SKRIPSI
Oleh KASIELI BAENE
NIM. 122111064
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA)
SKRIPSI
Diajukan kepada
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Pendidikan
Oleh Kasieli Baene NIM 122111064
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) GUNUNGSITOLI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Skripsi yang diajukan oleh :
Nama : KASIELI BAENE
NIM : 122111064
Program : S-1
Program Studi : Pendidikan Biologi
Fakultas : FPMIPA
Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share Terhadap Hasil
Belajar IPA Terpadu Siswa SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017
telah diuji dan dinyatakan lulus.
Gunungsitoli, Januari 2017
Pembimbing I, Pembimbing II,
Drs. Henoki Waruwu, M.Pd. Agnes R. Harefa, S.Si.,M.Pd
NIP. 19640515 199512 1 001 NIDN. 122108102
Mengetahui :
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Agnes R. Harefa, S.Si.,M.Pd
Belajar IPA Terpadu SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 20163/2017, Skripsi, Pembimbing (1) Drs. Henoki Waruwu, M.Pd., dan (2) Agnes Renostini Harefa,S.Si.,M.Pd.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Think Pair Share, Hasil Belajar.
Model pembelajaran Think Pair Share adalah model pembelajaran yang diawali
dengan guru merumuskan masalah yang akan diajukan kepada siswa dan siswa mencari jawaban dari permasalahan tersebut serta membagikan kepada siswa lain secara berpasangan.
Model Pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran dimana siswa
mempresentasikan ide atau pendapat kepada rekan peserta lainnnya.
Tujuan penelitian: (1) Menghitung rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA Terpadu dengan menggunakan Model Pembelajaran Think Pair Share SMP Negeri 2
Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017; (2) Menghitung rata-rata hasil belajar IPA Terpadu
menggunakan pembelajaran konvensional tanpa menggunakan Model Pembelajaran Think
Pair Share SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017; (3) Membuktikan ada
tidaknya Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA Terpadu
SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sidua’ori, dengan populasi kelas VIII Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017 dan sampel penelitian terdiri dari dua kelas yaitu 1 kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan jumlah 55 orang dengan jumlah laki-laki 34 orang dan perempuan 21 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan peneliti adalah
Pretes-Posttest experiment - Control Group Design.
Instrumen penelitian: tes hasil belajar yang berbentuk tes uraian sebanyak lima butir soal yang terdiri dari tes awal dan tes akhir. Tes yang digunakan terlebih dahulu divalidasikan secara logis, kemudian diujicobakan di sekolah lain. Tes yang memenuhi syarat layak sebagai instrumen penelitian.
Hasil penelitian: (1) Rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017 yang menggunakan Model Pembelajaran
Think Pair Share dalam pembelajaran adalah 75,89 (tergolong baik). (2) Rata-rata nilai hasil belajar siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017 yang
menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 68,90 (tergolong cukup). (3) Ada
pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA Terpadu kelas VIII
semester 1 SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017 berdasarkan perhitungan thitung
= 2,3268 ttabel = 2.0733.
Saran peneliti: (1) Dalam proses pembelajaran hendaknya seorang guru jeli dalam memilih model pembelajaran dalam proses belajar mengajar dengan memperhatikan relevansi materi serta tujuan dari pembelajaran. (2) Bagi peserta didik diharapkan untuk lebih aktif dalam belajar sehingga memperoleh hasil yang sangat memuaskan. (3) Model pembelajaran
Think Pair Share merupakan salah satu Model Pembelajaran yang bisa digunakan dalam
Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih-Nya kepada penliti sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share
Terhadap Hasil Belajar IPA Terpadu SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada Program Studi Pendidikan Biologi
IKIP Gunungsitoli.
Terlaksananya penelitian dan terbentuknya tulisan ini bukanlah hanya hasil
kemampuan penulis sendiri, melainkan berkat adanya dorongan dan bantuan moril maupun
materil yang penulis terima dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan hati yang tulus peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Henoki Waruwu, M.Pd, sebagai Rektor IKIP Gunungsitoli dan sekaligus
sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Drs. Desman Telaumbanua, M.Pd., sebagai Dekan FPMIPA yang telah banyak
memberikan bekal kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Agnes Renostini Harefa,S.Si.,M.Pd., sebagai Ketua Prodi dan sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Nias selatan yang telah memberikan izin
melakukan penelitian dilingkungan pendidikan Kabupaten Nias Selatatan.
Bapak pimpin.
6. Bapak Lukis Laia, S.Pd., sebagai Guru Mata Pelajaran di SMP Negeri 2 Sidua’ori.
7. Teristimewa peneliti ucapkan terimakasih kepada Ayahanda (+) dan Ibunda tercinta, Adek
Adieli, dan A/I. Lena, A/i Fiki dan seluruh keluarga saya yang telah bersusah payah untuk
mendukung saya dalam menyelesaikan studi di IKIP Gunungsitoli.
8. Sahabat-sahabat saya: Aperius, Seruan, Jernih Laoli, Tali Hulu, Meiman, Eliyusu, Fajar,
dan seluruh rekan-rekan mahasiswa khususnya yang melakukan penelitian Tahun
Pelajaran 2016/2017 telah ikut berpartisipasi, mendukung dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini..
Semoga Tuhan yang maha Pengasih dan Penyayang melimpahkan anugerah dan
rahmat-Nya dengan berlipat ganda kepada semua pihak yang telah turut mendukung
penyelesaian pendidikan Strata Satu ini.
Skripsi ini sangat jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata peneliti mengharapkan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Gunungsitoli, Januari 2017 Penulis,
KASIELI BAENE
NIM. 12211106
Halaman
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... iii
DAFAR ISI... v
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 6
C. Batasan Masalah... 6
D. Rumusan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Hipotesis Penelitian... 7
G. Manfaat Penelitian... 8
H. Asumsi Penelitian... 8
I. Keterbatasan Penelitian... 8
J. Batasan Operasional Penelitian... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 11
A. Landasan Teori... 11
1. Hakikat Belajar... 1
3. Model Pembelajaran Koperatif... 14
4. Model Pembelajaran Think Pair Share... 17
5. Model Pembelajaran Konvensional... 22
B. Hasil Belajar... 24
a. Pengertian Hasil Belajar... 24
b. Hasil Belajar IPA Terpadu Berdasarkan KTSP... 25
c. Penilaian Hasil Belajar... 26
C. Materi Penelitian... 28
D. Kerangka Berpikir... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 40
A. Rancangan Penelitian... 40
B. Variabel Penelitian... 41
C. Populasi Dan Sampel... 41
1. Populasi Penelitian... 41
2. Sampel Penelitian... 41
D. Jenis Data dan Istrumen Penelitian... 42
1. Jenis Data... 42
2. Instrumen Penelitian... 42
E. Prosedur Pengumpulan Data... 46
F. Analisis Data... 47
3. Menentukan Standar Deviasi... 48
4. Uji Normalitas... 49
5. Uji Homogenitas... 50
6. Pengujian Hipotesis... 50
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 53
A. Temuan Penelitian... 53
1. Proses Analisis Data... 53
a. Validasi Logis... 53
b. Hasil Validasi Logis Tes Hasil Belajar... 53
c. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 54
2. Pengolahan Tes Hasil Belajar... 55
a. Tes Awal... 55
b. Tes Akhir... 56
3. Nilai Rata-rata Hasil Belajar... 57
a. Nilai Rata-rata Tes Awal... 57
b. Nilai Rata-rata Tes Akhir... 57
4. Standar Deviasi (Simpangan Baku)... 57
a. Standar Deviasi Tes Awal... 57
b. Standar Deviasi Tes Akhir... 58
5. Uji Normalitas... 58
a. Uji Normalitas Tes Awal... 58
b. Uji Normalitas Tes Akhir... 59
6. Uji Homogenitas... 59
a. Uji Homogenitas Tes Awal... 59
b. Uji Homogenitas Tes Akhir... 60
B. Pembahasan Dan Temuan Penelitian... 61
1. Jawaban Umum Atas Permasalahan Pokok Penelitian... 61
2. Analisis Dan Interpretasi Penelitian... 62
3. Kontras Temuan Penelitian Dengan Teori Yang ada... 62
4. Implikasi Temuan Penelitian... 63
5. Keterbatasan Temuan Penelitian... 64
BAB V PENUTUP... 65
A. Kesimpulan... 65
B. Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA... 67 LAMPIRAN-...
