

(13)

“Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar Negara republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: ketuhanan yang maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”2

Dari isi pembukaan UUD 1945 menunjukkan bahwa salah satu dari tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Cerdas tidak hanya dalam ranah kognitif saja, akan tetapi juga mencakup ranah lain seperti afektif dan psikomotor masuk di dalamnya. Dengan menguasai ketiga ranah tersebut, maka manusia akan cerdas yang dapat menyelesaikan sesuatu serta tantangan pada era globalisasi saat ini.

Menurut Undang-Undang RI No. 20 pasal 40, ayat 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi:

Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban:

1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis

2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan

3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 3

Sementara itu dalam peraturan pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

2Undang-Undang Dasar (UUD 45), Republik Indonesia dan Amandemennya (Surakarta:

Pustaka Mandiri, tt), hlm. 9-10.

3

(14)

menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartispasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

Untuk membantu peserta didik mencapai berbagai kompetensi yang diharapkan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu diusahakan agar interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar juga merupakan bagian sangat penting dalam mendukung keseluruhan komponen dari materi pembelajaran tersebut.

Salah satu tujuan pembelajaran IPA-Fisika di MTs adalah agar siswa menguasai berbagai konsep dan prinsip IPA-Fisika untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pengajaran fisika di MTs juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap yang positif terhadap fisika, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari fisika secara lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta kemampuan fisika dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan fisika dalam teknologi.

Fisika adalah salah satu ilmu dalam bidang sains merupakan salah satu pelajaran yang harus memahami konsep dan prinsip yang terkandung di dalamnya, kemudian menuliskanya ke dalam parameter-parameter dan simbol-simbol fisis, biasanya dipelajari melalui perhitungan secara matematis sehingga seringkali ditakuti dan cenderung tidak disukai bahkan tidak jarang hal ini menyebabkan ketidak senangan peserta didik terhadap mata pelajaran ini semakin besar.

Kondisi umum tersebut banyak dialami di sekolah-sekolah masyarakat ekonomi menengah ke bawah terutama di daerah pedesaan maupun kepulauan, dimana faktor siswa sangat mendominasi keterlaksanaan proses

(15)

pembelajaran, kemauan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sangat minim, ini terlihat dengan banyaknya siswa yang sering membolos dan tidak memperhatikan jadwal mata pelajaran. Rata-rata guru pasrah dan lepas tangan dengan kondisi siswa yang semaunya sendiri tersebut.

Kondisi ini terbawa dalam lingkup lebih khusus yaitu kelas fisika, seperti saat peneliti melakukan pengamatan langsung di kelas VII MTs Safinatul Huda 02 Kemujan Karimunjawa Jepara. Bentuk pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih konvensional, beberapa siswa tidak memperhartikan, bahkan ada satu siswa yang tidur pulas dan tidak ada alat peraga sehingga pembelajaran memang tampak membosankan.

Dari sekian banyak persoalan tersebut peneliti menemukan bentuk perlakuan terhadap siswa dalam proses pembelajaran yang sangat disayangkan. Yaitu ketika guru sudah mencoba memancing keaktifan siswa dengan melibatkan siswa dalam pemecahan soal. Pada saat itu intruksi guru kurang jelas, guru hanya menyuruh siswa untuk mengerjakan soal di papan tulis tanpa ada intruksi untuk kerja kelompok atau individu. Akibatnya banyak siswa yang tidak mengerjakan, mereka seolah-olah tidak terbebani dan hanya menunggu teman-temannya yang lain untuk mengerjakan. Padahal beberapa diantara siswa serius mengerjakan, bahkan ada yang bekerjasama sendiri tanpa menunggu intruksi dari guru. Hemat peneliti, akan lebih baik jika guru sudah memberikan intruksi yang jelas kepada siswa untuk melakukan kerjasama, sehingga siswa memang dipicu semangatnya sejak awal.

Melihat kondisi demikian itu, tidak heran jika hasil belajar siswa semester lalu ketidak tuntasan siswa mencapai 50 persen. Padahal KKM yang ditetapkan Madrasah tersebut 70. Ini menunjukkan hasil kegiatan belajar yang tidak memuaskan

Berangkat dari permasalahan tersebut maka untuk meningkatkan hasil belajar siswa dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang tepat, yaitu model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap peserta didik yang ada

(16)

dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) terbukti dari hasil belajar (prestasi) yang berfareasi dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya dan suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Seperti halnya Peserta didik di MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa berasal dari beberapa suku yang berbeda-beda dan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda pula. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam proses belajar fisika dituntut untuk berfikir aktif, kreatif, kritis dan terlebih secara teliti. Untuk itu model pembelajaran kooperatif make

a match dipandang sebagai salah satu model pembelajaran yang sesuai, sebab

model tersebut menuntut peserta didik untuk belajar secara kelompok (kooperatif) diharapkan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS VII PADA MATERI POKOK BESARAN DAN SATUAN MTs SAFINATUL HUDA 02 KARIMUNJAWA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.

