• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR S"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh KASIELI BAENE

NIM. 122111064

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA)

(2)
(3)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Pendidikan

Oleh Kasieli Baene NIM 122111064

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(4)
(5)

Skripsi yang diajukan oleh :

Nama : KASIELI BAENE

NIM : 122111064

Program : S-1

Program Studi : Pendidikan Biologi

Fakultas : FPMIPA

Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil

Belajar IPA Terpadu Siswa SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017

telah diuji dan dinyatakan lulus.

Gunungsitoli, Januari 2017

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Henoki Waruwu, M.Pd. Agnes R. Harefa, S.Si.,M.Pd

NIP. 19640515 199512 1 001 NIDN. 122108102

Mengetahui :

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Agnes R. Harefa, S.Si.,M.Pd

(6)

Belajar IPA Terpadu SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 20163/2017, Skripsi, Pembimbing (1) Drs. Henoki Waruwu, M.Pd., dan (2) Agnes Renostini Harefa,S.Si.,M.Pd.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Think Pair Share, Hasil Belajar.

Model pembelajaran Think Pair Share adalah model pembelajaran yang diawali

dengan guru merumuskan masalah yang akan diajukan kepada siswa dan siswa mencari jawaban dari permasalahan tersebut serta membagikan kepada siswa lain secara berpasangan.

Model Pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran dimana siswa

mempresentasikan ide atau pendapat kepada rekan peserta lainnnya.

Tujuan penelitian: (1) Menghitung rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran

IPA Terpadu dengan menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share SMP Negeri 2

Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017; (2) Menghitung rata-rata hasil belajar IPA Terpadu

menggunakan pembelajaran konvensional tanpa menggunakan Model Pembelajaran Think

Pair Share SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017; (3) Membuktikan ada

tidaknya Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA Terpadu

SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sidua’ori, dengan populasi kelas VIII Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dan sampel penelitian terdiri dari dua kelas yaitu 1 kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan jumlah 55 orang dengan jumlah laki-laki 34 orang dan perempuan 21 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan peneliti adalah

Pretes-Posttest experiment - Control Group Design.

Instrumen penelitian: tes hasil belajar yang berbentuk tes uraian sebanyak lima butir soal yang terdiri dari tes awal dan tes akhir. Tes yang digunakan terlebih dahulu divalidasikan secara logis, kemudian diujicobakan di sekolah lain. Tes yang memenuhi syarat layak sebagai instrumen penelitian.

Hasil penelitian: (1) Rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017 yang menggunakan Model Pembelajaran

Think Pair Share dalam pembelajaran adalah 75,89 (tergolong baik). (2) Rata-rata nilai hasil belajar siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017 yang

menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 68,90 (tergolong cukup). (3) Ada

pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA Terpadu kelas VIII

semester 1 SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017 berdasarkan perhitungan thitung

= 2,3268 ttabel = 2.0733.

Saran peneliti: (1) Dalam proses pembelajaran hendaknya seorang guru jeli dalam memilih model pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan relevansi materi serta tujuan dari pembelajaran. (2) Bagi peserta didik diharapkan untuk lebih aktif dalam belajar sehingga memperoleh hasil yang sangat memuaskan. (3) Model pembelajaran

Think Pair Share merupakan salah satu Model Pembelajaran yang bisa digunakan dalam

(7)
(8)

Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih-Nya kepada penliti sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share

Terhadap Hasil Belajar IPA Terpadu SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada Program Studi Pendidikan Biologi

IKIP Gunungsitoli.

Terlaksananya penelitian dan terbentuknya tulisan ini bukanlah hanya hasil

kemampuan penulis sendiri, melainkan berkat adanya dorongan dan bantuan moril maupun

materil yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus peneliti

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Henoki Waruwu, M.Pd, sebagai Rektor IKIP Gunungsitoli dan sekaligus

sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Desman Telaumbanua, M.Pd., sebagai Dekan FPMIPA yang telah banyak

memberikan bekal kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Agnes Renostini Harefa,S.Si.,M.Pd., sebagai Ketua Prodi dan sekaligus sebagai Dosen

Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias selatan yang telah memberikan izin

melakukan penelitian dilingkungan pendidikan Kabupaten Nias Selatatan.

(9)

Bapak pimpin.

6. Bapak Lukis Laia, S.Pd., sebagai Guru Mata Pelajaran di SMP Negeri 2 Sidua’ori.

7. Teristimewa peneliti ucapkan terimakasih kepada Ayahanda (+) dan Ibunda tercinta, Adek

Adieli, dan A/I. Lena, A/i Fiki dan seluruh keluarga saya yang telah bersusah payah untuk

mendukung saya dalam menyelesaikan studi di IKIP Gunungsitoli.

8. Sahabat-sahabat saya: Aperius, Seruan, Jernih Laoli, Tali Hulu, Meiman, Eliyusu, Fajar,

dan seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya yang melakukan penelitian Tahun

Pelajaran 2016/2017 telah ikut berpartisipasi, mendukung dan memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini..

Semoga Tuhan yang maha Pengasih dan Penyayang melimpahkan anugerah dan

rahmat-Nya dengan berlipat ganda kepada semua pihak yang telah turut mendukung

penyelesaian pendidikan Strata Satu ini.

Skripsi ini sangat jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata peneliti mengharapkan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Gunungsitoli, Januari 2017 Penulis,

KASIELI BAENE

NIM. 12211106

(10)

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... iii

DAFAR ISI... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Hipotesis Penelitian... 7

G. Manfaat Penelitian... 8

H. Asumsi Penelitian... 8

I. Keterbatasan Penelitian... 8

J. Batasan Operasional Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11

A. Landasan Teori... 11

1. Hakikat Belajar... 1

(11)

3. Model Pembelajaran Koperatif... 14

4. Model Pembelajaran Think Pair Share... 17

5. Model Pembelajaran Konvensional... 22

B. Hasil Belajar... 24

a. Pengertian Hasil Belajar... 24

b. Hasil Belajar IPA Terpadu Berdasarkan KTSP... 25

c. Penilaian Hasil Belajar... 26

C. Materi Penelitian... 28

D. Kerangka Berpikir... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 40

A. Rancangan Penelitian... 40

B. Variabel Penelitian... 41

C. Populasi Dan Sampel... 41

1. Populasi Penelitian... 41

2. Sampel Penelitian... 41

D. Jenis Data dan Istrumen Penelitian... 42

1. Jenis Data... 42

2. Instrumen Penelitian... 42

E. Prosedur Pengumpulan Data... 46

F. Analisis Data... 47

(12)