1. Rata-Rata Nilai IPA Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2 Sidua’ori... 4 2. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Konvensional... 23 3. Desain Penelitian... 40 4. Pengolahan Hasil Validasi Logis Dari Tes Awal Hasil Belajar Untuk Tiap Validator.... 123 5. Hasil Pengolahan Validasi Logis Dari Tes Awal Hasil Belajar Untuk Kolom 1... 125 6. Hasil Pengolahan Validasi Logis Dari Tes Awal Hasil Belajar Untuk Kolom 2... 125 7. Pengolahan Hasil Validasi Logis Dari Tes Akhir Hasil Belajar Untuk Tiap Validator... 126 8. Hasil Pengolahan Validasi Logis Dari Tes Akhir Hasil Belajar Untuk Kolom 1... 128 9. Hasil Pengolahan Validitas Logis Dari Tes Akhir Hasil Belajar Untuk Kolom 2... 128 10. Skor Perolehan Hasil Uji Caba Instrumen Penelitian... 129 11. Persiapan Penghitungan Uji Validitas Dan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Tes Hasil
Belajar... 130 12. Hasil Penghitungan Uji Validitas Ujicoba Instrumen Tes Hasil Belajar... 133 13. Penghitungan Tingkat Kesukaran Ujicoba Instrumen Tes Hasil Belajar...137 14. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Ujicoba Instrumen Tes Hasil Belajar Dari Nomor 1
Sampai Nomor Lima ... 139 15. Penghitungan Daya Pembeda Ujicoba Instrumen Tes Hasil Belajar... 140 16. Hasil Penghitungan Daya Pembeda Ujicoba Tes Hasil Belajar... 142 17. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII - A SMP Negeri 2 Sidua’ori Pada Tes Awal Kelas Untuk
Eksperimen... 143
19. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas VIII – A SMP Negeri 2 Sidua’ori Untuk Kelas
Eksperimen ... 146
20. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas VIII – B SMP Negeri 2 Sidua’ori Untuk Kelas Kontrol ... 149
21. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII - A SMP Negeri 2 Sidu’ori Pada Tes Tes Akhir Kelas Untuk Eksperimen ... 151
22. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII - B SMP Negeri 2 Sidu’ori Pada Tes Tes Akhir Kelas Untuk Kontrol... 152
23. Hasil Pengolahan Skor Tes Akhir Kelas VIII – A SMP Negeri 2 Sidua’ori Untuk Kelas Eksperimen... 154
24. Hasil Pengolahan Skor Tes Akhir Kelas VIII – B SMP Negeri 2 Sidua’ori Untuk Kelas Kontrol ... 157
25. Penghitungann Uji Normalitas Pada Tes Awal Kelas Eksperimen ... 165
26. Penghitungann Uji Normalitas Pada Tes Awal Kelas Kontrol... 166
27. Penghitungann Uji Normalitas Pada Tes Akhir Kelas Eksperimen... 167
28. Penghitungann Uji Normalitas Pada Tes Akhir Kelas Kontrol... 168
29. Nilai Kritis r Product Moment... 174
30. Luas Dibawah Lengkungan Kurva Normal 0-Z... 175
31. Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors... 176
32. Nilai Kritis Untuk Distribusi F... 177
33. Nilai Kritis Untuk Distribusi t-Student... 179
Gambar Halaman
1. Perkecambahan Kacang Hijau dan Kacang Tanah... 31
2. Pertumbuhan Primer... 32
3. Pertumbuhan Skunder Pada Tumbuhan ... 33
4. Hormon Auksin... 33
5. Jigot Pada Fase Morula... 35
6. Gastrulasi Sel... 35
7. Tahap Metamorfosis... 36
8. Metamorfosis Pada Katak... 37
9. Kerangka Konseptual... 33
Lampiran Halaman
1. Silabus... 68
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 70
3. Kisi-Kisi Tes Awal Hasil Belajar... 94
4. Tabel Pembobotan Tes Awal Hasil Belajar ... 96
5. Naskah Soal Ulangan Harian Tes Awal... 98
6. Kunci Jawaban Ulangan Harian Tes Awal... 99
7. Kisi-kisi Tes Akhir Hasil Belajar... 101
8. Pembobotan Tes Akhir Hasil Belajar... 103
9. Naskah Soal Ulangan Harian Tes Akhir... 105
10. Kunci Jawaban Ulangan Harian Tes Akhir ... 106 11. Lembar Kesediaan Menjadi Validator... 108
12. Lembar Telaah Butir Soal Bentuk Esei... 111
13. Pengolahan Hasil Validitas Logis Dari Naskah Tes Hasil Belajar... 123
14. Skor Perolehan Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian... 129
15. Persiapan Perhitungan Uji Validitas Dan Reliabilitas... 130
16. Penghitungan Uji Validitas Uji Coba Intrumen... 132
17. Penghitungan Uji Reliabilitas Uji Coba Instrumen... 134
18. Penghitungan Tingkat Kesukaran Uji Coba Instrumen... 137
19. Penghitungan Daya Pembeda Uji Coba Instrumen... 140
20. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 2 Sidua’ori Pada Tes Awal Untuk Kelas Eksperimen... 143
21. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII_B SMP Negeri 2 Sidua’ori Pada Tes Awal Untuk Kelas Kontrol... 144 22. Analisis Hasil Tes Awal Kelas Eksperimen... 145
23. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas Eksperimen... 146
24. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas Kontrol... 149
25. Hasil Pengolahan Skor Tes Awal Kelas Kontrol... 149
151
27. Skor Perolehan Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Sidua’ori Pada Tes Akhir Kelas Kontrol... 152
28. Analisis Hasil Belajar Pada Tes Akhir... 153
29. Hasil Pengolahan Skor Tes Akhir Kelas Eksperimen... 154
30. Hasil Pengolahan Skor Tes Akhir Kelas Kontrol... 157
31. Perhitungan Rata-Rata Nilai Siswa Pada Tes Awal... 159
32. Perhitungan Rata-Rata Nilai Siswa Pada Tes Akhir... 160
33. Perhitungan Standar Deviasi Pada Tes Awal... 161
34. Perhitungan Standar Deviasi Pada Tes Akhir... 163
35. Perhitungan Uji Normalitas Pada Tes Awal Kelas Eksperimen... 165
36. Perhitungan Uji Normalitas Pada Tes Awal Kelas Kontrol... 166
37. Perhitungan Uji Normalitas Pada Tes Akhir Kelas Eksperimen... 167
38. Perhitungan Uji Normalitas Pada Tes Akhir Kelas Kontrol ... 168
39. Uji Homogenitas Tes Awal... 179
40. Uji Homogenitas Tes Akhir... 170
41. Pengujian Hipotesis... 171
42. Nilai Kritis r Product Moment... 174
43. Luas Di Bawah Lengkungan Kurva Normal Standar Dari 0 –Z ... 175
44. Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors... 176
45. Nilai Kritis Untuk Distribusi F... 177
46. Nilai Kritis Untuk Distribusi T – Student... 179
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting dalam
menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan profesional. Mengingat
hal tersebut maka perlu ditingkatkan mutu pendidikan sehingga dapat memperoleh
hasil yang diharapkan. Berbagai usaha yang ditempuh untuk meningkatkan mutu
pendidikan antara lain dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pembelajaran
diharapkan lebih berpusat pada siswa (student centered), artinya siswa terlibat
langsung dan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dan mediator bagi siswa. Untuk itu seorang guru harus melaksanakan
tugasnya dengan professional, artinya guru yang professional harus mampu
mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada etika profesi, independen,
produktif, efektif, efesien, dan inovatif serta didasarkan pada pelayanan prima yang
didasarkan pada unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis. Hal ini sejalan dalam
UU RI Nomor 20 (2003:2) tentang sistem pendidikan nasional
“ Jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk itu
guru yang profesional dituntut untuk terus-menerus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat,
termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki
kapabilitas untuk mampu bersaing diforum regional, nasional, ataupun internasional”.
Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah mata pelajaran IPA
Terpadu. Mata pelajaran IPA Terpadu ini selalu diajarkan disetiap jenjang pendidikan
karena kegunaannya sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi,
pelajaran IPA Terpadu merupakan pelajaran yang selalu mendapat permasalahan dan
perhatian serius dalam pengajarannya. Para siswa kebanyakan merasa sulit
memahami mata pelajaran IPA Terpadu karena menurut pandangan siswa mata
pelajaran IPA Terpadu merupakan pelajaran yang sulit dimengerti dan dipelajari.
Akibatnya hasil belajar siswa dimata pelajaran IPA Terpadu masih tergolong dalam
kategori kurang atau tidak memenuhi standar kompetensi. Salah satu penyebabnya
adalah ketika proses pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru (teacher
centered), akibatnya siswa pasif dan hanya menunggu atau menerima apa yang
disajikan oleh guru.
Untuk memenuhi tuntutan KTSP maka berkembanglah berbagai jenis model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa. Melalui model
pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide. Dengan demikian siswa dapat
terlibat langsung dan aktif dalam proses pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan
hasil belajar adalah model pembelajaran koperatif (cooperative learning).
Pembelajaran koperatif merupakan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
berbagai materi pembelajaran yang memfokuskan pembelajaran berpusat pada siswa,
dengan demikian pembelajaran koperatif dapat memperbaiki proses pembelajaran dan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti di SMP
Negeri 2 Sidua’ori pada tanggal 25 Juli 2016 ditemukan bahwa kegiatan
pembelajaran didominasi oleh guru akibatnya siswa hanya duduk dan diam serta
mendengarkan ceramah dari sang guru. Kemudian dalam penyampaian materi
pelajaran guru tidak melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa merasa jenuh,
mengantuk, bercerita dengan teman sebangku, minta izin keluar saat proses
pembelajaran berlangsung. Selanjutnya guru mata pelajaran IPA Terpadu
memaparkan bahwa materi pembelajaran IPA Terpadu sulit dimengerti siswa, siswa
terbatas dalam mencari referensi yang relevan dengan mata pelajaran IPA Terpadu
karena fasilitas perpustakaan terbatas sehingga siswa hanya mengharapkan apa yang
disampaikan guru. Guru mengeluhkan siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar
serta kurangnya interaksi dengan sesama siswa dan siswa tidak mau bertnya saat guru
memberikan kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang kurang dimengerti,
siswa tidak menyelesaikan pekerjaan rumah dengan alasan sibuk membantu orang tua
dirumah. Berdasarkan hal tersebut peneliti melakukan wawancara dengan beberapa
orang siswa tebukti bahwa siswa rmerasa malas karena sulit memahami materi
pembelajaran IPA Terpadu serta merasa capek karena setiap masuk mata pelajaran
IPA Terpadu siswa hanya disuruh menulis materi pelajaran, mendengarkan dan
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa merasa tidak nyambung dengan
apa yang disampaikan oleh guru karena tidak memiliki buku paket jadi siswa hanya
mengandalkan indra pendengar setiap guru menjelaskan materi pembelajaran. Hal ini
juga sesuai dengan data yang diperoleh peneliti melalui Daftar Kumpulan Nilai
Tabel 1
RATA-RATA NILAI IPA TERPADU SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SIDUA’ORI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016
Tahun
Pelajaran Semester Kelas Rata-rata Nilai IPA
Terpadu
Kategori KKM
2015/2016 Genap VII-A 57,50 Cukup 65
VII-B 55,00 Cukup
Sumber: Guru mata pelajaran IPA Terpadu SMP Negeri 2 Sidua’ori
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di atas, maka terbukti bahwa hasil belajar
IPA Terpadu siswa termasuk kategori kurang. Hal ini tidak boleh dibiarkan karena
akan berdampak pada mutu pendidikan terutama di SMP Negeri 2 Sidua’ori. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan keterlibatan semua pihak. Melalui
penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti diharapkan pihak sekolah termotivasi untuk
menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa sesuai tuntutan KTSP. Peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada siswa
kemudian mengungkap pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa khususnya pada
mata pelajaran IPA Terpadu. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada
siswa adalah model pembelajaran koperatif. Dari berbagai tipe model pembelajaran
koperatif, peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran tipe Think Pair
Share.
