• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Neg

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Neg"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo

Tahun Pelajaran 2011/2012) (Skripsi)

Oleh

PRISILIA ANGGUN LARASATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

PRISILIA ANGGUN LARASATI

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu aspek yang penting untuk

dikembangkan dalam proses pembelajaran Biologi. Keterampilan berpikir kritis ini merupakan kecakapan hidup (life skill) bagi siswa saat terjun dalam kehidupan

bermasyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan multimedia

interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.

Penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok non-ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 yang

(3)

Prisilia Anggun Larasati

iii

dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai N-gain rata-rata nilai pretes

dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 5% melalui program SPSS 12. Data kualitatif berupa deskripsi

keterampilan berpikir kritis oleh siswa, aktivitas belajar siswa, dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif

dalam bentuk persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis oleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol (eksperimen = 68,23;

kontrol = 55,23). Rata-rata peningkatan keterampilan berpikir kritis semua indikator yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas

kontrol (eksperimen = 43,73; kontrol = 34,54). Rata-rata persentase aktivitas siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 75,96%; kontrol = 67,21%).

Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Dengan

demikian, pembelajaran menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis oleh siswa.

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo

Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

PRISILIA ANGGUN LARASATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Prisilia Anggun Larasati Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024041

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP 19700327 199403 2 001 NIP 19770715 200801 2 020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.

(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si. ………..

Sekretaris : Rini Rita Marpaung, S.Pd, M.Pd. ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Simbarwaringin, Lampung Tengah pada 1 April 1991, yang merupakan anak tunggal pasangan Bapak Ngamadi dan Ibu Parmiyanti.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 2 Simbarwaringin (1996-2002), SMP Negeri 3 Metro (2002-2005), SMA Negeri 1 Metro (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar , Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Botani Tumbuhan Rendah dan Fisiologi

(8)

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Alloh SWT, ku

persembahkan karya kecilku ini untuk :

Yang tercinta ibu dan bapakku , yang tiada lelah mencurahkan cinta dan kasih

sayangnya, mengorbankan hidup dan perasaannya demi kebahagiaan dan cita-citaku,

mendukung dan rela melakukan segalanya untuk hidupku. Jika bukan karenamu, aku

takkan bisa seperti ini. Sekalipun kukorbankan seluruh kehidupanku, tak tertandingi

seluruh jasamu. Terima kasih ibu, bapak, kalian adalah pelita hidupku….

Mbahku tercinta, om Bambang dan bule Santi , serta keluarga besarku yang selalu

memberikan doa, nasehat serta kasih sayang tiada berujung.

Para pendidik dan dosen yang terhormat atas ilmu, nasihat, dan arahan yang telah

diberikan.

Para sahabat yang selalu berada di sampingku, menyemangatiku, hingga aku dapat

menjadi pribadi yang kuat.

(9)

MOTTO

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut

(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah

(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(Q.S. Luqman ayat 27)

Belajarlah dari masa lalu untuk memperoleh pelajaran hari ini, dan

dari pelajaran hari ini untuk hidup yang lebih baik di masa depan.

(10)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Prisilia Anggun Larasati Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024012

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, Juli 2012 Yang menyatakan

(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan berkah, kasih sayang dan

ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI

POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI

IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012)”

sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan

dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;

3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi, Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah

(12)

xii

5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan

motivasi yang sangat berharga;

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis beserta staf tata usaha PMIPA;

7. Drs. Puryanto., selaku Kepala SMA Negeri 1 Trimurjo dan Drs. Suroso.,

selaku guru mitra, siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA Negeri 1

Trimurjo, serta semua pihak di SMA Negeri 1 Trimurjo, atas kerjasama dan

bimbingannya;

8. Teristimewa Orangtuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan

menyayangiku, serta keluarga besarku yang selalu mendukungku;

9. Keluarga kecilku Anggun Yuliana, Misriyanti, dan Ria Ratna Fauziah, terima

kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini, kalian adalah yang

terbaik. Serta teman seperjalananku Priska Purwaning, Riska Amelia dan Tri

Suwandi atas bantuan dan semangat yang tak pernah lelah diberikan. Semoga

persahabatan kita ini dapat terjalin selamanya.

10. Denny Satriyawan., atas motivasi, kesabaran, dan kesetiaannya selama ini;

11. Jevri Setia Nugraha., yang telah meluangkan waktu dan idenya dalam proses

pembuatan multimedia interaktif;

12. Keluarga Mandibula (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2008) : Anggun Yuliana

Safitri, Misriyanti, Ria Ratna Fauziah, Tri Suwandi, Dwi Susanti, Evriana

Darmayanti, Eka Dewi, Rindi Antika, Eko Budiyono, M. Robidin, Hadi

Wijaya, Ardi Yusuf., Yudi Trisila, Dedi Pendra, Harry Haryono, Auliana

Afandi, Siti Nurhalimah, Dewi Oktaria, Beti Anggraini, Wahyu Sri Sukarsih,

(13)

xiii

Ariyanti, Three Wati, Wartini Oktarina, Deni Rinawati, Ririn Widyaningsih,

Imatul Khoiriyah, Nur Hidayah, Wina Halimah, Ajeng Pratiwi, Dzul Fithria,

Iska Widya, Novria Wandira, Kurnia Mayang Sari, Rina Sailifa, serta kakak

dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA terima kasih atas

persahabatan yang kalian berikan;

13. Rekan-rekan KKN dan PPL (Ajeng Dian, Meyta Pritandari, Sinta Putrie, Putu

Diknasari Ewa, Lukmanul Hakim, Yunita, Septi, Nur Evitasari, Marisa Putri)

yang telah menghadirkan cerita baru dalam hidupku.