B. PEMBATASAN MASALAH

Sebelum penulis membahas lebih lanjut penulisan skripsi ini, perlu penulis jelaskan judul penelitian ini, dengan harapan agar mudah dipahami, terarah, jelas dan tepat sasaran selain itu juga untuk menghindari agar tidak terjadi kesalahfahaman serta salah tafsir. Maka perlu dipaparkan istilah berikut diantaranya :

1. Efektivitas

Efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari

(17)

tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai.4

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.5

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan interaksi siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru. Guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.

3. Make a Match

Make a Match adalah suatu pembelajaran kooperatif yang mencari

pasangan agar menemukan kartu jawaban atau soal yang sesuai. 4. Hasil Belajar

Menurut Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.”6 Nilai hasil belajar didapat dari semua pekerjaan peserta didik yang meliputi lembar kerja, kuis dan tes evaluasi setelah penerapan model pembelajaran Make a match.

5. Materi Besaran dan satuan

Besaran dan satuan adalah salah satu materi yang dipelajari di MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa pada kelas VII semester I. Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan

4

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 111, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005).

5Trianto, Model PembelajaranInovatif Berorientasi Kontrustivistik, (Jakarta: Prestasi

pustaka, 2007), hlm. 5.

6

(18)

angka. Berdasarkan satuanya terdapat dua macam yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang digunakan sebagai pembanding yang digunakan dalam pengukuran.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif make a match efektif terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII pada materi pokok besaran dan satuan MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa tahun pelajaran 2011/2012?

D. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran kooperatif make a match terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII pada materi pokok besaran dan satuan MTs Safinatul Huda 02 Karimunjawa tahun 2011/2012?

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti

Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada peneliti tentang pelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif make a

match dapat diaplikasikan di dalam proses pembelajaran di kelas.

2. Guru

Dapat memberikan masukan bagi guru, khususnya bidang studi sains fisika yang dapat menambah wawasan perihal variasi model-model pembelajaran dalam penyelenggaraan proses pembelajaran khusunya pelajaran fisika menggunakan model pembelajaran kooperatif make a

(19)

3. Peserta Didik

Dapat mengetahui cara belajar sains khususnya fisika yaitu model pembelajaran kooperatif make a match sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan membantu memahami dan menyelesaikan soal fisika.

4. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat diharapkan memberi sumbangan bagi sekolah dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran, khususnya berkaitan dengan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

(20)

BAB II

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match 1. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”1

Menurut Clifford T. Morgan yang dikutip Mustaqim dalam buku Ilmu Jiwa Pendidikan dijelaskan “learning is any relatively

permanent change in behaviour that is a result of past experience “

(Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu).2

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.3

Menurut Howard L. Kingskey dalam bukunya Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa learning is the process by which

behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training (belajar adalah proses di mana

1Daryanto, Panduan Proses Pembelajaran Kraetif dan Inovatif, (Jakarta: AV Publisher, 2009), cet.I, hlm. 2.

2 Mustaqim, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Semarang: CV. Andalan Kita, 2007), hlm. 37 3Catharina Tri Anni, dkk, Psikologi Belajar, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2006), Cet. 3, hlm. 2.

(21)

tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau dirubah melalui praktek atau latihan).4

Sedangkan belajar sendiri menurut Dr. Musthofa Fahmi, memberikan pengertian sebagai berikut:

Artinya :Sesungguhnya belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktivitas yang menghasilkan

perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman"5.

Sedangkan menurut Slameto “ belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”6

.

Menurut Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Majid menjelaskan tentang definisi belajar:

7

Artinya :Sesungguhnya belajar adalah merubah pemahaman siswa dari pengalaman yang lama, maka di dalamnya membahas perubahan yang baru.

Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik secara pribadi atau sepihak. Sementara pembelajaran itu melibatkan dua pihak, yaitu guru dan peserta didik yang di dalamnya mengandung dua unsur sekaligus yaitu

4Syaeful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), cet. II, hlm. 13.

5

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo , 2001), hlm. 34.

6

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 2.

7Sholeh Abdul Azis, At Tarbiyah wa Turuqut at Tadriis, (Mesir: Darul Ma’arif, tt), juz I, hlm. 169.

(22)

mengajar dan belajar (teaching and learning). Jadi pembelajaran telah mencakup belajar.8

Belajar sebagai perubahan relatife permanen dalam tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari praktek,” learning is a

relatively permanent change is behavior that occurs as a result of

practice”. 9

Dari beberapa definisi dan pendapat para ahli tentang pengertian belajar, secara umum pengertian belajar adalah sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, dalam surat Al Quran juga disebutkan bawa perubahan keadaan berawal dari diri masing-masing individu dengan adanya proses belajar maka perubahan keadaan akan tebentuk.

Allah berfirman dalam AlQur’an surat Al Ra’du: 11

Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan

sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Qs.

Al-Ra’du : 11).10

Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Allah itu tidak akan merubah keadaan kita (pengetahuan), selagi kita tidak berusaha untuk merubahnya sendiri.

Al Qur’an adalah kalam Allah yang menjadi sumber segala hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk membahas tentang pembelajaran. Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat yang berhubungan dengan pembelajaran. Sebagai khalifah, manusia

8Ismail SM, Strategi Pembelajar Agama Islam Berbasis PAIKEM: Pembelajaran

Aktif, Inovatif, kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: RaSAIL Media Group,

2008), hlm. 8-9.

9 Mutadi, Pendekatan Efektif Dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Balai Diklat

Propinsi Jawa Tengah, 2007 ). hlm. 12.