Model pembelajaran Think Pair Share pertama kali dikembangkan oleh Frang
Lyman dan Koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip dalam
Hamdayama (2014:201) menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara
yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa
secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk
bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Dalam hal ini, guru sangat
berperan penting untuk membimbing siswa melakukan diskusi, sehingga terciptanya
suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Hal ini
sejalan dalam Suprijono (2009:91) menyatakan bahwa:
Think Pair Share seperti namanya “thinking” pembelajaran yang diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk
dipikirkan oleh peserta didik, selanjutnya “Pairing” pada kesempatan ini guru
meminta peserta didik untuk berpasang-pasangan untuk mendiskusikan jawaban dari
pertanyaan yang diajukan oleh guru, kemudian “sharing” dalam kegiatan ini
diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengontruksian pengetahuan
secara integratif.
Untuk membuktikan teori-teori tersebut maka dilakukan penelitian eksperimen
dengan paradigma kuantitatif dengan judul: “Pengaruh Model Pembelajaran Think
Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA Terpadu Siswa SMP Negeri 2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah. Identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan IPA Terpadu karena siswa
menganggap bahwa pelajaran IPA Terpadu itu sulit.
2. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam
3. Siswa pasif saat proses pembelajaran hal ini terlihat dari siswa enggan bertanya
dan menjawab pertanyaan guru.
4. Sarana dan prasaran yang kurang memadai. 5. Penalaran siswa terhadap materi pelajaran kurang. 6. Siswa tidak memiliki buku paket.
7. Tidak ada motivasi siswa dalam belajar hal ini terlihat dari siswa tidak
mengerjakan latihan di rumah.
8. Siswa tidak tertarik dengan desain kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru.
9. Hasil belajar siswa termasuk kategori cukup.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan oleh peneliti di atas,
maka penelitian ini dibatasi pada:
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang aktif dalam
proses pembelajaran dengan kata lain menggunakan pembelajaran konvesional.
2. Hasil belajar siswa termasuk kategori cukup.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka untuk
mempertegas arah penelitian ini, maka peneliti merumuskan masalah yaitu: “apakah
ada pengaruh model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA
Terpadu SMP Negeri 2 Sidua’ori?”
E. Tujuan Penelitian
Agar hal-hal yang inginkan dicapai dalam penelitian ini jelas, maka perlu
ditetapkan tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan peneliti dalam
melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung rata-rata hasil belajar IPA Terpadu menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share.
2. Menghitung rata-rata hasil belajar IPA Terpadu dengan menerapkan model
pembelajaran konvesional.
3. Membuktikan ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Think Pair Share
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu.
Berdasarkan rumusan masalah, maka peneliti memprediksi hipotesis penelitian
atas masalah yang hendak diteliti adalah: “Ada pengaruh yang signifikan penggunaan
model pembelajaran Think Pair Share terhadap hasil belajar IPA Terpadu SMP Negeri
2 Sidua’ori Tahun Pelajaran 2016/2017”
G. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Yang menjadi manfaat dalam penelitian
ini adalah:
1. Manfaat teoritis
a. Melalui penelitian ini dapat diterapkan pendapat para ahli tentang langkah
model pembelajaran Think Pair Share dalam proses pembelajaran.
b. Melalui penelitian ini dapat diungkap kebenaran pendapat para ahli tentang
kelebihan dan kelemahan langkah-langkah model pembelajaran Think Pair
Share. 2. Manfaat praktis
a. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan
dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
b. Kepada guru, khususnya guru mata pelajaran IPA Terpadu merupakan bahan
masukan tentang pengaruh model pembelajaran Think Pair Share dengan
tugas yang diemban sebagai tenaga pendidik dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.
c. Kepada peneliti, untuk menambah wawasan dalam melaksanakan tugas
sebagai calon guru profesional.
d. Kepada rekan mahasiswa, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk
pertimbangan bagi peneliti selanjutnya khususnya mahasiswa IKIP
Gunungsitoli.
H. Asumsi Penelitian
Adapun titik tolak pemikiran peneliti yang menjadi asumsi dalam penelitian
ini adalah:
1. Model pembelajaran Think Pair Share memiliki keunggulan dan kelemahan.
2. Hasil belajar siswa berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya. 3. Hasil belajar siswa dapat diukur melalui tes hasil belajar.
I. Keterbatasan Penelitian
Agar peneliti lebih terarah dan tepat sasaran, maka peneliti menguraikan
beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Adapun keterbatasan
dalam penelitian ini adalah:
1. Populasi penelitian terbatas pada siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 2
Sidua’ori tahun pelajaran 2016/2017
2. Penelitian ini terbatas pada materi pokok pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup.
3. Variabel yang diteliti mencakup dua hal yaitu model pembelajaran Think Pair
Share sebagai variabel bebas (X) dan hasil belajar IPA Terpadu sebagai variabel terikat (Y).
J. Batasan Operasional
Yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran Think Pair Share adalah desain pembelajaran yang berfokus
pada siswa dimana guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
dengan materi, dan diminta siswa mengunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir dan kemudian mendiskusikannya dengan pasangan masing-masing
kemudian membagikan pengetahuannya dengan teman kelompok yang lain. 2. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik pada bidang kognitif
A. Kerangka Teori 1. Hakikat Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Sadar atau tidak, proses ini sebenarnya telah dilakukan manusia sejak lahir
untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mengembangkan potensi-potensi yang
ada pada dirinya. Belajar menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti berusaha,
berlatih dan sebagainya supaya mendapat kepandaian. Menurut Gagne (2009:2)
“Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui
aktivitas, perubahan tersebut tidak diperoleh langsung dari proses pertumbuhan
seseorang secara alamiah”. Hal senada diungkapkan Morgan dalam Suprijono
(2009:3) menjelaskan bahwa “belajar adalah proses perubahan perilaku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman.”
Selanjutnya Saiful dan Zain (2010:1) berpendapat bahwa “Belajar mengajar
merupakan suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi
yang terjadi antara guru dengan peserta didik.”
Dari beberapa pendapat diatas, peneliti mengambil tiga hal pokok dalam
pengertian belajar:
1. Bahwa belajar itu membawa perubahan.
2. Bahwa perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar. 3. Bahwa perubahan itu terjadikarena usaha.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku yang dialami oleh setiap individu baik perubahan tingkah
laku maupun pengetahuan. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah
laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Perubahan juga tidak hanya berkaitan dengan
bertambahnya ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan,
sikap, pegertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, belajar akan
membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
a. Belajar IPA Terpadu
Seorang dikatakan belajar IPA Terpadu apabila seseorang tersebut melakukan
kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan IPA
Terpadu.
Belajar IPA merupakan suatu aktifitas mental untuk memahami struktur,
hubungan, konsep serta manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari. Belajar IPA
Terpadu akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep
dan struktur yang terminat dalam pokok bahasan yang diajarkan.
IPA Terpadu merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk-beluk makhluk
hidup dan alam sekitarnya. Hal ini sejalan dalam Depdiknas (2003:15) menyatakan
bahwa: “Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk
menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses
penemuan dan memiliki sikap ilmiah.
