• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Trianto (2010:56), pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Roger dan Johnson (dalam Muliyani, 2011:3) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif mengandung lima unsur, yaitu 1) saling

ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, dan 5 evaluasi proses kelompok

Komalasari (2010:64) menyatakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan oleh guru adalah Think Pair Share (TPS). Model

Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

19 siswa. TPS bertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland.

Arends (dalam Komalasari, 2010:64) mengungkapkan bahwa TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Langkah-langkah TPS menurut Arends adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas masalah. Langkah 2 : Berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3 : Berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke

20 pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Menurut Fadholi (2009:1), model pembelajaran kooperatif TPS memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan TPS diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain

2. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok

3. Interaksi lebih mudah

4. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya

5. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling

menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas

6. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas

7. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil

8. Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan

21 9. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta

memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan 10.Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah

11.Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang

12.Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar

13.Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran

14.Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, model pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional

15.Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang

disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini

22 dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan

permasalahan yang diberikan oleh guru

16.Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal

Selain itu, TPS juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu : 1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas 2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas 3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu

pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat

perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang

4. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor 5. Lebih sedikit ide yang muncul

6. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah 7. Menggantungkan pada pasangan

8. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan

9. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya 10.Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu

pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal 11.Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang

23 12.Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan

ceramah diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa

13.Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas

14.Jumlah kelompok yang terbentuk banyak

15.Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS

Dokumen terkait