• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.6 Model Pembelajaran Problem Posing

Model pembelajaran problem posing pertama kali dikembangkan oleh Lyn D. English pada tahun 1970. Awal mulanya model pembelajaran ini diterapkan dalam mata pelajaran maematika (Fakhrudin, 2009:10). Problem posing

merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang berarti pengajuan atau pembuatan soal. Terdapat beberapa pengertian problem posing. Ellerton (dalam Mahmudin, 2008:4) mengartikan problem posing sebagai pembuatan soal oleh siswa yang mereka pikirkan tanpa pembatasan apapun baik terkait isi maupun konteksnya. Pendapat lain menyebutkan, problem posing merupakan pembentukan soal berdasarkan konteks, cerita, informasi, atau gambar yang diketahui (Lin, dalam Mahmudin, 2004:4). Dalam model pembelajaran ini, siswa diminta untuk mengajukan soal secara tanggung jawab dari situasi yang diberikan. Soal yang dibuat bisa berupa soal baru maupun reformulasi dari soal sebelumnya atau dari situasi yang diberikan (Silver, 1996:234). Silver dan Cai (dalam Pujiastuti, 2002:152) menjelaskan terdapat tiga tipe dalam model pembelajaran problem posing yang dapat dipilih guru, antara lain sebagai berikut.

1) Problem posing tipe pre solution. Pada tipe ini siswa diminta membut soal beserta penyelasiannya berdasarkan pernyaaan yang dibuat oleh guru sebelumnya. Jadi, guru memberikan apa yang diketahui, kemudian siswa diminta membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri.

2) Problem posing tipe within solution. Pada tipe ini siswa diminta memecah pertanyaan tunggal yang diberikan oleh guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan tersebut.

3) Problem posing tipe post solution. Pada tipe ini siswa diminta membuat soal yang sejenis dan menantang, seperti yang dicontohkan oleh guru. Jka guru dan siswa siap, maka siswa dapat diminta untuk mengajukan soal yang menantang dan variatif pada materi yang sedang dipelajari.

2.6.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Posing

Suyitno (2011:32) menyebutkan bahwa langkah-langkah penerapan model pembelajaran Problem Posing adalah sebagai berikut.

1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. 2) Guru memberikan latihan soal secukupnya.

3) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 soal yang menantang beserta penyelesaiannya.

4) Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru meminta siswa untuk menyajikan soal dan penyelesaiannnya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif untuk mengerjakan soal dari temannya.

5) Guru memberikan tugas rumah secara individual.

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran matematika dengan model problem posing yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Problem Posing

No Kegiatan guru Kegiatan siswa

1. Menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran serta model pembe- lajaran yang akan digunakan.

Memperhatikan dan memahami penjelasan guru.

2. Menyampaikan materi pelajaran. Memperhatikan penjelasan guru dan terlibat aktif dalam

pembelajaran. 3. Membagi kelas menjadi beberapa

kelompok heterogen yang masing- masing beranggotakan 4-5 orang.

Menempatkan diri pada kelompok masig-masing.

4. Memberikan latihan soal secukup- nya yang dikerjakan secara ber- kelompok.

Berdiskusi untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh guru secara berkelompok.

5. Memberikan kesempatan kepada beberapa kelompok secara selektif untuk mengerjakan soal di depan kelas.

Perwakilan kelompok mengerjakan soal di depan kelas dan siswa lain memperhatikan.

6. Memberikan contoh cara membuat soal.

Memperhatikan contoh soal yang diberikan guru.

7. Memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyusun soal yang menantang beserta penyelesaiaannya dari situasi yang diberikan.

Menyusun soal beserta penyele- saiaannya dari situasi yang diberikan.

8. Memberi kesempatan kepada perwa- kilan kelompok untuk mempresen- tasikan soal beserta penyelesaiannya yang telah dibuat di depan kelas.

Perwakilan kelompok mempresen- tasikan hasil kerjanya di depan kelas dan siswa lain memperhatikan.

pok lain untuk menanggapi hasil presentasi.

kelompok lain.

10. Mengajak siswa membuat kesim- pulan tentang materi yang telah dipelajari.

Menarik kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari.

2.7

Scaffolding

Scaffolding merupakan kegiatan memberikan bantuan kepada siswa pada tahap awal pembelajaran yang selanjutnya akan berkurang tingkatannya sampai siswa mampu bekerja secara tanggung jawab. Lipscomb (2004:2) mendeskripsikan scaffolding sebagai sebuah bantuan yang diberikan guru atau teman yang memiliki kemampuan lebih. Dalam pembelajaran scaffolding, guru membantu siswa agar mampu bekerja secara mandiri dan menguasai tugas atau konsep yang pada awalnya belum dipahami. Anghileri (2006:38) menyebutkan terdapat tiga tingkatan dalam proses pembelajaran menggunakan scaffolding. Tingkat yang paling dasar adalah environment provisions. Pada tingkat ini memungkinkan pembelajaran terjadi tanpa ada intervensi langsung dari guru. Pada tingkat berikutnya, interaksi guru semakin ditingkatkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika. Interaksi ini dapat dilakukan melalui penjelasan (explaining), peninjauan (reviewing), dan restrukturisasi (restructuring). Kemudian pada tahap terakhir, interaksi guru diarahkan untuk pengembangan berpikir konseptual (developing conceptual thinking). Berdasarkan tingkatan yang dikemukakan Julia Anghileri tersebut,

pembelajaran scaffolding yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2 Tingkatan Pembelajaran Scaffolding Tingkatan Scaffolding Kegiatan yang dilakukan Environmental

provisions

- Menyusun lembar kerja siswa secara terstruktur. - Menyediakan gambar-gambar dan model-model

yang sesuai dengan masalah yang diberikan.

- Menyiapkan kondisi siswa agar siap menerima pembelajaran.

Explaining - Membimbing siswa hingga siswa memahami materi yang dipelajari.

- Mengajukan pertanyaan arahan hingga siswa dapat menyelesaikan tugas secara tanggung jawab.

Reviewing - Membimbing diskusi di kelas tentang jawaban yang telah diberikan siswa.

- Meminta siswa untuk merefleksi jawaban yang telah dibuatnya sehingga dapat menemukan kesalahan yang telah dilakukan dan melakukan perbaikan.

menemukan kembali semua fakta yang ada pada masalah.

- Membimbing siswa hingga mampu menyusun soal berdasarkan situasi yang diberikan.

Developing

Conceptual Thinking

- Diskusi tentang soal dan penyelesaian yang telah dibuat oleh siswa.

- Mengajukan pertanyaan arahan hingga siswa dapat menemukan kemungkinan konsep lain yang terkait dengan masalah yang sedang dihadapinya.

2.8

Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Posing Berbantuan

Dokumen terkait