Dari pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar IPA adalah
mengembangkan sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta-Nya.
2. Model Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran ada beberapa istilah tentang kegiatan
pembelajaran, yaitu model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pengajaran,
pendekatan pembelajaran dan teknik mengajar, sedangkan dalam penelitian ini
digunakan model pembelajaran. Model pembelajaran suatu cara yang digunakan guru
dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan Winataputra (2001:3)
mendefenisikan bahwa “ Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu.” Menurut Joyce dalam Wahyuningsih
(2011:3) bahwa “Model pembelajaran membantu siswa untuk memperoleh informasi,
gagasan, skill, nilai, cara berpikir dan tujuan mengkespresikan diri mereka
sendiriserta mengajari mereka untuk belajar.” Lebih lanjut Lufri dalam Harefa
(2010:94) menyatakan bahwa: “model pembelajaran adalah pola atau contoh
pembelajaran yang sudah didesain dengan menggunakan pendekatan atau metode
atau strategi pembelajaran yang lain serta dilengkapi dengan langkah-langkah
(sintaks) dan perangkat pembelajarannya.
Dari beberapa pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pola pembelajaran yang sudah didesain yang dapat
bagi tenaga pendidik untuk mempermudah peserta didik mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.
3. Model Pembelajaran Koperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Koperatif
Koperatif artinya bekerja sama atau gotong royong. Pembelajaran koperatif
merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa diminta belajar dalam kelompok
kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Isjoni (2008:15)
megemukakan bahwa, “model pembelajaran kooperatif artinya mengerjakan sesuatu
secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainsebagai satu kelompok
atau satu tim”. Menurut Slavin (2008:4) bahwa “Model pembelajaran koperatif
adalah model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.
Hal senada di kemukakan oleh Lie (2008:12) “Model pembelajaran koperatif
merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
bekerja sama dengan sesama siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang
berstruktur”. Lebih lanjut Johnson 1993 dalam efandi (2007:16) “Model
pembelajaran koperatif merupakan model pembelajaran yang dirancang dengan
tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran untuk meneruskan
perbincangan dengan rekan dalam kumpulan kecil”.
Dari beberapa pengertian model pemebelajaran koperatif di atas, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran koperatif (cooperative learning) adalah
kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efesien, ke arah atau
tercapai proses dan hasil belajar yang produktif. Ini berarti, keberhasilan dalam
belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru saja, melainkan melalui teman
lain, yaitu teman sebaya. Dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator.
b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Koperatif
koperatif bercirikan dengan adanya:
1) Struktur tugas: mengacu pada cara pembelajaran diorganisasikan dan jenis
kegiatan yang dilakukan siswa dalam kelas.
2) Struktur tujuan: merupakan kadar saling ketergantungan pada saat siswa
mengerjakan tugas. Ada tiga macam struktur tujuan:
a) Individualistik adalah jika pencapaian tujuan itu tidak memerlukan
interaksi dengan siswa lain.
b) Kompetitif adalah jika siswa hanya dapat mencapai suatu tujuan jika
siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut.
c) Koperatif adalah jika siswa dapat mencapai tujuan hanya jika
bekerjasama dengan siswa lain.
3) Struktur penghargaan (reward): merupakan penghargaan yang diperoleh
siswa atas prestasinya. Struktur penghargaan ini bervariasi tergantung jenis
kegiatan yang dilakukan. Ada penghargaan individualistik, penghargaan
kompetitif dan penghargaan koperatif.
Menurut Suprijono (2009:58) menyatakan bahwa: “Model pembelajaran
koperatif akan menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang
bercirikan: (1) “memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti, fakta,
keterampilan, nilai, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan,
Dalam pembelajaran koperatif siswa dituntut agar belajar bersama dalam
kelompok dengan saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Pembelajaran koperatif akan lebih efektif jika ada kesungguhan dan
keseriusan antar anggota kelompok dalam belajar.
c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Koperatif
Setiap model pembelajaran selalu memiliki keunggulan dan kelemahan.
Demikian model pembelajaran koperatif mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Sanjaya (2008:249-251) menguraikan keunggulan dan kelemahan model
pembelajaran koperatif , antara lain:
1. Keunggulan model pembelajaran koperatif
a) Melalui model pembelajaran koperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi akan menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan berbagai informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
b) Model pembelajaran koperatif mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c) Model pembelajaran kopertif dapat membantu anak untuk respon pada orang lain dan menyadari akan keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d) Model pembelajaran koperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa percaya diri, hubungan internasional yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengenai waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. e) Melalui model pembelajaran koperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untukmenguji ide dan pemehamannya sendiri, menerima umpan balik, siswa dapat berpraktik memecahkan masalah-masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompok.
f) Model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (real).
2. Kelemahan model pembelajaran koperatif
a) Untuk memahami dan mengerti filosofi model pembelajaran koperatif memang membutuhkan waktu. Sangat tidak rasional kalau mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami
fasilitas kooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terlambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menggangu iklim kerjasama dan kelompok.
b) Ciri dari model pembelajaran koperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peerteaching yang efektif, maka dibandingkan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c) Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran koperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap idividu siswa.
d) Keberhasilan model pembelajaran koperatif dalam upaya menggembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hasil ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu atau sekali-kali penerapan saja.
e) Walaupun kemampuan kerjasama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa. Akan tetapi banyak aktifitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui model pembelajaran koperatif selain siswa belajar bekerjasama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran koperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
4. Model Pembelajaran Think Pair Share
Pada model pembelajaran Think Pair Share, siswa diajak untuk menyimak
suatu kasus dan memikirkan solusi dari masalah yang diberikan, selanjutnya siswa
secara berpasangan saling membagi hasil pemikirannya dengan orang lain. Teknik ini
memberikan siswa suatu kesempatan untuk bekerja sendiri secara individual dan
bekerja sama dengan orang lain. Dalam Istarani dikemukakan (2011:68)
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam Think Pair Share adalah:
a. Guru membagi siswa dalam kelompok dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
c. Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
d. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
e. Guru memimpin hasil pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
f. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pokok permasalahan dan penambah materi yang belum diungkapkan para peserta didik
g.Penutup
Think Pair Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk
memberi siswa waktu untuk lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu
satu sama lain (Nurhadi dkk, 2003:66). Sebagai contoh, guru menyampaikan inti
materi atau pembahasan materi sekaligus memberikan bahan yang menjadi tugas,
selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan
mendiskusikannya dengan pasangan masing-masing. Kemudian guru memimpin
diskusi dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya dan atas dasar hasil
diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yangbelum
diungkap siswa, hingga pada akhirnya guru menyampaikan kesimpulan.
Tahap utama dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Ibrahim
(2000:26-27) adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : Thingking (berpikir)
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran.
Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara
mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang
kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan
mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling
unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Sharing (berbagi)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas
tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas
dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia
melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga
sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Langkah-langkah atau alur pembelajaran dalam model Think Pair Share
adalah:
Langkah ke 1 : Guru menyampaikan pertanyaan
Aktifitas : Guru melakukan apersepsi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.
