• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

   

PRODUKSI BENIH DARI INDUK LOBSTER AIR TAWAR

Cherax quadricarinatus DENGAN BOBOT YANG BERBEDA

RIFAL RINALDO TAMPUBOLON

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

 

ABSTRAK

RIFAL RINALDO TAMPUBOLON. Produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda. Dibimbing oleh MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR dan IRZAL EFFENDI.

Pengembangan budidaya lobster air tawar memerlukan benih yang berkualitas tinggi. Kriteria induk yang mampu menghasilkan benih sangat diperlukan dalam pemilihan induk. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda. Enam kelas bobot induk betina berumur rata-rata kurang dari dua tahun, yaitu bobot 100-110, 70-80, 60-70, 50-60, 40-50, 30-40 g, dikawinkan di dalam bak beton dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 5. Setelah memijah induk dipindahkan ke dalam akuarium inkubasi telur sampai menghasilkan juvenil dan jumlah juvenilnya berturut-turut adalah 838, 682, 616, 511, 386 dan 335 ekor. Semakin besar bobot induk, semakin banyak juvenil yang dihasilkan. Selanjutnya juvenil dari setiap kelas induk dipelihara selama satu bulan. Selama pemeliharaan juvenil diberi pakan pelet komersial, cacing sutera dan bubur wortel sekenyangnya (at satiation ). Pertumbuhan benih dikelompokkan ke dalam tiga grade dan dihitung presentasenya. Induk dengan bobot 110-100 g menghasilkan pertumbuhan benih tercepat dengan grade A 24,1%, grade B 35,1% dan grade C 40,8%. Sementara itu, induk dengan bobot 30-40 g menghasilkan pertumbuhan benih terendah dengan grade A 15,4%, grade B 37,8% dan grade C 46,8%. Hal ini menunjukkan bahwa induk dengan bobot 100-110 g memiliki kemampuan produksi benih terbaik.

Kata kunci : Lobster air tawar, Cherax quadricarinatus, bobot induk, kualitas benih

(3)

   

ABSTRACT

RIFAL RINALDO TAMPUBOLON. Seed product from female cryfish broodstock Cherax quadricarinatus with different body weight. Supervised by MUHAMMAD ZAIRIN JUNIOR and IRZAL EFFENDI.

Development of crayfish culture needs high quality of seeds. A criterion for female broodstock which has ability to produce fast growing seeds is needed for broodstock selection. The purpose of this experiment was to study the seed product from female cryfish broodstock Cherax quadricarinatus with different body weight. Six classes of averagely two years old females of 100-110, 70-80, 60-70, 50-60, 40-50 and 30-40 g body weight were mated in concrete pond with male to female ratio of 1 : 5. Thereafter, female broodstock was kept in incubation aquarium until producing juvenile. Produced juvenile for each class were 838, 682, 616, 511, 386 and 335 individuals, respectively. More juvenile were produced by higher female body weight. Juvenile were fed with pellet, silkworm and carrot puree at satiation for one month. Seed growth could be divided into three grades, those were A, B and C. Female of 110-100 g body weight produced the fastest growing seed, consisted of 24,1% grade A, 35,1% grade B and 40,8% grade C. In the opposite, female of 30-40 g body weight produced the slowest growing seed, consisted of 15,4% grade A, 37,8% grade B and 46,8% grade C. It might be concluded that female of 100-110 g body weight gave the best seed quality in term of growth.

(4)

 

RIFAL RIINALDO TTAMPUBOOLON

SKRIPPSI

Sebagai salah satu syarat untuuk memperroleh gelarr Sarjana PPerikanan ppada Prrogram Stuudi Teknoloogi dan Maanajemen PPerikanan BBudidaya

Departeemen Budiddaya Perairan F

Fakultas Peerikanan daan Ilmu Keelautan Institut Pertannian Bogor

(5)

   

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PRODUKSI BENIH DARI INDUK LOBSTER AIR TAWAR

Cherax quadricarinatus DENGAN BOBOT YANG BERBEDA

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juni 2011

(6)

 

Judul Skripsi : Produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda

Nama Mahasiswa : Rifal Rinaldo Tampubolon

Nomor Pokok : C14060467

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. M. Zairin Jr., M.Sc Ir. Irzal Effendi M.Si NIP. 19590218 198601 1 001 NIP. 19640330 198903 1 003

Diketahui

Ketua Departemen Budidaya Perairan

Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc NIP.19591222 198601 1001

(7)

   

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

penyertaanNya sehingga Karya Ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Mei hingga Agustus 2010 ini

adalah mengenai pengembangbiakan ikan dengan judul ” Produksi benih dari

induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan bobot yang berbeda”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Muhammad Zairin Jr.,

M.Sc, dan Ir. Irzal Effendi M.Si selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi. Penulis juga

mengucapkan terimakasih kepada Mr. Johannes, pemilik Johannes Tropical Fish

Farm, tempat penelitian ini dilakukan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan

kepada Orangtua, Saudara dan Rekan-rekan penulis atas segala doa dan bantuan

yang telah diberikan.

Akhir kata, penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

semua pembaca.

Bogor, Juni 2011

(8)

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Pasir Mandoge, Asahan Sumatera Utara pada

25 Januari 1989 dari pasangan Ayah Nelson Tampubolon dan Ibu Polide

Sihombing. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah Sekolah Menengah Atas

Negeri 1 Pematangsiantar dan lulus pada 2006. Pada tahun yang sama, penulis

lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian

Bogor (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi dan

Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama perkuliahan, penulis pernah melakukan Praktek Lapangan

pendederan ikan kerapu di Sea Farming kepulauan seribu, pembenihan lobster air

tawar di Johannes Tropical Fish Farm dan pembenihan udang vaname di

PT. Triwindu Graha Manunggal. Penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen pada

mata kuliah Dasar-dasar Genetika Ikan Semester Genap 2009/2010. Selain itu

penulis aktif menjadi Pengurus HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur)

Bidang Kewirausahaan 2008/2009, Wakil Ketua Persekutuan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan 2008/2009, Ketua Bidang PKK GMKI Cabang Bogor

2010/2011. Selain itu juga penulis pernah mendapat bimbingan dan bantuan dana

program ”Go Enterpreneur 2010” kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan

PERUM Pegadaian.