3. Menentukan Standar Deviasi... 48

4. Uji Normalitas... 49

5. Uji Homogenitas... 50

6. Pengujian Hipotesis... 50

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 53

A. Temuan Penelitian... 53

1. Proses Analisis Data... 53

a. Validasi Logis... 53

b. Hasil Validasi Logis Tes Hasil Belajar... 53

c. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 54

2. Pengolahan Tes Hasil Belajar... 55

a. Tes Awal... 55

b. Tes Akhir... 56

3. Nilai Rata-rata Hasil Belajar... 57

a. Nilai Rata-rata Tes Awal... 57

b. Nilai Rata-rata Tes Akhir... 57

4. Standar Deviasi (Simpangan Baku)... 57

a. Standar Deviasi Tes Awal... 57

b. Standar Deviasi Tes Akhir... 58

5. Uji Normalitas... 58

a. Uji Normalitas Tes Awal... 58

b. Uji Normalitas Tes Akhir... 59

6. Uji Homogenitas... 59

a. Uji Homogenitas Tes Awal... 59

b. Uji Homogenitas Tes Akhir... 60

(13)

B. Pembahasan Dan Temuan Penelitian... 61

1. Jawaban Umum Atas Permasalahan Pokok Penelitian... 61

2. Analisis Dan Interpretasi Penelitian... 62

3. Kontras Temuan Penelitian Dengan Teori Yang ada... 62

4. Implikasi Temuan Penelitian... 63

5. Keterbatasan Temuan Penelitian... 64

BAB V PENUTUP... 65

A. Kesimpulan... 65

B. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA... 67 LAMPIRAN-...

(14)

1. Rata-Rata Nilai IPA Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Sidua’ori... 4 2. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Konvensional... 23 3. Desain Penelitian... 40 4. Pengolahan Hasil Validasi Logis Dari Tes Awal Hasil Belajar Untuk Tiap Validator.... 123 5. Hasil Pengolahan Validasi Logis Dari Tes Awal Hasil Belajar Untuk Kolom 1... 125 6. Hasil Pengolahan Validasi Logis Dari Tes Awal Hasil Belajar Untuk Kolom 2... 125 7. Pengolahan Hasil Validasi Logis Dari Tes Akhir Hasil Belajar Untuk Tiap Validator... 126 8. Hasil Pengolahan Validasi Logis Dari Tes Akhir Hasil Belajar Untuk Kolom 1... 128 9. Hasil Pengolahan Validitas Logis Dari Tes Akhir Hasil Belajar Untuk Kolom 2... 128 10. Skor Perolehan Hasil Uji Caba Instrumen Penelitian... 129 11. Persiapan Penghitungan Uji Validitas Dan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Tes Hasil

Belajar... 130 12. Hasil Penghitungan Uji Validitas Ujicoba Instrumen Tes Hasil Belajar... 133 13. Penghitungan Tingkat Kesukaran Ujicoba Instrumen Tes Hasil Belajar...137 14. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Ujicoba Instrumen Tes Hasil Belajar Dari Nomor 1

Sampai Nomor Lima ... 139 15. Penghitungan Daya Pembeda Ujicoba Instrumen Tes Hasil Belajar... 140 16. Hasil Penghitungan Daya Pembeda Ujicoba Tes Hasil Belajar... 142 17. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII - A SMP Negeri 2 Sidua’ori Pada Tes Awal Kelas Untuk

Eksperimen... 143

(15)

19. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas VIII – A SMP Negeri 2 Sidua’ori Untuk Kelas

Eksperimen ... 146

20. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas VIII – B SMP Negeri 2 Sidua’ori Untuk Kelas Kontrol ... 149

21. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII - A SMP Negeri 2 Sidu’ori Pada Tes Tes Akhir Kelas Untuk Eksperimen ... 151

22. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII - B SMP Negeri 2 Sidu’ori Pada Tes Tes Akhir Kelas Untuk Kontrol... 152

23. Hasil Pengolahan Skor Tes Akhir Kelas VIII – A SMP Negeri 2 Sidua’ori Untuk Kelas Eksperimen... 154

24. Hasil Pengolahan Skor Tes Akhir Kelas VIII – B SMP Negeri 2 Sidua’ori Untuk Kelas Kontrol ... 157

25. Penghitungann Uji Normalitas Pada Tes Awal Kelas Eksperimen ... 165

26. Penghitungann Uji Normalitas Pada Tes Awal Kelas Kontrol... 166

27. Penghitungann Uji Normalitas Pada Tes Akhir Kelas Eksperimen... 167

28. Penghitungann Uji Normalitas Pada Tes Akhir Kelas Kontrol... 168

29. Nilai Kritis r Product Moment... 174

30. Luas Dibawah Lengkungan Kurva Normal 0-Z... 175

31. Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors... 176

32. Nilai Kritis Untuk Distribusi F... 177

33. Nilai Kritis Untuk Distribusi t-Student... 179

(16)

Gambar Halaman

1. Perkecambahan Kacang Hijau dan Kacang Tanah... 31

2. Pertumbuhan Primer... 32

3. Pertumbuhan Skunder Pada Tumbuhan ... 33

4. Hormon Auksin... 33

5. Jigot Pada Fase Morula... 35

6. Gastrulasi Sel... 35

7. Tahap Metamorfosis... 36

8. Metamorfosis Pada Katak... 37

9. Kerangka Konseptual... 33

(17)

Lampiran Halaman

1. Silabus... 68

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 70

3. Kisi-Kisi Tes Awal Hasil Belajar... 94

4. Tabel Pembobotan Tes Awal Hasil Belajar ... 96

5. Naskah Soal Ulangan Harian Tes Awal... 98

6. Kunci Jawaban Ulangan Harian Tes Awal... 99

7. Kisi-kisi Tes Akhir Hasil Belajar... 101

8. Pembobotan Tes Akhir Hasil Belajar... 103

9. Naskah Soal Ulangan Harian Tes Akhir... 105

10. Kunci Jawaban Ulangan Harian Tes Akhir ... 106 11. Lembar Kesediaan Menjadi Validator... 108

12. Lembar Telaah Butir Soal Bentuk Esei... 111

13. Pengolahan Hasil Validitas Logis Dari Naskah Tes Hasil Belajar... 123

14. Skor Perolehan Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 129

15. Persiapan Perhitungan Uji Validitas Dan Reliabilitas... 130

16. Penghitungan Uji Validitas Uji Coba Intrumen... 132

17. Penghitungan Uji Reliabilitas Uji Coba Instrumen... 134

18. Penghitungan Tingkat Kesukaran Uji Coba Instrumen... 137

19. Penghitungan Daya Pembeda Uji Coba Instrumen... 140

20. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Sidua’ori Pada Tes Awal Untuk Kelas Eksperimen... 143

21. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII_B SMP Negeri 2 Sidua’ori Pada Tes Awal Untuk Kelas Kontrol... 144 22. Analisis Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen... 145

23. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas Eksperimen... 146

24. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas Kontrol... 149

25. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas Kontrol... 149

(18)

151

27. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Sidua’ori Pada Tes Akhir Kelas Kontrol... 152