Langkah ke 2 : Siswa berpikir secara individual
Aktifitas : Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan jawaban
dari permasalahan yang disampaikan guru. Langkah ini dapat dikembangkan dengan
meminta siswa untuk menuliskan hasil pemikirannya masing-masing.
Langkah ke 3: Setiap siswa mendiskusikan hasil pemikiran masing-masing dengan
pasangan
Aktifitas : Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan dan memberi
benar atau paling meyakinkan. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam kerja
kelompoknya.
Langkah ke 4 : Siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas
Aktifitas : Siswa mempresentasikan jawaban atau pemecahan masalah secara
individual atau kelompok didepan kelas.
Langkah ke 5 : Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah
Aktifitas : Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
hasil pemecahan masalah yang telah mereka diskusikan.
Sebenarnya semua model, metode, strategi, pengajaran dan pembelajaran itu
baik, dan semuanya itu bergantung bagaiaman guru mampu mengelola proses
pelaksanaannya. Dan masing-masing model mempunyai keunggulan dan kelemahan,
demikian juga dengan model pembelajaran koperatif tipe think pair share memiliki
kelebihan dan kelemahan antara lain:
1) Keunggulan Model Pembelajaran Think Pair Share
a. Think Pair Share melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing.
c. Think Pair Share dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
d. Think Pair Share dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.
e. Dengan model pembelajaran koperatif Think Pair Share siswa memiliki
kepemilikan dan kepemimpinan dalam belajar dan menjadi lebih bertanggung
f. Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat
suatu informasi.
g. Dalam pembelajaran Think Pair Share guru tidak lagi sebagai satu-satunya
sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk
dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented).
2) Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Share
a. Jalannya model pembelajaran koperatif Think Pair Share umumnya
didominasi oleh tutornya sedangkan tutornya kurang berpartisipasi.
b. Model pembelajaran Think Pair Share memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan
intervensi secara maksimal.
c. Guru biasanya kurang dapat memantau sesi tutorial secara penuh
karena sambil mengajar siswalain akibat terlalu banyak kelompok.
d. Diperlukan alokasi waktu yang banyak untuk perencanaan dan
persiapan guru untuk program ini terutama melatih siswa menjadi
tutor, mengkoordinasi materi dan informasi dalam jumlah besar.
5. Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Burrowes, 2003 (online) http://muhfida.com/pembelajaran-konvensional
menjelaskan bahwa: “pembelajaran konvensional menekankan pada resitas konten,
tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi
yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau
mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.” Pembelajaran konvensional
yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran dengan menggabungkan 3 (tiga)
jenis metode yaitu metode ceramah, tanya jawab dan tugas tanpa memberikan waktu
Menurut institute of computer technology 2006 (online)
http://iyasphunkalfreth.blongspot.com/2010/06/perbandingan-metode-pembelajaran.html
mengurutkan ciri-ciri model pembelajaran konvensional antara lain:
1) Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsikan sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki keluaran sesuai dengan standar. 2) Belajar secara individual.
3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis. 4) Perilaku dibangun atas kebiasaan.
5) Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final. 6) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. 7) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik. 8) Interaksi diantara siswa kurang.
9) Tidak ada kelompok koperatif.
10) Keterampilan social sering tidak secara langsung diajarkan.
11) Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
12) Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Langakah-langkah pelaksanaan model pembelajaran konvensional tertera pada
tabel berikut ini.
Tabel 2
Tahap-tahap Model Pembelajaran Konvensional
Tahap Perilaku Guru
Tahap 1 Persiapan Menciptakan kondisi belajar siswa
Tahap 2 Pelaksanaan - Penyajian, tahap guru menyampaikan bahan pelajaran - Asosiasi/komprasi, artinya memberi kesempatan kepada
siswa untuk menghubungkan dan membandingkan materi ceramah yang telah diterimanya melelui Tanya jawab.
- Generalisasi/kesimpulan, memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan melalui hasil ceramah.
Tahap 3 evaluasi Mengadakan penilaian terhadap pemahaman siswa
dan tulisan atau tugas lain.
Menurut institute of computer technology 2006 (online)
http://iyasphunkalfreth.blongspot.com/2010/06/perbandingan-metode-pembelajaran.html terdapat beberapa keunggulan dan kelemaha pembelajaran
konvensional antara lain sebagai berikut:
1) Keunggulan
a. Pembelajaran konvensional dipandang efektif atau mempunyai keunggulan, terutama berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. b. Menyampaikan informasi dengan cepat.
c. Membangkitkan minat akan informasi.
d. Mengajari siswa yang cara terbaiknya dengan mendengarkan. e. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
2) Kelemahan
a. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan b. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa
yang dipelajari.
c. Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis. d. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan
tidak bersifat pribadi.
e. Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses.
f. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
g. Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu. h. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
i. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.
6. Hasil belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Setelah melaksanakan proses pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan
siswa dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai kopetensi yang
telah ditetapkan. Muhammad dalam Saiful (2010:245) menyatakan bahwan “ evaluasi
tidak hanya sekedar menentukan angka keberhasilan siswa, tetapi yang lebih penting
adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back) dari proses interaksi edukatif”.
Hasil belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian siswa dan
perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan
kemapuan lain. Menurut Sudirman Dkk dalam Saiful (2010:247) menyatakan bahwa,
“Hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat mengetahui
berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar”. Jadi hasil belajar ini
akan dapat diketahui setelah dilakukan suatu tes yang berguna untuk mengukur
tingkat kemampuan siswa.
b. Hasil Belajar IPA Terpadu Berdasarkan KTSP
Dalam KTSP, penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjdai informasi
yang bermakna dalam pengambilan keputusan. untuk memenuhi tuntutan KTSP
tersebut maka dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru melakikan evaluasi hasil
belajar dengan tujuan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan. Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakakan Tyler dalam Arikunto (2002:3) bahwa “
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai”. Jadi untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan seorang guru harus melakukan
Adapun prinsip-prinsip dalam kegiatan evaluasi hasil belajar sebagaimana
dikemukakan dalam Arikunto (2002:24) adalah sebagai berikut :
1. Tujuan pembelajaran
2. Kegiatan pembelajaran atau KBM dan
3. Evaluasi
c. Penilaian Hasil Belajar
Dalam proses pembelajaran penilaian sangatlah penting untuk dilakukan.
Penilaian bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi ajar,
tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dengan kata lain, penilaian berfugsi sebagai alat
untuk mengukur/menilai hasil bjelajar siswa dan sejauh mana kemampuan siswa
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil belajar IPA Terpadu pada
penelitian ini dievaluasi dengan alat yang disebut tes atau instrumen. Menurut daien
dalam Arikunto (2002:32) menyatakan “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang
sistematis dan objektif untuk memperoleh dat-data atau keterangan-keterangan yang
diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.” Hal
senada dikemukakan oleh Collegiate dalam Arikunto (2002:32) bahwa “tes
merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes yang dIgunakan dalam penelitian ini
yakni tes subjektif berbentuk uraian. Kedua bentuk tes tersebut memiliki kelemahan
dan kelebihan”.
a. Tes subjektif, yang pada umumnya berbentuk uraian, yaitu tes kemampuan
belajar yang memerlukan jawaban yang besifat pembahasan atau uraian
kata-kata.