Tugas akhir di perguruan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi yang

(9)

   

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

II. BAHAN DAN METODE ... 3

2.1 Metode Penelitian ... 3

2.1.1 Pengambilan sampel induk lobster air tawar ... 3

2.1.2 Perkawinan, pemijahan induk dan inkubasi telur ... 3

2.1.3 Persiapan wadah pemeliharaan ... 3

2.1.4 Pengelolaan budidaya ... 4

2.2 Pengamatan ... 4

2.2.1 Bobot dan lingkar badan induk ... 4

2.2.2 Produksi benih ... 5

2.2.2.1 Produksi juvenil ... 5

2.2.2.2 Grade benih ... 5

2.2.3 Kelangsungan hidup ... 6

2.2.4 Kualitas air ... 6

2.3 Analisis Data ... 7

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

3.1 Hasil ... 8

3.1.2 Hubungan bobot dan lingkar badan induk dengan produksi juvenil 8

3.1.2 Grade benih... 9

3.1.3 Derajat kelangsungan hidup benih ... 10

3.1.4 Penggunaan pakan... 10

3.1.3 Kualitas air pemeliharaan... 11

3.2 Pembahasan ... 14

IV. KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

4.1 Kesimpulan ... 18

4.2 Saran... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 19

(10)

 

ii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kandungan nutrisi pakan (pelet komersial, cacing sutera, dan wortel) yang diberikan untuk pemeliharaan juvenil Cherax quadricarinatus yang dipelihara dalam bak beton ... 4

2. Metode pengukuran fisika kimia media pemeliharaan juvenil lobster air tawar Cherax quadricarinatus yang dipelihara dalam bak beton ... 6

3. Pakan yang dikonsumsi benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus

(11)

   

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pengukuran lingkar badan induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus .. 5

2. Pengukuran panjang baku benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus

yang dipelihara dalam bak beton ... 6

3. Hubungan antara bobot induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus

dengan produksi juvenil ... 8

4. Pengaruh bobot terhadap lingkar badan induk lobster air tawar

Cherax quadricarinatus ... 9

5. Grade benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus dari setiap induk setelah pemeliharaan selama satu bulan dalam bak beton ... 9

6. Derajat kelangsungan hidup benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk setelah pemeliharaan selama satu bulan dalam bak beton ... 10

7. Suhu air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ... 11

8. Kadar oksigen terlarut media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus

dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ... 11

9. Kadar pH air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ... 12

10. Kadar alkalinitas air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus

dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ... 12

11. Kadar kesadahan air media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus

dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton ... 13

(12)

 

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Data panjang dan lingkar badan induk dan produksi juvenil lobster air tawar Cherax quadricarinatus ... 22

2. Analisis polinominal hubungan antara bobot induk dengan produksi juvenil Cherax quadricarinatus ... 23

3. Analisis pengaruh bobot terhadap lingkar badan induk lobster air tawar

Cherax quadricarinatus ... 24

4. Analisis performa pertumbuhan (grade) benih induk lobster air tawar

Cherax quadricarinatus (%) dari tiap kelas bobot induk yang dipelihara selama satu bulan dalam bak beton ... 25

5. Jumlah pakan dan biomassa benih Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton ... 27

6. Analisis derajat kelangsungan hidup benih lobster air tawar

Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton .. 28

(13)

I. PENDAHULUAN

Lobster air tawar Cherax quadricarinatus merupakan salah satu jenis udang

yang banyak digemari karena rasanya yang enak dan tergolong mewah. Pada 2005

permintaan lobster dunia telah mencapai lebih dari 180.000 ton, sementara

produksinya masih di bawah 180.000 ton (Sackton, 2009). Permintaan lobster ini

berasal dari daerah Amerika, Eropa dan sebagian Asia. Produksi lobster air tawar

dunia kebanyakan masih bergantung pada tangkapan alam (Anonim, 2010).

Lobster air tawar merupakan salah satu jenis lobster yang telah

dibudidayakan. Sejak pertama diperkenalkan permintaan akan lobster ini cukup

besar. Untuk daerah Jakarta saja membutuhkan pasokan tidak kurang dari 3 ton

per bulannya dan belum terpenuhi (Trobos, 2006), hal ini karena rasa lobster air

tawar tidak jauh berbeda dengan loster air laut yang lebih umum dikenal. Selain

rasanya yang lezat, lobster air tawar juga memiliki kandungan lemak sangat

rendah, yaitu kurang dari 2%, mengandung selenium yang merupakan antioksidan

untuk menghindari penyakit jantung koroner, sumber yodium, seng, asam lemak

omega 3, magnesium, kalsium dan fosfor (Lukito dan Prayoga, 2007). Harga

lobster air tawar sangat menjanjikan, dikalangan petani mencapai Rp. 80.000/Kg

dengan ukuran 10-15 ekor per kilogramnya.

Lobster air tawar sangat berpeluang dikembangkan secara besar-besaran.

Selain karena permintaan yang besar, juga menjadi salah satu upaya diversifikasi

komoditas budidaya di masyarakat. Dalam pengembangan budidaya lobster, benih

merupakan hal yang sangat penting karena merupakan input produksi. Kualitas

dan kuantitas benih sangat erat kaitannya dengan kualitas induk yang digunakan

(Sukmajaya, 2003). Pemilihan kualitas induk yang baik akan menghasilkan benih

yang berkualitas baik pula.

Di lapangan, usaha pembenihan lobster dihadapkan pada pertumbuhan

benih yang beragam, mulai dari pertumbuhan yang lambat, sedang dan cepat.

Keberagaman pertumbuhan ini menjadi kendala dalam pemenuhan target

produksi, karena benih yang lambat pertumbuhannya akan membutuhkan waktu

pemeliharaan yang lebih lama. Untuk mengatasi hal tersebut, informasi

kemampuan induk memproduksi benih baik dari segi kualitas maupun

(14)

kuantitasnya sangat penting untuk diketahui. Sehingga dapat melakukan

penyesuaian dengan target produksi.