28. Analisis Hasil Belajar Pada Tes Akhir... 153

29. Hasil Pengolahan Skor Tes Akhir Kelas Eksperimen... 154

30. Hasil Pengolahan Skor Tes Akhir Kelas Kontrol... 157

31. Perhitungan Rata-Rata Nilai Siswa Pada Tes Awal... 159

32. Perhitungan Rata-Rata Nilai Siswa Pada Tes Akhir... 160

33. Perhitungan Standar Deviasi Pada Tes Awal... 161

34. Perhitungan Standar Deviasi Pada Tes Akhir... 163

35. Perhitungan Uji Normalitas Pada Tes Awal Kelas Eksperimen... 165

36. Perhitungan Uji Normalitas Pada Tes Awal Kelas Kontrol... 166

37. Perhitungan Uji Normalitas Pada Tes Akhir Kelas Eksperimen... 167

38. Perhitungan Uji Normalitas Pada Tes Akhir Kelas Kontrol ... 168

39. Uji Homogenitas Tes Awal... 179

40. Uji Homogenitas Tes Akhir... 170

41. Pengujian Hipotesis... 171

42. Nilai Kritis r Product Moment... 174

43. Luas Di Bawah Lengkungan Kurva Normal Standar Dari 0 –Z ... 175

44. Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors... 176

45. Nilai Kritis Untuk Distribusi F... 177

46. Nilai Kritis Untuk Distribusi T – Student... 179

(19)

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting dalam

menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan profesional. Mengingat

hal tersebut maka perlu ditingkatkan mutu pendidikan sehingga dapat memperoleh

hasil yang diharapkan. Berbagai usaha yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

pendidikan antara lain dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP).

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran

diharapkan lebih berpusat pada siswa (student centered), artinya siswa terlibat

langsung dan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai

fasilitator dan mediator bagi siswa. Untuk itu seorang guru harus melaksanakan

tugasnya dengan professional, artinya guru yang professional harus mampu

mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, independen,

produktif, efektif, efesien, dan inovatif serta didasarkan pada pelayanan prima yang

didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis. Hal ini sejalan dalam

UU RI Nomor 20 (2003:2) tentang sistem pendidikan nasional

“ Jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk itu

guru yang profesional dituntut untuk terus-menerus berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat,

termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki

kapabilitas untuk mampu bersaing diforum regional, nasional, ataupun internasional”.

(20)

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah mata pelajaran IPA

Terpadu. Mata pelajaran IPA Terpadu ini selalu diajarkan disetiap jenjang pendidikan

karena kegunaannya sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi,

pelajaran IPA Terpadu merupakan pelajaran yang selalu mendapat permasalahan dan

perhatian serius dalam pengajarannya. Para siswa kebanyakan merasa sulit

memahami mata pelajaran IPA Terpadu karena menurut pandangan siswa mata

pelajaran IPA Terpadu merupakan pelajaran yang sulit dimengerti dan dipelajari.

Akibatnya hasil belajar siswa dimata pelajaran IPA Terpadu masih tergolong dalam

kategori kurang atau tidak memenuhi standar kompetensi. Salah satu penyebabnya

adalah ketika proses pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru (teacher

centered), akibatnya siswa pasif dan hanya menunggu atau menerima apa yang

disajikan oleh guru.

Untuk memenuhi tuntutan KTSP maka berkembanglah berbagai jenis model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa. Melalui model

pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,

keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide. Dengan demikian siswa dapat

terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan

hasil belajar adalah model pembelajaran koperatif (cooperative learning).

Pembelajaran koperatif merupakan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam

berbagai materi pembelajaran yang memfokuskan pembelajaran berpusat pada siswa,

dengan demikian pembelajaran koperatif dapat memperbaiki proses pembelajaran dan

(21)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di SMP

Negeri 2 Sidua’ori pada tanggal 25 Juli 2016 ditemukan bahwa kegiatan

pembelajaran didominasi oleh guru akibatnya siswa hanya duduk dan diam serta

mendengarkan ceramah dari sang guru. Kemudian dalam penyampaian materi

pelajaran guru tidak melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa merasa jenuh,

mengantuk, bercerita dengan teman sebangku, minta izin keluar saat proses

pembelajaran berlangsung. Selanjutnya guru mata pelajaran IPA Terpadu

memaparkan bahwa materi pembelajaran IPA Terpadu sulit dimengerti siswa, siswa

terbatas dalam mencari referensi yang relevan dengan mata pelajaran IPA Terpadu

karena fasilitas perpustakaan terbatas sehingga siswa hanya mengharapkan apa yang

disampaikan guru. Guru mengeluhkan siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar

serta kurangnya interaksi dengan sesama siswa dan siswa tidak mau bertnya saat guru

memberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang kurang dimengerti,

siswa tidak menyelesaikan pekerjaan rumah dengan alasan sibuk membantu orang tua

dirumah. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan wawancara dengan beberapa

orang siswa tebukti bahwa siswa rmerasa malas karena sulit memahami materi

pembelajaran IPA Terpadu serta merasa capek karena setiap masuk mata pelajaran

IPA Terpadu siswa hanya disuruh menulis materi pelajaran, mendengarkan dan

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa merasa tidak nyambung dengan

apa yang disampaikan oleh guru karena tidak memiliki buku paket jadi siswa hanya

mengandalkan indra pendengar setiap guru menjelaskan materi pembelajaran. Hal ini

juga sesuai dengan data yang diperoleh peneliti melalui Daftar Kumpulan Nilai

(22)

Tabel 1

RATA-RATA NILAI IPA TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SIDUA’ORI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

Tahun

Pelajaran Semester Kelas Rata-rata Nilai IPA

Terpadu

Kategori KKM

2015/2016 Genap VII-A 57,50 Cukup 65

VII-B 55,00 Cukup

Sumber: Guru mata pelajaran IPA Terpadu SMP Negeri 2 Sidua’ori

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas, maka terbukti bahwa hasil belajar

IPA Terpadu siswa termasuk kategori kurang. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena

akan berdampak pada mutu pendidikan terutama di SMP Negeri 2 Sidua’ori. Untuk

mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan keterlibatan semua pihak. Melalui

penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti diharapkan pihak sekolah termotivasi untuk

menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa sesuai tuntutan KTSP. Peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa

kemudian mengungkap pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa khususnya pada

mata pelajaran IPA Terpadu. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada

siswa adalah model pembelajaran koperatif. Dari berbagai tipe model pembelajaran

koperatif, peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran tipe Think Pair

Share.

Model pembelajaran Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frang

Lyman dan Koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip dalam

Hamdayama (2014:201) menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara

yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa

(23)

secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat

memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.

Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk

bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat

berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya

suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini

sejalan dalam Suprijono (2009:91) menyatakan bahwa:

Think Pair Share seperti namanya “thinking” pembelajaran yang diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk

dipikirkan oleh peserta didik, selanjutnya “Pairing” pada kesempatan ini guru

meminta peserta didik untuk berpasang-pasangan untuk mendiskusikan jawaban dari

pertanyaan yang diajukan oleh guru, kemudian “sharing” dalam kegiatan ini

diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengontruksian pengetahuan

secara integratif.