Akhir kata, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan mereka dan semoga

skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Amin.

Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

F. Kerangka Pikir ... 9

G. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Multimedia Interaktif ... 13

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 18

C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 23

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Desain Penelitian ... 29

D. Prosedur penelitian ... 30

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 39

G. Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 42

H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 44

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

(15)

xv

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

LAMPIRAN 1. Silabus ... 89

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 95

3. Lembar Kerja Kelompok ... 115

4. Soal Pretes dan Postes ... 219

5. Angket Tanggapan Siswa ... 6. Data Hasil Penelitian ... 231

7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 244

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Keterampilan berpikir kritis dan indikatornya ... 26

2. Kriteria skor N-gain ... 40

3. Kriteria peningkatan KBK oleh siswa ... 40

4. Rubrik keterampilan berpikir kritis siswa ... 43

5. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa ... 43

6. Lembar observasi aktivitas siswa ... 44

7. Kategori presentasi aktivitas siswa ... 45

8. Item pernyataan pada angket ... 46

9. Skor per soal angket ... 46

10.Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 47

11.Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 47

12.Hasil uji normalitas dan homogenitas nilai rata-rata pretes, postes, dan N-gain KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 49

13.Hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 49

14.Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 50

(17)

xvii

17.Nilai rata-rata pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen ... 132

18.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol... 133

19.Analisis butir soal pretes dan postes kelas eksperimen ... 134

20.Analisis butir soal pretes dan postes kelas kontrol ... 136

21.Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 138

22.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 139

23.Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 140

24.Hasil uji Mann-Withney U pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 140

25.Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ... 141

26.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata ... 141

27.Hasil uji satu pihak postes ... 142

28.Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 143

29.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain .... 144

30.Hasil uji satu pihak N-gain ... 144

31.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin kelas eksperimen dan kontrol ... 144

32.Hasil uji Mann-Withney UN-gain pada aspek mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin kelas eksperimen dan kontrol ... 145

33.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek keterampilan memberikan alasan kelas eksperimen dan kontrol ... 146

34.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain pada aspek keterampilan memberikan alasan kelas eksperimen dan kontrol ... 146

(18)

xviii

36.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain

pada aspek merekonstruksi argumen kelas eksperimen dan kontrol ... 147 37.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek menginterpretasikan

pernyataan kelas eksperimen dan kontrol ... 148 38.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain

pada aspek menginterpretasikan pernyataan kelas eksperimen dan

kontrol ... 149 39.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek menggeneralisasi kelas

eksperimen dan kontrol ... 150 40.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek menggeneralisasi

kelas eksperimen dan kontrol ... 150 41.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek merumuskan

alternatif-alternatif untuk solusi kelas eksperimen dan kontrol ... 151 42.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek merumuskan

(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ... 10 2. Desain penelitian pretes-postes kelas non ekuivalen ... 30 3. Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. ... 53 4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui

model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 54 5. Contoh jawaban siswa untuk keterampilan memberikan alasan (LKS

7 kelas eksperimen). ... 62 6. Contoh jawaban siswa untuk keterampilan memberikan alasan (LKK

7 kelas kontrol). ... 63 7. Contoh jawaban siswa untuk menginterpretasikan pernyataan (LKS

7 kelas eksperimen). ... 65 8. Contoh jawaban siswa untuk menginterpretasikan pernyataan (LKK

7 kelas kontrol). ... 66 9. Contoh jawaban siswa untuk mengidentifikasi atau

memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin (LKS 5 kelas

eksperimen). ... 69 10. Contoh jawaban siswa untuk mengidentifikasi atau

memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin (LKK 5 kelas

kontrol). ... 69 11. Contoh jawaban siswa untuk menggeneralisasi (LKK 7 kelas

kontrol). ... 72 12. Contoh jawaban siswa untuk menggeneralisasi (LKS 7 kelas

eksperimen). ... 72 13. Contoh jawaban siswa untuk merekonstruksi argumen (LKS 1 kelas

eksperimen). ... 75 14. Contoh jawaban siswa untuk merekonstruksi argumen (LKK 1 kelas

(20)

xx

15. Contoh jawaban siswa untuk merumuskan alternatif-alternatif untuk

solusi (LKS kelas eksperimen)... 78

16. Contoh jawaban siswa untuk merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi (LKK kelas kontrol). ... 78

17. Siswa kelas eksperimen mengerjakan pretes ... 154

18. Tahap Think : siswa berpikir secara mandiri untuk memecahkan permasalahan yang ada di dalam LKK ... 154

19. Tahap Pair : siswa saling bertukar pikiran dan berpasangan untuk memecahkan masalah di dalam LKS ... 155

20. Tahap Share : siswa mempresentasikan hasil diskusi ... 155

21. Siswa kelas eksperimen mengerjakan postes ... 156

22. Siswa kelas kontrol mengerjakan pretes ... 156

23. Siswa berkelompok melakukan diskusi untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKK ... 157

24. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi ... 157

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran Biologi berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) bertujuan agar peserta didik dapat memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,

objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain.

Selain itu, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan kemampuan

berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan

prinsip biologi serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap percaya diri. Oleh karena itu, pembelajaran Biologi diharapkan bukan

hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep,

dan prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses pemecahan masalah yang

muncul dalam kehidupan sehari - hari serta membentuk sikap peserta didik

dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006:1-2).

Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah ditentukan oleh keterampilan

peserta didik dalam berpikir. Salah satu keterampilan berpikir yang

diperlukan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah adalah

keterampilan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis. Keterampilan berpikir

kritis merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan dalam

(22)

2

pemikir kritis dan mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di

masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang

memiliki keterampilan berpikir kritis. Menurut Spliter (dalam Komalasari,

2010:266), keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada

tujuan, yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu

membuat keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan.

Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi,

mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta mampu memecahkan

masalah dengan tepat (Spliter dalam Redhana, 2003:3). Menurut Sadia

(2008:222), dengan dimilikinya kemampuan berpikir kritis yang tinggi oleh

siswa SMP dan SMA, mereka akan dapat mencapai standar kompetensi yang

telah ditetapkan dalam kurikulum, serta mereka akan mampu merancang dan

mengarungi kehidupannya pada masa datang yang penuh dengan tantangan,

persaingan, dan ketidakpastian. Keterampilan berpikir kritis ini merupakan

kecakapan hidup (life skill) bagi siswa saat terjun dalam kehidupan

bermasyarakat.

Pentingnya keterampilan berpikir kritis dalam dunia pendidikan saat ini,

berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada di lapangan. Masih banyak

guru yang belum mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam proses

pembelajaran, sehingga berdampak pada rendahnya keterampilan berpikir

kritis siswa. Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa tersebut juga masih

ditemui di SMA Negeri 1 Trimurjo. Dalam proses pembelajaran, guru masih

(23)

3

untuk melakukan proses berpikir kritis. Berdasarkan hasil observasi dan

diskusi dengan guru Biologi yang mengajar di kelas XI IPA SMA Negeri 1

Trimurjo, guru menggunakan metode diskusi, namun metode yang dilakukan

masih kurang efektif. Metode yang dilakukan kurang dapat membuat siswa

aktif dalam proses pembelajaran serta mencari jawaban dari permasalahan

yang diberikan guru, sehingga aktivitas siswa pun sangat rendah dan

keterampilan berpikir kritis siswa tidak muncul. Saat proses pembelajaran,

masih banyak siswa yang pasif saat berdiskusi, misalnya tidak ada siswa yang

mengemukakan pendapat, bertanya kepada teman diskusi mengenai

permasalahan diskusi, sehingga siswa kurang optimal dalam memberdayakan

potensi yang dimiliki, termasuk keterampilan berpikir kritis.

Keterampilan berpikir kritis siswa juga tidak tergali karena siswa hanya

mencari jawaban dari buku panduan dan guru tidak menyediakan sumber lain

untuk menggali keterampilan berpikir kritis siswa. Menurut Roestiyah

(2008:6) metode diskusi memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu tidak

dapat dipakai pada kelompok yang besar, peserta mendapat informasi yang

terbatas, serta dapat dikuasai orang-orang yang suka berbicara. Tidak

munculnya keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas XI IPA SMA N 1

Trimurjo juga terlihat saat siswa diberi latihan, kebanyakan siswa tidak bisa

menjawab soal dengan tepat, mereka lebih memilih mencontek teman dan

tidak berpikir sendiri untuk menjawab soal-soal tersebut.

Kemudian pada proses pembelajaran, guru di SMA tersebut jarang sekali

(24)

4

Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya keterampilan guru dalam

mengoperasikan alat-alat yang tersedia serta masih minimnya fasilitas

pendukung . Kondisi seperti ini menurut Hasnunidah (2009:1) tidak

memberdayakan siswa untuk mau berpikir dan mampu berbuat untuk

memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan

interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun

kemampuan berpikir kritis, pemahaman, dan pengetahuannya terhadap dunia

di sekitarnya (learning to how and learning to know).

Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa dalam pelajaran Biologi di atas

perlu ditingkatkan. Untuk mewujudkan peningkatan tersebut, guru perlu

melakukan inovasi dalam pembelajaran, khususnya dalam hal metode dan

media yang digunakan. Salah satu inovasi dalam media pembelajaran yang

dapat dikembangkan dalam pembelajaran biologi khususnya materi pokok

Sistem Pencernaan adalah multimedia interaktif. Menurut Vaughan (dalam

Binanto, 2010:2), multimedia interaktif merupakan kombinasi teks, seni,

suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau

dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara

interaktif.

Materi pokok Sistem Pencernaan di SMA memiliki karakteristik proses yang

cukup rumit, kompleks, dan abstrak, serta tidak dapat diamati tanpa alat bantu

tertentu. Kesulitan dalam mempelajari materi tersebut dapat diminimalisir

dengan multimedia interaktif yang mengintegrasikan berbagai media menjadi

(25)

5

materi tersebut dapat lebih mudah dipahami. Penggunaan multimedia

interaktif dalam proses pembelajaran menurut Asyhar (2011:76) dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep abstrak

dengan lebih mudah, serta dapat merangsang siswa berpikir kritis,

menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang, sehingga

melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.

Penelitian yang mendukung penggunaan multimedia interaktif dalam

pembelajaran telah dilakukan oleh Saprudin (2010:ii) terhadap mahasiswa

Program Studi Pendidikan Teknik Mesin yang mengontrak mata kuliah Fisika

II, semester genap tahun akademik 2009/2010 pada suatu LPTK di Bandung

dan membuktikan bahwa penggunaan multimedia interaktif dalam

pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

Untuk menampilkan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran, dapat

dipadukan dengan model pembelajaran dengan langkah-langkah yang dapat

mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatkan

aktivitas belajar siswa yaitu Think-Pair-Share (TPS). TPS merupakan model

pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan penekanan kepada

siswa untuk lebih berpikir, mendiskusikan suatu permasalahan dan berbagi.