Salah satu pembenih lobster air tawar di daerah Parung Bogor memproduksi

benih berukuran 1 - 2 inci untuk memenuhi kebutuhan pembesaran. Sebagai

upaya pemenuhan target pruduksinya, usaha ini menggunakan induk dengan

berbagai bobot yang kemudian menghasilkan benih yang beragam. Keberagaman

ini sering sekali menyebabkan siklus produksi terganggu. Lobster dengan

pertumbuhan lambat membutuhkan waktu dan tempat pemeliharaan yang lebih

banyak, sehingga panen tidak dapat dilakukan secara serentak. Informasi produksi

benih dari induk yang digunakan sangat dibutuhkan oleh usaha ini untuk

melakukan manajemen produksi dan sebagai evaluasi terhadap kualitas induk

yang digunakan.

Pemilihan induk dalam usaha pembenihan lobster, sebaiknya dilakukan

dengan melihat benih yang dihasilkan induk baik dari segi kualitas yang

mencakup pertumbuhan maupun dari segi kuantitasnya. Namun untuk tujuan

kepraktisan, selama ini dikalangan petani pemilihan induk sering sekali dilakukan

berdasarkan panjang maupun bobot induk. Rouse dan Masser (1997)

mengemukakan terdapat hubungan antara produktivitas induk dengan bobot

tubuhnya, semakin besar bobot induk maka semakin besar pula produksi telurnya.

Semakin besarnya bobot induk diduga akan semakin besar pula luasan abdomen

sebagai tempat menempelnya telur, hal ini akan berpengaruh terhadap produksi

telur. Selain itu juga, induk yang lebih besar memungkinkan menghasilkan benih

dengan pertumbuhan yang lebih baik karena proses penurunan sifat dan penjagaan

induk yang lebih baik (bersifat perental care). Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengkaji produksi benih dari induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus

dengan bobot yang berbeda.

(15)

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Metode Penelitian

2.1.1 Pengambilan sampel induk lobster air tawar

Induk yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari enam kelompok

bobot, yaitu bobot 30-40, 40-50, 50-60, 60-70, 70-80 dan 100-110 g. Hal ini

mengacu pada induk yang digunakan di lapangan (salah satu pembenih lobster).

Dari setiap kelas bobot diambil tiga sampel induk, selanjutnya dilihat kemampuan

induk dalam menghasilkan benih baik dari segi jumlah maupun pertumbuhannya.

2.1.2 Perkawinan, pemijahan induk dan inkubasi telur

Perkawinan induk dilakukan dalam bak beton berukuran 2x2x1 m yang

dilengkapi dengan potongan paralon sebagai naungan induk dan aerasi. Setiap

wadah diisi 30 ekor induk lobster. Perkawinan induk dilakukan secara massal

dengan perbandingan jantan betina 1 : 5. Lobster jantan yang digunakan

berukuran rata-rata 150 g yang berasal dari Australia. Setelah induk memijah,

induk betina yang telah matang telur dipindahkan ke dalam akuarium inkubasi

berukuran 30x60x35 cm yang dilengkapi potongan paralon sebagai naungan.

Setiap akuarium inkubasi diisi satu ekor induk lobster. Selama inkubasi telur,

kualitas air dijaga dengan melakukan penyifonan setiap hari. Inkubasi telur hingga

menjadi juvenil dilakukan selama 30 hari.

2.1.3 Persiapan wadah pemeliharaan

Wadah pemeliharaan yang digunakan ialah bak beton yang berada dalam

ruangan beratap dengan ukuran 2x1x0,5 m, setiap wadah memiliki sistem aerasi,

saluran inlet dan outlet. Sebelum digunakan bak beton disikat terlebih dahulu

hingga bersih, kemudian dilengkapi dengan naungan berupa pipa paralon dan

paranet yang berfungsi sebagai tempat persembunyian lobster. Luasan paranet

yang digunakan adalah 60% dari luas kolam beton. Air yang digunakan untuk

pemeliharaan bersumber dari sumur tanah dengan kualitas, suhu 28,20C, DO 4,9,

pH 7,5, alkalinitas 48 mg/l, kesadahaan 177,297 mg/l, NH3 0,0011 dan NH4

0,0443. Sebelum digunakan air diaerasi terlebih dahulu selama satu hari.

(16)

2.1.4 Pengelolaan budidaya

Juvenil lobster air tawar yang dihasilkan dari setiap induk dimasukkan

ke dalam delapan belas bak pemeliharaan dengan diaklimatisasi terlebih dahulu.

Selama pemeliharaan, dilakukan penyifonan dan penggantian air sebanyak 3% per

hari dari volume air pemeliharaan. Pemberian pakan juvenil dilakukan tiga kali

sehari yaitu pukul 07.00 dan 16.00 WIB diberi pakan pelet komersial, dan pukul

10.00 WIB diberi pakan campuran bubur wortel dan cacing sutera. Pakan

diberikan secara at satiation (sekenyangnya). Komposisi pakan yang digunakan

selama pemeliharaan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan (pelet komersial, cacing sutera, wortel) yang diberikan untuk pemeliharaan juvenil Cherax quadricarinatus dalam bak beton

Jenis Nutrien Kandungan (%)

Peleta Cacing Suterab Wortel (100 g)c

Protein 40 65 1,03

Lemak 5 15 -

Serat 3 - 2-3

Kadar air 8 - -

Karbohidrat 16 14 10,14

Abu - 6,7 -

Mineral sodium - - 50-55 mg

Vitamin A - - 2813 ug

Keterangan : aLabel data pakan Feng-li, bAjiningsih (1992), cUSDA nutrient database (2009)

2.2 Pengamatan

2.2.1 Bobot dan lingkar badan induk

Bobot induk lobster air tawar ditimbang dengan menggunakan timbangan

digital. Dari enam kelas induk yang telah ditentukan diambil masing-masing tiga

sampel induk, kemudian ditimbang dan dicatat massanya. Setiap induk diukur

lingkar badanya dan ditentukan hubungannya dengan bobot induk. Lingkar badan

berkaitan dengan luasan penampang bagian bawah abdomen sebagai tempat

menempelnya telur dan juvenil lobster, diduga semakin besar lingkar badan maka

akan semakin tinggi pula kemampuan induk dalam memproduksi juvenil.

Pengukuran lingkar badan induk dilakukan dengan menggunakan rol meter.

