1.3 Pembatasan Masalah dan Paradigma Penelitian
2.1.9 Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind mapping merupakan salah satu model pembelajaran berpusat pada siswa yang dikembangkan oleh Tony Buzan. Buzan (2013:4) mendefinisikan
bahwa mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil kembali informasi keluar dari otak. Windura
berpikir yang menggunakan kedua belah otak sesuai cara kerja alaminya sehingga
dapat mengeluarkan segala potensi yang dimiliki otak. Mind mapping menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.
Mind mapping adalah cara yang kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian
baru (Silberman, 2014:200). DePorter dan Hernacki (2013:153) menyebutkan
bahwa mind mapping (peta pikiran) adalah pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan grafis lainnya untuk membentuk kesan. Swadarma
(2013:2) menjelaskan bahwa mind mapping merupakan model efektif untuk menuangkan semua gagasan yang ada di dalam pikiran.
Mind mapping berfungsi untuk mengembangkan otak dengan memancarkan pemikiran tentang berbagai kejadian hidup dalam sebuah peta.
Mind mapping menggunakan prinsip brain management yang menggabungkan kinerja kedua belahan otak secara bersamaan. Siswa akan menemukan kemudahan
untuk mengidentifikasi apa yang sedang dan ingin mereka pelajari, kemudian
mengembangkannya dengan mudah menggunakan mind mapping.
Mind mapping dapat digunakan oleh seluruh manusia dan berbagai bidang kehidupan. Kegunaan mind mapping dijelaskan oleh Swadarma (2013:8) meliputi,
(1) Mengumpulkan data yang hendak digunakan untuk segala keperluan secara sistematis; (2) Mengembangkan dan menganalisis ide/pengetahuan saat prsoses belajar mengajar, workshop, atau rapat; (3) Memudahkan untuk melihat kembali sekaligus mengulang ide/gagasan; (4) Mempercepat dan menambah pemahaman saat pembelajaran; (5) Mengasah kemampuan kerja otak; (6) Menyederhanakan struktur ide yang rumit menjadi mudah.
Selain memiliki kegunaan, mind mapping memiliki berbagai manfaat. Manfaat mind map dapat dirasakan oleh siapapun. Menurut Windura (2013:14-5)
mind mapping bermanfaat bagi siswa, keperluan mengajar, keluarga, serta dalam manajemen dan bisnis. Bagi siswa, mind mapping bermanfaat untuk berpikir dan merencanakan kehidupan sehari-hari. Mind mapping dapat digunakan dalam meringkas, mengarang, berpikir analisis, berpikir kreatif, merencanakan kegiatan
sehari-hari, serta menguraikan berbagai materi pelajaran. Bagi keperluan
mengajar, mind mapping dapat digunakan untuk merancang kurikulum, meringkas materi, mengembangkan ide mengajar, manajemen waktu, penugasan siswa,
penelitian, perencanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
Berdasarkan kegunaan dan manfaat dari mind mapping, model tersebut memiliki banyak kelebihan/keunggulan. Swadarma (2013:9) menyebutkan
beberapa kelebihan model pembelajaran mind mapping antara lain: (1) Memacu kreativitas, sederhana, dan mudah dikerjakan; (2) Memaksimalkan sistem kerja
otak; (3) Menarik dan mudah tertangkap mata; dan (4) Dapat melihat sejumlah
besar data dengan mudah.
Mind mapping memacu siswa untuk menunjukkan kekreatifannya karena siswa dibebaskan dalam menuangkan ide yang dimilikinya. Mind mapping relatif mudah untuk dikerjakan oleh siapapun, bentuknya juga sederhana karena berisi
inti permasalahan dan cabang-cabang. Dalam memaksimalkan kinerja otak, mind mapping menggabungkan kerja otak belahan kanan dan kiri dalam satu waktu. Otak kanan yang dapat bermain dengan imajinasi, warna, dan kekreatifitasan akan
dipadukan dengan otak kiri yang dikuasai oleh logika dan pengetahuan. Mind mapping menarik dan mudah tertangkap oleh mata karena adanya penggunaan simbol, gambar, dan warna sehingga membuat pembelajaran menjadi
yang dibuat dalam selembar kertas mampu melihat sejumlah data yang besar
dengan mudah. Hal ini karena mind mapping hanya mencatat bagian-bagian yang penting saja sehingga mudah diingat dan dipelajari.
