• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM POSING BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI SEGITIGA KELAS VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBENTUKAN KARAKTER DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM POSING BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI SEGITIGA KELAS VII"

Copied!
466
0
0

Teks penuh

  • Penulis:
    • Maulina Dwi Septiani
  • Pengajar:
    • YL Sukestiyarno, Prof., M.S, Ph.D
    • Amin Suyitno, Drs., M.Pd
  • Sekolah: Universitas Negeri Semarang
  • Mata Pelajaran: Pendidikan Matematika
  • Topik: Pembentukan Karakter dan Komunikasi Matematika Melalui Model Problem Posing Berbantuan Scaffolding Materi Segitiga Kelas VII
  • Tipe: Skripsi
  • Tahun: 2013
  • Kota: Semarang

I. Relevansi Model Problem Posing Berbantuan Scaffolding dengan Tujuan Pembelajaran Matematika

Bahagian ini akan menganalisis keselarasan model pembelajaran Problem Posing berbantuan scaffolding dengan tujuan pembelajaran Matematika seperti yang tertera dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Fokus analisis akan diletakkan pada bagaimana model ini dapat membantu siswa mencapai kemampuan memahami konsep, menjelaskan keterkaitan antar konsep, mengaplikasikan konsep, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Analisis ini akan merujuk kepada teori-teori belajar relevan seperti teori konstruktivisme Piaget dan Vygotsky, menekankan bagaimana aktivitas problem posing dan scaffolding menunjang proses pembelajaran aktif, interaksi sosial, dan pembentukan pengetahuan yang bermakna bagi siswa.

1.1 Keselarasan dengan Tujuan Pembelajaran KTSP

Analisis ini akan meneliti sejauh mana model Problem Posing berbantuan scaffolding menunjang pencapaian enam tujuan pembelajaran Matematika dalam KTSP. Ini termasuk kemampuan memahami konsep, penalaran matematik, pemecahan masalah, komunikasi matematik, representasi matematik, dan apresiasi terhadap kegunaan matematik. Khususnya, akan diteliti bagaimana aktivitas menyusun masalah (problem posing) mendorong pemahaman konseptual dan kemampuan penalaran, sementara scaffolding memfasilitasi proses pemecahan masalah dan komunikasi matematik yang efektif. Pembahasan akan merujuk pada bagaimana model ini membantu siswa merepresentasikan pemahaman mereka melalui pelbagai bentuk dan menghargai aplikasi matematik dalam konteks kehidupan sebenar.

1.2 Peranan Teori Belajar dalam Model Pembelajaran

Bahagian ini akan mengupas peranan teori konstruktivisme Piaget dan Vygotsky dalam konteks penelitian. Piaget menekankan pembelajaran aktif dan pengalaman sendiri, manakala Vygotsky menonjolkan interaksi sosial dan scaffolding. Analisis akan menunjukan bagaimana Problem Posing, melalui proses kolaboratif dalam penyusunan dan penyelesaian masalah, memperkukuhkan pembelajaran aktif dan interaksi sosial sebagaimana yang ditekankan oleh kedua tokoh tersebut. Scaffolding pula, dilihat sebagai sokongan guru yang berperingkat, akan dibincangkan sebagai cara untuk menjembatani jurang antara kemampuan sedia ada siswa dengan kemampuan yang ingin dicapai, sejalan dengan konsep Zone of Proximal Development (ZPD) Vygotsky.

II. Pembentukan Karakter dan Keterampilan Komunikasi Matematika

Bahagian ini akan membincangkan bagaimana model Problem Posing berbantuan scaffolding menyumbang kepada pembentukan karakter, khususnya tanggungjawab, dan peningkatan keterampilan komunikasi matematik. Analisis akan merujuk kepada teori-teori perkembangan karakter dan bagaimana aktivitas-aktivitas pembelajaran dapat mempengaruhi aspek afektif dan psikomotor siswa. Fokus akan diletakkan pada perkaitan antara tanggungjawab siswa dalam menyusun dan menyelesaikan masalah, dan keterampilan mereka dalam mengkomunikasikan proses pemikiran dan penyelesaian masalah tersebut secara lisan dan bertulis.