Lingkar badan induk diukur tepat di pertengahan abdomen (pada ruas badan

ketiga). Pengambilan data bobot dan lingkar badan induk dilakukan untuk melihat

(17)

pengaruh bobot induk dengan produksi juvenil. Dari data tersebut akan dibuat

grafik hubungan antara bobot induk dengan lingkar badan dan produksi juvenil.

Lingkar badan

Gambar 1. Pengukuran lingkar badan induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus.

2.2.2 Produksi benih

Produksi benih oleh induk dilihat dari sisi kuantitas dan kualitasnya.

Kuantitas benih yang dihasilkan induk dilihat dari jumlah juvenil yang dihasilkan

dari setiap bobot induk setelah inkubasi telur. Untuk kualitas benih yang

dihasilkan dilihat dari pertumbuhan benih yang dihasilkan setiap induk setelah

pemeliharaan selama satu bulan yang dicerminkan dengan grade benih.

2.2.2.1 Produksi juvenil

Juvenil yang dihasilkan oleh setiap kelas bobot induk dihitung jumlahnya

dan dicatat. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan sendok (centong).

Juvenil yang dihasilkan dari setiap induk dihitung satu-persatu. Produksi juvenil

dilihat berdasarkan jumlah juvenil yang dihasilkan dari masing-masing induk.

2.1.2.2 Grade benih

Pemanenan dan grading benih dilakukan setelah juvenil dipelihara selama

satu bulan. Grade benih ditentukan berdasarkan panjang baku benih yang

dihasilkan setelah pemeliharaan satu bulan. Grade A ditetapkan dengan standar

ukuran > 2,6 cm, grade B 2,1-2,6 cm, dan grade C ≤ 2,0 cm. Standar ukuran ini

berdasarkan pengalaman budidaya di lapangan. Pengukuran panjang baku benih

(18)

6

uvenil lobstter air

(19)

2.3 Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik serta dianalisis

secara statistik menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SAS, untuk

melihat pengaruh beberapa bobot induk yang berbeda terhadap produksi dan

grade benih yang dihasilkan, serta tingkat kelangsungan hidup benih dan untuk uji

lanjut dari setiap parameter tersebut digunakan Uji Tukey. Untuk parameter

kualitas air dianalisis secara deskriptif. Rancangan percobaan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL), dengan enam

perlakuan dan tiga ulangan.

(20)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Hubungan bobot induk dan lingkar badan dengan produksi juvenil

Berdasarkan hasil perhitungan, tiap kelas bobot induk lobster air tawar

menghasilkan jumlah juvenil yang berbeda. Induk pada kelas bobot 100-110 g

menghasilkan juvenil tertinggi dengan rata-rata 883 ekor dan terendah pada kelas

bobot 30-40 g dengan rata-rata produksi juvenil 335 ekor (Lampiran 1). Gambar 3

menunjukkan bahwa bobot induk (x) yang semakin besar akan semakin besar pula

jumlah juvenil yang diproduksi induk (y). Namun, hasil penelitian ini belum

mencapai puncak produksi juvenil yang dapat dihasilkan dengan peningkatan

bobot induk. Persamaan yang terbentuk dari hubungan antara bobot induk dengan

produksi juvenil berupa kurva linear : y = 7,253x + 102,7 (P<0,05). Berdasarkan

persamaan linear tersebut peningkatan bobot induk tiap 10 g, akan meningkatkan

produksi juvenil sebanyak 72 ekor.

y = 7,253x + 102,7

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

0 50 100 150

Juml

ah juveni

l

(ekor)

Bobot induk (g)

Gambar 3. Hubungan antara bobot induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus dengan produksi juvenil.

Demikian juga dengan lingkar badan induk, semakin besar bobot induk

lobster air tawar semakin besar pula lingkar badan induk. Berdasarkan uji statistik

bobot induk mempengaruhi lingkar badan induk (P<0,05), lingkar badan induk

terkecil terdapat pada kelas bobot induk 30-40 g yaitu 5,03 cm dan yang terbesar

pada kelas 100-110 g yaitu 11,17 cm (Gambar 4).

(21)
(22)

3.1.3 Derajat kelangsungan hidup benih

Setelah pemeliharaan selama satu bulan diperoleh derajat kelangsungan

hidup benih dari tiap kelas bobot induk berkisar antara 79,95%-81,89%

(Gambar 6). Tidak terdapat perbedaan yang nyata kelangsungan hidup benih antar

kelas bobot induk (P>0,05).

Gambar 6. Derajat kelangsungan hidup benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk setelah pemeliharaan selama satu bulan dalam bak beton.

80,42 81,23 79,95 80,07 81,89 81,20

0

3.1.4 Penggunaan Pakan

Selama pemeliharaan satu bulan, jumlah pakan yang dihabiskan benih dari

tiap kelas induk berbeda-beda. Benih dengan Grade A menghabiskan pakan lebih

banyak. Semakin banyak jumlah benih dari tiap induk maka semakin banyak pula

pakan yang dibutuhkan. Benih dari kelas bobot induk 100-110 g menghabiskan

pakan tertinggi dan terendah pada benih yang dihasilkan dari kelas bobot induk

30-40 g, seperti disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Pakan yang dikonsumsi benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus

dari berbagai kelas bobot induk selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton

Bobot induk (g) Jumlah pakan (g)

pelet cacing wortel Total

100-110 363,87 200,47 193,37 757,70

70-80 300,20 170,43 168,50 639,13

60-70 284,00 154,07 137,00 575,07

50-60 233,90 132,23 150,53 516,67

40-50 167,07 97,17 97,13 361,37

30-40 151,87 90,27 96,07 338,20

(23)

11 

3.1.5 Kualitas air pemeliharaan

Pengukuran kualitas air dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Kualitas air

selama pemeliharaan juvenil yang dihasilkan dari setiap kelas induk berfluktuasi,

namun masih berada pada batasan yang dapat ditoleransi benih. Suhu air selama

pemeliharaan benih lobster air tawar berada pada kisaran 25,8-28,30C.

Pengukuran suhu dilakukan pada pagi hari. Gambar 7 menunjukkan grafik suhu

pemeliharaan benih dari masing-masing kelompok induk, dari grafik terlihat suhu

cenderung menurun. Penurunan ini dipengaruhi oleh cuaca yang sering hujan pada

saat pemeliharaan.