Model pembelajaran tidak hanya memiliki kelebihan, namun memiliki
kekurangan. Model mind mapping memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut yaitu: (1) membutuhkan waktu; (2) membutuhkan banyak warna; dan (3)
menuntut kreativitas. Dalam pembuatan mind mapping diperlukan waktu yang lama karena mind mapping memerlukan pemikiran yang luas. Siswa memerlukan waktu untuk menerjemahkan pemikiran yang luas tersebut menjadi cabang-
cabang mind mapping. Waktu yang lama juga dibutuhkan saat siswa menggambar
mind mapping agar menjadi lebih menarik. Mind mapping juga membutuhkan banyak warna karena sebagian besar siswa ingin mind mapping yang dibuatnya menjadi lebih menarik. Mind mapping merupakan cara siswa untuk menunjukkan kreativitasnya, sedangkan untuk menjadi kreatif itu tidak mudah. Oleh karena itu,
akan sulit bagi siswa yang kurang kreatif untuk membuat mind mapping.
Oleh karena itu, kekurangan model mind mapping harus bisa diatasi oleh guru. Guru harus benar-benar memahami model mind mapping beserta penerapannya dalam pembelajaran. Guru juga harus pandai merencanakan
pembelajaran dan mengalokasikan waktu agar model ini dapat berjalan dengan
lancar. Selain itu, guru harus senantiasa membimbing siswa dalam pembuatan
mind mapping. Guru dapat memancing siswa dalam membuat cabang-cabang dalam mind mapping.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, terdapat dua hal yang harus dilaksanakan
mapping kepada siswa. Hal kedua yaitu bagaimana guru menerapkan mind mapping di dalam langkah-langkah pembelajaran. Cara untuk membuat peta pikiran menurut Huda (2013:308), yaitu sebagai berikut:
(1) Letakkan gagasan/tema/poin utama di tengah-tengah halaman kertas. Akan lebih mudah jika posisi kertas tidak dalam keadaan tegak lurus (portrait), melainkan dalam poisi membentang (landscape). (2) Gunakan garis, tanda panah, cabang-cabang, dan warna yang berbeda-beda untuk menunjukkan hubungan tema utama dengan gagasan pendukung lain.
(3) Hindari untuk bersikap latah; Lebih menampilkan karya bagus daripada konten di dalamnya. Mind mapping harus dibuat dengan cepat tanpa ada jeda dan editing yang menyita waktu. Untuk itulah, sangat penting mempertimbangkan segala kemungkinan yang harus dan tidak harus dimasukkan ke dalam peta tersebut.
(4) Pilihlah warna-warna yang berbeda untuk mensimbolisasi sesuatu yang berbeda pula.
(5) Biarkan beberapa ruang kosong dalam kertas.
Silberman (2014:200-1) menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan
pada saat melaksanakan model mind mapping. Langkah-langkah yang dimaksud yaitu sebagai berikut:
(1) Pilihlah topik untuk pemetaan pikiran. Beberapa kemungkinan mencakup problem atau isu tentang ide-ide tindakan yang diinginkan untuk menciptakan ide-ide aksi, konsep atau kecakapan yang baru saja diajarkan, dan penelitian yang harus direncanakan oleh siswa.
(2)Konstruksikan bagi kelas peta pikiran yang sederhana yang menggunakan warna, khayalan atau simbol.