(23)

harus mencerminkan sifat-sifat Ilahiah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini, dan untuk dapat memerankannya manusia harus mengembangkan potensinya. Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat An-Nahl ayat 78:

(24)

         

      

Artinya :“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu

dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan

hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S An Nahl: 78).11

Jadi untuk mengemban tugasnya sebagai hamba Allah SWT dan sekaligus khalifah-Nya, manusia telah dilengkapi Allah SWT dengan potensi yang selaras dan serasi. Potensi tersebut hanya akan berfungsi secara maksimal apabila dikembangkan melalui proses bimbingan secara bertahap, terarah, terprogram, dan berkesinambungan. Dalam mengembangkan potensi peserta didik diperlukan proses pembelajaran yang mampu menggairahkan suasana belajar mengajar

2. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Make a match adalah teknik mengajar dengan mencari

pasangan. Salah satu keunggulannya adalah siswa belajar sambil menguasai konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Pembelajaran model Make a match yaitu pembelajaran yang teknik mengajarnya dengan mencari pasangan melalui kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang harus ditemukan dan didiskusikan oleh pasangan siswa tersebut.12

Hal-hal yang perlu disiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan Make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

11

Departemen Agama R.I., Al-qur’an dan Terjemah (Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm. 375.

12 Anita Lie, Cooperatif learning Mempraktikan Cooperatif learning di ruang-ruang

(25)

Dalam pembelajaran ini pendidik harus mempersiapkan kartu-kartu pertanyaan/soal dan kartu-kartu-katu jawaban dari pertanyaan/soal tersebut. Pembagian kartu-kartu dikelompokkan pada kelompok siswa mendapat kartu pertanyaan/soal dan pada kelompok siswa mendapat kartu jawaban.13

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan dibandingkan dengan model pembelajaran yang lainnya. Begitu juga dengan model Make a match, adapun kelebihan dan kelemahannya adalah sebagai berikut:

a) Kelebihan

1) Siswa dapat belajar dengan aktif karena guru hanya berperan sebagai pembimbing, sehingga siswa yang mendominasi dalam aktifitas pembelajaran.

2) Siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat dalam kartu yang ditemukannya.

3) Dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

4) Dengan penyelesaian soal (masalah), maka otak siswa akan bekerja lebih baik, sehingga proses belajarpun akan menjadi lebih baik.

5) Siswa dapat mengenal siswa lainnya, karena dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antar kelompok dan interaksi antar siswa untuk membahas soal dan jawaban yang dihadapi. b) Kelemahan

1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan. 2) Guru memerlukan waktu untuk mempersiapkan alat dan

bahan pembelajaran yang memadahi. Memerlukan waktu yang lebih banyak, sehingga waktu yang tersedia harus

13 Menurut Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Jakarta:

(26)

dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.14 Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Jadi hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur seberapa jauh seorang peserta didik menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (Product) menunjuk pada sebuah perolehan akibat dilakukannya sebuah aktivitas atau proses yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional.15 Dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami proses belajar peserta didik berubah perilakunya dibanding sebelumnya.

a) Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal).16

1) Faktor Internal

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Misalnya penglihatan, pendengaran, stuktur tubuh dan sebagainya.

14Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), cet. XV , hlm. 22.

15 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), cet.I, hlm. 44.

16 Ahmadi, Abu, dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. II, hlm. 138.

(27)

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas:

1. Faktor intelektif yang meliputi:

Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat. Faktor kecakapan yaitu prestasi yang dimiliki. 2. Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian

tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun spikis 2) Faktor Eksternal

a. Faktor sosial yang terdiri atas: 1. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi

2. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah merupakan merupakan tempat seorang siswa mendapatkan ilmu secara formal. Belajar melaui proses interaksi sesama siswa, guru, karyawan, kondisi sekolah, kegiatan belajar mengajar, dan sebagainya.

b. Lingkungan masyarakat

Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia yang lain, karena sesama manusia saling membutuhkan.

c. Lingkungan kelompok

Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. Interaksi yang dilakukan siswa akan menyebabkan pengelompokkan siswa baik secara Terorganisir maupun hanya kelompok berteman. Terbentuknya kelompok biasanya

(28)

disebabkan adanya moral, sosial ekonomi, kesamaan bakat dan kemampuan.

d. Faktor budaya

Seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

b) Nana Sudjana berpendapat bahwa belajar adalah yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor. Sependapat dengan Sudjana. Sumardi Suryabrata mengemukakah faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:17

1) Faktor dari dalam diri siswa (internal). Ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor sosiologis dan faktor psikologis.

2) Faktor dari luar diri siswa (eksternal), digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor non sosial dan faktor sosial

Untuk lebih jelasnya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar akan penulis jabarkan sebagai berikut:

1) Faktor Internal

a. Faktor fisiologis (jasmaniyah).

b. Faktor psikologis yang mempengaruhi aktivitas belajar mencakup banyak faktor, ini dipandang sebagai cara berpikir dan fungsi pikiran siswa dalam hubungannya dengan pemahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang akan disajikan lebih mudah dan efektif. Dengan demikian proses pembelajaran akan berhasil dengan baik. Faktor psikologis meliputi: bakat, minat, sikap, intelegensi, motivasi, perhatian dan pemahaman.