Gambar 7. Suhu air media pemeliharaan benih Cheraxquadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton.

Kadar oksigen (DO) pemeliharaan benih dari setiap induk berada pada

kisaran 4,6-6,7 ppm. Selama pemeliharaan kadar oksigen berfluktuasi. Gambar 8

menunjukkan kadar oksigen dari setiap pemeliharaan benih yang cenderung

meningkat pada awal pemeliharaan dan menurun diakhir pemeliharaan.

(24)

Selama pemeliharaan pH media pemeliharaan berkisar antara 6,7-7,6.

Gambar 9 menunjukkan pH air pemeliharaan benih dari setiap induk. Fluktuasi

pH air terjadi selama pemeliharaan dan cendrung terjadi penurunan diakhir

pemeliharaan.

Gambar 9. Kadar pH media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton.

5.5

Kadar alkalinitas media selama pemeliharaan benih lobster air tawar dari

setiap kelas induk berada pada kisaran 32-52 mg/l CaCO3. Terjadi fluktuasi kadar

alkalinitas air selama pemeliharaan seperti yang terlihat pada Gambar 10. Pada

awal pemeliharaan alkalinitas media pemeliharaan cendrung meningkat kemudian

menurun dan meningkat kembali pada akhir pemeliharaan.

Gambar 10. Kadar alkalinitas media pemeliharaan benih Cheraxquadricarinatus

dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton.

0

Kadar kesadahan media pemeliharaan benih lobster air tawar dari setiap

kelas induk berada pada kisaran 118,198-177,297 mg/l CaCO3. Gambar 11

(25)

13 

menunjukkan fluktuasi kadar kesadahan dari tiap media pemeliharaan benih. Pada

awal pemeliharaan benih kecendrungan kadar kesadahan air menurun kemudian

meningkat pada hari ke-20 dan menurun di akhir pemeliharaan.

Gambar 11. Kadar kesadahan media pemeliharaan benih Cheraxquadricarinatus

dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton.

0

Kadar amonia media pemeliharaan benih lobster air tawar selama satu bulan

berkisar antara 0.0016-0.0097 mg/l. Gambar 12 menunjukkan kadar amonia

pemeliharaan benih dari setiap kelas induk. Kecendrungan kadar amonia selama

pemeliharaan mulai dari awal hingga akhir pemeliharaan semakin meningkat.

Peningkatan ini dipengaruhi oleh semakin bertambahnya biomassa benih lobster

semakin tinggi pula buangan metabolit benih lobster.

Gambar 12. Kadar amonia media pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus

dari tiap kelas bobot induk selama satu bulan dalam bak beton.

(26)

3.2 Pembahasan

Setiap kelompok induk lobster air tawar yang digunakan dalam penelitian

ini menghasilkan jumlah juvenil yang berbeda mulai dari 335 sampai dengan 833

ekor (Lampiran 1). Terdapat hubungan antara bobot induk dengan produksi

juvenil yang membentuk persamaan linear y = 7,253x + 102,7 (P<0,05), semakin

besar besar bobot induk maka semakin banyak pula juvenil yang dihasilkan

(Lampiran 2). Rouse dan Masser (1997) mengemukakan bahwa, terdapat

hubungan antara bobot induk dengan produksi telur C. quadricarinatus. Rata-rata

per gram bobot induk dapat menghasilkan 10 butir telur. Hal tersebut mendekati

dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini. Induk lobster berturut-turut,

dengan bobot 30-40 g menghasilkan juvenil 335 ekor; bobot 40-50 g

menghasilkan juvenil 386 ekor; bobot 50-60 g menghasilkan juvenil 511 ekor;

bobot 60-70 g menghasilkan juvenil 616 ekor; bobot 70-80 g menghasilkan

juvenil 682 ekor; dan bobot 100-110 g menghasilkan juvenil 838 ekor.

Berdasarkan persamaan linear yang terbentuk kenaikan bobot induk tiap 10 g akan

diikuti oleh peningkatan produksi juvenil sebesar 72 ekor.

Hubungan antara bobot induk dengan produksi juvenil, diduga berkaitan

erat dengan luasan penampang abdomen. Dengan semakin besarnya bobot induk

maka luasan penampang abdomen semakin besar pula, hal ini dapat dilihat dengan

semakin besarnya lingkar badan induk. Berdasarkan uji statistik terdapat

perbedaan yang nyata (P<0,05) lingkar badan induk lobster dari setiap kelas

bobot, dengan kecenderungan semakin besar bobot induk maka semakin besar

pula lingkar badan (Lampiran 3). Luasan abdomen berpengaruh terhadap daya

tampung telur dan juvenil, karena mulai dari stadia telur hingga juvenil lobster

masih menempel pada peleopod di abdomen induk (Widha, 2003). Untuk itu

sebaiknya pada proses pemilihan induk sangat penting memperhatikan bobot

induk.

Pemeliharaan juvenil dari masing-masing kelompok induk menghasilkan

pertumbuhan benih dengan tiga ukuran grade A, B, dan C. Hasil penelitian

menunjukkan induk dengan bobot lebih besar menghasilkan persentase benih

grade A lebih tinggi dibandingkan dengan bobot induk yang lebih kecil (Tabel 3).

Berdasarkan hasil uji statistika terdapat perbedaan yang nyata terhadap grade A

(27)

15 

benih yang dihasilkan dari masing-masing kelompok induk (P<0,05)

(Lampiran 4), sedangkan untuk untuk grade B dan C yang dihasilkan setiap induk

tidak terdapat perbedaan yang nyata. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa

induk dengan bobot yang lebih besar memproduksi benih dengan pertumbuhan

yang cepat lebih banyak.

Menurut Effendie (1997), pertumbuhan dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor

internal yang meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis dan faktor eksternal

yang berkaitan dengan lingkungan pemeliharaan. Fetzner et al. (1997)

menyatakan genetik benih Cherax sangat dipengaruhi oleh tetuanya. Perbedaan

yang nyata terhadap benih grade A yang dihasilkan diduga terkait penurunan sifat

pertumbuhan induk pada keturunannya. Induk dengan bobot yang lebih besar

mewariskan gen pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan induk dengan

bobot yang lebih kecil. Hainan et al. (1995) mengemukakan bahwa pertumbuhan

C. quadricarinatus selain dipengaruhi lingkungan juga dipengaruhi faktor genetik

yang diwariskan induk.