(3)Berikan kertas, pena, dan sumber-sumber lain yang anda pikir akan membantu siswa membuat peta pikiran yang berwarna dan indah. Berilah tugas siswa memetakan pikiran. Tunjukkan bahwa mereka memulai peta mereka dengan membuat gambar yang menggambarkan topik atau ide utama. Kemudian, berilah mereka semangat untuk membagi-bagi seluruhnya ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan mengambarkan komponen-komponen ini hingga batas luar peta (dengan menggunakan grafik).
(4)Berikanlah waktu yang banyak kepada siswa untuk mengembangkan peta pikiran mereka. Doronglah mereka untuk melihat karya orang lain untuk menstimulasi ide-ide.
(5)Perintahkan kepada siswa untuk saling membagi peta pikirannya. Lakukan diskusi tentang nilai cara kreatif untuk menggambarkan ide- ide.
Amri (2014:117) juga menjelaskan pelaksanaan model mind mapping
dalam pembelajaran. Pelaksanaan model mind mapping yang dimaksud yaitu: (1)Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
(2)Guru mengemukakan konsep atau permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa, dan sebaiknya permasalahan tersebut mempunyai alternatif jawaban.
(3)Guru membentuk kelompok yang anggotanya terdiri atas 2-3 siswa.
(4)Setiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban dari hasil diskusinya.
(5)Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan tulis, lalu mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
(6)Berdasarkan data-data yang terdapat pada papan tulis, siswa disuruh membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
Berdasarkan penjelasan langkah-langkah model pembelajaran mind mapping oleh para ahli, penelitian ini menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Amri, namun sudah dimodifikasi. Langkah-langkah
pembelajaran tersebut yaitu:
(1) Guru menyampaikan kompetensi pembelajaran
(2) Guru menyampaikan cara membuat mind mapping, yaitu:
(a)Menentukan topik dan buatlah kata kunci di tengah-tengah kertas.
(b)Buatlah cabang utama untuk mengelompokkan atau mengorganisasikan
ide yang muncul saat mengingat pengalamannya. Cabang utama ini bisa
berbentuk 5WH, yaitu what (apa), where (dimana), when (kapan), who
(siapa), why (kenapa), dan how (bagaimana).
(c)Tuliskan apapun yang bisa diamati dalam cabang-cabang mind mapping.
(3) Guru menyampaikan konsep atau permasalahan yang akan dibuat menjadi
(4) Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 siswa.
(5) Setiap kelompok menginventarisasi atau mencatat alternatif jawaban dari
hasil diskusinya.
(6) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya
dan guru mencatat hasilnya sesuai kebutuhan di papan tulis,
(7) Berdasarkan data-data yang terdapat pada papan tulis, siswa disuruh
menyimpulkan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang
disediakan guru.
Modifikasi langkah-langkah pembelajaran dapat dilihat pada langkah kedua
dan keempat. Ada penambahan langkah yaitu penyampaian cara membuat mind mapping yang bertujuan mempermudah siswa dalam pembuatan mind mapping.
Pada langkah keempat ada perubahan jumlah anggota kelompok. Jumlah anggota
kelompok yang awalnya antara 2-3 dimodifikasi menjadi 4 setiap kelompoknya.
Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah siswa dalam kelas. Apabila siswa hanya
dikelompokan antara 2-3 orang setiap kelompok menyebabkan jumlah kelompok
terlalu banyak. Kelompok yang terdiri dari 4 orang menjadikan jumlah kelompok
lebih sedikit dan memungkinkan lebih banyak kelompok yang membacakan hasil
mind mapping di depan kelas.
Model mind mapping dapat diterapkan pada pembelajaran menulis laporan pengamatan agar siswa bisa lebih mudah mengidentifikasi apa yang diamati.
Simbol, warna, dan gambar membantu siswa untuk lebih memahami apa yang
diamatinya. Siswa juga lebih mudah mengingat apa yang dia amati dengan mind mapping, sehingga lebih mudah dalam menjelaskan apa saja yang ada dalam laporan pengamatannya.