Arends (dalam Komalasari, 2010:64) menyebutkan langkah-langkah

pembelajaran yaitu berpikir (thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan

atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa

menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas

(26)

6

berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh, dan yang

terakhir berbagi (sharing), guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi

dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Berdasarkan hasil

penelitian Wahyu (2010:1), diketahui pembelajaran TPS mampu

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMPN 2 Singosari

sebesar 25,47% lebih tinggi daripada strategi pembelajaran konvensional.

Penelitian tentang multimedia interaktif melalui pembelajaran TPS belum

pernah dilakukan di sekolah-sekolah yang ada di Trimurjo. Oleh karena itu,

penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh penggunaan

multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada

materi pokok sistem pencernaan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa

kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran

2011/2012.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan

berpikir kritis siswa ?

2. Apakah penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS menghasilkan rata-rata keterampilan berpikir kritis

siswa yang lebih tinggi daripada penggunaan media gambar melalui

(27)

7

3. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Sistem Pencernaan

menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS ?

4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif

melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh dari penggunaan multimedia interaktif melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap keterampilan berpikir kritis

siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.

2. Rata - rata keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi antara

pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TPS dibandingkan media gambar melalui

metode diskusi

3. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Sistem Pencernaan

menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS

4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui

model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

D. Manfaat Penelitian

(28)

8

1. Peneliti, yaitu dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam

menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS dan menjadi bekal untuk menjadi calon guru yang

profesional.

2. Siswa, yaitu mendapat pengalaman belajar yang berbeda dalam

pembelajaran materi pokok Sistem Pencernaan dengan multimedia

interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

3. Guru, yaitu dapat menggunakan multimedia interaktif melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai alternatif pembelajaran dalam

usaha meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok

Sistem Pencernaan siswa.

4. Sekolah, yaitu sebagai masukan untuk mengoptimalkan penggunaan

kombinasi multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah

Menengah Atas

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Multimedia interaktif yang dimaksud adalah media yang dibuat

menggunakan software Adobe Flash pada materi pokok Sistem

Pencernaan yang kemudian diakses siswa dengan bantuan komputer atau

laptop dari CD pembelajaran yang sudah disiapkan

2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari tiga fase, yaitu berpikir (thinking), berpasangan

(29)

9

3. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur dalam penelitian ini

meliputi: menginterpretasikan pernyataan, merekonstruksi argumen,

menggeneralisasi, mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria

jawaban yang mungkin, keterampilan memberikan alasan, dan

merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi

4. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA semester genap di SMA

Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012

5. Materi pokok yang diteliti dalam penelitian adalah Sistem Pencernaan

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi berperan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan,

khususnya dalam menciptakan siswa yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan

logis. Keterampilan berpikir tersebut dapat menjadi penentu keterampilan

siswa dalam menjawab permasalahan yang ada pada saat mengikuti kegiatan

pembelajaran.

Keterampilan berpikir kritis siswa SMAN 1 Trimurjo tergolong rendah.

Untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis tersebut,

guru harus melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satunya

dengan menggunakan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran.

Multimedia interaktif merupakan kombinasi teks, seni, suara, gambar,

animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi

secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara interaktif .

(30)

10

meningkatkan kemampuan siswa memahami suatu konsep yang abstrak, serta

dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis.

Penggunaan media saja dalam proses pembelajaran tidak akan efektif, jika

tidak dipadukan dengan model pembelajaran yang menumbuhkan

keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat

menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran

kooperatif tipe TPS. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini terdiri dari

tiga fase, yaitu berpikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi

(sharing). Semua fase dalam TPS memberi siswa lebih banyak kesempatan

untuk merespons, berpikir dan saling membantu. Proses pelaksanaan berpikir

(thinking), dalam penelitian ini difasilitasi multimedia interaktif, sebagai

sarana untuk memecahkan permasalahan.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS serta variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir

kritis materi pokok Sistem Pencernaan.

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada

bagan di bawah ini.

Keterangan: X = Multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS

Y= Keterampilan berpikir kritis

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

(31)

11

G. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1. H0 = Penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa

H1 = Penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS berpengaruh secara signifikan terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa

2. H0 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan media gambar

melalui metode diskusi

H1 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara pembelajaran

yang menggunakan multimedia interaktif melalui model

pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada media

gambar melalui metode diskusi

3. Penggunaan multimedia interaktif melalui model TPS mampu meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.

4. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan

multimedia interaktif melalui model TPS pada materi pokok Sistem

(32)
(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Multimedia Interaktif

Sadiman (2008:7) mendefinisikan media pembelajaran sebagai segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Midun

(dalam Asyhar, 2011:41) mengungkapkan bahwa media pembelajaran

memiliki manfaat, diantaranya dapat merangsang peserta didik untuk berpikir

kritis, menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang

lebih lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.

Selain itu, Sadiman (2008:17) juga mengemukakan beberapa kegunaan media

pembelajaran, diantaranya yaitu :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya :

a. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film

bingkai, film, atau model

b. Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film,

(34)

14

c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography

d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi

lewat rekamman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal

e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram, dan lain-lain, serta

f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan

lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan

lain-lain

3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat

mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran

berguna untuk :

a. Menimbulkan kegairahan belajar

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung anatara anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan

c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan

dan minatnya

Secara umum, menurut Asyhar (2011:76), ada empat jenis media

pembelajaran, yaitu :

1. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan

indera penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman

belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan

(35)

15

2. Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses

pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik.

Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan

indera kemampuan pendengaran.

3. Media audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus

dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat

disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal

yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.