Untuk membuktikan teori-teori tersebut maka dilakukan penelitian eksperimen

dengan paradigma kuantitatif dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Think

Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA Terpadu Siswa SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

mengidentifikasi masalah. Identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan IPA Terpadu karena siswa

menganggap bahwa pelajaran IPA Terpadu itu sulit.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam

(24)

3. Siswa pasif saat proses pembelajaran hal ini terlihat dari siswa enggan bertanya

dan menjawab pertanyaan guru.

4. Sarana dan prasaran yang kurang memadai. 5. Penalaran siswa terhadap materi pelajaran kurang. 6. Siswa tidak memiliki buku paket.

7. Tidak ada motivasi siswa dalam belajar hal ini terlihat dari siswa tidak

mengerjakan latihan di rumah.

8. Siswa tidak tertarik dengan desain kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh

guru.

9. Hasil belajar siswa termasuk kategori cukup.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan oleh peneliti di atas,

maka penelitian ini dibatasi pada:

1. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam

proses pembelajaran dengan kata lain menggunakan pembelajaran konvesional.

2. Hasil belajar siswa termasuk kategori cukup.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka untuk

mempertegas arah penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah yaitu: “apakah

ada pengaruh model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA

Terpadu SMP Negeri 2 Sidua’ori?”

E. Tujuan Penelitian

Agar hal-hal yang inginkan dicapai dalam penelitian ini jelas, maka perlu

ditetapkan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan peneliti dalam

melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata hasil belajar IPA Terpadu menggunakan model

pembelajaran Think Pair Share.

2. Menghitung rata-rata hasil belajar IPA Terpadu dengan menerapkan model

pembelajaran konvesional.

3. Membuktikan ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Think Pair Share

terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu.

(25)

Berdasarkan rumusan masalah, maka peneliti memprediksi hipotesis penelitian

atas masalah yang hendak diteliti adalah: “Ada pengaruh yang signifikan penggunaan

model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA Terpadu SMP Negeri

2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017”

G. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka hasil

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Yang menjadi manfaat dalam penelitian

ini adalah:

1. Manfaat teoritis

a. Melalui penelitian ini dapat diterapkan pendapat para ahli tentang langkah

model pembelajaran Think Pair Share dalam proses pembelajaran.

b. Melalui penelitian ini dapat diungkap kebenaran pendapat para ahli tentang

kelebihan dan kelemahan langkah-langkah model pembelajaran Think Pair

Share. 2. Manfaat praktis

a. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan

dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

b. Kepada guru, khususnya guru mata pelajaran IPA Terpadu merupakan bahan

masukan tentang pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan

tugas yang diemban sebagai tenaga pendidik dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa.

c. Kepada peneliti, untuk menambah wawasan dalam melaksanakan tugas

sebagai calon guru profesional.

d. Kepada rekan mahasiswa, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk

(26)

pertimbangan bagi peneliti selanjutnya khususnya mahasiswa IKIP

Gunungsitoli.

H. Asumsi Penelitian

Adapun titik tolak pemikiran peneliti yang menjadi asumsi dalam penelitian

ini adalah:

1. Model pembelajaran Think Pair Share memiliki keunggulan dan kelemahan.

2. Hasil belajar siswa berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya. 3. Hasil belajar siswa dapat diukur melalui tes hasil belajar.

I. Keterbatasan Penelitian

Agar peneliti lebih terarah dan tepat sasaran, maka peneliti menguraikan

beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Adapun keterbatasan

dalam penelitian ini adalah:

1. Populasi penelitian terbatas pada siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 2

Sidua’ori tahun pelajaran 2016/2017

2. Penelitian ini terbatas pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan

makhluk hidup.

3. Variabel yang diteliti mencakup dua hal yaitu model pembelajaran Think Pair

Share sebagai variabel bebas (X) dan hasil belajar IPA Terpadu sebagai variabel terikat (Y).

J. Batasan Operasional

Yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran Think Pair Share adalah desain pembelajaran yang berfokus

pada siswa dimana guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan

dengan materi, dan diminta siswa mengunakan waktu beberapa menit untuk

berpikir dan kemudian mendiskusikannya dengan pasangan masing-masing

kemudian membagikan pengetahuannya dengan teman kelompok yang lain. 2. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik pada bidang kognitif

(27)

A. Kerangka Teori 1. Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia. Sadar atau tidak, proses ini sebenarnya telah dilakukan manusia sejak lahir

untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mengembangkan potensi-potensi yang

ada pada dirinya. Belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti berusaha,

berlatih dan sebagainya supaya mendapat kepandaian. Menurut Gagne (2009:2)

“Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui

aktivitas, perubahan tersebut tidak diperoleh langsung dari proses pertumbuhan

seseorang secara alamiah”. Hal senada diungkapkan Morgan dalam Suprijono

(2009:3) menjelaskan bahwa “belajar adalah proses perubahan perilaku yang bersifat

permanen sebagai hasil dari pengalaman.”

Selanjutnya Saiful dan Zain (2010:1) berpendapat bahwa “Belajar mengajar

merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi

yang terjadi antara guru dengan peserta didik.”

Dari beberapa pendapat diatas, peneliti mengambil tiga hal pokok dalam

pengertian belajar:

1. Bahwa belajar itu membawa perubahan.

2. Bahwa perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar. 3. Bahwa perubahan itu terjadikarena usaha.

(28)

Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu

perubahan tingkah laku yang dialami oleh setiap individu baik perubahan tingkah

laku maupun pengetahuan. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah

laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Perubahan juga tidak hanya berkaitan dengan

bertambahnya ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,

sikap, pegertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, belajar akan

membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

a. Belajar IPA Terpadu

Seorang dikatakan belajar IPA Terpadu apabila seseorang tersebut melakukan

kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan IPA

Terpadu.

Belajar IPA merupakan suatu aktifitas mental untuk memahami struktur,

hubungan, konsep serta manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari. Belajar IPA

Terpadu akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep

dan struktur yang terminat dalam pokok bahasan yang diajarkan.

IPA Terpadu merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk makhluk

hidup dan alam sekitarnya. Hal ini sejalan dalam Depdiknas (2003:15) menyatakan

bahwa: “Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk

menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

penemuan dan memiliki sikap ilmiah.

Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar IPA adalah

(29)

mengembangkan sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta-Nya.

2. Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran ada beberapa istilah tentang kegiatan

pembelajaran, yaitu model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pengajaran,

pendekatan pembelajaran dan teknik mengajar, sedangkan dalam penelitian ini

digunakan model pembelajaran. Model pembelajaran suatu cara yang digunakan guru

dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Winataputra (2001:3)

mendefenisikan bahwa “ Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu.” Menurut Joyce dalam Wahyuningsih

(2011:3) bahwa “Model pembelajaran membantu siswa untuk memperoleh informasi,

gagasan, skill, nilai, cara berpikir dan tujuan mengkespresikan diri mereka

sendiriserta mengajari mereka untuk belajar.” Lebih lanjut Lufri dalam Harefa

(2010:94) menyatakan bahwa: “model pembelajaran adalah pola atau contoh

pembelajaran yang sudah didesain dengan menggunakan pendekatan atau metode

atau strategi pembelajaran yang lain serta dilengkapi dengan langkah-langkah

(sintaks) dan perangkat pembelajarannya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah pola pembelajaran yang sudah didesain yang dapat

(30)

bagi tenaga pendidik untuk mempermudah peserta didik mendapatkan informasi, ide,

keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.

3. Model Pembelajaran Koperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Koperatif

Koperatif artinya bekerja sama atau gotong royong. Pembelajaran koperatif

merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa diminta belajar dalam kelompok

kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Isjoni (2008:15)

megemukakan bahwa, “model pembelajaran kooperatif artinya mengerjakan sesuatu

secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainsebagai satu kelompok

atau satu tim”. Menurut Slavin (2008:4) bahwa “Model pembelajaran koperatif

adalah model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.

Hal senada di kemukakan oleh Lie (2008:12) “Model pembelajaran koperatif

merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk

bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang

berstruktur”. Lebih lanjut Johnson 1993 dalam efandi (2007:16) “Model

pembelajaran koperatif merupakan model pembelajaran yang dirancang dengan

tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran untuk meneruskan

perbincangan dengan rekan dalam kumpulan kecil”.

Dari beberapa pengertian model pemebelajaran koperatif di atas, dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran koperatif (cooperative learning) adalah

kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efesien, ke arah atau

(31)

tercapai proses dan hasil belajar yang produktif. Ini berarti, keberhasilan dalam

belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru saja, melainkan melalui teman

lain, yaitu teman sebaya. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Koperatif

koperatif bercirikan dengan adanya:

1) Struktur tugas: mengacu pada cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis

kegiatan yang dilakukan siswa dalam kelas.

2) Struktur tujuan: merupakan kadar saling ketergantungan pada saat siswa

mengerjakan tugas. Ada tiga macam struktur tujuan:

a) Individualistik adalah jika pencapaian tujuan itu tidak memerlukan

interaksi dengan siswa lain.

b) Kompetitif adalah jika siswa hanya dapat mencapai suatu tujuan jika

siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut.

c) Koperatif adalah jika siswa dapat mencapai tujuan hanya jika

bekerjasama dengan siswa lain.

3) Struktur penghargaan (reward): merupakan penghargaan yang diperoleh

siswa atas prestasinya. Struktur penghargaan ini bervariasi tergantung jenis

kegiatan yang dilakukan. Ada penghargaan individualistik, penghargaan

kompetitif dan penghargaan koperatif.

Menurut Suprijono (2009:58) menyatakan bahwa: “Model pembelajaran

koperatif akan menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang

bercirikan: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta,

keterampilan, nilai, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan,

(32)

Dalam pembelajaran koperatif siswa dituntut agar belajar bersama dalam

kelompok dengan saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Pembelajaran koperatif akan lebih efektif jika ada kesungguhan dan

keseriusan antar anggota kelompok dalam belajar.

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Koperatif

Setiap model pembelajaran selalu memiliki keunggulan dan kelemahan.

Demikian model pembelajaran koperatif mempunyai keunggulan dan kelemahan.

Sanjaya (2008:249-251) menguraikan keunggulan dan kelemahan model

pembelajaran koperatif , antara lain:

1. Keunggulan model pembelajaran koperatif

a) Melalui model pembelajaran koperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi akan menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan berbagai informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.

b) Model pembelajaran koperatif mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

c) Model pembelajaran kopertif dapat membantu anak untuk respon pada orang lain dan menyadari akan keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

d) Model pembelajaran koperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa percaya diri, hubungan internasional yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengenai waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. e) Melalui model pembelajaran koperatif dapat mengembangkan

kemampuan siswa untukmenguji ide dan pemehamannya sendiri, menerima umpan balik, siswa dapat berpraktik memecahkan masalah-masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompok.

f) Model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (real).

(33)

2. Kelemahan model pembelajaran koperatif

a) Untuk memahami dan mengerti filosofi model pembelajaran koperatif memang membutuhkan waktu. Sangat tidak rasional kalau mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami

fasilitas kooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki

kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terlambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menggangu iklim kerjasama dan kelompok.

b) Ciri dari model pembelajaran koperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peerteaching yang efektif, maka dibandingkan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran koperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap idividu siswa.

d) Keberhasilan model pembelajaran koperatif dalam upaya menggembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hasil ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu atau sekali-kali penerapan saja.

e) Walaupun kemampuan kerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa. Akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui model pembelajaran koperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran koperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

4. Model Pembelajaran Think Pair Share

Pada model pembelajaran Think Pair Share, siswa diajak untuk menyimak

suatu kasus dan memikirkan solusi dari masalah yang diberikan, selanjutnya siswa

secara berpasangan saling membagi hasil pemikirannya dengan orang lain. Teknik ini

memberikan siswa suatu kesempatan untuk bekerja sendiri secara individual dan

bekerja sama dengan orang lain. Dalam Istarani dikemukakan (2011:68)

langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam Think Pair Share adalah:

a. Guru membagi siswa dalam kelompok dan memberikan tugas kepada semua kelompok.

(34)

c. Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.

d. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

e. Guru memimpin hasil pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

f. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pokok permasalahan dan penambah materi yang belum diungkapkan para peserta didik

g.Penutup

Think Pair Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk

memberi siswa waktu untuk lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu

satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003:66). Sebagai contoh, guru menyampaikan inti

materi atau pembahasan materi sekaligus memberikan bahan yang menjadi tugas,

selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan

mendiskusikannya dengan pasangan masing-masing. Kemudian guru memimpin

diskusi dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya dan atas dasar hasil

diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yangbelum

diungkap siswa, hingga pada akhirnya guru menyampaikan kesimpulan.

Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Ibrahim

(2000:26-27) adalah sebagai berikut:

Tahap 1 : Thingking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran.

Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara

mandiri untuk beberapa saat.

Tahap 2 : Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang

(35)

kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan

mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling

unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

Tahap 3 : Sharing (berbagi)

Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas

tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas

dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia

melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga

sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think Pair Share

adalah:

Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan

Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan

menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.

Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual

Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban

dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan

meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya masing-masing.

Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan

pasangan

Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi

(36)

benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja

kelompoknya.

Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas

Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara

individual atau kelompok didepan kelas.

Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.