2) Faktor eksternal

17

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2009), Cet XIV, hlm. 30

(29)

a. Faktor non sosial berasal dari luar diri manusia, tempat, waktu, buku, alat peraga, keadaan alam.

b. Faktor sosial manusia hubungannya dengan manusia 1. Faktor dalam lingkungan keluarga

2. Faktor dalam lingkungan pendidikan formal (sekolah)

3. Faktor dari lingkungan masyarakat

4. Materi Pokok Besaran dan Satuan

a) Besaran fisika

Mempelajari fisika sebenarnya mempelajari sifat dan prilaku besaran-besaran fisika. Besaran fisika adalah sifat atau gejala alam yang dapat diukur.misalnya kita mengukur panjang sebuah meja. Pajang disebut besaran karena ia dapat diukur.

Kita juga mengenal besaran lain yang tidak berkaitan dengan gejala alam, seperti laju pertumbuhan penduduk, produktivitas ternak, produk kotor nasional (GNP), dan tingkat kecerdasan. Besaran-besaran ini tidak termasuk dalam besaran fisika.Besaran dibagi menjadi dua diantaranya:

1) Besaran pokok

Besaran fisika di alam sangat banyak sehingga kita sulit menghafalnya. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, ahli fisika mencoba merumuskan beberapa besaran yang ditetapkan sebagai besaran pokok.18 Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan terlebih dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran lain, sesuai Tabel 2.1.

18

(30)

Tabel. 2.1. Besaran-Besaran Pokok

Besaran Satuan Lambang satuan

Panjang Meter M

Massa Kilogram Kg

Waktu Sekon S

Suhu Kelvin K

Kuat arus Ampere A

Intensitas cahaya Kandela Cd

Jumlah zat Mol Mol

2) Besaran turunan

Besaran turunan adalah besaran yang satuannya diturunkan dari satuan-satuan pokok. Sesuai Table. 2.2.

Tabel. 2.2. Besaran Turunan:

Besaran Satuan Lambang

satuan

Luas Meter persegi m2

Volume Meter kubik, liter m3, L Kecepatan Meter per sekon m/s

Gaya Newton (kg m/s2) N

Massa jenis Kilogram permeter kubik Kg/m3

Daya Watt W

(31)

3) Satuan

Pada zaman dahulu, suatu besaran diukur dengan menggunakan satuan yang berbeda-beda. Misalnya dalam mengukur panjang, ada yang menggunakan satuan hasta, jengkal, kaki, atau langkah. Penggunaan satuan yang berbeda-beda tersebut menimbulkan perbedaan nilai hasil pengukuran, sehingga satuan tersebut tidak diakui secara internasional. Satuan yang tidak diakui internasional disebut satuan tidak baku

Agar hasil pengukuran antara orang yang satu dengan yang lain hasilnya sama, maka adanya perlu keseragaman dalam menggunakan satuan. Berarti satuan yang digunakan harus bersifat baku, satuan yang baku yaitu satuan yang diakui secara internasional, seperti meter atau sentimeter untuk satuan panjang, kilogram atau gram untuk satuan massa, dan sekon (detik) untuk satuan waktu.

Penggunaan satuan yang beraneka ragam dapat menimbulkan beberapa kesulitan. Kesulitan pertama adalah kesulitan dalam menentukan faktor konversi apalagi ingin beralih dari suatu satuan kesatuan lain. Kesulitan kedua adalah memerlukan banyak alat ukur yang sesuai dengan satuan yang akan digunakan. Oleh karena itu, pada tahun 1960 suatu perjanjian internasional menerapakan system metrik sebagai satuan system internasional (SI). System metric menggunakan meter untuk satuan panjang, kilogram untuk satuan massa, dan sekon untuk satuan waktu.

Kelebihan satuan SI adalah kemudahan dalam pemakaiannya karena menggunakan sistem desimal (kelipatan 10) dan hanya ada satu satuan pokok untuk setiap besaran dengan

(32)

penambahan awalan untuk satuan yang lebih besar atau yang lebih kecil.19

5. Penerapan model Make A Match pada pelajaran fisika materi besaran dan satuan

Adapun karakteristik model pembelajaran Make a Match maka seorang guru mata pelajaran fisika dapat menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut:

a) Proses Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match

1) Guru menyampaikan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya adalah kartu jawaban.

2) Siswa dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu kelompok soal, jawaban dan penilai.

3) Setiap siswa mendapatkan kartu yang bertuliskan soal untuk kelompok soal dan kartu jawaban untuk kelompok jawaban. 4) Setiap siswa memikirkan jawaban dari kartu soal/ jawaban

yang dipegangnya.

5) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartu yang dipegangnya.

6) Setiap siswa dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

7) Ditunjukkan ke siswa kelompok penilai.

8) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman ysng telah disepakati bersama.

19 Budi Prasodjo dkk, Teori dan Aplikasi Fisika untuk Kelas 1 Sltp, (Bogor: Yudistira,

(33)

9) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

10) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

11) Penutup. b) Sistem Sosial

1) Siswa berinteraksi dengan sesamanya melalui permainan mencocokkan kartu sehingga terbentuk situasi kompetisi yang menyenangkan.