4. Multimedia, yaitu media yang melibatkan jenis media untuk merangsang

semua indera dalam satu kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih

ditekankan pada penggunaan berbagai media berbasis TIK dan komputer.

Sanjaya (2009:218) mengungkapkan, saat ini teknologi komputer tidak lagi

hanya digunakan sebagai sarana komputerisasi dan pengolahan kata tetapi

juga sebagai sarana belajar multimedia yang memungkinkan peserta didik

dapat membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan

sehingga dapat digunakan sebagai media yang efektif. Menurut Asyhar

(2011:75), istilah multimedia muncul pertama kali di awal 1990 melalui media

masa. Istilah ini dipakai untuk menyatukan teknologi digital dan analog di

bidang entertainment, publishing, communications, marketing, advertising,

dan juga commercial. Multimedia merupakan penggabungan dua kata “multi”

dan “media”. Multi berarti “banyak”, sedangkan media atau bentuk jamaknya

(36)

16

Multimedia didefinisikan oleh Vaughan (dalam Binanto, 2010:2) sebagai

kombinasi teks, seni, suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan

dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan

dan/atau dikontrol secara interaktif. Ada tiga jenis multimedia, yaitu :

1. Multimedia interaktif

Pengguna dapat mengontrol apa dan kapan elemen-elemen multimedia

akan dikirimkan atau ditampilkan

2. Multimedia hiperaktif

Multimedia jenis ini mempunyai suatu struktur dari elemen-elemen terkait

dengan pengguna yang dapat mengarahkannya. Dapat dikatakan bahwa

multimedia jenis ini mempunyai banyak tautan (link) yang

menghubungkan elemen-elemen multimedia yang ada.

3. Multimedia linear

Pengguna hanya menjadi penonton dan menikmati produk multimedia

yang disajikan dari awal hingga akhir

Beberapa model multimedia interaktif diungkapkan oleh Sanjaya (2009:221)

diantaranya yaitu :

a. Model Drill : Model Drill pada dasarnya merupakan salah satu strategi

pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih

konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang

mendekati suasana yang sebenarnya

b. Model Tutorial : Model Tutorial merupakan program pembelajaran yang

digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat

(37)

17

juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang

dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran

c. Model Simulasi : Model Simulasi pada dasarnya merupakan salah satu

strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar

yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman

yang mendekati suasana yang sebenarnya.

d. Model Games : Model Games, dikembangkan atas “pembelajaran yang

menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa

petunjuk dan aturan permainan.

Menurut Marshall (dalam Binanto, 2010:1), sistem multimedia mempunyai

empat karakteristik dasar, yaitu :

1. Merupakan sistem yang dikontrol oleh komputer

2. Merupakan sebuah sistem yang terintegrasi

3. Informasi yang ditangani direpresentasikan secara digital, dan

4. Antarmuka pada media tampilan akhir biasanya bersifat interaktif

Binanto (2010:3) menyatakan bahwa multimedia dapat digunakan dalam

berbagai bidang. Multimedia dapat masuk dan menjadi alat bantu yang

menyenangkan. Hal ini terjadi karena kekayaan elemen-elemen dan

kemudahannya digunakan dalam banyak konten yang bervariasi. Salah satu

diantara bidang penggunaannya adalah di sekolah atau dalam bidang

pendidikan.

Asyhar (2011:76) mengungkapkan keuntungan penggunaan multimedia dalam

(38)

18

1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep

abstrak dengan lebih mudah,

2. Dapat memberikan kesan yang positif kepada guru karena dapat

membantu guru menjelaskan isi pelajaran kepada pelajar

3. Menghemat waktu dan

4. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

Namun, disamping itu, Asyhar (2011:76) menambahkan bahwa multimedia

memiliki kelemahan yaitu harus didukung oleh peralatan memadai seperti

LCD projector dan adanya aliran listrik.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Trianto (2010:56), pembelajaran kooperatif muncul dari konsep

bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit

jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja

dalam kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Roger dan Johnson (dalam Muliyani, 2011:3) mengungkapkan bahwa model

pembelajaran kooperatif mengandung lima unsur, yaitu 1) saling

ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4)

komunikasi antar anggota, dan 5 evaluasi proses kelompok

Komalasari (2010:64) menyatakan salah satu model pembelajaran kooperatif

yang dapat diterapkan oleh guru adalah Think Pair Share (TPS). Model

Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis

(39)

19

siswa. TPS bertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di

Universitas Maryland.

Arends (dalam Komalasari, 2010:64) mengungkapkan bahwa TPS merupakan

suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.

Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan

untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan

dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon

dan saling membantu. Langkah-langkah TPS menurut Arends adalah sebagai

berikut :

Langkah 1 : Berpikir (thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan

dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu

beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas masalah.

