RATA-RATA NILAI IPA TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SIDUA’ORI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016
A. Kerangka Teori 1. Hakikat Belajar
3. Model Pembelajaran Koperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Koperatif
Koperatif artinya bekerja sama atau gotong royong. Pembelajaran koperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa diminta belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Isjoni (2008:15)
megemukakan bahwa, “model pembelajaran kooperatif artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainsebagai satu kelompok atau satu tim”. Menurut Slavin (2008:4) bahwa “Model pembelajaran koperatif adalah model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”. Hal senada di kemukakan oleh Lie (2008:12) “Model pembelajaran koperatif
merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berstruktur”. Lebih lanjut Johnson 1993 dalam efandi (2007:16) “Model
pembelajaran koperatif merupakan model pembelajaran yang dirancang dengan tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran untuk meneruskan perbincangan dengan rekan dalam kumpulan kecil”.
Dari beberapa pengertian model pemebelajaran koperatif di atas, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran koperatif (cooperative learning) adalah
kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efesien, ke arah atau
tercapai proses dan hasil belajar yang produktif. Ini berarti, keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru saja, melainkan melalui teman lain, yaitu teman sebaya. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Koperatif
koperatif bercirikan dengan adanya:
1) Struktur tugas: mengacu pada cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan siswa dalam kelas.
2) Struktur tujuan: merupakan kadar saling ketergantungan pada saat siswa mengerjakan tugas. Ada tiga macam struktur tujuan:
a) Individualistik adalah jika pencapaian tujuan itu tidak memerlukan interaksi dengan siswa lain.
b) Kompetitif adalah jika siswa hanya dapat mencapai suatu tujuan jika siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut.
c) Koperatif adalah jika siswa dapat mencapai tujuan hanya jika bekerjasama dengan siswa lain.
3) Struktur penghargaan (reward): merupakan penghargaan yang diperoleh siswa atas prestasinya. Struktur penghargaan ini bervariasi tergantung jenis kegiatan yang dilakukan. Ada penghargaan individualistik, penghargaan kompetitif dan penghargaan koperatif.
Menurut Suprijono (2009:58) menyatakan bahwa: “Model pembelajaran koperatif akan menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang
bercirikan: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta, keterampilan, nilai, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai, dan keterampilan diikuti oleh mereka yang berkompeten menilai”.
Dalam pembelajaran koperatif siswa dituntut agar belajar bersama dalam kelompok dengan saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Pembelajaran koperatif akan lebih efektif jika ada kesungguhan dan keseriusan antar anggota kelompok dalam belajar.
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Koperatif
Setiap model pembelajaran selalu memiliki keunggulan dan kelemahan. Demikian model pembelajaran koperatif mempunyai keunggulan dan kelemahan. Sanjaya (2008:249-251) menguraikan keunggulan dan kelemahan model
pembelajaran koperatif , antara lain:
1. Keunggulan model pembelajaran koperatif
a) Melalui model pembelajaran koperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi akan menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan berbagai informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
b) Model pembelajaran koperatif mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c) Model pembelajaran kopertif dapat membantu anak untuk respon pada orang lain dan menyadari akan keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d) Model pembelajaran koperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa percaya diri, hubungan internasional yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengenai waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. e) Melalui model pembelajaran koperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untukmenguji ide dan pemehamannya sendiri, menerima umpan balik, siswa dapat berpraktik memecahkan masalah-masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompok.
f) Model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (real).
g) Interaksi selama koperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi danmemberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
2. Kelemahan model pembelajaran koperatif
a) Untuk memahami dan mengerti filosofi model pembelajaran koperatif memang membutuhkan waktu. Sangat tidak rasional kalau mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami
fasilitas kooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terlambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menggangu iklim kerjasama dan kelompok.
b) Ciri dari model pembelajaran koperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peerteaching yang efektif, maka dibandingkan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran koperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap idividu siswa.
d) Keberhasilan model pembelajaran koperatif dalam upaya menggembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hasil ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu atau sekali-kali penerapan saja.
e) Walaupun kemampuan kerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa. Akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui model pembelajaran koperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran koperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
4. Model Pembelajaran Think Pair Share
Pada model pembelajaran Think Pair Share, siswa diajak untuk menyimak
suatu kasus dan memikirkan solusi dari masalah yang diberikan, selanjutnya siswa secara berpasangan saling membagi hasil pemikirannya dengan orang lain. Teknik ini memberikan siswa suatu kesempatan untuk bekerja sendiri secara individual dan bekerja sama dengan orang lain. Dalam Istarani dikemukakan (2011:68)
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam Think Pair Share adalah:
a. Guru membagi siswa dalam kelompok dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
c. Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
d. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
e. Guru memimpin hasil pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
f. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pokok permasalahan dan penambah materi yang belum diungkapkan para peserta didik
g.Penutup
Think Pair Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu untuk lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003:66). Sebagai contoh, guru menyampaikan inti materi atau pembahasan materi sekaligus memberikan bahan yang menjadi tugas, selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan mendiskusikannya dengan pasangan masing-masing. Kemudian guru memimpin diskusi dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya dan atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yangbelum diungkap siswa, hingga pada akhirnya guru menyampaikan kesimpulan.
Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Ibrahim
(2000:26-27) adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Thingking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada
kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan
mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia
melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think Pair Share
adalah:
Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan
Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan. Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual
Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya masing-masing.
Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan pasangan
Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi
benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja kelompoknya.
Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara individual atau kelompok didepan kelas.
Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.
Sebenarnya semua model, metode, strategi, pengajaran dan pembelajaran itu baik, dan semuanya itu bergantung bagaiaman guru mampu mengelola proses
pelaksanaannya. Dan masing-masing model mempunyai keunggulan dan kelemahan,
demikian juga dengan model pembelajaran koperatif tipe think pair share memiliki
kelebihan dan kelemahan antara lain:
1) Keunggulan Model Pembelajaran Think Pair Share
a. Think Pair Share melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.
c. Think Pair Share dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
d. Think Pair Share dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
e. Dengan model pembelajaran koperatif Think Pair Share siswa memiliki
kepemilikan dan kepemimpinan dalam belajar dan menjadi lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan penugasan dan mengendalikan perilaku mereka.
f. Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi.
g. Dalam pembelajaran Think Pair Share guru tidak lagi sebagai satu-satunya
sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk
dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).
2) Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share
a. Jalannya model pembelajaran koperatif Think Pair Share umumnya
didominasi oleh tutornya sedangkan tutornya kurang berpartisipasi.
b. Model pembelajaran Think Pair Share memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.
c. Guru biasanya kurang dapat memantau sesi tutorial secara penuh
karena sambil mengajar siswalain akibat terlalu banyak kelompok.
d. Diperlukan alokasi waktu yang banyak untuk perencanaan dan
persiapan guru untuk program ini terutama melatih siswa menjadi tutor, mengkoordinasi materi dan informasi dalam jumlah besar.