2) Guru sebagai fasilitator mengontrol isi dan proses pembelajaran dari sudut interaksi antara peserta belajar satu dengan yang lainnya.

c) Prinsip Reaksi

1) Guru sebagai fasilitator atau pemberi kemudahan. Dalam proses pembelajaran guru bertugas dan tanggung jawab atas terpeliharanya suasana belajar dengan cara memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelesaikan masalah. 2) Siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman

menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada permainan yang bersifat kompetitif itu.

d) Sistem Pendukung

1) Guru berkepribadian hangat dan terampil dalam mengelola hubungan interpersonal dan diskusi kelompok, mampu menciptakan iklim kelas yang terbuka.

2) Media berupa kartu soal dan jawaban yang berisi beberapa konsep atau topik yang sudah dipelajari dibuat sebagus mungkin sehingga dapat menarik perhatian siswa.

(34)

e) Dampak Intruksional dan dampak pengiring 1) Dampak intruksional:

a. Konsep dan keterampilan.

b. Berfikir kritis dan membuat keputusan. c. Ketelitian, kecermatan, serta kecepatan. 2) Dampak pengiring:

a. Pencapaian tujuan dan evaluasi. b. Kesadaran tentang efektifitas. c. Menghadapi konsekuensi.

B. KERANGKA BERFIKIR

Salah satu upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan model pembelajaran yang tepat, di dalam pemilihan model diperlukan pemikiran serta persiapan serta persiapan yang matang.

Proses belajar mengajar yang terjadi harus mampu melatih siswa untuk terlihat sacara aktif untuk proses belajar mengajar. Setiap siswa mempunyai peran untuk mengarahkan, merangkum, bertanya, mengkritik, menerangkan, mencatat dan sebagai penengah dalam kelompok belajarnya.

Dengan demikian siswa akan memperoleh pengetahuan konsep yang bermakna sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang maksimal. Alternatif pengajaran yang sesuai dengan maksud tersebut diantaranya model Make a match. Dengan model ini diharapkan siswa akan lebih untuk mengerti dalam mengatasi kesulitan belajar.

Beberapa guru mengungkapkan bahwa siswa sangat senang bila bermain sambil belajar. Selama ini guru sering menerapkan metode ceramah dalam proses pembelajaran fisika. Banyak macam media pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan suatu materi pelajaran. Salah satu cara penyajian materi pelajaran yang diharapkan

(35)

dapat meningkatkan prestasi belajar efektif siswa adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif. Dengan demikian pembelajaran fisika menuntut keaktifan peserta didik sedangkan guru hanya sebagai fasilitator untuk membantu peserta didik dalam pembelajaran.

Kajian pustaka merupakan penelusuran pustaka yang berupa buku, hasil penelitian, karya ilmiah, ataupun sumber lain yang digukan peneliti sebagai rujukan atau pembanding terhadap penelitian yang peneliti lakukan.

Adapun karya Ilmia yang membahas tentang model pembelajaran kooperatif, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Asis Widiyaningrum dengan judul “Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Siswa antara yang

Mendapatkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match, dan Teams Games Tournaments (TGT) dengan Menggunakan Media PowerPoint pada Pokok Bahasan Logika Matematika Kelas X Semester II SMA Negeri 2 Mranggen tahun 2010/2011.”

C. RUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah, akan ditolak jika salah dan diterima kalau fakta-fakta membenarkannya. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.20

Hipotesis pada penelitian ini adalah :

Ho : Tidak adanya efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe

Make a match terhadap hasil belajar peserta didik pada pokok

bahasan besaran dan satuan kelas VII MTs Safinatul Huda Karimunjawa Tahun pelajaran 2011/2012.

20

(36)

Ha : Adanya efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Make a

match terhadap hasil belajar peserta didik pada pokok bahasan

besaran dan satuan kelas VII MTs Safinatul Huda Karimunjawa Tahun pelajaran 2011/2012.

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode studi eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sisitematis, logis dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Disamping itu, eksperimen merupakan prosedur untuk menyelidiki hubungan sebab akibat dengan menempatkan obyek secara acak ke dalam kelompok-kelompok dimana satu atau dua variabel independen dimanipulasi.1 Penelitian ini menggunakan desain post

test control group design yakni menempatkan subyek penelitian ke dalam dua

kelompok (kelas) yang dibedakan menjadi kategori kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian eksperimen dengan desain post test control group design adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penempatan acak terhadap subyek

Penempatan acak terhadap subyek dilakukan dengan teknik Claster

Random sampling (teknik ini digunakan dengan pertimbangan karena

semua kelas memiliki prestasi yang hampir sama setelah kedua kelas di uji dengan normalitas dan homogenitas), teknik ini digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol.

2. Manipulasi perlakuan terhadap kelompok eksperimen

Manipulasi maksudnya, peneliti memberi perlakuan yang berbeda kepada kelas eksperimen. Kelas eksperimen diberi treatmen berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match, sedangkan kelas kontrol digunakan sebagai pembanding hasil akhir untuk menguji kebenaran hipotesis.

1Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta:

PT Raja Grapindo Persada,1996), hlm. 322.