Langkah 2 : Berpasangan (pairing)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan

mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama

waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu

pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah

khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu

tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3 : Berbagi (sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk

berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

(40)

20

pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan

mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Menurut Fadholi (2009:1), model pembelajaran kooperatif TPS memiliki

kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan TPS diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling

membantu satu sama lain

2. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota

kelompok

3. Interaksi lebih mudah

4. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya

5. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling

menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan

kelas

6. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan

untuk berpartisipasi dalam kelas

7. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam

komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu

dalam kelompok kecil

8. Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu

materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang

lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan

kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran

(41)

21

9. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung

memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta

memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan

10.Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam

memecahkan masalah

11.Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya

dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang

12.Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya

dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar

13.Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses

pembelajaran

14.Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan

siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan

apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh

guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar

mengajar, model pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak

monoton dibandingkan metode konvensional

15.Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran

konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu

yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang

disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar”

(42)

22

dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan

permasalahan yang diberikan oleh guru

16.Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar

yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil

belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir

pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal

Selain itu, TPS juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu :

1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas

2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas

3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu

pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat

perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu

yang terbuang

4. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor

5. Lebih sedikit ide yang muncul

6. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah

7. Menggantungkan pada pasangan

8. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,

karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan

9. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya

10.Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu

pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal

11.Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang

(43)

23

12.Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan

ceramah diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah secara

kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa

13.Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya

rendah dan waktu yang terbatas

14.Jumlah kelompok yang terbentuk banyak

15.Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling

mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS

C. Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Dewey (dalam Komalasari, 2010:266) berpikir dimulai apabila

seseorang dihadapkan pada suatu masalah. Ia menghadapi sesuatu yang

menghendaki adanya jalan keluar. Situasi yang menghendaki adanya jalan

keluar tersebut, mengundang yang bersangkutan untuk memanfaatkan

pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah dimilikinya. Untuk

memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah

dimilikinya terjadi suatu proses tertentu di otaknya sehingga ia mampu

menemukan sesuatu yang tepat dan sesuai untuk digunakan mencari jalan

keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan demikian yang

bersangkutan melakukan proses yang dinamakan berpikir.

Costa (dalam Komalasari, 2010:266) menyatakan bahwa berpikir terdiri atas

kegiatan atau proses berikut : (1) menentukan hukum sebab akibat, (2)

(44)

24

antara fenomena, (4) penentuan kualitas bersama (klasifikasi), dan (5)

menemukan ciri khas suatu fenomena.

Menurut Paul (dalam Kurniawan, 2002:13), secara Etimologis, kata ‘kritis’

berasal dari bahasa Yunani yakni “kritikos” (yang berarti mencerna penilaian)

dan “kriterion” (yang berarti standar). Sehingga, kritis berarti mencerna

penilaian berdasarkan standar. Jika dipadukan dengan kata ‘berpikir’, maka

kita dapat mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang secara

eksplisit dilatari oleh penilaian yang beralasan dan berdasarkan standar yang

sesuai dalam rangka mencari kebenaran, keuntungan, dan nilai sesuatu.

Ennis (dalam Sadia, 2008:223) mendefinisikan berpikir kritis sebagai

aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan

membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam

mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan. Lebih lanjut

menurut Schafersman (dalam Darsati, 2007:2) berpikir kritis adalah berpikir

secara nalar, reflektif, bertanggung jawab dan mahir yang difokuskan untuk

menentukan apa yang diyakini dan dilakukan. Siswa tidak dapat

mengembangkan keterampilan berpikirnya dengan baik tanpa berlatih

menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi. Dengan demikian

pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran kimia tidak

dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi

dengan mengintegrasikan, mengaplikasikan dan mengkomunikasikan

(45)

25

Spliter (dalam Komalasari, 2010:266) mengemukakan bahwa keterampilan

berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang

difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. Selain

itu, keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada tujuan,

yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat

keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan.

Menurut Meyers (dalam Sadia, 2008:224), untuk mengembangkan

kemampuan dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses

pembelajaran guru melakukan strategi-strategi sebagai berikut:

1. Menyeimbangkan antara konten dan proses, dalam penyajian materi

pelajaran agar diseimbangkan antara konten dan proses. Dalam pelajaran

sains, harus seimbang antara sains sebagai produk (penyajian fakta,

konsep, prinsip, hukum, dsb.) dan sains sebagai proses (keterampilan

proses sains), seperti mengobservasi kejadian, merumuskan masalah,

berhipotesis, mengukur, menyimpulkan, dan mengontrol variabel.

2. Menyeimbangkan antara ceramah (lecture) dan diskusi (interaction),teori

belajar Piaget menekankan bahwa pentingnya transmisi sosial dalam

mengembangkan struktur mental yang baru.

3. Menciptakan diskusi kelas,Guru sebaiknya memulai presentasi dengan

”pertanyaan”. Ajukan pertanyaan yang dapat mengkreasi suasana

antisipasi dan inkuiri. Lima kunci untuk menciptakan atau mengkreasi

suasana kelas yang interaktif, yaitu (1) mulai setiap pembelajaran dengan

masalah atau kontroversi; (2) gunakan keheningan untuk membangkitkan

(46)

26

pembelajaran; (4) jika mungkin, perpanjang waktu pembelajaran (extend

class time). Berpikir kritis akan terjadi jika siswa memiliki waktu yang

tepat untuk sampai pada refleksi; dan (5) ciptakan lingkungan belajar

yang nyaman.

Ennis (dalam Costa, 1985:54) mengembangkan indikator keterampilan

berpikir kritis seperti diuraikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan indikatornya

Keterampilan

Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek

1.

Memberikan penjelasan dasar

1. Memfokuskan

pertanyaan a.Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan

b.Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin c.Menjaga pikiran terhadap

situasi yang sedang dihadapi

2. Menganalisis argumen a.Mengidentifikasi kesimpulan

b.Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan

c.Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan d.Mencari persamaan dan

perbedaan

e.Mengidentifikasi dan menangani

ketidakrelevanan f. Mencari struktur dari

sebuah pendapat/argumen

b.Apa yang menjadi alasan utama?

c.Apa yang kamu maksud dengan?