Kebaikan-kebaikanya:
2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau
untung-untungan
3. Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat
4. Memberi kesempatan siswa untuk mengutaraka pendapat dengan
menggunakan bahasa dan cara sendiri
5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang
diteskan
Kelemahan-kelemahannya:
1. Kurang representif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan
dites karena soalnya hanya beberapa saja
2. Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi unsur-unsur subjektif 3. Pemeriksaannya lebih sulit
4. Membutuhkan banyak waktu dalam hal koreksi
b. Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif yang terdiri dari: a. tes benar-salah (true-false), b. tes pilihan ganda (multipleb choice test), c. menjodohkan (matching test), d. tes lisan (completion
test).
Kebaikan-kebaikannya:
1. Dapat menyentuh seluruh materi pembelajaran 2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya 3. Dapat diperiksa orang lain
4. Terhindar dari faktor subjektif
Kelemahan-kelemahannya:
1. Membutuhkan banyak waktu
2. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan 3. Dapat terjadi kerjasama antara siswa
7. Pertumbuhan Dan Perkembangan
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bertumbuh dan berkembang.
Pertumbuhan adalah suatu proses pertambahan ukuran, volume dan jumlah sel dan
bersifat irreversibel (tidak kembali lagi seperti semula). Sedangkan Perkembangan
Jadi pertumbuhan dan perkembangan adalah merupakan hasil interaksi antara
faktor dalam dan faktor luar.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
a. Faktor luar atau lingkungan
Faktor luar atau faktor lingkungan adalah faktor yang ada di sekeliling
organisme. Organisme yang cukup gizi akan tumbuh dengan baik sedangkan yang
kekurangan gizi mengalami gangguan pertumbuhan.
Ada beberapa faktor luar/lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan adalah sebagai berikut :
1. Nutrien dan air
Nutrien dan air materi untuk sintesis berbagai komponen sel yang diperlukan
selama pertumbuhan.
Nutrien dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Makronutrien (unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak) dan b. Mikronutrien (unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit).
2. Cahaya
Cahaya sangan berperan penting dalam kelangsungan hidup makhluk hidup
terutama bagi tumbuhan untuk proses fotosintesis dan pembentukan tulang
pada manusia.
3. Suhu
Semua organisme memerlukan suhu tertentu untuk bertahan hidup. Suhu
berpengaruh terhadap kerja enzim dan fisiologi orgnisme. Suhu optimum yang
paling baik untuk pertumbuhan adalah 10-38oC.
4. Oksigen
Oksigen didapatkan makhluk hidup melalui proses pernafasan, Oksigen
digunakan untuk membakar zat makanan agar menghasilkan energi.
Kemudian Energi tersebut digunakan untuk beraktivitas
5. Kelembaban
Jika kelembapan udara rendah, maka penguapan air meningkat sehingga
penyerapan air dan garam-garam mineral oleh akar semakin banyak. Keadaan
ini akan memacu pertumbuhan. Kelembapan tanah mempengaruhi kandungan
zat organik di dalam tanah. Jika kelembapan tanah tinggi, maka kandungan air
dan bahan organik dalam tanah semakin banyak. b. Faktor Dalam
Faktor dalam adalah faktor yang terdapat dalam tubuh organisme contohnya
sifat genetik dan hormon. Ada beberapa factor dalam yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan yaitu:
1. Gen
Gen bertanggung jawab dalam pewarisan sifat keturunan. Selain itu gen juga
berperan sebagai pembawa kode untuk pembentukan protein, enzim dan
hormon yang mempengaruhi, mengatur dan mengendalikan pertumbuhan.
Setiap sel hidup akan mewarisi gen dari induknya. Informasi genetik yang
tepat perlu diterima oleh setiap sel pada saat pembelahan sel, agar setiap
organ dapat tumbuh dengan tepat.
2. Hormon
Hormon sangat berperan penting pada pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup :
a. Hormon pada manusia disebut somatrof.
Hormon somatrof dapat meningkatkan pembelahan sel, sintesis protein
dan pertumbuhan tulang.
b. pada tumbuhan disebut fitohormon contohnya auksin, giberelin,
sitokinin, asam absisat, etilen, asam traumatin dan kalin.
B. Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tumbuhan
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio
Plumula menjadi batang dan radikula menjadi akar. 1. Perkecambahan dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Hipogeal, epikotil muncul di atas permukaan tanah sedangkan hipokotil dan
kotiledonnya tetap berada di dalam tanah. Contohnya kecambah kacang
merah dan kacang kapri.
b. Epigeal, epikotil, hipokotil dan kotiledonnya muncul di atas permukaan
tanah. Contohnya kecambah kacang hijau dan kacang tanah
Gambar 1 Perkecambahan kacang hijau dan kacang tanah
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat
membuat makanan sendiri. Jadi Embrio mengambil makanan dari endosperma atau
putih lembaga. Tumbuhan polong-polongan, contohnya kacang tanah tidak memiliki
endosperm sehingga embrio mengambil makanannya dari kotiledon. Proses
perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu dan cahaya. Oksigen dipakai dalam
proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi. Perkecambahan tidak dapat
berlangsung pada suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat merusak enzim.
Sehingga perkecambahan membutuhkan hormon auksin yang mudah rusak bila
terkena intensitas cahaya yang tinggi. Oleh karena itu, kecambah tumbuh lebih
panjang di tempat gelap daripada di tempat terang.
b. Pertumbuhan Primer
Pada pertumbuhan primer ujung batang dan ujung akar terdapat sel-sel
memanjang. Untuk mengukur pertumbuhan primer batang dapa diukur secara
kuantitatif, misalnya dengan alat yang dinamakan auksanometer.
Daerah pertumbuhan pada ujung batang dan ujung akar menurut aktivitasnya
dapat dibedakan menjadi tiga daerah:
c. Daerah pembelahan sel, terdapat di bagian ujung. Selnya aktif untuk
membelah, dan bersifat meristemastis.
d. Daerah perpanjangan sel, terletak di belakang daerah pembelahan. Selnya
aktif untuk membesar dan memanjang.
e. Daerah diferensiasi. Selnya berdiferensiasi menjadi sel dengan struktur dan
fungsi yang khusus.
Gambar 2 Pertumbuhan primer
c. Pertumbuhan Skunder
Pertumbuhan sekunder terjadi akibat aktivitas cambium, dimana Sel
kambium membelah ke arah luar membentuk floem dan membelah ke dalam
membentuk xilem. Pertambahan jumlah sel floem dan xilem menyebabkan
diameter batang bertambah besar. Aktivitas kambium yang membentuk xilem dan
floem ini merupakan pertumbuhan sekunder. Aktivitas pembentukan floem dan
a. Pada musim kemarau lapisan yang terbentuk lebih tipis dari pada pada saat
musim penghujan. Perbedaan pertumbuhan ini membuat formasi lingkaran
yang disebut sebagai lingkaran tahun.