(38)

3. Melaksanakan pos tes terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol

Post tes ini diberikan kepada kelas eksperimen setelah dikenai model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan kelas kontrol yang dikenai model pembelajaran konvensional. Post tes ini berupa soal materi besaran dan satuan yang merupakan materi yang dijadikan obyek penelitian. Soal yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan soal yang sama persis, sehingga hasil post tes tersebut dapat dibandingkan. 4. Membandingkan hasil post tes kelas eksperimen dan kelas kontrol

Jenis penelitian yang dipakai adalah metode penelitian eksperimen dan menggunakan bentuk desain Posttest-Only Control Design.

Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok

eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok

kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah ( : ).2

Sedangkan untuk teknik analisisnya menggunakan uji t_tes untuk mengetahui adanya pengaruh hasil belajar peserta didik yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe make a match pada materi besaran dan satuan

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, waktu yang digunakan penulis adalah semester ganjil yaitu tanggal 5 Agustus sampai 15 September 2011. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Safinatul Huda 02 Kemujan Karimunjawa.

2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualittif dan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2009),

hlm 112.

R X O2

(39)

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tetapkan.3 Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VII MTs Safinatul Huda 02 Kemujan Karimunjawa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi.4 Sampel penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas perlakukan (VII A) dan kelas kontrol (VII B).

3. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik Cluster random sampling. Teknik ini menghendaki adanya kelompok-kelompok dalam pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok-kelompok yang ada pada populasi.5

D. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.6

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas sering disebut sebagai variabal stimulus, predictor. Variabel bebas adalah kondisi yang oleh eksperimen dimanipulasikan untuk menerangkan hubunganya dengan fenomena yang di observasi .7

3 S. Margono, Metodologi Penelitian dan Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipata, 2003), cet. IV, hlm. 118.

4

S. Margono, Metodologi Penelitian, hlm. 121.

5 Khalid Narbuko, dan Abu Ahmadi, metode penelitiam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005), cet. 7, hlm. 117.

6 S. Margono, Metodologi Penelitian, hlm. 82.

(40)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan menerapkan model pembalajaran kooperatif tipe make a match.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Dalam penelitian ini variabel bebas mempunyai indikator sebagai berikut:

a. Tujuan pembelajaran b. Kerjasama dalam kelompok

c. Komunikasi antar pesertaa didik dalam kelompok

d. Mempasangkan kartu-kartu soal dengan kartu-kartu jawaban 2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria dan konsekuen. Variabel terikat adalah kondisi yang berubah ketika pengeksperimen mengganti variabel bebas.8

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar fisika peserta didik materi pokok besaran dan satuan dengan indikator nilai hasil fisika setelah dikenai pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas eksperimen dan nilai hasil belajar sudah mencapi KKM (Post test)

E. Pengumpulan Data Penelitian

Teknik pengumpulan data adalah ketepatan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, agenda dan sebagainya.9 Adapun proses pengumpulan data dalam penelitian ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

8 Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian., hlm. 4.

9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT

(41)

a. Persiapan

Dalam persiapan ini, penulis mengadakan observasi awal ke tempat penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal tentang pengamatan sekolah serta keadaan belajar peserta didik pada mata pelajaran fisika.

b. Pelaksanaan

Setelah mendapatkan persetujuan atau izin penelitian (baik dari fakultas maupun sekolah), maka peneliti mulai melihat langsung (observasi) aktivitas pembelajaran di sekolah. Kemudian melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a

match. Setelah pengumpulan data melalui nilai ulangan harian dan post test selesai, untuk mendapatkan data-data pelengkap seperti keadaan

umum sekolah dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, maka peneliti menggunakan metode dokumentasi.

2. Metode Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.10 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar peserta didik pada materi pokok besaran dan satuan setelah menerima perlakuan eksperimen.

a. Bentuk Tes

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes obyektif. Pilihan ganda dengan 4 option. Dengan pertimbangan sebagai berikut:

1) Tes obyektif mempunyai jawaban mutlak, sehingga dalam pemberian skor sangat obyektif

2) Pemeriksaan hasil tes dapat dilakukan dengan cepat.

10

(42)

3) Skor masing-masing peserta didik tidak dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dalam menyusun kalimat dan subyektifitas pemeriksa.

b. Pembuatan tes

Langkah-langkah dalam pembuatan instrument tes adalah sebagai berikut:

1) Pembatasan terhadap materi yang akan diteskan 2) Menentukan waktu atau alokasi waktu

(43)

Wawancara

Hasil belajar peserta didik rendah

Kelas VII diuji prasyarat dengan pretest

Kelas uji coba Kelas eksperimen Kelas kontrol

Uji instrumen

Data

Analisis Instrumen yang memenuhi

kriteria

Model pembelajaran kooperatif tipe Make A

Match

Model pembelajaran konvensional (ceramah)

Post test Jawaban post test

Analisis data

Nilai post test

Analisis data Uji hipotesis

Tidak Berpengaruh Berpengaruh

Kesimpulan Data akhir

Latar Belakang

(44)

F. Analisis Data Penenelitian 1. Analisis Pendahuluan

Sebelum instrumen diujikan kepada sampel, maka instrumen tersebut harus memenuhi kriteria valid, reliabel, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis terlebih dahulu terhadap soal yang akan diujikan meliputi:

a. Validitas

Sebuah item atau butir soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor soal. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Untuk menghitung validitas menggunakan rumus korelasi, rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan sebutan rumus korelasi product moment, rumusnya sebagai berikut.11

dimana :

:Koofisien kolerasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan

X : Variabel X

Y : Variabel Y

N : Jumlah sampel

11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 170.