Pertumbuhan lobster terjadi dengan adanya molting (Iskandar, 2003).

Quackenbush (1986) dalam Aziz (2008) menyatakan bahwa proses molting

dipengaruhi oleh faktor internal yang terkait dengan produksi hormon ekdisteroid

dan Molt Inhibiting Hormon (MIH). Faktor genetik tersebut berimplikasi pada

peroses molting (Jerry et al., 2005). Diduga pada benih yang dihasilkan induk

dengan bobot lebih besar frekuensi rata-rata molting lebih tinggi dibandingkan

dengan benih yang dihasilkan dari indukan dengan bobot lebih kecil, frekuensi

molting yang lebih tinggi mengindikasikan pertumbuhan lobster lebih cepat

(Kaligis, 2005).

Pakan yang diberikan pada benih lobster terdiri atas tiga jenis, pelet, cacing

sutera dan wortel. Pencampuran pakan ini didasarkan atas sifat lobster di alam,

yaitu termasuk dalam hewan opertunis yang memakan sisa tumbuhan dan mikroba

di dasar perairan (Jones, 1998). Selama pemeliharaan, pakan yang diberikan dapat

memenuhi kebutuhan energi maupun pertumbuhan benih lobster, terlihat dari

pertambahan biomassa benih pada akhir pemeliharaan (Lampiran 5). Pemberian

pakan dilakukan secara at satiation, sehingga pakan yang diberikan tidak dibatasi

oleh jumlah pakan tetapi oleh kemampuan benih dalam mengkonsumsi pakan.

(28)

Dengan cara pemberian pakan tersebut diharapkan jumlah pakan tidak menjadi

pembatas pertumbuhan benih, sehingga pertumbuhan optimal selama

pemeliharaan benih dapat didekati.

Tingkat kelangsungan hidup lobster air tawar selama pemeliharaan berada

pada kisaran 79,95%-81,89%, pakan yang diberikan dan kondisi lingkungan dapat

menjaga kelangsungan hidup lobster selama pemeliharaan. Bobot induk tidak

mempengaruhi kelangsungan hidup benih, berdasarkan uji statistik tidak terdapat

perbedaan yang nyata antar kelangsungan hidup benih yang dihasilkan (P>0,05)

(Lampiran 6). Kematian benih terjadi pada awal dan pertengahan pemeliharaan.

Kematian ini sebagian besar terjadi akibat kanibalisme pada saat proses molting.

Kualitas air selama pemeliharaan berada dalam kisaran yang masih bisa

ditoleransi oleh lobster untuk tumbuh dan hidup (Lampiran 7). Kisaran suhu

berada antara 25,5-28,30C. Rouse (1977) menyatakan, Cherax jenis redclaw

mengalami pertumbuhan terbaik pada suhu 24-290C. Kisaran suhu selama

penelitian berada pada kisaran optimum, walaupun kecendrungan suhu menurun

pada akhir pemeliharaan. Fluktuasi suhu selama penelitian dipengaruhi oleh

kondisi cuaca yang sering hujan. Kadar oksigen terlarut (DO) dalam media

pemeliharaan merupakan faktor penting yang harus dijaga selama penelitaian

berlangsung. Boyd (2003) mengemukakan, kisaran nilai optimum oksigen terlarut

bagi pertumbuhan crustacea adalah 5 mg/l. Selama pemeliharaan benih lobster air

tawar kadar oksigen media pemeliharaan berada pada kisaran 4,6-6,7 ppm,

meskipun selama pemeliharaan terdapat kondisi oksigen terlarut di bawah

optimum namun masih normal dan dapat mendukung pertumbuhan dan

kelangsungan hidup benih lobster air tawar. Pergantian air dan pemberian aerasi

selama pemeliharaan dapat menjaga kadar oksigen di dalam air.

Kadar alkalinitas selama pemeliharaan benih lobster air tawar berada pada

kisaran 32-52 mg/l CaCO3. Kadar alkalinitas tersebut berfungsi sebagai

penyangga pH media pemeliharaan, yang berada pada kisaran antara 6,7-7,6.

Selama pemeliharaan pH air cendrung menurun yang dipengaruhi oleh kondisi

cuaca yaitu sering terjadi hujan. Air hujan mempengaruhi pH air sumur sebagai

sumber air pemeliharaan benih lobster air tawar, namun kisaran pH air selama

pemeliharaan masi dapat mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan

(29)

17 

benih. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Iskandar (2003), lobster

air tawar dapat hidup dengan baik pada kisaran pH 6,5-9.

Kesadahan merupakan kandungan mineral-mineral dalam air terutama

kalsium. Kadar kesadahan dalam media pemeliharaan berkaitan dengan proses

molting. Pada saat proses molting, benih lobster air tawar sangat membutuhkan

kalsium untuk mempercepat pembentukan dan pengerasan kulit. Holdich dan

Lowery (1981) mengemukakan, pada saat proses molting lobster menyerap

kalsium dari air untuk mengganti kulitnya. Adegboye (1981) menyarakan, bahwa

kadar kalsium yang rendah pada media pemeliharaan akan menyulitkan lobster

untuk membentuk cangkang. Menurut Rouse dan Masser (1997), untuk mencapai

pertumbuhan yang optimum lobster air tawar membutuhkan kadar kesadahan air

> 100 mg/l CaCO3. Selama pemeliharaan benih lobster air tawar kadar kesadahan

air berada pada kisaran 118,198-177,297 mg/l CaCO3, kondisi ini sangat

mendukung pertumbuhan lobster.