Sebenarnya semua model, metode, strategi, pengajaran dan pembelajaran itu

baik, dan semuanya itu bergantung bagaiaman guru mampu mengelola proses

pelaksanaannya. Dan masing-masing model mempunyai keunggulan dan kelemahan,

demikian juga dengan model pembelajaran koperatif tipe think pair share memiliki

kelebihan dan kelemahan antara lain:

1) Keunggulan Model Pembelajaran Think Pair Share

a. Think Pair Share melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan

pelajarannya masing-masing.

c. Think Pair Share dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.

d. Think Pair Share dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

e. Dengan model pembelajaran koperatif Think Pair Share siswa memiliki

kepemilikan dan kepemimpinan dalam belajar dan menjadi lebih bertanggung

(37)

f. Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat

suatu informasi.

g. Dalam pembelajaran Think Pair Share guru tidak lagi sebagai satu-satunya

sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk

dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).

2) Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share

a. Jalannya model pembelajaran koperatif Think Pair Share umumnya

didominasi oleh tutornya sedangkan tutornya kurang berpartisipasi.

b. Model pembelajaran Think Pair Share memerlukan kemampuan dan

keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan

intervensi secara maksimal.

c. Guru biasanya kurang dapat memantau sesi tutorial secara penuh

karena sambil mengajar siswalain akibat terlalu banyak kelompok.

d. Diperlukan alokasi waktu yang banyak untuk perencanaan dan

persiapan guru untuk program ini terutama melatih siswa menjadi

tutor, mengkoordinasi materi dan informasi dalam jumlah besar.

5. Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Burrowes, 2003 (online) http://muhfida.com/pembelajaran-konvensional

menjelaskan bahwa: “pembelajaran konvensional menekankan pada resitas konten,

tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi

yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau

mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.” Pembelajaran konvensional

yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran dengan menggabungkan 3 (tiga)

jenis metode yaitu metode ceramah, tanya jawab dan tugas tanpa memberikan waktu

(38)

Menurut institute of computer technology 2006 (online)

http://iyasphunkalfreth.blongspot.com/2010/06/perbandingan-metode-pembelajaran.html

mengurutkan ciri-ciri model pembelajaran konvensional antara lain:

1) Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki keluaran sesuai dengan standar. 2) Belajar secara individual.

3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. 4) Perilaku dibangun atas kebiasaan.

5) Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. 6) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. 7) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. 8) Interaksi diantara siswa kurang.

9) Tidak ada kelompok koperatif.

10) Keterampilan social sering tidak secara langsung diajarkan.

11) Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

12) Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Langakah-langkah pelaksanaan model pembelajaran konvensional tertera pada

tabel berikut ini.

Tabel 2

Tahap-tahap Model Pembelajaran Konvensional

Tahap Perilaku Guru

Tahap 1 Persiapan Menciptakan kondisi belajar siswa

Tahap 2 Pelaksanaan - Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan pelajaran - Asosiasi/komprasi, artinya memberi kesempatan kepada

siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang telah diterimanya melelui Tanya jawab.

- Generalisasi/kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan melalui hasil ceramah.

Tahap 3 evaluasi Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa

(39)

dan tulisan atau tugas lain.

Menurut institute of computer technology 2006 (online)

http://iyasphunkalfreth.blongspot.com/2010/06/perbandingan-metode-pembelajaran.html terdapat beberapa keunggulan dan kelemaha pembelajaran

konvensional antara lain sebagai berikut:

1) Keunggulan

a. Pembelajaran konvensional dipandang efektif atau mempunyai keunggulan, terutama berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. b. Menyampaikan informasi dengan cepat.

c. Membangkitkan minat akan informasi.

d. Mengajari siswa yang cara terbaiknya dengan mendengarkan. e. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.

2) Kelemahan

a. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan b. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa

yang dipelajari.

c. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis. d. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan

tidak bersifat pribadi.

e. Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses.

f. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

g. Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. h. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

i. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.

6. Hasil belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Setelah melaksanakan proses pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan

(40)

siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai kopetensi yang

telah ditetapkan. Muhammad dalam Saiful (2010:245) menyatakan bahwan “ evaluasi

tidak hanya sekedar menentukan angka keberhasilan siswa, tetapi yang lebih penting

adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back) dari proses interaksi edukatif”.

Hasil belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian siswa dan

perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan

kemapuan lain. Menurut Sudirman Dkk dalam Saiful (2010:247) menyatakan bahwa,

“Hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat mengetahui

berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar”. Jadi hasil belajar ini

akan dapat diketahui setelah dilakukan suatu tes yang berguna untuk mengukur

tingkat kemampuan siswa.

b. Hasil Belajar IPA Terpadu Berdasarkan KTSP

Dalam KTSP, penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik

yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjdai informasi

yang bermakna dalam pengambilan keputusan. untuk memenuhi tuntutan KTSP

tersebut maka dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru melakikan evaluasi hasil

belajar dengan tujuan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan. Hal

ini sejalan dengan yang dikemukakakan Tyler dalam Arikunto (2002:3) bahwa “

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh

mana, dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai”. Jadi untuk

mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan seorang guru harus melakukan

(41)

Adapun prinsip-prinsip dalam kegiatan evaluasi hasil belajar sebagaimana

dikemukakan dalam Arikunto (2002:24) adalah sebagai berikut :

1. Tujuan pembelajaran

2. Kegiatan pembelajaran atau KBM dan

3. Evaluasi

c. Penilaian Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran penilaian sangatlah penting untuk dilakukan.

Penilaian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi ajar,

tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dengan kata lain, penilaian berfugsi sebagai alat

untuk mengukur/menilai hasil bjelajar siswa dan sejauh mana kemampuan siswa

menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil belajar IPA Terpadu pada

penelitian ini dievaluasi dengan alat yang disebut tes atau instrumen. Menurut daien

dalam Arikunto (2002:32) menyatakan “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang

sistematis dan objektif untuk memperoleh dat-data atau keterangan-keterangan yang

diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.” Hal

senada dikemukakan oleh Collegiate dalam Arikunto (2002:32) bahwa “tes

merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes yang dIgunakan dalam penelitian ini

yakni tes subjektif berbentuk uraian. Kedua bentuk tes tersebut memiliki kelemahan

dan kelebihan”.

a. Tes subjektif, yang pada umumnya berbentuk uraian, yaitu tes kemampuan

belajar yang memerlukan jawaban yang besifat pembahasan atau uraian

kata-kata.

Kebaikan-kebaikanya:

(42)

2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau

untung-untungan

3. Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat

4. Memberi kesempatan siswa untuk mengutaraka pendapat dengan

menggunakan bahasa dan cara sendiri

5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang

diteskan

Kelemahan-kelemahannya:

1. Kurang representif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan

dites karena soalnya hanya beberapa saja

2. Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi unsur-unsur subjektif 3. Pemeriksaannya lebih sulit

4. Membutuhkan banyak waktu dalam hal koreksi

b. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara

objektif yang terdiri dari: a. tes benar-salah (true-false), b. tes pilihan ganda (multipleb choice test), c. menjodohkan (matching test), d. tes lisan (completion

test).