N X ( X )



N Y ( Y )

) Y )( X ( -XY N 2 2 2 2

  rxy rxy

(45)

b. Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dapat dipercaya dan konsisten. Apabila peneliti memiliki instrument dengan jumlah butir pertanyaan ganjil, maka peneliti tidak mungkin menggunakan teknik belah dua untuk pengujian reliabilitasnya.

Untuk mengatasi kesulitan dalam memenuhi prasarat ini, maka reliabilitas dapat dicari dengan rumus yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson. Rumusnya yaitu K-R.20

dimana :

: releabilitas tes secara keseluruhan

P : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p) : jumlah hasil perkalian antara p dan q

k : banyaknya item / butir soal

s : standar deviasi dari tes (akar dari variasi)

dimana = simpangan 12

c. Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.13

Rumus yang digunakan sebagai berikut:

12 Sugiono, Statistik Untuk Penelitian, hlm.278.

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 207.                

2 2 11 S P S 1 -K K q r 11 r

Pq

 

N N S 2 2 2

  x x x xx s J B p

(46)

Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = banyaknya peserta didik yang menjawab benar = jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Menurut ketentuan, indeks kesukaran yang sering digunakan diklarifikasikan sebagai berikut:

Soal dengan 0,00 0,30 maka dikategorikan soal sukar 0,30 < 0,70 maka dikategorikan soal sedang

0,70 < 1,00 maka dikategorikan soal mudah d. Daya Beda Soal

Rumus yang digunakan untuk menentukan daya beda pembeda adalah:

Keterangan :

Banyaknya peserta kelompok atas Banyaknya peserta kelompok bawah

Banyaknya jawaban kelompok atas Banyaknya jawaban kelompok bawah

proporsi jawaban benar kelompok atas

proporsi jawaban benar kelompok bawah

D = Daya pembeda Klasifikasi daya beda:

0,00 D 0,20 maka daya pembeda jelek 0,20 < D 0,40 maka daya pembeda cukup 0,40 < D 0,70 maka daya pembeda baik 0,70 < D 1,00 maka daya pembeda baik sekali

s J  PPP B A B B A A P P J B J B D     A JB JA BB B   A A A J B P   B B B J B P

(47)

2. Analisis Uji Hipotesis

Uji hipotesis dimaksudkan untuk mengolah data yang terkumpul, yaitu data hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk membuktikan diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan oleh penulis dan dalam pembuktian menggunakan uji . Adapun tahap analisisnya meliputi:

a. Analisis Data Keadaan Awal

Analisis data keadaan awal bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum mendapat perlakuan yang berbeda, apakah kedua kelas berasal dari sampel yang homogen atau tidak. Oleh karena itu peneliti menggunakan nilai ulangan harian dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui data distribusi secara normal atau tidak untuk mengetahui distribusi data yang diperoleh dilakukan uji normalitas dengan uji Chi-Kuadrat, adapun langkah-langkah uji Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut:

a) Menentukan rentang (R), yaitu data terbesar dikurangi data terkecil.

b) Menentukan banyak kelas interval (P) dengan rumus: k = 1 + (3,3) log n

c) Menentukan panjang kelas, dengan rumus:

P = s BanyakKela R g ntan ( ) Re

d) Membuat table distribusi frekuensi

e) Menentukan batas kelas (bk) dari masing-masing kelas interval f) Menghitung rata-rata Xi (𝑥 ), dengan rumus:

𝑥 =

fi fixi

(48)

1

2 2 2   

n n fixi fixi n s

h) Menghitung simpangan baku (S) i) Menghitung nilai z dengan rumus:

s x x z  x = batas kelas 𝑥 = rata-rata s = standar deviasi

j) Menentukan luas daerah tiap kelas interval

k) Menghitung frekuensi expository (Ei), dengan rumus: Ei = n x luas daerah dengan n jumlah sampel

l) Membuat daftar frekuensi observasi (Ei, dengan frekuensi expository sebagai berikut:

Tabel 1. Daftar Frekuensi Observasi Kelas

Interval

BK Z LD Ei Oi (𝐸𝑖 − 𝑂𝑖)2

𝐸𝑖 m) Menghitung Chi Kuadrat (2), dengan rumus:

  Ei Oi Ei 2 2 

n) Menentukan derajat kebebasan (dk) dalam perhitungan ini, data disusun dalam daftar distribusi frekuensi dengan rumus dk = k-1 o) Menentukan harga 2

p) Menentukan distribusi normalitas dengan kriteria pengujian: Jika 2 hitung > 2 tabel maka data tidak berdistribusi normal.14

14

(49)

2. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut homogen atau tidak. Pengujian homogenitas data dilakukan dengan uji varians.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: a) Menghitung rata-rata ( 𝑥 )

b) Menghitung varians (𝑠2) dengan rumus:

1

2 2 2   

n n fixi fixi n s

c) Menghitung F dengan rumus : F = terkecil ians terbesar ians var var

q) Membandingkan Fhitung dengan Ftabel ½  (nb-1) (nk-1) dan dk = k-1 apabila Fhitung < Ftabel maka data berdistribusi homogen.