(47)

27

Keterampilan

Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek

contoh?

e.Apa yang bukan contoh? f. Bagaiamana

mengaplikasikan kasus tersebut?

g.Apa yang menjadikan perbedaannya? h.Apa faktanya?

i. Apakah ini yang kamu katakan?

j. Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu?

f. Mengetahui resiko g. Keterampilan

c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri d. Mencatat hal-hal yang

sangat diperlukan e. Penguatan

f. Kemungkinan dalam penguatan

g. Kondisi akses yang baik h. Kompeten dalam

menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat atas

kredibilitas kriteria 3.

Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi

a. Kelas logika

b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretasikan

(48)

28

Keterampilan

Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek

7. Menginduksi dan

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

b. Strategi definisi c. Konten (isi) alternatif untuk solusi d. Memutuskan hal-hal yang

akan dilakukan e. Merivew

f. Memonitor implementasi 12. Berinteraksi dengan

orang lain a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik

d. Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan

(49)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Trimurjo pada bulan April

2012

B.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester

genap SMA Negeri 1 Trimurjo tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari tiga

kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.

Sampel tersebut adalah siswa kelas XI IPA 2 (jumlah = 31 orang) sebagai kelas

eksperimen dan siswa kelas XI IPA 3 (jumlah = 33 orang) sebagai kelas

kontrol. Menurut Margono (2005:127) yang dimaksud cluster random

sampling yaitu populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri

dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes non

ekuivalen. Dua kelompok penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol

(50)

30

menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif

tipe TPS, sedangkan kelas kontrol hanya diterapkan media gambar melalui

metode diskusi. Kedua kelas diberi pretes dan postes yang sama kemudian

hasilnya dibandingkan.

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok pretes perlakuan postes

I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 =

Postes; X = Perlakuan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS; C = Perlakuan media gambar melalui metode diskusi

Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah

tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya. penelitian,

untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan

(51)

31

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Membuat multimedia interaktif yang akan di uji ahli. Dengan cara

sebagai berikut :

1) Penentuan konsep multimedia interaktif dengan cara menetapkan :

Tujuan pembelajaran dengan multimedia interaktif pada penelitian

ini adalah siswa mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur,

fungsi dalam proses pencernaan makanan, menentukan penyebab

penyakit dan kelainan yang terjadi pada sistem pencernaan, serta

siswa mampu merumuskan solusi yang logis bagi penyakit dan

kelainan yang terjadi pada sistem pencernaan

 Kategori multimedia yang akan digunakan berupa multimedia

interaktif dalam bentuk CD.

2) Pembuatan skenario pembelajaran dengan multimedia interaktif

untuk setiap pertemuan. Uraian materi pokok pada setiap

pertemuan adalah sebagai berikut. Pertemuan ke :

a) Satu & Dua : Struktur, fungsi organ penyusun sistem

pencernaan dalam proses pencernaan terdiri dari

berbagai peristiwa pencernaan (mekanik dan

kimiawi) yang terjadi di tiap organ pencernaan

mulai dari mulut hingga anus.

b) Tiga : Kelainan struktur dan atau fungsi organ

pencernaan yang menyebabkan penyakit pada

(52)

32

3) Mengumpulkan objek penyusun multimedia interaktif

Objek multimedia interaktif dikumpulkan dengan cara mengunduh

dari beberapa sumber, yaitu :

Objek yang digunakan berupa gambar dan video yang dihimpun

dengan cara mengunduh dari beberapa sumber, yaitu:

a) www.google.com

b) www.youtube.com yang berjudul :

(1) Digestion

(2) The Liver and Pancreas

(3) Stomach Digestion

(4) The digestion process - What happens to your food as it

trav

(5) Peristaltic Wave in the Gastric Antrum

(6) Small Intestine

(7) Rumiantes

c) Buku

(1) Biologi (Campbell) untuk pertemuan ke 1, 2 dan 3

(2) Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk pertemuan ke 1, 2

dan 3

(3) Histologi Dasar untuk pertemuan ke 1 & 2

4) Pembuatan multimedia interaktif

Multimedia interaktif dibuat menggunakan Adobe Flash .

a) Membuat rancangan tampilan utama pada aplikasi

(53)

33

b) Membuat seluruh desain tampilan pada aplikasi

CorelDRAW (background, tombol, dll)

c) Meng-import seluruh bahan dan desain tampilan kedalam

library Adobe Flash

d) Memberikan background (hijau) yang akan terus

ditampilkan selama aplikasi dijalankan

e) Membuat judul

f) Memberikan efek animasi

g) Menyusun background putih pada tampilan petunjuk

penggunaan, membuat judul & meletakkan tombol keluar

yang akan terus ditampilkan selama aplikasi dijalankan, dan

meletakkan tombol next

h) Memberikan kode program (script) dan memberikan efek

animasi

i) Meletakkan gambar, meletakkan 4 pilihan fungsi organ dan

tempat peletakan fungsi organ yang benar, meletakkan

tombol untuk mencari fungsi organ berikutnya, dan

meletakkan tombol untuk melihat video

j) Memberikan kode program (script)

k) Melakukan langkah yang sama dengan proses di atas untuk

(54)

34

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK)

dan instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes berupa soal uraian

yang akan diuji ahli.

f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.

g. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan

menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS

h. Membagi siswa menjadi 15 pasang, pasangan bersifat heterogen dan

dibentuk berdasarkan nilai semester ganjil pada kelas yang sama dan

berdasarkan jenis kelamin.