Amonia merupakan parameter kualitas air yang penting untuk

diperhatikan terkait dengan pertumbuhan lobster. Boyd (1990) menyatakan

bahwa keberadaan amonia mempengaruhi pertumbuhan karena mereduksi

masuknya O2 yang disebabkan rusaknya insang sehingga menambah energi untuk

keperluan detoksifikasi, mengganggu proses osmoregulasi dan mengakibatkan

kerusakan fisik pada jaringan. Selama pemeliharaan kadar amonia berada pada

kisaran 0,0016-0,0097 mg/l. Kadar amonia cendrung meningkat hingga akhir

pemeliharaan (Gambar 11). Peningkatan kadar amonia dipengaruhi buangan

metabolit yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya biomassa

benih lobster, namun kadar amonia tersebut masi berada dalam batas toleransi

benih. Rouse dan Masser (1997) menyatakan bahwa lobster air tawar dapat

mentoleransi amonia pada kisaran 0,5 mg/l.

(30)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Bobot induk lobster air tawar berbanding lurus dengan kemampuan

memproduksi juvenil dan pertumbuhan benih. Induk lobster dengan bobot

100-110 g menghasilkan jumlah juvenil tertinggi 833 ekor dan pertumbuhan benih

terbaik. Semakin besar bobot induk lobster air tawar, semakin tinggi kemampuan

memproduksi juvenil dan semakin besar pula persentase pertumbuhan benih yang

lebih cepat yang dihasilkan.

4.2 Saran

Dalam usaha pembenihan lobster air tawar sebaiknya menggunakan induk

dengan bobot yang besar dari 100-110 g.

(31)

19 

DAFTAR PUSTAKA

Adegboye, JD. 1981. Calcium Homeostatis in The Crayfish. In : Goldmann RC (editor). Paper from the 5th International Symposium on Freshwater Crayfish. Davis, California, U.S.A., hlm 115-123.

Ajiningsih, D.W., 1992. Peranan tinggi substrat terhadap kualitas Tubifex pada ketinggian air 2 cm. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anonim, 2010. A review of astaciculture: freshwater crayfish farming.

http://alrjournal.org/index. [15 Februari 2011].

Aziz, 2008. Perangsangan molting pascalarva lobster air tawar jenis capit merah

(Cherax quadricarinatus, Von Martens) dengan perlakuan suhu. [Tesis].

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Boyd, C.E., 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University. Alabama.

Boyd, C.E., 2003. Bottom Soil and Water Quality Management in Shrimp Ponds. The Haworth Press, Inc. pp. 11-33

Effendie, M.I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.

Fetzner, W.J., Sheehan, J.R., Seeb, W.L., 1997. Genetic implications of broodstock selection for crayfish aquaculture in the Midwestern United States. Aquaculture 154, 39-55.

Hainan, Gu., Peter, B.M., Michael, F.C., 1995. Juvenile growth performance among stocks and families of red claw crayfish, Cherax quadricarinatus

(von Martens). Aquaculture 134, 29-36.

Holdich, D.M and R.S. Lowery. 1981. Freshwater Crayfish : Biology, Management and Exploitation. Croom Helms, London and Sidney. Timber Press, Portland Oregon.

Iskandar, 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Jerry, D.R., Ian, W.P., Laurie, R.P., Chris, A.D., 2005. Selection for faster growth in the freshwater crayfish Cheraxdestructor. Aquaculture 247, 169-176.

Jones M.C., 1998. Breeding Redclaw Management and Selection of Broodstock. Departement of Primary Industrries, Queensland.

(32)

Kaligis, E.Y., 2005. Pertumbuhan dan sintasan postlarva lobster air tawar (Cherax

quadricarinatus, Van Morten) pada media alkalinitas berbeda. [Tesis].

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lukito, A., dan Prayoga, S., 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rouse, D.B., 1977. Production of Australian Redclaw Crayfish. Auburn University, Alabama. USA. 11p.

Rouse, D.B., dan Masser, M.P., 1997. Australian red claw crayfish. Southern Regional Aquaculture Center, 224.

Sackton, 2009. Global supply and deamand market for lobster.

www.myseafood.com/Global%20supply%20of%20Lobster [04 Desember 2010].

Steffens, W., 1989. Principles of Fish Nutrition. Ellis Horwood Limited. England.

Sukmajaya, Y., 2003. Lobster Air Tawar Komoditas Perikanan Prosfektif. Agromedia Pustaka, Tangerang.

Trobos, 2006. Bisnis lobster air tawar: Konsumsi atau hias tetap untung.

http://www.trobos.com [04 Desember 2010].

Widha, W., 2003. Beberapa aspek biologi reproduksi lobster air tawar jenis red claw ( Cherax quadricarinatus, V Martens; Crustacea; Parastacidae). [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

USDA nutrient database, 2009. Carrot. http://www.dietobio.com/aliments/carrot. [15 Februari 2011].

(33)

21 

LAMPIRAN

(34)

Lampiran 1. Data bobot dan lingkar badan induk dan produksi juvenil lobster air tawar Cherax quadricarinatus

Bobot induk

(g)

Ulangan Bobot induk (gram)

Lingkar Badan

(cm)

Produksi Juvenil (ekor) 100-110 1 100,5 10,6 840

2 105,6 12,5 749

3 110,4 11,8 925

70-80 1 76,7 9,8 740

2 70,6 8,5 587

3 76,7 9,4 720

60-70 1 65,7 9,1 618

2 60,6 7,6 580

3 65,5 6,8 650

50-60 1 55,3 6,6 530

2 50,7 6,9 491

3 51,6 7,4 512

40-50 1 41,8 6,3 340

2 47,7 5,3 398

3 48,4 6,7 421

30-40 1 35,4 4,3 331

2 32,5 6,1 330

3 37,7 5,4 345

(35)

23 

Lampiran 2. Analisis polinominal hubungan bobot induk dengan produksi juvenil Cherax quadricarinatus

SK DB JK KT F-hit Sig.