Gambar3Pertumbuhan Skunder pada tumbuhan
d. Hormon tumbuhan
Hormon tumbuhan berperan untuk pertumbuhan, pembelahan sel,
pemanjangan sel dan ada yang menghambat pertumbuhan. Contohnya hormon
auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, etilen, asam traumatin dan kalin
1. Auksin
Fungsi auksin adalah: hormon yang mengatur pembesaran sel pada
tumbuhan, memacu perpanjangan sel didaerah meristem ujung dan
merangsang pembelahan sel-sel
cambium .
Gambar 4 Hormon auksin
2. Giberelin
Giberelin ditemukan pada semua bagian tanaman misalnya pucuk batang,
ujung akar, bunga, buah dan terutama pada biji.
3. Sitokinin
Sitokinin merupakan hormon yang terdapat pada organ muda (biji, buah
dan daun serta pada ujung akar tumbuhan)
Asam absisat memiliki kemampuan untuk mendorong absisi pada
tumbuhan
5. Gas Etilen
Gas etilen berperan dalam mempercepat pematangan buah.
6. Asam Traumatin
Asam traumatin (hormone luka) berperan dalam meransang pembelahan
sel-sel dibagian tumbuhan yang luka supaya tertuptup.
7. Kalin
Hormon kalin dibedakan atasrizokalin untuk meransang pembentukan akar,
kaulokalin yang berperan meransang pertumbuhan batang, dilokalin yang
meransang pembentukan daun dan antokalin atau florigen yang meransang
pembentukan bunga.
C. Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Hewan
Ada beberapa tahap perkembangan hewan yaitu :
a. Hewan bersel satu (Protozoa) tidak memiliki proses perkembangan yang
kompleks.
b. Perkembangan hewan bersel banyak dimulai dari jigot, jigot berkembang
menjadi embrio.
Tahapan perkembangan meliputi pembelahan (cleavage) gastrulasi dan
organogenesis.
1. Pembelahan (cleavage)
Jigot merupakan satu sel yang memiliki sel inti dan mengalami
pembelahan mitosis dari satu sel menjadi du, kemudian empat sel,
delapan sel, enam belas sel dan seterusnya. Kemudian pembelahan jigot
berlanjut membentuk morula, selanjutnya dari morula membentuk lastula.
Gambar 5 Jigot pada fase morula
2. Gastrulasi
Blastula berkembang menjadi gastrula, pada tahap gastrula terjadi
pengaturan sel-sel blastula menjadi tiga lapisan yaitu ektoderm, mesoderm
dan endoderm.
Gambar 6 Gastrulasi sel`
3. Organogenesis
Setelah gastrulasi lapisan ektoderm, mesoderm dan endoderm mengalami
diferensiasi menjadi jaringan khusus yang akan berkembang membentuk
berbagai organ.
Berdasarkan lapisan tubuhnya organism dibedakan menjadi :
c. Hewan diplobastik (memiliki dua lapisan ectoderm dan endoderm),
Misalnya Porifera.
d. Hewan triplobastik ( memiliki tiga lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan
endoderm). Misalnya cacing, dan serangga.
4. Metamorfosis
Beberapa hewan invertebrate mengalami metamorfosis yaitu perubahan
bentuk tubuh.
a. Metemorfosis pada serangga dibedakan atas serangga yang bermetamorfosis
sempurna (homometabola), serangga dibedakan atas serangga yang
bermetamorfosis tidak sempurna (hemimetabola) dan serangga yang tidak
bermetamorfosis (ametabola) Misalnya : kutu buku yang hanya dapat
mengalami mulai dari telur menjadi imago.
Tahapan metamorphosis bermula dari telur → larva → pupa
Gambar. 7 Tahap metamorfosis serangga
b. Metamorfos
is pada katak
Metamorfosis pada katak tidak mengalami pergantian kulit akan tetapi
dimulai dari tahapan jigot → kecebong → kecebongyang memiliki ekor
dan sirip → kecebong berkaki → katak masih memiliki ekor → katak
dewasa.
Gambar. 8 Metamorfosis pada katak
5. Metagenesis adalah pergiliran keturunan selama siklus hidup organism.
Misalnya tumbuhan lumut dan paku dimana terjad pergiliran keturunan
antara generasi gametofit dan generasi sporofit. a. Metagenesis pada tumbuhan
Metagenesis tumbuhan lumut diawali dari spora → protonema →
tumbuhan lumut
b. Metagenesis tumbuhan paku
Metamorfosis tumbuhan paku mulai dari protalium → gametofit yang
menghasilkan anteridium dan arkegonium. b. Metagenesis tumbuhan biji
Tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan sporofit. Generasi gametofi
betina berkembang didalam bakal biji yang masih berhubungan dengan
tumbuhan induknya dan gametofit jantan dimulai saat terbentuknya
ya
c. Metagenesis pada hewan
Ada beberapa hewan invertebrate yang mengalami metagenesis
contohnya seperti ubur-ubur. Ubur-ubur merupakan hewan yang hidup
dilaut dan mengalami metagenesis yang dimulai dari fase polip yang
menetap di dasar perairan dan fase medusa yang berenang bebas.
6. Kerangka Konseptual
Untuk menggambarkan alur berpikir dalam penelitian, maka perlu dibuat
kerangka konseptual. Dalam kerangka konseptual ini tercermin langkah-langkah yang
akan dilaksanakan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Kerangka konseptual
peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:
keterangan:
1. Kisi-kisi tes (awal & akhir) 2. Pembobotan tes (awal & akhir) 1. Tes hasil belajar (awal & akhir) 2. Kunci jawaban (awal & akhir)
Tes Awal 1. Validasi rasionalTes Akhir
= Objek Penelitian
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sidua’ori dengan
mengunakan metode penelitian eksperimen dengan paradigma kuantitatif. Sebagai
penelitian kuantitatif, penelitian ini berupaya membuktikan kebenaran teori-teori
tentang model pembelajaran Think Pair Share dan pengaruhnya terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu. Ada beberapa desain penelitian eksperimen
murni, tetapi yang digunakan dalam penelitian ini adalah randomized pretest-postest
eksperimen-control group design seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 3
DESAIN PENELITIAN
Kelompok Pretest (tes awal) Perlakuan Posttest (tes akhir)
Kelompok 1 T1 X T2
Kelompok 2 T3 - T4
Sumber : Arikunto (2002:79)
Keterangan :
T1 : Tes awal pada kelas eksperimen
T3 : Tes awal pada kelas control
x : Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share
- : Model pembelajaran yang diperlakukan di kelas kontrol adalah
pembelajaran konvensional
T2 : Tes akhir kelompok eksperimen