2. Pelaksanaan Penelitian

1. Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan multimedia

interaktif dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk kelas

eksperimen dan menggunakan media gambar dengan metode diskusi

untuk kelas kontrol di SMA Negeri 1 Trimurjo. Penelitian ini

direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Rincian kegiatan untuk setiap

pertemuan dimuat di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Pendahuluan

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

a) Siswa diberikan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian

(55)

35

meliputi struktur dan fungsi organ tersebut, proses pencernaan

makanan pada manusia, serta kelainan dan penyakit pada sistem

pencernaan

b) Siswa disajikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar

(KD), indikator dan tujuan pembelajaran.

c) Siswa menerima apersepsi dengan menjawab pertanyaan

Pertemuan I&II: “Apakah makanan yang kita makan bentuknya

sama dengan yang kalian keluarkan? Mengapa

bisa berbeda? Kemudian, apakah makanan yang

kita makan jumlahnya sama antara yang masuk

dan yang keluar?”

Pertemuan III : ”Kenapa apabila kita memakan gorengan dengan

banyak uka menyebabkan perut kita menjadi

sakit?”

d) Siswa diberikan motivasi sesuai materi setiap pertemuan.

Pertemuan I&II:Siswa menerima motivasi dengan memperoleh

penjelasan sederhana mengenai proses pencernaan

makanan yang terjadi dalam tubuh dan

mengungkapkan pentingnya proses pencernaan

tersebut bagi tubuh kita

Pertemuan III: Siswa dijelaskan penyebab sakit perut, yaitu

banyak makan cuka dapat meningkatkan produksi

asam lambung. Selanjutnya guru memberikan

(56)

36

terjadi pada organ-organ yang terdapat pada sistem

pencernaan manusia dan memberitahu tentang

manfaat siswa mempelajari tentang gangguan pada

sistem pencernaan.

2) Kegiatan inti

Kelas eksperimen

a) Siswa dikelompokkan ke dalam 16 pasangan, masing-masing

pasangan terdiri dari 2 orang siswa yang heterogen.

b) Siswa mendapat informasi tentang materi yang dibahas

dengan cara disajikan multimedia interaktif. Informasi yang

disampaikan sesuai dengan pembagian materi pada setiap

pertemuan,

c) Siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang

sedang dibahas pada setiap pertemuan,

d) Siswa diminta untuk menggunakan waktu selama 4 menit untuk

berpikir sendiri menemukan jawaban atas pertanyaan yang

diberikan. Guru juga menjelaskan berbicara atau mengerjakan

bukan bagian berpikir,

e) Siswa mendiskusikan dengan pasangannya apa yang telah mereka

peroleh selama 5 menit. Guru menjelaskan bahwa interaksi yang

terjadi selama waktu yang disediakan adalah siswa menyatukan

jawaban yang diperoleh masing-masing,

f) Setiap pasangan berbagi dengan seluruh kelas dengan cara

(57)

37

dilakukan ditempat duduk masing-masing. Guru memimpin pleno

diskusi kecil dan menghentikan presentasi setelah 5 pasangan

menyampaikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas,

g) Siswa memperbaiki jawaban yang kurang tepat,

Kelas Kontrol

a) Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok (setiap kelompok

berjumlah 5-6 orang dan pembagian kelompok telah dilakukan

sebelumnya).

b) Siswa memperoleh Lembar Kerja Kelompok (LKK)

c) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK)

dengan bimbingan guru.

d) Setelah LKK selesai, siswa meminta setiap kelompok

mengumpulkannya.

e) Setiap kelompok melakukan presentasi LKK.

f) Siswa memperoleh penguatan dengan penjelasan materi yang

diberikan oleh guru

3) Penutup

Kelas Eksperimen dan kelas kontrol

a) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi yang telah

berlangsung dan memberi informasi tentang materi untuk

pertemuan yang akan datang.

b) Siswa diberi postespada akhir pembelajaran pertemuan III berupa

(58)

38

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :

1) Jenis Data

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir kritis siswa

pada materi pokok Sistem Pencernaan yang diperoleh dari nilai pretes

dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes

dalam bentuk N-gain

b)Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data angket tanggapan

siswa terhadap multimedia interaktif melalui model pembelajaran

kooperatif tipe TPS

2) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a) Pretes dan Postes

Data keterampilan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai

pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen

maupun kontrol, sedangkan nilai postesdiambil di akhir pembelajaran

pada pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.

Gambar

Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan indikatornya
Gambar 2.    Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen (dimodifikasi dari
Tabel 2. Kriteria Skor N-gain
Tabel 9.  Skor per soal angket
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perhatikanlah salah satu akar yang sudah diketahui adalah berupa bilangan irasional(bilangan bentuk akar), maka salah satu akar yang lainpun juga akan berupa bilangan irasional

Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan, wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan gagal jantung sebelum

Aplikasi yang dibangun pada artikel ini dapat membantu pengguna mencari informasi alam tanpa harus melakukan pencocokan dengan kata kunci pencarian. 5.2

Keluarga klien merasa takut dan khawatir akan kelahiran klien terhadap prosedur invasif saat operasi SC yang akan dilakukan tidak lancar dan takut anaknya klien terjadi

Warna yang digunakan pada busana Tari Khadissiswa yaitu warna putih dan hijau, warna putih sebagai simbol kesucian, sedangkan warna hijau sebagai simbol kesuburan.Warna-warna

Pusat Pengembangan Minat dan Bakat pemuda Tanjung Morawa atau lebih sering kita kenal dengan nama Gelanggang Remaja, merupakan suatu wadah yang memungkinkan

Dalam menyampaikan pesan tentang arti pentingnya dua anak lebih baik yang merupakan anjuran pemerintah demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Wonoharjo, para

4.3 Hambatan-Hambatan yang dihadapi dalam Pemanfaatan software SIPRUS Sebagai Media Penelusuran Informasi di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta