PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo
Tahun Pelajaran 2011/2012) (Skripsi)
Oleh
PRISILIA ANGGUN LARASATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo
Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh
PRISILIA ANGGUN LARASATI
Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu aspek yang penting untuk
dikembangkan dalam proses pembelajaran Biologi. Keterampilan berpikir kritis ini merupakan kecakapan hidup (life skill) bagi siswa saat terjun dalam kehidupan
bermasyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan multimedia
interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.
Penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok non-ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 yang
Prisilia Anggun Larasati
iii
dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai N-gain rata-rata nilai pretes
dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan 5% melalui program SPSS 12. Data kualitatif berupa deskripsi
keterampilan berpikir kritis oleh siswa, aktivitas belajar siswa, dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif
dalam bentuk persentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis oleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol (eksperimen = 68,23;
kontrol = 55,23). Rata-rata peningkatan keterampilan berpikir kritis semua indikator yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol (eksperimen = 43,73; kontrol = 34,54). Rata-rata persentase aktivitas siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 75,96%; kontrol = 67,21%).
Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Dengan
demikian, pembelajaran menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS berpengaruh signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis oleh siswa.
PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo
Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh
PRISILIA ANGGUN LARASATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM
PENCERNAAN
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012)
Nama Mahasiswa : Prisilia Anggun Larasati Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024041
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP 19700327 199403 2 001 NIP 19770715 200801 2 020
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si. ………..
Sekretaris : Rini Rita Marpaung, S.Pd, M.Pd. ………..
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Arwin Achmad, M.Si. ………..
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Simbarwaringin, Lampung Tengah pada 1 April 1991, yang merupakan anak tunggal pasangan Bapak Ngamadi dan Ibu Parmiyanti.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 2 Simbarwaringin (1996-2002), SMP Negeri 3 Metro (2002-2005), SMA Negeri 1 Metro (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar , Struktur dan Perkembangan Tumbuhan, Botani Tumbuhan Rendah dan Fisiologi
Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, dengan mengucap syukur kepada Alloh SWT, ku
persembahkan karya kecilku ini untuk :
Yang tercinta ibu dan bapakku , yang tiada lelah mencurahkan cinta dan kasih
sayangnya, mengorbankan hidup dan perasaannya demi kebahagiaan dan cita-citaku,
mendukung dan rela melakukan segalanya untuk hidupku. Jika bukan karenamu, aku
takkan bisa seperti ini. Sekalipun kukorbankan seluruh kehidupanku, tak tertandingi
seluruh jasamu. Terima kasih ibu, bapak, kalian adalah pelita hidupku….
Mbahku tercinta, om Bambang dan bule Santi , serta keluarga besarku yang selalu
memberikan doa, nasehat serta kasih sayang tiada berujung.
Para pendidik dan dosen yang terhormat atas ilmu, nasihat, dan arahan yang telah
diberikan.
Para sahabat yang selalu berada di sampingku, menyemangatiku, hingga aku dapat
menjadi pribadi yang kuat.
MOTTO
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah
(kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Luqman ayat 27)
Belajarlah dari masa lalu untuk memperoleh pelajaran hari ini, dan
dari pelajaran hari ini untuk hidup yang lebih baik di masa depan.
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Prisilia Anggun Larasati Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024012
Program Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.
Bandar Lampung, Juli 2012 Yang menyatakan
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan berkah, kasih sayang dan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH
PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI
POKOK SISTEM PENCERNAAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI
IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012)”
sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi, Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
4. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
xii
5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan
motivasi yang sangat berharga;
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis beserta staf tata usaha PMIPA;
7. Drs. Puryanto., selaku Kepala SMA Negeri 1 Trimurjo dan Drs. Suroso.,
selaku guru mitra, siswa-siswi kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA Negeri 1
Trimurjo, serta semua pihak di SMA Negeri 1 Trimurjo, atas kerjasama dan
bimbingannya;
8. Teristimewa Orangtuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan
menyayangiku, serta keluarga besarku yang selalu mendukungku;
9. Keluarga kecilku Anggun Yuliana, Misriyanti, dan Ria Ratna Fauziah, terima
kasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini, kalian adalah yang
terbaik. Serta teman seperjalananku Priska Purwaning, Riska Amelia dan Tri
Suwandi atas bantuan dan semangat yang tak pernah lelah diberikan. Semoga
persahabatan kita ini dapat terjalin selamanya.
10. Denny Satriyawan., atas motivasi, kesabaran, dan kesetiaannya selama ini;
11. Jevri Setia Nugraha., yang telah meluangkan waktu dan idenya dalam proses
pembuatan multimedia interaktif;
12. Keluarga Mandibula (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2008) : Anggun Yuliana
Safitri, Misriyanti, Ria Ratna Fauziah, Tri Suwandi, Dwi Susanti, Evriana
Darmayanti, Eka Dewi, Rindi Antika, Eko Budiyono, M. Robidin, Hadi
Wijaya, Ardi Yusuf., Yudi Trisila, Dedi Pendra, Harry Haryono, Auliana
Afandi, Siti Nurhalimah, Dewi Oktaria, Beti Anggraini, Wahyu Sri Sukarsih,
xiii
Ariyanti, Three Wati, Wartini Oktarina, Deni Rinawati, Ririn Widyaningsih,
Imatul Khoiriyah, Nur Hidayah, Wina Halimah, Ajeng Pratiwi, Dzul Fithria,
Iska Widya, Novria Wandira, Kurnia Mayang Sari, Rina Sailifa, serta kakak
dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA terima kasih atas
persahabatan yang kalian berikan;
13. Rekan-rekan KKN dan PPL (Ajeng Dian, Meyta Pritandari, Sinta Putrie, Putu
Diknasari Ewa, Lukmanul Hakim, Yunita, Septi, Nur Evitasari, Marisa Putri)
yang telah menghadirkan cerita baru dalam hidupku.
Akhir kata, semoga Allah senantiasa membalas kebaikan mereka dan semoga
skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Amin.
Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
F. Kerangka Pikir ... 9
G. Hipotesis ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Multimedia Interaktif ... 13
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 18
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 23
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel ... 29
C. Desain Penelitian ... 29
D. Prosedur penelitian ... 30
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 38
F. Teknik Analisis Data ... 39
G. Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 42
H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 44
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48
xv
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 80
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
LAMPIRAN 1. Silabus ... 89
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 95
3. Lembar Kerja Kelompok ... 115
4. Soal Pretes dan Postes ... 219
5. Angket Tanggapan Siswa ... 6. Data Hasil Penelitian ... 231
7. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 244
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Keterampilan berpikir kritis dan indikatornya ... 26
2. Kriteria skor N-gain ... 40
3. Kriteria peningkatan KBK oleh siswa ... 40
4. Rubrik keterampilan berpikir kritis siswa ... 43
5. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa ... 43
6. Lembar observasi aktivitas siswa ... 44
7. Kategori presentasi aktivitas siswa ... 45
8. Item pernyataan pada angket ... 46
9. Skor per soal angket ... 46
10.Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 47
11.Kriteria persentase angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 47
12.Hasil uji normalitas dan homogenitas nilai rata-rata pretes, postes, dan N-gain KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 49
13.Hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 49
14.Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator KBK oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 50
xvii
17.Nilai rata-rata pretes, postes, dan N-gain kelas eksperimen ... 132
18.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelas kontrol... 133
19.Analisis butir soal pretes dan postes kelas eksperimen ... 134
20.Analisis butir soal pretes dan postes kelas kontrol ... 136
21.Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 138
22.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 139
23.Hasil uji normalitas pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 140
24.Hasil uji Mann-Withney U pretes kelas eksperimen dan kontrol ... 140
25.Hasil uji normalitas postes kelas eksperimen dan kontrol ... 141
26.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata ... 141
27.Hasil uji satu pihak postes ... 142
28.Hasil uji normalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 143
29.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain .... 144
30.Hasil uji satu pihak N-gain ... 144
31.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin kelas eksperimen dan kontrol ... 144
32.Hasil uji Mann-Withney UN-gain pada aspek mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin kelas eksperimen dan kontrol ... 145
33.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek keterampilan memberikan alasan kelas eksperimen dan kontrol ... 146
34.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain pada aspek keterampilan memberikan alasan kelas eksperimen dan kontrol ... 146
xviii
36.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain
pada aspek merekonstruksi argumen kelas eksperimen dan kontrol ... 147 37.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek menginterpretasikan
pernyataan kelas eksperimen dan kontrol ... 148 38.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain
pada aspek menginterpretasikan pernyataan kelas eksperimen dan
kontrol ... 149 39.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek menggeneralisasi kelas
eksperimen dan kontrol ... 150 40.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek menggeneralisasi
kelas eksperimen dan kontrol ... 150 41.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek merumuskan
alternatif-alternatif untuk solusi kelas eksperimen dan kontrol ... 151 42.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek merumuskan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ... 10 2. Desain penelitian pretes-postes kelas non ekuivalen ... 30 3. Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. ... 53 4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TPS ... 54 5. Contoh jawaban siswa untuk keterampilan memberikan alasan (LKS
7 kelas eksperimen). ... 62 6. Contoh jawaban siswa untuk keterampilan memberikan alasan (LKK
7 kelas kontrol). ... 63 7. Contoh jawaban siswa untuk menginterpretasikan pernyataan (LKS
7 kelas eksperimen). ... 65 8. Contoh jawaban siswa untuk menginterpretasikan pernyataan (LKK
7 kelas kontrol). ... 66 9. Contoh jawaban siswa untuk mengidentifikasi atau
memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin (LKS 5 kelas
eksperimen). ... 69 10. Contoh jawaban siswa untuk mengidentifikasi atau
memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin (LKK 5 kelas
kontrol). ... 69 11. Contoh jawaban siswa untuk menggeneralisasi (LKK 7 kelas
kontrol). ... 72 12. Contoh jawaban siswa untuk menggeneralisasi (LKS 7 kelas
eksperimen). ... 72 13. Contoh jawaban siswa untuk merekonstruksi argumen (LKS 1 kelas
eksperimen). ... 75 14. Contoh jawaban siswa untuk merekonstruksi argumen (LKK 1 kelas
xx
15. Contoh jawaban siswa untuk merumuskan alternatif-alternatif untuk
solusi (LKS kelas eksperimen)... 78
16. Contoh jawaban siswa untuk merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi (LKK kelas kontrol). ... 78
17. Siswa kelas eksperimen mengerjakan pretes ... 154
18. Tahap Think : siswa berpikir secara mandiri untuk memecahkan permasalahan yang ada di dalam LKK ... 154
19. Tahap Pair : siswa saling bertukar pikiran dan berpasangan untuk memecahkan masalah di dalam LKS ... 155
20. Tahap Share : siswa mempresentasikan hasil diskusi ... 155
21. Siswa kelas eksperimen mengerjakan postes ... 156
22. Siswa kelas kontrol mengerjakan pretes ... 156
23. Siswa berkelompok melakukan diskusi untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKK ... 157
24. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi ... 157
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pelajaran Biologi berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) bertujuan agar peserta didik dapat memupuk sikap ilmiah yaitu jujur,
objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain.
Selain itu, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan kemampuan
berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep dan
prinsip biologi serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap percaya diri. Oleh karena itu, pembelajaran Biologi diharapkan bukan
hanya untuk penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep,
dan prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses pemecahan masalah yang
muncul dalam kehidupan sehari - hari serta membentuk sikap peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006:1-2).
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah ditentukan oleh keterampilan
peserta didik dalam berpikir. Salah satu keterampilan berpikir yang
diperlukan peserta didik untuk dapat memecahkan masalah adalah
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau berpikir kritis. Keterampilan berpikir
kritis merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan dalam
2
pemikir kritis dan mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di
masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang
memiliki keterampilan berpikir kritis. Menurut Spliter (dalam Komalasari,
2010:266), keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada
tujuan, yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu
membuat keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan.
Siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengkonstruksi argumen serta mampu memecahkan
masalah dengan tepat (Spliter dalam Redhana, 2003:3). Menurut Sadia
(2008:222), dengan dimilikinya kemampuan berpikir kritis yang tinggi oleh
siswa SMP dan SMA, mereka akan dapat mencapai standar kompetensi yang
telah ditetapkan dalam kurikulum, serta mereka akan mampu merancang dan
mengarungi kehidupannya pada masa datang yang penuh dengan tantangan,
persaingan, dan ketidakpastian. Keterampilan berpikir kritis ini merupakan
kecakapan hidup (life skill) bagi siswa saat terjun dalam kehidupan
bermasyarakat.
Pentingnya keterampilan berpikir kritis dalam dunia pendidikan saat ini,
berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada di lapangan. Masih banyak
guru yang belum mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam proses
pembelajaran, sehingga berdampak pada rendahnya keterampilan berpikir
kritis siswa. Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa tersebut juga masih
ditemui di SMA Negeri 1 Trimurjo. Dalam proses pembelajaran, guru masih
3
untuk melakukan proses berpikir kritis. Berdasarkan hasil observasi dan
diskusi dengan guru Biologi yang mengajar di kelas XI IPA SMA Negeri 1
Trimurjo, guru menggunakan metode diskusi, namun metode yang dilakukan
masih kurang efektif. Metode yang dilakukan kurang dapat membuat siswa
aktif dalam proses pembelajaran serta mencari jawaban dari permasalahan
yang diberikan guru, sehingga aktivitas siswa pun sangat rendah dan
keterampilan berpikir kritis siswa tidak muncul. Saat proses pembelajaran,
masih banyak siswa yang pasif saat berdiskusi, misalnya tidak ada siswa yang
mengemukakan pendapat, bertanya kepada teman diskusi mengenai
permasalahan diskusi, sehingga siswa kurang optimal dalam memberdayakan
potensi yang dimiliki, termasuk keterampilan berpikir kritis.
Keterampilan berpikir kritis siswa juga tidak tergali karena siswa hanya
mencari jawaban dari buku panduan dan guru tidak menyediakan sumber lain
untuk menggali keterampilan berpikir kritis siswa. Menurut Roestiyah
(2008:6) metode diskusi memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu tidak
dapat dipakai pada kelompok yang besar, peserta mendapat informasi yang
terbatas, serta dapat dikuasai orang-orang yang suka berbicara. Tidak
munculnya keterampilan berpikir kritis pada siswa kelas XI IPA SMA N 1
Trimurjo juga terlihat saat siswa diberi latihan, kebanyakan siswa tidak bisa
menjawab soal dengan tepat, mereka lebih memilih mencontek teman dan
tidak berpikir sendiri untuk menjawab soal-soal tersebut.
Kemudian pada proses pembelajaran, guru di SMA tersebut jarang sekali
4
Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya keterampilan guru dalam
mengoperasikan alat-alat yang tersedia serta masih minimnya fasilitas
pendukung . Kondisi seperti ini menurut Hasnunidah (2009:1) tidak
memberdayakan siswa untuk mau berpikir dan mampu berbuat untuk
memperkaya pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan
interaksi dengan lingkungannya, sehingga tidak akan bisa membangun
kemampuan berpikir kritis, pemahaman, dan pengetahuannya terhadap dunia
di sekitarnya (learning to how and learning to know).
Rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa dalam pelajaran Biologi di atas
perlu ditingkatkan. Untuk mewujudkan peningkatan tersebut, guru perlu
melakukan inovasi dalam pembelajaran, khususnya dalam hal metode dan
media yang digunakan. Salah satu inovasi dalam media pembelajaran yang
dapat dikembangkan dalam pembelajaran biologi khususnya materi pokok
Sistem Pencernaan adalah multimedia interaktif. Menurut Vaughan (dalam
Binanto, 2010:2), multimedia interaktif merupakan kombinasi teks, seni,
suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau
dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara
interaktif.
Materi pokok Sistem Pencernaan di SMA memiliki karakteristik proses yang
cukup rumit, kompleks, dan abstrak, serta tidak dapat diamati tanpa alat bantu
tertentu. Kesulitan dalam mempelajari materi tersebut dapat diminimalisir
dengan multimedia interaktif yang mengintegrasikan berbagai media menjadi
5
materi tersebut dapat lebih mudah dipahami. Penggunaan multimedia
interaktif dalam proses pembelajaran menurut Asyhar (2011:76) dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep abstrak
dengan lebih mudah, serta dapat merangsang siswa berpikir kritis,
menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang, sehingga
melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.
Penelitian yang mendukung penggunaan multimedia interaktif dalam
pembelajaran telah dilakukan oleh Saprudin (2010:ii) terhadap mahasiswa
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin yang mengontrak mata kuliah Fisika
II, semester genap tahun akademik 2009/2010 pada suatu LPTK di Bandung
dan membuktikan bahwa penggunaan multimedia interaktif dalam
pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis.
Untuk menampilkan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran, dapat
dipadukan dengan model pembelajaran dengan langkah-langkah yang dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dan meningkatkan
aktivitas belajar siswa yaitu Think-Pair-Share (TPS). TPS merupakan model
pembelajaran yang dikembangkan dengan memberikan penekanan kepada
siswa untuk lebih berpikir, mendiskusikan suatu permasalahan dan berbagi.
Arends (dalam Komalasari, 2010:64) menyebutkan langkah-langkah
pembelajaran yaitu berpikir (thinking), guru mengajukan suatu pertanyaan
atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas
6
berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh, dan yang
terakhir berbagi (sharing), guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Berdasarkan hasil
penelitian Wahyu (2010:1), diketahui pembelajaran TPS mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMPN 2 Singosari
sebesar 25,47% lebih tinggi daripada strategi pembelajaran konvensional.
Penelitian tentang multimedia interaktif melalui pembelajaran TPS belum
pernah dilakukan di sekolah-sekolah yang ada di Trimurjo. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh penggunaan
multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada
materi pokok sistem pencernaan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa
kelas XI IPA semester genap SMA Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran
2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan
berpikir kritis siswa ?
2. Apakah penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS menghasilkan rata-rata keterampilan berpikir kritis
siswa yang lebih tinggi daripada penggunaan media gambar melalui
7
3. Bagaimana aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Sistem Pencernaan
menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS ?
4. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif
melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh dari penggunaan multimedia interaktif melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TPS terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.
2. Rata - rata keterampilan berpikir kritis siswa yang lebih tinggi antara
pembelajaran yang menggunakan multimedia interaktif melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dibandingkan media gambar melalui
metode diskusi
3. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Sistem Pencernaan
menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS
4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
D. Manfaat Penelitian
8
1. Peneliti, yaitu dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan menjadi bekal untuk menjadi calon guru yang
profesional.
2. Siswa, yaitu mendapat pengalaman belajar yang berbeda dalam
pembelajaran materi pokok Sistem Pencernaan dengan multimedia
interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
3. Guru, yaitu dapat menggunakan multimedia interaktif melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TPS sebagai alternatif pembelajaran dalam
usaha meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi pokok
Sistem Pencernaan siswa.
4. Sekolah, yaitu sebagai masukan untuk mengoptimalkan penggunaan
kombinasi multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Multimedia interaktif yang dimaksud adalah media yang dibuat
menggunakan software Adobe Flash pada materi pokok Sistem
Pencernaan yang kemudian diakses siswa dengan bantuan komputer atau
laptop dari CD pembelajaran yang sudah disiapkan
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari tiga fase, yaitu berpikir (thinking), berpasangan
9
3. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur dalam penelitian ini
meliputi: menginterpretasikan pernyataan, merekonstruksi argumen,
menggeneralisasi, mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria
jawaban yang mungkin, keterampilan memberikan alasan, dan
merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi
4. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPA semester genap di SMA
Negeri 1 Trimurjo Tahun Pelajaran 2011/2012
5. Materi pokok yang diteliti dalam penelitian adalah Sistem Pencernaan
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran biologi berperan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan,
khususnya dalam menciptakan siswa yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan
logis. Keterampilan berpikir tersebut dapat menjadi penentu keterampilan
siswa dalam menjawab permasalahan yang ada pada saat mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Keterampilan berpikir kritis siswa SMAN 1 Trimurjo tergolong rendah.
Untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis tersebut,
guru harus melakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satunya
dengan menggunakan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran.
Multimedia interaktif merupakan kombinasi teks, seni, suara, gambar,
animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi
secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara interaktif .
10
meningkatkan kemampuan siswa memahami suatu konsep yang abstrak, serta
dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis.
Penggunaan media saja dalam proses pembelajaran tidak akan efektif, jika
tidak dipadukan dengan model pembelajaran yang menumbuhkan
keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat
menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran
kooperatif tipe TPS. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini terdiri dari
tiga fase, yaitu berpikir (thinking), berpasangan (pairing), dan berbagi
(sharing). Semua fase dalam TPS memberi siswa lebih banyak kesempatan
untuk merespons, berpikir dan saling membantu. Proses pelaksanaan berpikir
(thinking), dalam penelitian ini difasilitasi multimedia interaktif, sebagai
sarana untuk memecahkan permasalahan.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas adalah multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS serta variabel terikatnya adalah keterampilan berpikir
kritis materi pokok Sistem Pencernaan.
Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada
bagan di bawah ini.
Keterangan: X = Multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS
Y= Keterampilan berpikir kritis
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
11
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1. H0 = Penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa
H1 = Penggunaan multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS berpengaruh secara signifikan terhadap
keterampilan berpikir kritis siswa
2. H0 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara pembelajaran
yang menggunakan multimedia interaktif melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TPS sama dengan media gambar
melalui metode diskusi
H1 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa antara pembelajaran
yang menggunakan multimedia interaktif melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih tinggi daripada media
gambar melalui metode diskusi
3. Penggunaan multimedia interaktif melalui model TPS mampu meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada materi pokok Sistem Pencernaan.
4. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan
multimedia interaktif melalui model TPS pada materi pokok Sistem
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Multimedia Interaktif
Sadiman (2008:7) mendefinisikan media pembelajaran sebagai segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Midun
(dalam Asyhar, 2011:41) mengungkapkan bahwa media pembelajaran
memiliki manfaat, diantaranya dapat merangsang peserta didik untuk berpikir
kritis, menggunakan kemampuan imajinasinya, bersikap dan berkembang
lebih lanjut, sehingga melahirkan kreativitas dan karya-karya inovatif.
Selain itu, Sadiman (2008:17) juga mengemukakan beberapa kegunaan media
pembelajaran, diantaranya yaitu :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya :
a. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film
bingkai, film, atau model
b. Objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film,
14
c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau high-speed photography
d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi
lewat rekamman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal
e. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan
dengan model, diagram, dan lain-lain, serta
f. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan
lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan
lain-lain
3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran
berguna untuk :
a. Menimbulkan kegairahan belajar
b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung anatara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan
c. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya
Secara umum, menurut Asyhar (2011:76), ada empat jenis media
pembelajaran, yaitu :
1. Media visual, yaitu jenis media yang digunakan hanya mengandalkan
indera penglihatan peserta didik semata-mata, sehingga pengalaman
belajar yang diterima peserta didik sangat tergantung pada kemampuan
15
2. Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses
pembelajaran dengan hanya melibatkan indera pendengaran peserta didik.
Pengalaman belajar yang akan didapatkan adalah dengan mengandalkan
indera kemampuan pendengaran.
3. Media audio-visual, adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus
dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat
disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan nonverbal
yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.
4. Multimedia, yaitu media yang melibatkan jenis media untuk merangsang
semua indera dalam satu kegiatan pembelajaran. Multimedia lebih
ditekankan pada penggunaan berbagai media berbasis TIK dan komputer.
Sanjaya (2009:218) mengungkapkan, saat ini teknologi komputer tidak lagi
hanya digunakan sebagai sarana komputerisasi dan pengolahan kata tetapi
juga sebagai sarana belajar multimedia yang memungkinkan peserta didik
dapat membuat desain dan rekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan
sehingga dapat digunakan sebagai media yang efektif. Menurut Asyhar
(2011:75), istilah multimedia muncul pertama kali di awal 1990 melalui media
masa. Istilah ini dipakai untuk menyatukan teknologi digital dan analog di
bidang entertainment, publishing, communications, marketing, advertising,
dan juga commercial. Multimedia merupakan penggabungan dua kata “multi”
dan “media”. Multi berarti “banyak”, sedangkan media atau bentuk jamaknya
16
Multimedia didefinisikan oleh Vaughan (dalam Binanto, 2010:2) sebagai
kombinasi teks, seni, suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan
dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan
dan/atau dikontrol secara interaktif. Ada tiga jenis multimedia, yaitu :
1. Multimedia interaktif
Pengguna dapat mengontrol apa dan kapan elemen-elemen multimedia
akan dikirimkan atau ditampilkan
2. Multimedia hiperaktif
Multimedia jenis ini mempunyai suatu struktur dari elemen-elemen terkait
dengan pengguna yang dapat mengarahkannya. Dapat dikatakan bahwa
multimedia jenis ini mempunyai banyak tautan (link) yang
menghubungkan elemen-elemen multimedia yang ada.
3. Multimedia linear
Pengguna hanya menjadi penonton dan menikmati produk multimedia
yang disajikan dari awal hingga akhir
Beberapa model multimedia interaktif diungkapkan oleh Sanjaya (2009:221)
diantaranya yaitu :
a. Model Drill : Model Drill pada dasarnya merupakan salah satu strategi
pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih
konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang
mendekati suasana yang sebenarnya
b. Model Tutorial : Model Tutorial merupakan program pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat
17
juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang
dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran
c. Model Simulasi : Model Simulasi pada dasarnya merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar
yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman
yang mendekati suasana yang sebenarnya.
d. Model Games : Model Games, dikembangkan atas “pembelajaran yang
menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa
petunjuk dan aturan permainan.
Menurut Marshall (dalam Binanto, 2010:1), sistem multimedia mempunyai
empat karakteristik dasar, yaitu :
1. Merupakan sistem yang dikontrol oleh komputer
2. Merupakan sebuah sistem yang terintegrasi
3. Informasi yang ditangani direpresentasikan secara digital, dan
4. Antarmuka pada media tampilan akhir biasanya bersifat interaktif
Binanto (2010:3) menyatakan bahwa multimedia dapat digunakan dalam
berbagai bidang. Multimedia dapat masuk dan menjadi alat bantu yang
menyenangkan. Hal ini terjadi karena kekayaan elemen-elemen dan
kemudahannya digunakan dalam banyak konten yang bervariasi. Salah satu
diantara bidang penggunaannya adalah di sekolah atau dalam bidang
pendidikan.
Asyhar (2011:76) mengungkapkan keuntungan penggunaan multimedia dalam
18
1. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep
abstrak dengan lebih mudah,
2. Dapat memberikan kesan yang positif kepada guru karena dapat
membantu guru menjelaskan isi pelajaran kepada pelajar
3. Menghemat waktu dan
4. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Namun, disamping itu, Asyhar (2011:76) menambahkan bahwa multimedia
memiliki kelemahan yaitu harus didukung oleh peralatan memadai seperti
LCD projector dan adanya aliran listrik.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Menurut Trianto (2010:56), pembelajaran kooperatif muncul dari konsep
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit
jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja
dalam kelompok untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks.
Roger dan Johnson (dalam Muliyani, 2011:3) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran kooperatif mengandung lima unsur, yaitu 1) saling
ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4)
komunikasi antar anggota, dan 5 evaluasi proses kelompok
Komalasari (2010:64) menyatakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang dapat diterapkan oleh guru adalah Think Pair Share (TPS). Model
Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
19
siswa. TPS bertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di
Universitas Maryland.
Arends (dalam Komalasari, 2010:64) mengungkapkan bahwa TPS merupakan
suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan
untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan
dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon
dan saling membantu. Langkah-langkah TPS menurut Arends adalah sebagai
berikut :
Langkah 1 : Berpikir (thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu
beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atas masalah.
Langkah 2 : Berpasangan (pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama
waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu
pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan suatu masalah
khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu
tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi (sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk
berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
20
pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan
mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Menurut Fadholi (2009:1), model pembelajaran kooperatif TPS memiliki
kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan TPS diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling
membantu satu sama lain
2. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok
3. Interaksi lebih mudah
4. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya
5. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan
kelas
6. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dalam kelas
7. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan menjawab dalam
komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil
8. Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu
materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang
lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan
kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran
21
9. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung
memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta
memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan
10.Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah
11.Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang
12.Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya
dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar
13.Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran
14.Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan
siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan
apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh
guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar, model pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak
monoton dibandingkan metode konvensional
15.Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran
konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu
yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang
disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar”
22
dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan
permasalahan yang diberikan oleh guru
16.Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar
yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil
belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir
pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal
Selain itu, TPS juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu :
1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas
2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas
3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu
pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat
perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu
yang terbuang
4. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
5. Lebih sedikit ide yang muncul
6. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah
7. Menggantungkan pada pasangan
8. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,
karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan
9. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya
10.Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal
11.Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang
23
12.Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan
ceramah diganti dengan belajar berpikir memecahkan masalah secara
kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa
13.Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas
14.Jumlah kelompok yang terbentuk banyak
15.Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS
C. Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut Dewey (dalam Komalasari, 2010:266) berpikir dimulai apabila
seseorang dihadapkan pada suatu masalah. Ia menghadapi sesuatu yang
menghendaki adanya jalan keluar. Situasi yang menghendaki adanya jalan
keluar tersebut, mengundang yang bersangkutan untuk memanfaatkan
pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah dimilikinya. Untuk
memanfaatkan pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan yang sudah
dimilikinya terjadi suatu proses tertentu di otaknya sehingga ia mampu
menemukan sesuatu yang tepat dan sesuai untuk digunakan mencari jalan
keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Dengan demikian yang
bersangkutan melakukan proses yang dinamakan berpikir.
Costa (dalam Komalasari, 2010:266) menyatakan bahwa berpikir terdiri atas
kegiatan atau proses berikut : (1) menentukan hukum sebab akibat, (2)
24
antara fenomena, (4) penentuan kualitas bersama (klasifikasi), dan (5)
menemukan ciri khas suatu fenomena.
Menurut Paul (dalam Kurniawan, 2002:13), secara Etimologis, kata ‘kritis’
berasal dari bahasa Yunani yakni “kritikos” (yang berarti mencerna penilaian)
dan “kriterion” (yang berarti standar). Sehingga, kritis berarti mencerna
penilaian berdasarkan standar. Jika dipadukan dengan kata ‘berpikir’, maka
kita dapat mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang secara
eksplisit dilatari oleh penilaian yang beralasan dan berdasarkan standar yang
sesuai dalam rangka mencari kebenaran, keuntungan, dan nilai sesuatu.
Ennis (dalam Sadia, 2008:223) mendefinisikan berpikir kritis sebagai
aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan
membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam
mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan. Lebih lanjut
menurut Schafersman (dalam Darsati, 2007:2) berpikir kritis adalah berpikir
secara nalar, reflektif, bertanggung jawab dan mahir yang difokuskan untuk
menentukan apa yang diyakini dan dilakukan. Siswa tidak dapat
mengembangkan keterampilan berpikirnya dengan baik tanpa berlatih
menggunakannya dalam konteks berbagai bidang studi. Dengan demikian
pengembangan keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran kimia tidak
dapat dilakukan dengan cara mengingat dan menghafal konsep-konsep, tetapi
dengan mengintegrasikan, mengaplikasikan dan mengkomunikasikan
25
Spliter (dalam Komalasari, 2010:266) mengemukakan bahwa keterampilan
berpikir kritis adalah keterampilan bernalar dan berpikir reflektif yang
difokuskan untuk memutuskan hal-hal yang diyakini dan dilakukan. Selain
itu, keterampilan berpikir kritis adalah keterampilan yang terarah pada tujuan,
yaitu menghubungkan kognitif dengan dunia luar sehingga mampu membuat
keputusan, pertimbangan, tindakan, dan keyakinan.
Menurut Meyers (dalam Sadia, 2008:224), untuk mengembangkan
kemampuan dan keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses
pembelajaran guru melakukan strategi-strategi sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan antara konten dan proses, dalam penyajian materi
pelajaran agar diseimbangkan antara konten dan proses. Dalam pelajaran
sains, harus seimbang antara sains sebagai produk (penyajian fakta,
konsep, prinsip, hukum, dsb.) dan sains sebagai proses (keterampilan
proses sains), seperti mengobservasi kejadian, merumuskan masalah,
berhipotesis, mengukur, menyimpulkan, dan mengontrol variabel.
2. Menyeimbangkan antara ceramah (lecture) dan diskusi (interaction),teori
belajar Piaget menekankan bahwa pentingnya transmisi sosial dalam
mengembangkan struktur mental yang baru.
3. Menciptakan diskusi kelas,Guru sebaiknya memulai presentasi dengan
”pertanyaan”. Ajukan pertanyaan yang dapat mengkreasi suasana
antisipasi dan inkuiri. Lima kunci untuk menciptakan atau mengkreasi
suasana kelas yang interaktif, yaitu (1) mulai setiap pembelajaran dengan
masalah atau kontroversi; (2) gunakan keheningan untuk membangkitkan
26
pembelajaran; (4) jika mungkin, perpanjang waktu pembelajaran (extend
class time). Berpikir kritis akan terjadi jika siswa memiliki waktu yang
tepat untuk sampai pada refleksi; dan (5) ciptakan lingkungan belajar
yang nyaman.
Ennis (dalam Costa, 1985:54) mengembangkan indikator keterampilan
berpikir kritis seperti diuraikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Keterampilan berpikir kritis dan indikatornya
Keterampilan
Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek
1.
Memberikan penjelasan dasar
1. Memfokuskan
pertanyaan a.Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan
b.Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin c.Menjaga pikiran terhadap
situasi yang sedang dihadapi
2. Menganalisis argumen a.Mengidentifikasi kesimpulan
b.Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan
c.Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan d.Mencari persamaan dan
perbedaan
e.Mengidentifikasi dan menangani
ketidakrelevanan f. Mencari struktur dari
sebuah pendapat/argumen
b.Apa yang menjadi alasan utama?
c.Apa yang kamu maksud dengan?
27
Keterampilan
Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek
contoh?
e.Apa yang bukan contoh? f. Bagaiamana
mengaplikasikan kasus tersebut?
g.Apa yang menjadikan perbedaannya? h.Apa faktanya?
i. Apakah ini yang kamu katakan?
j. Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu?
f. Mengetahui resiko g. Keterampilan
c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri d. Mencatat hal-hal yang
sangat diperlukan e. Penguatan
f. Kemungkinan dalam penguatan
g. Kondisi akses yang baik h. Kompeten dalam
menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat atas
kredibilitas kriteria 3.
Menyimpulkan 6. Mendeduksi dan mempertimbangkan deduksi
a. Kelas logika
b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretasikan
28
Keterampilan
Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek
7. Menginduksi dan
a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi
b. Strategi definisi c. Konten (isi) alternatif untuk solusi d. Memutuskan hal-hal yang
akan dilakukan e. Merivew
f. Memonitor implementasi 12. Berinteraksi dengan
orang lain a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik
d. Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan
III. METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Trimurjo pada bulan April
2012
B.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester
genap SMA Negeri 1 Trimurjo tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari tiga
kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling.
Sampel tersebut adalah siswa kelas XI IPA 2 (jumlah = 31 orang) sebagai kelas
eksperimen dan siswa kelas XI IPA 3 (jumlah = 33 orang) sebagai kelas
kontrol. Menurut Margono (2005:127) yang dimaksud cluster random
sampling yaitu populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri
dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes non
ekuivalen. Dua kelompok penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol
30
menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif
tipe TPS, sedangkan kelas kontrol hanya diterapkan media gambar melalui
metode diskusi. Kedua kelas diberi pretes dan postes yang sama kemudian
hasilnya dibandingkan.
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelompok pretes perlakuan postes
I O1 X O2
II O1 C O2
Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 =
Postes; X = Perlakuan multimedia interaktif melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS; C = Perlakuan media gambar melalui metode diskusi
Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah
tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya. penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan
31
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat multimedia interaktif yang akan di uji ahli. Dengan cara
sebagai berikut :
1) Penentuan konsep multimedia interaktif dengan cara menetapkan :
Tujuan pembelajaran dengan multimedia interaktif pada penelitian
ini adalah siswa mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur,
fungsi dalam proses pencernaan makanan, menentukan penyebab
penyakit dan kelainan yang terjadi pada sistem pencernaan, serta
siswa mampu merumuskan solusi yang logis bagi penyakit dan
kelainan yang terjadi pada sistem pencernaan
Kategori multimedia yang akan digunakan berupa multimedia
interaktif dalam bentuk CD.
2) Pembuatan skenario pembelajaran dengan multimedia interaktif
untuk setiap pertemuan. Uraian materi pokok pada setiap
pertemuan adalah sebagai berikut. Pertemuan ke :
a) Satu & Dua : Struktur, fungsi organ penyusun sistem
pencernaan dalam proses pencernaan terdiri dari
berbagai peristiwa pencernaan (mekanik dan
kimiawi) yang terjadi di tiap organ pencernaan
mulai dari mulut hingga anus.
b) Tiga : Kelainan struktur dan atau fungsi organ
pencernaan yang menyebabkan penyakit pada
32
3) Mengumpulkan objek penyusun multimedia interaktif
Objek multimedia interaktif dikumpulkan dengan cara mengunduh
dari beberapa sumber, yaitu :
Objek yang digunakan berupa gambar dan video yang dihimpun
dengan cara mengunduh dari beberapa sumber, yaitu:
a) www.google.com
b) www.youtube.com yang berjudul :
(1) Digestion
(2) The Liver and Pancreas
(3) Stomach Digestion
(4) The digestion process - What happens to your food as it
trav
(5) Peristaltic Wave in the Gastric Antrum
(6) Small Intestine
(7) Rumiantes
c) Buku
(1) Biologi (Campbell) untuk pertemuan ke 1, 2 dan 3
(2) Anatomi dan Fisiologi Manusia untuk pertemuan ke 1, 2
dan 3
(3) Histologi Dasar untuk pertemuan ke 1 & 2
4) Pembuatan multimedia interaktif
Multimedia interaktif dibuat menggunakan Adobe Flash .
a) Membuat rancangan tampilan utama pada aplikasi
33
b) Membuat seluruh desain tampilan pada aplikasi
CorelDRAW (background, tombol, dll)
c) Meng-import seluruh bahan dan desain tampilan kedalam
library Adobe Flash
d) Memberikan background (hijau) yang akan terus
ditampilkan selama aplikasi dijalankan
e) Membuat judul
f) Memberikan efek animasi
g) Menyusun background putih pada tampilan petunjuk
penggunaan, membuat judul & meletakkan tombol keluar
yang akan terus ditampilkan selama aplikasi dijalankan, dan
meletakkan tombol next
h) Memberikan kode program (script) dan memberikan efek
animasi
i) Meletakkan gambar, meletakkan 4 pilihan fungsi organ dan
tempat peletakan fungsi organ yang benar, meletakkan
tombol untuk mencari fungsi organ berikutnya, dan
meletakkan tombol untuk melihat video
j) Memberikan kode program (script)
k) Melakukan langkah yang sama dengan proses di atas untuk
34
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK)
dan instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes berupa soal uraian
yang akan diuji ahli.
f. Membuat lembar observasi aktivitas siswa.
g. Membuat angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan
menggunakan multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS
h. Membagi siswa menjadi 15 pasang, pasangan bersifat heterogen dan
dibentuk berdasarkan nilai semester ganjil pada kelas yang sama dan
berdasarkan jenis kelamin.
2. Pelaksanaan Penelitian
1. Mengadakan kegiatan pembelajaran yang menggunakan multimedia
interaktif dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk kelas
eksperimen dan menggunakan media gambar dengan metode diskusi
untuk kelas kontrol di SMA Negeri 1 Trimurjo. Penelitian ini
direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Rincian kegiatan untuk setiap
pertemuan dimuat di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Pendahuluan
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
a) Siswa diberikan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian
35
meliputi struktur dan fungsi organ tersebut, proses pencernaan
makanan pada manusia, serta kelainan dan penyakit pada sistem
pencernaan
b) Siswa disajikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
(KD), indikator dan tujuan pembelajaran.
c) Siswa menerima apersepsi dengan menjawab pertanyaan
Pertemuan I&II: “Apakah makanan yang kita makan bentuknya
sama dengan yang kalian keluarkan? Mengapa
bisa berbeda? Kemudian, apakah makanan yang
kita makan jumlahnya sama antara yang masuk
dan yang keluar?”
Pertemuan III : ”Kenapa apabila kita memakan gorengan dengan
banyak uka menyebabkan perut kita menjadi
sakit?”
d) Siswa diberikan motivasi sesuai materi setiap pertemuan.
Pertemuan I&II:Siswa menerima motivasi dengan memperoleh
penjelasan sederhana mengenai proses pencernaan
makanan yang terjadi dalam tubuh dan
mengungkapkan pentingnya proses pencernaan
tersebut bagi tubuh kita
Pertemuan III: Siswa dijelaskan penyebab sakit perut, yaitu
banyak makan cuka dapat meningkatkan produksi
asam lambung. Selanjutnya guru memberikan
36
terjadi pada organ-organ yang terdapat pada sistem
pencernaan manusia dan memberitahu tentang
manfaat siswa mempelajari tentang gangguan pada
sistem pencernaan.
2) Kegiatan inti
Kelas eksperimen
a) Siswa dikelompokkan ke dalam 16 pasangan, masing-masing
pasangan terdiri dari 2 orang siswa yang heterogen.
b) Siswa mendapat informasi tentang materi yang dibahas
dengan cara disajikan multimedia interaktif. Informasi yang
disampaikan sesuai dengan pembagian materi pada setiap
pertemuan,
c) Siswa diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang
sedang dibahas pada setiap pertemuan,
d) Siswa diminta untuk menggunakan waktu selama 4 menit untuk
berpikir sendiri menemukan jawaban atas pertanyaan yang
diberikan. Guru juga menjelaskan berbicara atau mengerjakan
bukan bagian berpikir,
e) Siswa mendiskusikan dengan pasangannya apa yang telah mereka
peroleh selama 5 menit. Guru menjelaskan bahwa interaksi yang
terjadi selama waktu yang disediakan adalah siswa menyatukan
jawaban yang diperoleh masing-masing,
f) Setiap pasangan berbagi dengan seluruh kelas dengan cara
37
dilakukan ditempat duduk masing-masing. Guru memimpin pleno
diskusi kecil dan menghentikan presentasi setelah 5 pasangan
menyampaikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas,
g) Siswa memperbaiki jawaban yang kurang tepat,
Kelas Kontrol
a) Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok (setiap kelompok
berjumlah 5-6 orang dan pembagian kelompok telah dilakukan
sebelumnya).
b) Siswa memperoleh Lembar Kerja Kelompok (LKK)
c) Setiap kelompok mengerjakan Lembar Kerja Kelompok (LKK)
dengan bimbingan guru.
d) Setelah LKK selesai, siswa meminta setiap kelompok
mengumpulkannya.
e) Setiap kelompok melakukan presentasi LKK.
f) Siswa memperoleh penguatan dengan penjelasan materi yang
diberikan oleh guru
3) Penutup
Kelas Eksperimen dan kelas kontrol
a) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi yang telah
berlangsung dan memberi informasi tentang materi untuk
pertemuan yang akan datang.
b) Siswa diberi postespada akhir pembelajaran pertemuan III berupa
38
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1) Jenis Data
a) Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir kritis siswa
pada materi pokok Sistem Pencernaan yang diperoleh dari nilai pretes
dan postes. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan postes
dalam bentuk N-gain
b)Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data angket tanggapan
siswa terhadap multimedia interaktif melalui model pembelajaran
kooperatif tipe TPS
2) Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a) Pretes dan Postes
Data keterampilan berpikir kritis berupa nilai pretes dan postes. Nilai
pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen
maupun kontrol, sedangkan nilai postesdiambil di akhir pembelajaran
pada pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.