3. Uji Persamaan Rata-Rata (t)

Teknik statistik yang digunakan untuk menentukan taraf signifikansi perbandingan (membandingkan nilai rata-rata suatu kelompok dengan rata-rata kelompok yang lain) adalah dengan Uji-t atau t-test.15

Untuk rumus uji t-tes sebagai berikut: Jika μ1  μ2 s n n x x t 2 1 1 1 2 1    Dengan

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s

15 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar metodologi penelitian kuantitatif dalam pendidikan,

(50)

Keterangan: 𝑥1

= Rata-rata data tes kemampuan pada kelas eksperimen 𝑥2

= Rata-rata data tes kemampuan pada kelas kontrol

n1 = Banyaknya peserta didik kelas eksperimen n2 = Banyaknya peserta didik kelas kontrol

𝑠12 = Varians Kelompok eksperimen

𝑠22 = Varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian yang berlaku adalah terima Ho jika 𝑥2 hitung < 𝑥2 tabel dengan menentukan dk = (n1 + n2 – 2), taraf signifikan 𝛼=

5% dan peluang (1 - ½ 𝛼).16 b. Analisis Data Akhir

1. Uji Normalitas

Langkah-langkah pengujian normalitas sama dengan langkah-langkah uji normalitas pada analisis tahap awal.

2. Uji Homogenitas

Langkah-langkah pengujian kesamaan dua varians (homogenitas) sama dengan langkah-langkah uji kesamaan dua varians (homogenitas) pada analisis tahap awal.

3. Uji Perbedaan Rata-rata (Uji Pihak Kanan)

Teknik statistik yang digunakan adalah teknik t-test pihak kanan untuk menguji signifikansi perbedaan dua buah mean yang berasal dari dua buah distribusi.17 Hipotesis yang diajukan dalam uji perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut.

H0 : μ1 ≤ μ2

Ha : μ1 > μ2

Keterangan:

μ1 = rata-rata kelas eksperimen

μ2 = rata-rata kelas kontrol

16 Sudjana., Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), hlm. 239.

(51)

Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan rumus a. Jika n1n2dan μ1 = μ2                2 2 2 1 2 1 2 1 n s n s x x t dengan 2 ) 1 ( ) 1 ( 1 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s

Kriteria pengujian H0 ditolak jika

2 1 2 2 1 1 w w t w t w t    dan H0

diterima untuk harga t lainnya. Dengan

2 2 2 2 1 2 1 1 , n s w n s w   , ) 1 )( 1 ( 1 tn1 t , dan 2 (1 )( 1) 2  t n t b. Jika n1 n2dan μ1 > μ2 2 1 2 1 1 1 n n s x x t    dengan 2 ) 1 ( ) 1 ( 1 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s Keterangan: 1

x : skor rata-rata dari kelompok eksperimen

2

x : skor rata-rata dari kelompok kontrol 1

n : banyak subjek kelompok eksperimen 2

n : banyak subjek kelompok kontrol 2

1

s : varians kelompok eksperimen 2

2

s : varians kelompok kontrol 2

(52)

Kriteria pengujian: tolak H0 jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan derajat

kebebasan (dk) n1n2 2, peluang (1-α) dan terima H0 untuk harga t lainnya.18

Gambar

Gambar 3.1 . Alur Pelaksanaan Penelitian
Tabel 1. Daftar Frekuensi Observasi  Kelas
Tabel Uji Bartlett
Tabel distribusi nilai pre angket kelas eksperimen f i X i X i 2 f i .X i f i .X i 2 35  – 42 3 38,5 1482,25 115,5 4446,75 43  – 50 4 46,5 2162,25 186 8649 51  – 58 5 54,5 2970,25 272,5 14851,25 59  – 66 9 62,5 3906,25 562,5 35156,25 67  – 74 3 70,5 4970,2
+4

Referensi

Dokumen terkait

,engingatkan kembali ke&#34;ada ibu tentang &#34;ers/nal $ygiene &#34;ada balita  dengan membiasakan kebiasaan 9u9i tangan setela$ melakukan aktiitas?.

Pada kromatografi yang menggunakan silika gel sebagai fasa diam, fasa gerak yang digunakan adalah suatu pelarut organik atau campuran beberapa pelarut

bandeng, kakap putih dan kerapu macan, juga telah berhasil dipijahkan dan diproduksi benihnya antara lain berbagai jenis kerapu kerapu lumpur (E. corallicola),

Tuan et al.(2005) mengembangkan instrumen penilaian motivasi belajar pada pembelajaran sains berupa kuosioner dengan judul “students’ motivation towards science learning”

Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa peningkatan produksi keripik pare ke depan lebih menjanjikan dari pada keripik sayur lainnya, disamping pula ada

Keberhasilan pemberdayaan yang dilakukan sekolah perempuan desa Sumberejo terihat dari penerapan setelah melakukan srangkaian kegaiatan dan materi yang berkaitan

Peserta Museum Keliling dibagi menjadi dua kelompok; sebagian menuju ruang OP untuk mengikuti ceramah, dongeng, dan menonton film, sebagian melakukan aktivitas di ruang pameran