2.1 Problem Posing dan Pembentukan Tanggungjawab

Analisis ini akan meneliti bagaimana proses penyusunan masalah (problem posing) oleh siswa dapat memupuk rasa tanggungjawab. Dengan diberikan kebebasan untuk membuat masalah matematik sendiri, siswa dipaksa untuk berfikir secara kritis, mengkaji semula pemahaman mereka tentang konsep segitiga, dan bertanggungjawab terhadap kesahihan dan kejelasan masalah yang mereka cipta. Proses ini bukan sahaja menuntut penguasaan konsep, tetapi juga mendorong sikap proaktif dan komitmen terhadap tugasan yang diberikan, yang merupakan elemen penting dalam pembentukan karakter tanggungjawab.

2.2 Scaffolding dan Peningkatan Keterampilan Komunikasi

Bahagian ini akan mengkaji bagaimana scaffolding memainkan peranan penting dalam meningkatkan keterampilan komunikasi matematik siswa. Dengan sokongan guru yang berperingkat, siswa diberi ruang dan sokongan yang diperlukan untuk menyatakan idea mereka dengan jelas dan tepat. Analisis akan menunjukan bagaimana scaffolding membantu siswa dalam meningkatkan kejelasan, ketepatan, dan kejelasan komunikasi matematik mereka, baik secara lisan (melalui perbincangan dan persembahan) mahupun secara bertulis (melalui penyusunan masalah dan penyelesaian).

III. Analisis Data dan Implikasi Pedagogi

Bahagian ini akan membentangkan analisis data kuantitatif dan kualitatif yang dikumpul untuk mengukur keberkesanan model pembelajaran yang digunakan. Ini termasuk analisis peningkatan (gain score) untuk mengukur perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu, analisis data kualitatif (observasi dan temu bual) akan digunakan untuk menerangkan secara mendalam bagaimana model pembelajaran mempengaruhi pembelajaran siswa. Kesimpulannya, implikasi pedagogi dari penemuan penelitian akan dibincangkan.

3.1 Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif

Analisis data kuantitatif akan merangkumi analisis skor ujian dan indeks gain untuk mengukur peningkatan dalam kemampuan komunikasi matematik dan perkembangan karakter tanggungjawab. Data kualitatif daripada pemerhatian dan temu bual akan dianalisis secara tematik untuk mengungkap pengalaman pembelajaran siswa, cabaran yang dihadapi, dan faktor-faktor yang menyumbang kepada kejayaan atau kegagalan model pembelajaran. Gabungan data kuantitatif dan kualitatif akan memberikan gambaran yang holistik tentang keberkesanan model pembelajaran.

3.2 Implikasi Pedagogi dan Cadangan Penyelidikan

Berdasarkan dapatan analisis data, bahagian ini akan membincangkan implikasi pedagogi bagi guru matematik dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Cadangan penyelidikan akan diberikan berdasarkan kekuatan dan kelemahan model pembelajaran yang diuji. Ini termasuk saranan bagi penyelidikan lanjut untuk mengkaji model pembelajaran dengan lebih terperinci, menguji keberkesanannya pada populasi yang lebih besar, atau mengkaji model pembelajaran ini dengan topik matematik yang lain. Secara keseluruhan, bahagian ini akan menggariskan sumbangan penyelidikan terhadap amalan pedagogi dalam pengajaran matematik.

Referensi Dokumen

  • ( Arikunto )

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Model Problem Posing
Tabel 2.4 Penjabaran KD dan Indikator SK ke-6
Gambar 2.1 Bangun Segitiga
Gambar 2,2 Alas dan Tinggi Segitiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 24 Surakarta, data pada kelas VII A yang berjumlah 32 siswa diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa rendah

: ( rata-rata kemampuan pemecahan masalah materi segiempat siswa kelas VII SMP Negeri 24 Semarang yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Tanon berjumlah 32 siswa dan subjek pelaksana

Hasil penelitian dengan menerapkan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII A SMP Negeri 02

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII F SMP Negeri 2 Banyudono dalam pembelajaran matematika melalui model

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan komunikasi matematika pada siswa SMP Negeri 22 Surakarta kelas VII C semester genap tahun ajaran

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Plumpang Tuban. Dari seluruh siswa Kelas VII-A SMP Negeri 1 Plumpang sebanyak 32 siswa tersebut

“Melalui pendekatan Problem Posing untuk siswa SMP kelas VII akan membutuhkan kegiatan-kegiatan yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran secara aktif