Kebaikan-kebaikannya:

1. Dapat menyentuh seluruh materi pembelajaran 2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya 3. Dapat diperiksa orang lain

4. Terhindar dari faktor subjektif

Kelemahan-kelemahannya:

1. Membutuhkan banyak waktu

2. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan 3. Dapat terjadi kerjasama antara siswa

7. Pertumbuhan Dan Perkembangan

A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan

Salah satu ciri makhluk hidup adalah bertumbuh dan berkembang.

Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, volume dan jumlah sel dan

bersifat irreversibel (tidak kembali lagi seperti semula). Sedangkan Perkembangan

(43)

Jadi pertumbuhan dan perkembangan adalah merupakan hasil interaksi antara

faktor dalam dan faktor luar.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

a. Faktor luar atau lingkungan

Faktor luar atau faktor lingkungan adalah faktor yang ada di sekeliling

organisme. Organisme yang cukup gizi akan tumbuh dengan baik sedangkan yang

kekurangan gizi mengalami gangguan pertumbuhan.

Ada beberapa faktor luar/lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan adalah sebagai berikut :

1. Nutrien dan air

Nutrien dan air materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan

selama pertumbuhan.

Nutrien dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Makronutrien (unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak) dan b. Mikronutrien (unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit).

2. Cahaya

Cahaya sangan berperan penting dalam kelangsungan hidup makhluk hidup

terutama bagi tumbuhan untuk proses fotosintesis dan pembentukan tulang

pada manusia.

3. Suhu

Semua organisme memerlukan suhu tertentu untuk bertahan hidup. Suhu

berpengaruh terhadap kerja enzim dan fisiologi orgnisme. Suhu optimum yang

paling baik untuk pertumbuhan adalah 10-38oC.

4. Oksigen

Oksigen didapatkan makhluk hidup melalui proses pernafasan, Oksigen

digunakan untuk membakar zat makanan agar menghasilkan energi.

Kemudian Energi tersebut digunakan untuk beraktivitas

5. Kelembaban

(44)

Jika kelembapan udara rendah, maka penguapan air meningkat sehingga

penyerapan air dan garam-garam mineral oleh akar semakin banyak. Keadaan

ini akan memacu pertumbuhan. Kelembapan tanah mempengaruhi kandungan

zat organik di dalam tanah. Jika kelembapan tanah tinggi, maka kandungan air

dan bahan organik dalam tanah semakin banyak. b. Faktor Dalam

Faktor dalam adalah faktor yang terdapat dalam tubuh organisme contohnya

sifat genetik dan hormon. Ada beberapa factor dalam yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan yaitu:

1. Gen

Gen bertanggung jawab dalam pewarisan sifat keturunan. Selain itu gen juga

berperan sebagai pembawa kode untuk pembentukan protein, enzim dan

hormon yang mempengaruhi, mengatur dan mengendalikan pertumbuhan.

Setiap sel hidup akan mewarisi gen dari induknya. Informasi genetik yang

tepat perlu diterima oleh setiap sel pada saat pembelahan sel, agar setiap

organ dapat tumbuh dengan tepat.

2. Hormon

Hormon sangat berperan penting pada pertumbuhan dan perkembangan

makhluk hidup :

a. Hormon pada manusia disebut somatrof.

Hormon somatrof dapat meningkatkan pembelahan sel, sintesis protein

dan pertumbuhan tulang.

b. pada tumbuhan disebut fitohormon contohnya auksin, giberelin,

sitokinin, asam absisat, etilen, asam traumatin dan kalin.

B. Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tumbuhan

(45)

Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio

Plumula menjadi batang dan radikula menjadi akar. 1. Perkecambahan dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a. Hipogeal, epikotil muncul di atas permukaan tanah sedangkan hipokotil dan

kotiledonnya tetap berada di dalam tanah. Contohnya kecambah kacang

merah dan kacang kapri.

b. Epigeal, epikotil, hipokotil dan kotiledonnya muncul di atas permukaan

tanah. Contohnya kecambah kacang hijau dan kacang tanah

Gambar 1 Perkecambahan kacang hijau dan kacang tanah

Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat

membuat makanan sendiri. Jadi Embrio mengambil makanan dari endosperma atau

putih lembaga. Tumbuhan polong-polongan, contohnya kacang tanah tidak memiliki

endosperm sehingga embrio mengambil makanannya dari kotiledon. Proses

perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu dan cahaya. Oksigen dipakai dalam

proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Perkecambahan tidak dapat

berlangsung pada suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim.

Sehingga perkecambahan membutuhkan hormon auksin yang mudah rusak bila

terkena intensitas cahaya yang tinggi. Oleh karena itu, kecambah tumbuh lebih

panjang di tempat gelap daripada di tempat terang.

b. Pertumbuhan Primer

Pada pertumbuhan primer ujung batang dan ujung akar terdapat sel-sel

(46)

memanjang. Untuk mengukur pertumbuhan primer batang dapa diukur secara

kuantitatif, misalnya dengan alat yang dinamakan auksanometer.

Daerah pertumbuhan pada ujung batang dan ujung akar menurut aktivitasnya

dapat dibedakan menjadi tiga daerah:

c. Daerah pembelahan sel, terdapat di bagian ujung. Selnya aktif untuk

membelah, dan bersifat meristemastis.

d. Daerah perpanjangan sel, terletak di belakang daerah pembelahan. Selnya

aktif untuk membesar dan memanjang.

e. Daerah diferensiasi. Selnya berdiferensiasi menjadi sel dengan struktur dan

fungsi yang khusus.

Gambar 2 Pertumbuhan primer

c. Pertumbuhan Skunder

Pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas cambium, dimana Sel

kambium membelah ke arah luar membentuk floem dan membelah ke dalam

membentuk xilem. Pertambahan jumlah sel floem dan xilem menyebabkan

diameter batang bertambah besar. Aktivitas kambium yang membentuk xilem dan

floem ini merupakan pertumbuhan sekunder. Aktivitas pembentukan floem dan

(47)

a. Pada musim kemarau lapisan yang terbentuk lebih tipis dari pada pada saat

musim penghujan. Perbedaan pertumbuhan ini membuat formasi lingkaran

yang disebut sebagai lingkaran tahun.

Gambar3Pertumbuhan Skunder pada tumbuhan

d. Hormon tumbuhan

Hormon tumbuhan berperan untuk pertumbuhan, pembelahan sel,

pemanjangan sel dan ada yang menghambat pertumbuhan. Contohnya hormon

auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, etilen, asam traumatin dan kalin

1. Auksin

Fungsi auksin adalah: hormon yang mengatur pembesaran sel pada

tumbuhan, memacu perpanjangan sel didaerah meristem ujung dan

merangsang pembelahan sel-sel

cambium .

Gambar 4 Hormon auksin

2. Giberelin

Giberelin ditemukan pada semua bagian tanaman misalnya pucuk batang,

ujung akar, bunga, buah dan terutama pada biji.