Perlakuan 5 535224,500 107044,900 35,51 0,0001

Sisa 12 36170,000 3014,1667 - -

Total 17 571394,522 - - -

Linear 1 73926,000 73926,000 24,53 0,0003

Kuadratik 1 3990,222 3990,222 1,32 0,2723

Kubik 1 3564,300 3564,300 1,18 0,2982

kuartet 1 926,100 926,100 0,31 0,5889

(36)

Lampiran 3. Analisis pengaruh bobot terhadap lingkar badan induk lobster air tawar Cherax quadricarinatus.

a. Analisis ragam lingkar badan dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (Anova)

Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. Perlakuan 67.524 5 13.505 55.627 0,000

Sisa 2.913 12 .243

Total 70.438 17

Keterangan: P<0,05 berarti bobot induk berpengaruh nyata terhadap benih lingkar badan yang dihasilkan

b. Hasil uji lanjut Tukey

Bobot

induk (g) N

Selang kepercayaan = 0,05

1 2 3 4 5

30-40 3 5.0333 - - - -

40-50 3 - 6.7000 - - -

50-60 3 - 7.7333 7.7333 - -

60-70 3 - - 8.6667 8.6667 -

70-80 3 - - - 9.2333 -

100-110 3 - - - - 11.1667

(37)

25 

Lampiran 4. Analisis performa pertumbuhan (grade) benih lobster air tawar

Cherax quadricarinatus (%) dari tiap kelas bobot induk yang

dipeliharaa selam satu bulan dalam bak beton

1. Benih grade A

c. Benih grade A dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (%)

Bobot induk (g)

Benih Grade A (%)

Rataan (%) Ulangan

1 2 3

100-110 22,96 26,40 22,97 24,11 ± 1,98b

70-80 21,45 23,97 21,03 22,15 ± 1,59b

60-70 22,81 24,51 18,25 21,86 ± 3,24b

50-60 19,05 18,66 16,05 17,92 ± 1,63a

40-50 17,99 16,41 15,20 16,53 ± 1,39a

30-40 14,81 16,98 14,29 15,36 ± 1,43a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05); rata-rata ± standar deviasi

a. Analisis ragam benih grade A dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (Anova)

Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. Perlakuan 186,417 5 37,283 9,487 0,001

Sisa 47,60 12 3,930

Total 233,577 17

Keterangan: P<0,05 berarti bobot induk berpengaruh nyata terhadap benih

grade A yang dihasilkan

d. Hasil uji lanjut Tukey

Bobot

induk (g) N

Selang kepercayaan = 0,05

1 2 3 4

30-40 3 15,36 - - -

40-50 3 16,53 16,53 - -

50-60 3 17,92 17,92 17,92 -

60-70 3 - 21,86 21,86 21,86

70-80 3 - - 22,15 22,15

100-110 3 - - 24,11

Sig. 0,625 0,056 0,167 0,730

(38)

2. Benih grade B

a. Benih grade B dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (%)

Bobot

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05); rata-rata ± standar deviasi

b. Analisis ragam benih grade B dari masing-masing kelas bobot induk lobster air tawar (Anova)

Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. Perlakuan 53,360 5 10,672 1,021 0,447

Sisa 125,39 12 10,450

Total 178,758 17

Keterangan: P>0,05 berarti bobot induk tidak berpengaruh nyata terhadap benih

grade B yang dihasilkan

3. Benih grade C

a. Benih grade C dari masing-masing kelas bobot induk lobster air (%)

Bobot

Keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05); rata-rata ± standar deviasi

(39)

27 

Keterangan: P>0,05 berarti bobot induk tidak berpengaruh nyata terhadap benih

grade C yang dihasilkan

Lampiran 5. Jumlah pakan dan biomassa benih lobster air tawar

(40)

Lampiran 6. Analisis drajat kelangsungan hidup benih lobster air tawar

Cherax quadricarinatus selama pemeliharaan satu bulan dalam bak beton

a. Drajat kelangsungan hidup (%)

Bobot induk (g)

Drajat kelangsungan hidup (%)

Rataan (%) Ulangan

1 2 3

100-110 80,36 80,91 80,00 80,42 ± 0,46a

70-80 80,00 82,45 81,25 81,23 ± 1,23a

60-70 79,45 79,48 80,92 79,95 ± 0,84a

50-60 79,25 81,87 79,10 80,07 ± 1,56a

40-50 81,76 82,66 81,24 81,89 ± 0,72a

30-40 81,57 80,30 81,74 81,20 ± 1,10a

keterangan: Angka yang diikuti huruf superscript yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05); rata-rata ± standar deviasi

b. Analisis ragam drajat kelangsungan hidup benih

Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. Perlakuan 8,777 5 1,755 1,757 0,196

Sisa 11,991 12 0,999 - -

Total 20,768 17 - - -

Kesimpulan: P>0,05 berarti bobot induk tidak berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup benih yang dihasilkan

(41)

29 

Lampiran 7. Nilai fisika kimia air pemeliharaan benih lobster air tawar

Cherax quadricarinatus selama satu bulan pemeliharaan dalam

bak beton

a. Kualitas air sumur (kualitas air awal)

Air sumur

b. Kualitas air setelah 10 hari pemeliharaan

Kelas c. Kualitas air setelah 20 hari pemeliharaan

Kelas

d. Kualitas air setelah 30 hari pemeliharaan

Gambar

Tabel 1. Kandungan nutrisi pakan (pelet komersial, cacing sutera, wortel) yang diberikan untuk pemeliharaan juvenil Cherax quadricarinatus dalam bak beton
Gambar 1. Pengukuran lingkar badan induk lobster air  tawar Cherax
Tabel 2. Metode penngukuran fi
Gambar 3. Hubungan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pimpinan perusahan dapat mewakilkan kehadirannya selama proses pembuktian kualifikasi kepada pengurus perusahaan yang namanya tercantum dalam akte pendirian/perubahan

On June 29, 864 mn treasury shares were placed out with net proceeds of Rp3.25 tn to support capital. expenditure and subsidiaries

Pengumpulan data melalui observasi pada laman(https://elearning.iainkend ari.ac.id),wawancara dan dokumentasi.. Implementasi kebijakan pembelajaran e-learning menggunakan teori

Prestasi belajar siswa dapat ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberikan oleh guru raport yang merupakan hasil dari beberapa bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta

Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman sawi caisim pada media pupuk cair kotoran kelinci 500 ml dan kotoran kambing 500 ml terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman sawi caisim yaitu

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (aplikasi SPSE) pada alamat website

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan periode krisis mata uang ( currency crisis ) dengan menghitung indek tekanan spekulatif pasar valas ( Index of

Maka itu, untuk memaksimalkan kerja pencatatan piutang maka diperlukan perancangan sistem aplikasi yang dapat menampilkan data pelanggan yang telah jatuh tempo pada tanggal