3. Sitokinin

Sitokinin merupakan hormon yang terdapat pada organ muda (biji, buah

dan daun serta pada ujung akar tumbuhan)

(48)

Asam absisat memiliki kemampuan untuk mendorong absisi pada

tumbuhan

5. Gas Etilen

Gas etilen berperan dalam mempercepat pematangan buah.

6. Asam Traumatin

Asam traumatin (hormone luka) berperan dalam meransang pembelahan

sel-sel dibagian tumbuhan yang luka supaya tertuptup.

7. Kalin

Hormon kalin dibedakan atasrizokalin untuk meransang pembentukan akar,

kaulokalin yang berperan meransang pertumbuhan batang, dilokalin yang

meransang pembentukan daun dan antokalin atau florigen yang meransang

pembentukan bunga.

C. Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Hewan

Ada beberapa tahap perkembangan hewan yaitu :

a. Hewan bersel satu (Protozoa) tidak memiliki proses perkembangan yang

kompleks.

b. Perkembangan hewan bersel banyak dimulai dari jigot, jigot berkembang

menjadi embrio.

Tahapan perkembangan meliputi pembelahan (cleavage) gastrulasi dan

organogenesis.

1. Pembelahan (cleavage)

Jigot merupakan satu sel yang memiliki sel inti dan mengalami

pembelahan mitosis dari satu sel menjadi du, kemudian empat sel,

delapan sel, enam belas sel dan seterusnya. Kemudian pembelahan jigot

berlanjut membentuk morula, selanjutnya dari morula membentuk lastula.

(49)

Gambar 5 Jigot pada fase morula

2. Gastrulasi

Blastula berkembang menjadi gastrula, pada tahap gastrula terjadi

pengaturan sel-sel blastula menjadi tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm

dan endoderm.

Gambar 6 Gastrulasi sel`

3. Organogenesis

Setelah gastrulasi lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm mengalami

diferensiasi menjadi jaringan khusus yang akan berkembang membentuk

berbagai organ.

Berdasarkan lapisan tubuhnya organism dibedakan menjadi :

c. Hewan diplobastik (memiliki dua lapisan ectoderm dan endoderm),

Misalnya Porifera.

d. Hewan triplobastik ( memiliki tiga lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan

endoderm). Misalnya cacing, dan serangga.

4. Metamorfosis

Beberapa hewan invertebrate mengalami metamorfosis yaitu perubahan

bentuk tubuh.

a. Metemorfosis pada serangga dibedakan atas serangga yang bermetamorfosis

sempurna (homometabola), serangga dibedakan atas serangga yang

bermetamorfosis tidak sempurna (hemimetabola) dan serangga yang tidak

bermetamorfosis (ametabola) Misalnya : kutu buku yang hanya dapat

mengalami mulai dari telur menjadi imago.

Tahapan metamorphosis bermula dari telur → larva → pupa

(50)

Gambar. 7 Tahap metamorfosis serangga

b. Metamorfos

is pada katak

Metamorfosis pada katak tidak mengalami pergantian kulit akan tetapi

dimulai dari tahapan jigot → kecebong → kecebongyang memiliki ekor

dan sirip → kecebong berkaki → katak masih memiliki ekor → katak

dewasa.

Gambar. 8 Metamorfosis pada katak

5. Metagenesis adalah pergiliran keturunan selama siklus hidup organism.

Misalnya tumbuhan lumut dan paku dimana terjad pergiliran keturunan

antara generasi gametofit dan generasi sporofit. a. Metagenesis pada tumbuhan

Metagenesis tumbuhan lumut diawali dari spora → protonema →

tumbuhan lumut

b. Metagenesis tumbuhan paku

Metamorfosis tumbuhan paku mulai dari protalium → gametofit yang

menghasilkan anteridium dan arkegonium. b. Metagenesis tumbuhan biji

Tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan sporofit. Generasi gametofi

betina berkembang didalam bakal biji yang masih berhubungan dengan

tumbuhan induknya dan gametofit jantan dimulai saat terbentuknya

(51)

ya

c. Metagenesis pada hewan

Ada beberapa hewan invertebrate yang mengalami metagenesis

contohnya seperti ubur-ubur. Ubur-ubur merupakan hewan yang hidup

dilaut dan mengalami metagenesis yang dimulai dari fase polip yang

menetap di dasar perairan dan fase medusa yang berenang bebas.

6. Kerangka Konseptual

Untuk menggambarkan alur berpikir dalam penelitian, maka perlu dibuat

kerangka konseptual. Dalam kerangka konseptual ini tercermin langkah-langkah yang

akan dilaksanakan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Kerangka konseptual

peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

keterangan:

1. Kisi-kisi tes (awal & akhir) 2. Pembobotan tes (awal & akhir) 1. Tes hasil belajar (awal & akhir) 2. Kunci jawaban (awal & akhir)

Tes Awal 1. Validasi rasionalTes Akhir

(52)

= Objek Penelitian

(53)

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sidua’ori dengan

mengunakan metode penelitian eksperimen dengan paradigma kuantitatif. Sebagai

penelitian kuantitatif, penelitian ini berupaya membuktikan kebenaran teori-teori

tentang model pembelajaran Think Pair Share dan pengaruhnya terhadap hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu. Ada beberapa desain penelitian eksperimen

murni, tetapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized pretest-postest

eksperimen-control group design seperti tertera pada tabel berikut:

Tabel 3

DESAIN PENELITIAN

Kelompok Pretest (tes awal) Perlakuan Posttest (tes akhir)

Kelompok 1 T1 X T2

Kelompok 2 T3 - T4

Sumber : Arikunto (2002:79)

Keterangan :

T1 : Tes awal pada kelas eksperimen

T3 : Tes awal pada kelas control

x : Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran

kooperatif Think Pair Share

- : Model pembelajaran yang diperlakukan di kelas kontrol adalah

pembelajaran konvensional

T2 : Tes akhir kelompok eksperimen

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Gambar 1 Perkecambahan kacang hijau dan kacang tanah
Gambar 2 Pertumbuhan primer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder akan diperoleh dari tegalkota.bps.go.id dan Disperindag atau

Asis, Hukum Acara P idana Suatu Pengantar, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2014. Sutiyoso, Bambang, Sri Hastuti Puspitasari, Aspek – Aspek Perkembangan

Maka jumlah plastik paling banyak yang bisa digunakan adalah sebanyak .... Sinta membeli kue bolu dan kue donat untuk sajian

Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa siswa menunjukkan peningkatan tanggung jawab akademik dengan gejala seperti perubahan tingkah laku dari menunda-nunda

Soal

Islam sebagai agama yang hadir ditengah-tengah kondisi sosial ma- syarakat arab yang memandang remeh perempuan, Islam tidak melaku- kan perubuhan secara menyeluruh terhadap tradisi

kepada khalayak, dengan tujuan supaya gambar tersebut dapat jelas terlihat dan dapat dinikmati oleh pemirs di rumah. 3) Switcher merupakan seorang teknisi untuk

Nabati, Bahan Bakar Alternatif dari Tumbuhan Sebagai Pengganti Minyak. Bumi